Anda di halaman 1dari 88

MAN JUDUL

TUGAS AKHIR - VI190836

RANCANG BANGUN WATER TREATMENT SYSTEM UNTUK


MENGUBAH AIR PAYAU MENJADI AIR TAWAR DENGAN
METODE REVERSE OSMOSIS

ELVA RIFKI FIKANA


NRP. 10511710000054

Dosen Pembimbing:
Brian Raafi’u, S.ST., M.T.

Departemen Teknik Instrumentasi


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021
Halaman ini sengaja dikosongkan

ii
COVER PAGE

FINAL PROJECT - VI190836

DESIGN OF WATER TREATMENT SYSTEM TO CHANGE


BRACKISH WATER INTO FRESH WATER USING REVERSE
OSMOSIS METHOD

ELVA RIFKI FIKANA


NRP. 10511710000054

Supervisor:
Brian Raafi’u, S.ST., M.T.

Department of Instrumentation Engineering


Faculty of Vocation
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya
2021
Halaman ini sengaja dikosongkan

4
5
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Elva Rifki Fikana


NRP : 10511710000054gan di bawah ini
Departemen / Prodi : Teknik Instrumentasi / S.Tr Teknik Instrumentasi
Fakultas : Fakultas Vokasi (FV)
Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “RANCANG


BANGUN WATER TREATMENT SYSTEM UNTUK MENGUBAH AIR
PAYAU MENJADI AIR TAWAR DENGAN METODE REVERSE
OSMOSIS” adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya
orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat pada Tugas
Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya-benarnya.

Surabaya, 23 April 2021


Yang membuat pernyataan,

Elva Rifki Fikana


NRP. 10511710000054

vi
Halaman ini sengaja dikosongkan

vii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN WATER TREATMENT SYSTEM UNTUK


MENGUBAH AIR PAYAU MENJADI AIR TAWAR DENGAN
METODE REVERSE OSMOSIS

Oleh:

Elva Rifki FIkana


NRP. 10511710000054

Surabaya, 20 Maret 2021

Menyetujui,
Pembimbing I

Brian Raafi’u, S.ST., M.T.


NPP. 1994201911092

Mengetahui,
Kepala Departemen
Teknik Instrumentasi FV-ITS

Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.


NIP. 19650309 199002 1 001

viii
Halaman ini sengaja dikosongkan

ix
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG PROGRES

RANCANG BANGUN WATER TREATMENT SYSTEM UNTUK


MENGUBAH AIR PAYAU MENJADI AIR TAWAR DENGAN METODE
REVERSE OSMOSIS

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
pada
Progam Studi S.Tr Departemen Teknik Instrumentasi
Fakultas Vokasi (FV)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh:

ELVA RIFKI FIKANA


NRP. 10511710000054

Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir:

1. Brian Raafi’u, S.ST., M.T. …..……… (Pembimbing )

2. Herry Sufyan Hadi., S.T., M.T ………..… (Penguji I)

3. Dwi Nur Fitriyanah., S.ST., M.T. ………….. (Penguji II)

SURABAYA
2021

x
Halaman ini sengaja dikosongkan

xi
RANCANG BANGUN WATER TREATMENT SYSTEM UNTUK
MENGUBAH AIR PAYAU MENJADI AIR TAWAR DENGAN
METODE REVERSE OSMOSIS

Nama : Elva Rifki Fikana


NRP : 10511710000054
Departemen : Teknik Instrumentasi FV - ITS
Dosen Pembimbing : Brian Raafi’u, S.ST., M.T.
ABSTRAK
Teknologi RO (Reverse Osmosis) dibuat menggunakan membran yang memiliki
fluks tinggi pada tekanan rendah untuk mengubah air payau menjadi tawar,
sehingga dalam penggunaannya membran sangat mudah rusak karena tekanan
yang diberikan berlebihan. Teknologi ini memiliki efisiensi tinggi untuk
mengatasi kelangkaan air. Dalam penggunaan RO ini, flow air yang masuk ke
membran akan dikendalikan agar berada di nilai 0,5 l/m untuk mencegah
kerusakan membran. Produk air diatur agar kadar garamnya kurang dari 500 ppm
dan kekeruhannya kurang dari 50 mg/l. Selain itu plant akan mati saat level tanki
produk setinggi 25 cm. Seluruh data pembacaan variabel fisis akan ditampilkan
pada LCD agar pengguna mengetahui tingkat kelayakan produk air. Karakterisasi
sistem juga akan dilakukan untuk mengetahui performansi sistem RO. Hasil
penelitian ini berupa prototipe yang akan dijadikan kemajuan ilmu pembuatan
water treatment system dengan menggunakan metode RO dan juga dapat menjadi
alat percontohan pemanfaatan air payau untuk dijadikan air tawar layak pakai.

Kata Kunci: Sistem pengolahan air, sistem reverse osmosis, teknologi tepat
guna

xii
Halaman ini sengaja dikosongkan

xiii
DESIGN OF WATER TREATMENT SYSTEM TO CHANGE
BRACKISH WATER INTO FRESH WATER USING REVERSE
OSMOSIS METHOD

Name : Elva Rifki Fikana


NRP : 10511710000054
Department : Instrumentation Engineering FV - ITS
Supervisors : Brian Raafi’u, S.ST., M.T.
ABSTRACT
RO (Reverse Osmosis) technology is made with a membrane that has a high flux
at low pressure to convert brackish water into fresh, so the membrane is very
easily damaged and have more wasted water opportunities due to excessive
pressure. The water flow of entering membrane will be controlled at 0.5 L/m to
prevent membrane damage. The salinity of the product is adjusted to < 500 ppm
and the turbidity is < 25 NTU. The plant is automatically off when the product
tank level is 20 cm. All physical variable reading data will be displayed on the
LCD. System characterization will also be carried out to determine the
performance of the RO system. The results of this research will be used as an
advancement in the science of making WTS using the RO method and can also be
a demonstration tool for the use of brackish water into fresh water.

Keywords: Water treatment system, reverse osmosis system, appropriate


technology

xiv
Halaman ini sengaja dikosongkan

xv
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. atas berkat,
hikmat, dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan tugas akhir pada semester ini
dengan judul “RANCANG BANGUN WATER TREATMENT SYSTEM
UNTUK MENGUBAH AIR PAYAU MENJADI AIR TAWAR DENGAN
METODE REVERSE OSMOSIS”. Tugas akhir ini disusun untuk menyelesaikan
syarat dari Mata Kuliah Proyek Akhir 2 di program studi D4 Rekayasa Teknologi
Instrumentasi, Departemen Teknik Instrumentasi FV – ITS.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
kami selama pengerjaan tugas akhir :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas
akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Kedua Orang tua dan Saudara yang membantu proses pengerjaan dan
senantiasa memberikan dukungan dan do’a.
3. Bapak Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA. selaku Kepala Departemen dan
Dosen Wali di Teknik Instrumentasi ITS.
4. Bapak Brian Raafi’u, S.ST., M.T. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
7. Seluruh Alumni Teknik Instrumentasi-ITS yang telah membantu dalam
memberikan masukan pada pelaksanaan tugas akhir ini.
8. Serta seluruh teman-teman INST’17 dan segala pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan manfaat
kepada pembaca. Namun, kami menyadari penyusunan laporan tugas akhir ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami menerima kritik dan saran dari
pembaca untuk memperbaiki penyusunan laporan berikutnya. Akhir kata, kami
memohon maaf atas kesalahan yang terdapat dalam penyusunan laporan ini.

Surabaya, 23 April 2021


Penulis

xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan

xvii
DAFTAR ISI

COVER PAGE.......................................................................................................iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI.....................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................vii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ix

ABSTRAK..............................................................................................................xi

ABSTRACT...........................................................................................................xiii

KATA PENGANTAR...........................................................................................xv

DAFTAR ISI........................................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xxi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................

1.3 Tujuan......................................................................................................................

1.4 Batasan Masalah......................................................................................................

1.5 Sistematika Laporan................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI.........................................5

2.1 Teknologi Water Treatment System Menggunakan RO.........................................

2.2 Kandungan Air Payau sebagai Air Baku.................................................................

2.3 Pengendalian Laju Aliran Air..................................................................................

2.4 Proses pengendalian level........................................................................................

2.5 Metode Kendali PID dan Tuning.............................................................................

2.6 Respon Sistem.......................................................................................................

2.7 Sensor salinitas......................................................................................................

xviii
2.8 Sensor turbiditas....................................................................................................

2.9 Driver motor L298N..............................................................................................

2.10 Sensor Level Ultrasonik........................................................................................

2.11 Flow Sensor...........................................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................15

3.1 Prosedur Tugas Akhir............................................................................................

3.2 Perancangan Perangkat Keras...............................................................................

3.3 Perancangan Perangkat Lunak..............................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................31

4.1 Pengujian Tiap Komponen....................................................................................

4.2 Pengujian Keseluruhan Alat..................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................47

5.1 Kesimpulan............................................................................................................

5.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49

LAMPIRAN...........................................................................................................51

BIODATA PENULIS............................................................................................61

xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Desain sistem RO (Ariyanti & Widiasa, 2011).................................6
Gambar 2. 2 Diagram blok pengendalian flow.......................................................7
Gambar 2. 3 Diagram blok pengendalian volume..................................................8
Gambar 2. 4 Diagram blok sistem kendali PID (Sampurno, Abdurrakhman, &
Hadi, 2015)...............................................................................................................9
Gambar 2. 5 Karakteristik Respon Waktu Sistem (Gamayanti, 2010).................11
Gambar 2. 6 Sensor salinitas................................................................................11
Gambar 2. 7 Sensor turbiditas..............................................................................12
Gambar 2. 8 Driver motor L298N........................................................................12
Gambar 2. 9 Sensor ultrasonic (Puspasari, et al., 2019)......................................13
Gambar 2. 10 Sensor flow (Koestoer, 2004)........................................................14
Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Reverse Osmosis..................................15
Gambar 3. 2 Kerangka alat pengolah air..............................................................17
Gambar 3. 3 Pompa air DC..................................................................................18
Gambar 3. 4 Solenoid valve.................................................................................19
Gambar 3. 5 Sensor turbiditas..............................................................................20
Gambar 3. 6 Sensor salinitas................................................................................21
Gambar 3. 7 Sensor flow......................................................................................21
Gambar 3. 8 Sensor ultrasonik.............................................................................22
Gambar 3. 9 Power supply...................................................................................23
Gambar 3. 10 Arduino UNO R3...........................................................................23
Gambar 3. 11 Arduino Nano................................................................................24
Gambar 3. 12 Driver motor L298N......................................................................25
Gambar 3. 13 Relay..............................................................................................26
Gambar 3. 14 layar LCD......................................................................................26
Gambar 3. 15 Wiring diagram sistem..................................................................27
Gambar 3. 16 Diagram blok pengendalian flow...................................................28
Gambar 3. 17 Diagram blok pengendalian level..................................................28
Gambar 4. 1 Proses kalibrasi flow sensor.............................................................31
Gambar 4. 2 Hasil pembacaan pengujian sensor flow..........................................33

xx
Gambar 4. 3 Hasil pembacaan sensor ultrasonik..................................................36
Gambar 4. 4 Proses kalibrasi sensor salinitas.......................................................37
Gambar 4. 5 Hasil pembacaan sensor salinitas....................................................39
Gambar 4. 6 Hasil pembacaan sensor turbiditas..................................................41
Gambar 4. 7 Plant pengolahan air berbasis RO....................................................41
Gambar 4. 8 Flow pada jalur suplai air................................................................42
Gambar 4. 9 Pembacaan sensor flow 2................................................................43
Gambar 4. 10 Perbandingan hasil pembacaan sensor flow 1 & 2........................43
Gambar 4. 11 Hasil pembacaan salinitas air........................................................44
Gambar 4. 12 Hasil pembacaan turbiditas air......................................................45
Gambar 4. 13 Hasil pengujian level air................................................................45

xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Spesifikasi hollow kerangka.................................................................17
Tabel 3. 2 Spesifikasi housing filter......................................................................17
Tabel 3. 3 Spesifikasi pipa pengukur turbiditas & salinitas..................................18
Tabel 3. 4 Spesifikasi pompa DC..........................................................................19
Tabel 3. 5 Spesifikasi solenoid valve....................................................................19
Tabel 3. 6 Spesifikasi sensor Turbiditas................................................................20
Tabel 3. 7 Spesifikasi sensor salinitas...................................................................21
Tabel 3. 8 Spesifikasi sensor flow.........................................................................22
Tabel 3. 9 Spesifikasi sensor ultrasonik................................................................22
Tabel 3. 10 Spesifikasi power supply....................................................................23
Tabel 3. 11 Spesifikasi Arduino UNO..................................................................24
Tabel 3. 12 Spesifikasi Arduino Nano..................................................................25
Tabel 3. 13 Spesifikasi driver motor L298N..........................................................25
Tabel 3. 14 Spesifikasi relay.................................................................................26
Tabel 3. 15 Spesifikasi LCD.................................................................................27
Tabel 4. 1 Hasil pengujian variasi flow sensor 1...................................................32
Tabel 4. 2 Hasil pengujian variasi flow sensor 2...................................................32
Tabel 4. 3 Hasil kalibrasi nilai tetap flow sensor 1...............................................33
Tabel 4. 4 Hasil kalibrasi nilai tetap flow sensor 2...............................................34
Tabel 4. 5 Hasil kalibrasi nilai tetap sensor ultrasonik..........................................36
Tabel 4. 6 Hasil kalibrasi variasi sensor ultrasonik...............................................36
Tabel 4. 7 Hasil pembacaan nilai variasi sensor salinitas.....................................38
Tabel 4. 8 Hasil pembacaan nilai tetap sensor salinitas........................................38
Tabel 4. 9 Hasil pengujian nilai tetap sensor turbiditas........................................40
Tabel 4. 10 Hasil pembacaan nilai variasi sensor turbiditas.................................40

xxii
Halaman ini sengaja dikosongkan

xxiii
24

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang sangat penting bagi
kelangsungan dan kualitas hidup manusia. Persentase air yang terdapat di bumi
adalah 97%, namun air layak konsumsi hanya berkisar 27%, dengan kata lain
ketersediaan air yang terdapat di bumi sangatlah besar tetapi yang bisa digunakan
jumlahnya sangat kecil (Sefentry & Masriantini, 2020). Laporan bersama Bank
Dunia dan PBB menyatakan 40 % populasi dunia mengalami kelangkaan air dan
700 juta orang akan mengalami kelangkaan air pada 2030 (CNN Indonesia, 2018).
Di Indonesia sendiri luas wilayah perairan 77% dari luas total (Ikawati, 2019).
Sayangnya, tidak semua daerah memiliki kualitas air yang baik. Disamping itu,
jumlah populasi penduduk yang padat dan terus bertambah memicu timbulnya
masalah pemenuhan kebutuhan air bersih. Dilansir oleh detik.com, Daerah
Surabaya sendiri memiliki kebutuhan air rata-rata antara 180-200 liter per hari per
orang, sedangkan penduduk Surabaya memiliki populasi sebesar 3,095,026
(Dispendukcapil Surabaya, 2019).
Menurut Peraturan Meteri Kesehatan no 32 tahun 2017, terdapat beberapa
parameter wajib bagi kategori air bersih untuk higiene sanitasi, yakni tidak berasa,
tidak berbau, suhu air sebesar +/- 3 derajat dari suhu udara, tidak keruh, tidak
berwarna dan tingkat keasaman (pH) antara 6.6 – 9. Selain itu air layak pakai
mempunyai kadar kekeruhan kurang dari 25 NTU dan tingkat salinitas kurang
dari 0,5 ppt.
Banyak daerah di Indonesia yang sistem pengolahan airnya masih kurang
baik, sehingga parameter air bersih belum terpenuhi. Oleh karena itu, dibutuhkan
teknologi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Penggunaan membran
Reverse Osmosis (RO) dapat dimanfaatkan untuk mengolah air payau menjadi
tawar. Air payau dapat digunakan sebagai sumber air baku yang secara kuantitas
lebih banyak sehingga mampu meningkatkan suplai air bersih dan kebutuhan air
bersih dapat terpenuhi. RO memiliki keunggulan terletak pada kecepatannya
25

dalam memproduksi air (Hanna & Hadi, 2016). Metode ini menjadi menarik
karena material yang dikembangkan untuk mendapatkan membran dengan fluks
yang tinggi. Tingginya rejeksi terhadap garam dan dapat digunakan pada tekanan
rendah (Sefentry & Masriantini, 2020).
Hingga saat ini belum ada alat reverse osmosis yang memiliki sistem
recycle otomatis untuk memastikan kualitas air benar-benar sesuai. Selain itu
belum ada pendeteksi kerusakan membran yang dipakai untuk melakukan proses
reverse osmosis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuat prototipe
alat pengolah air payau menjadi air bersih layak pakai yang diharapkan dapat
memberikan banyak manfaat dan dapat diaplikasikan secara langsung bagi
masyarakat. Selain itu alat ini diharapkan menjadi alat percontohan pemanfaatan
air payau untuk dijadikan air tawar layak pakai yang terus dikembangkan
kedepannya agar memiliki tingkat rejeksi lebih tinggi.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diangkat dalam Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana penerapan teknologi yang tepat dalam mengubah air payau
menjadi air tawar sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat?
b) Bagaimana kualitas air hasil olahan water treatment system menggunakan
metode reverse osmosis?
c) Bagaimana efisiensi pengolah air menggunakan metode reverse osmosis
untuk mengurangi tingkat salinitas air payau?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
a) Dapat menerapkan teknologi yang tepat dalam mengubah air payau menjadi
air tawar sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
b) Dapat mengetahui kualitas air hasil olahan water treatment system
menggunakan metode reverse osmosis.

25
26

c) Dapat mengetahui efisiensi pengolah air menggunakan metode reverse


osmosis untuk mengurangi tingkat salinitas air payau.

I.4 Batasan Masalah


Adapun pembatasan masalah dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
a) Air yang dihasilkan oleh proses reverse osmosis merupakan air layak pakai
(bukan air minum) karena tidak dilakukan treatment untuk menghilangkan
kuman dan bakteri.
b) Alat yang dirancang diperuntukkan untuk penggunaan skala rumah tangga.

I.5 Sistematika Laporan


Buku tugas akhir ini terdiri dari lima bab dan disusun menurut sistematika
penulisan berikut ini

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ATAU DASAR TEORI

Bab ini berisi tentang teori yang menunjang penelitian, berupa teori tentang
Pengolahan air menggunakan RO, sensor (flow, uktrasonik, salinitas, dan
kekeruhan) kendali PID, dan karakteristik respon sistem.

BAB 3: METODOLOGI PENGERJAAN

Bab ini berisi tentang perancangan perangkat keras, perangkat lunak, dan
perancangan kontroler.

BAB 4: PENGUJIAN DAN ANALISA


27

Bab ini berisi tentang hasil simulasi dan analisanya. Selain itu berisi tentang
hasil implementasi kontroler pada alat pengolah air berbasis RO beserta analisa
hasil implementasi.

BAB 5: PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan pertimbangan


pengembangan berdasarkan hasil pengerjaan tugas akhir ini.

27
28

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

II.1 Teknologi Water Treatment System Menggunakan RO


Prinsip dasar reverse osmosis adalah memberi tekanan hidrostatik yang
melebihi tekanan osmosis larutan sehingga pelarut (dalam hal ini adalah air) dapat
berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi ke larutan
yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah (Ariyanti & Widiasa, 2011). Prinsip
reverse osmosis ini dapat memisahkan air dari komponen-komponen yang tidak
diinginkan dan dengan demikian akan didapatkan air dengan tingkat kemurnian
yang tinggi. Reverse osmosis memiliki keunggulan terletak pada kecepatannya
dalam memproduksi air serta adanya peluang pemanfaatan reject water yang dapat
meringankan biaya investasi yang sangat tinggi (Hanna & Hadi, 2016). Selain itu,
RO memiliki struktur sistem penyusun yang sederhana, sehingga dapat menekan
biaya perawatan yang bisanya memakan banyak biaya.
Reverse osmosis merupakan alat pengolah air yang menggunakan membran
semi permeable untuk memisahkan antara zat pelarut dan zat terlarut. Sebelum
memasuki membran RO, terlebih dahulu air harus melewati pre-filter dan setelah
itu air akan masuk ke post-filter yang menggunakan karbon. Untuk mendapatkan
sistem RO yang tepat untuk mengolah air perlu didukung informasi studi
kelayakan sebagai dasar pertimbangan (baseline) yang akurat. Menurut Peraturan
Meteri Kesehatan no 416 tahun 1990, terdapat beberapa parameter wajib bagi
kategori air bersih untuk higiene sanitasi, yakni tidak berasa, tidak berbau, suhu
air sebesar +/- 3 derajat dari suhu udara, tidak keruh, tidak berwarna dan tingkat
keasaman (pH) antara 6.6 – 9. Selain itu air layak pakai mempunyai kadar TDS
kurang dari 600 mg/l dan tingkat salinitas kurang dari 0,5 ppt. Jumlah tersebut
merupakan ambang nilai kelayakan air untuk dapat digunakan oleh masyarakat
(A.Yoshi & Widiasa, 2016). Untuk mendapatkan data yang akurat, dalam
beberapa hal ini memerlukan kegiatan evaluasi sistem dan analisa seperti kinerja
pengukuran variabel fisis pada sistem RO beserta metode pengedaliannya.
29

Monitoring juga diperlukan untuk mengetahui kualitas air yang dihasilkan oleh
alat pengolah air ini. LCD menampilkan data dari variabel fisis yang perlu
dipantau dalam proses mengubah air payau menjadi air tawar layak pakai.

Gambar 2. 1 Desain sistem RO (Ariyanti & Widiasa, 2011)

Sistem pada gambar 2.1 aplikasi sistem reverse osmosis (RO) terdiri dari air
umpan yang diberi tekanan, sistem RO, dan sistem pemipaan yang membawa air
yang telah dimurnikan dari konsentratnya secara terpisah (Ariyanti & Widiasa,
2011). Sistem RO juga dilengkapi oleh pre-filter, booster pump, post-filter, tangki
bertekanan untuk menyimpan produk, dan kran dari bahan stainless steel atau
plastik.

II.2 Kandungan Air Payau sebagai Air Baku


Air payau atau brackish water adalah air yang mempunyai salinitas antara
0,5 ppt s/d 17 ppt. Air ini banyak dijumpai di daerah pertambakan dan estuary
yaitu pertemuan air laut dan air tawar serta sumur-sumur penduduk di pulau-pulau
kecil atau pesisir yang telah terintrusi air laut. Sebagai perbandingan, air tawar
mempunyai salinitas < 0,5 ppt dan air minum maksimal 0,2 ppt. Dari sumber
literatur lain, air tawar maksimal mempunyai salinitas 1 ppt sedangkan air minum
0,5 ppt. Sementara itu air laut rata-rata mempunyai salinitas 35 ppt, dimana ppt
merupakan salinitas adalah jumlah garam yang terkandung dalam satu kilogram
air. Kandungan garam dalam air ini dinyatakan dalam ppt atau part per thousand
karena satu kilogram sama dengan 1000 gram. Pada umumnya dengan komposisi

29
30

kimia air payau yang perlu diperhatikan dalam pengolahan ini, adalah kandungan
Cl-, Ca, Mg, dan Na (Astuti, Jamali, & Muhammad, 2006).

II.3 Pengendalian Laju Aliran Air

Gambar 2. 2 Diagram blok pengendalian flow

Sistem Pengendalian merupakan rangkaian proses konversi material secara


fisika dan kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki keadaan seperti yang
diinginkan. Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu usaha untuk
mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Seluruh
komponen yang terlihat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian.
Pengendalian dapat dilakukan dengan metode on-off, sequensial, dan kontinyu.
Sedangkan pengendalian memiliki beberapa macam bentuk diantaranya open
loop, feed back, ratio, feed forward, dan beberapa bentuk lainnya. Pengendalian
laju aliran dilakukan untuk membuat besarnya fluida yang mengalir berada pada
kondisi yang diinginkan. Ada beberapa cara untuk melakukan pengendalian laju
aliran fluida, diantaranya adalah dengan mengatur kecepatan pendorong (biasanya
pompa) dan juga dengan memberi beban pada jalur outlet fluida.
Laju aliran air yang melewati membran dikontrol oleh ketebalan membran, ukuran
pori, dan perbedaan tekanan. Batasan pada teknis pengoperasiannya juga sangat
penting untuk diperhatikan. Laju alir akan meningkat seiring peningkatan tekanan,
namun tekanan yang besar dapat merusak (merobek) membran sehingga
komponen yang semula akan dipisahkan dari air akan tercampur dengan produk.
Ketebalan membran juga bervariasi, semakin tipis membran maka laju alir produk
akan semakin meningkat, akan tetapi memilih membran yang tipis juga beresiko
pada ketahanan membran (Ariyanti & Widiasa, 2011). Oleh karena itu laju aliran
31

air yang akan memasuki membran harus dikontrol sesuai dengan kapasitas
membran agar tidak terjadi kerusakan membran.

II.4 Proses pengendalian level

Gambar 2. 3 Diagram blok pengendalian volume

Pada proses ini level dari tanki penampungan produk diatur agar tidak
kelebihan kapasitas yang menyebabkan air produk meluap dan merusak
komponen control pada sistem. Pada proses ini sensor yang digunakan adalah
sensor ultrasonic HC-SR04 untuk mendeteksi volume dari air yang ada di dalam
tanki penampungan. Ketika sensor mendeteksi bahwa level air sudah penuh, maka
secara otomatis kontroler akan mengirim sinyal ke relay yang digunakan utuk
memutus sitem.

II.5 Metode Kendali PID dan Tuning


PID sendiri terdapat tiga macam kendali yaitu P (Propotional), I (Integral),
dan D (Derevative). Dimana setiap kendali ini memiliki masing-masing kelebihan
dan kekurangan. Sehingga diperlukan pengaturan pada parameter Kp, Ki, dan Kd
untuk menghasilkan respon sinyal keluaran sistem terhadap nilai tertentu
sebagaimana yang diinginkan (Sampurno, Abdurrakhman, & Hadi, 2015). Hasil
yang didapatkan dari menggunakan sistem kendali PID ini diharpakan dapat
mendekati dengan nilai set point atau minimum kesalahan. Kontroler PID
merupakan gabungan dari tiga buah parameter kontrol, yaitu Proportional (P),
Integral (I), dan juga Derivative (D) dengan tujuan dari integrasi ini adalah untuk
menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan dari masing-masing mode
kontrol. Mode P mempercepat waktu naik sehingga respons sistem mencapai titik
setel lebih cepat, tetapi masih memiliki kelemahan meninggalkan offset.
Kelemahan ini bisa diatasi dengan menggabungkan mode I yang bisa
menghilangkan offset dan juga mengurangi terjadinya overshoot yang maksimal.
Tetapi mode I menyebabkan respon sistem lambat, dan antisipasinya adalah

31
32

menggunakan mode I yang dikombinasikan dengan mode D (Raafi'u, et al., 2019).


Berikut merupakan diagram blok dari sistem kendali PID pada gambar 2.7.

Gambar 2. 4 Diagram blok sistem kendali PID (Sampurno, Abdurrakhman, &


Hadi, 2015)

Persamaan kontroler PID ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai


berikut (Sampurno, Abdurrakhman, & Hadi, 2015).

[ ]
t
1 de(t )
CO (t)=K p e(t )+ .∫ e (τ ) dτ+ Td (2.3)
Ti 0 dt

dengan CO(t) : output kontroler


e(t) : selisih antara SetPoint dengan nilai output proses (dengan
menganggap proses yang dikontrol bersifat direct maka
e=SP-PV)
Kp : gain propotional
Ti : time integral
Td : time derivative
Persamaan PID di atas merupakan sturuktur atau dikenal dengan istilah PID ideal.
Dalam persamaannya perubahan nilai Kp tidak saja berpengaruh terhadap gain
propotionalnya saja namu juga akan mempengaruhi keluaran dari nilai integrator
dan derivatornya. Oleh karena itu persamaan PID ini disebut dengan bentuk
dependent (Setiawan, 2008).
Untuk dapat memperoleh nilai Kp, Ki, dan Kd dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyetelan atau tuning. Diperlukannya tuning adalah agar sistem
close loop memenuhi kriteria yang diinginkan. Metode penyetelan dapat
didapatkan dengan cara melakukan trial and eror atau juga bisa menggunakan
metode Ziegler-Nichols. Apabila kita menggunakan metode trial and eror maka
kita bisa mencoba memasukkan nilai parameter untuk Kp, Ki, dan Kd, setelah itu
33

kita melihat bagaimana respon sistem yang diberikan. Sedangkan untuk metode
tuning Ziegler-Nichols memiliki 2 cara yaitu, metode osilasi dan kurva reaksi.
Metode kurva reaksi didasarkan pada reaksi sistem open loop, sedangkan untuk
metode osilasi didasarkan pada reaksi dari sistem close loop.

II.6 Respon Sistem


Respon sistem atau tanggapan sistem adalah perubahan perilaku dari output
terhadap nilai input, biasanya respon sistem berupa kurva yang akan digunakan
untuk menganalisa karakteristik sistem. Pada respon sistem terdapat 2 tahapan
yakni, tanggapan transient dan tanggapan keadaan tunak (stedy state). Pada
tanggapan transient ini berlangsung dari saat mulai hingga tanggapan sistem
mencapai nilai akhir yang diinginkan (final state). Tanggapan ini digunakan untuk
menganalisa sifat naik atau permulaan dari suatu sistem apabila diberikan sinyal
uji. Tolok ukur dari tanggapan transient adalah rise time, delay time, peak time,
settling time, dan overshoot.
a. Overshoot (Mp): merupakan nilai puncak maksimum dari tanggapan yang
diukur dari nilai akhir respon.
b. Rise time (tr) : merupakan waktu yang dibutuhkan untuk naik, 10%-90%,
5%-95%, 0%-100% dari nilai akhir.
c. Delay time (td) : merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
setengah dari nilai akhir.
d. Settling time (ts) : merupakan waktu yang dibutuhkan tanggapan mencapai
nilai akhir.
e. Peak time (tp) : merupakan waktu puncak yang diperlukan respon untuk
mencapai puncak pertama overshoot.

33
34

Gambar 2. 5 Karakteristik Respon Waktu Sistem (Gamayanti, 2010)

Kemudian tanggapan keadaan tunak (stedy state) merupakan respon dimana


keadaan tunak dimulai pada saat tanggapan mulai pertama kali sampai mendekati
nilai akhir hingga waktu yang tak terhingga. Digunakan untuk menganalisa
karakteristik sistem pasa saat mencapai harga akhirnya. Tolok ukur dari tanggapan
tunak adalah error steady state.

II.7 Sensor salinitas

Gambar 2. 6 Sensor salinitas

Sensor kadar garam memiliki beragam jenis dengan beberapa metode


kerja, salah satunya adalah menggunakan elektrokonduktivitas. Probe yang
digunakan untuk sensor berbahan stik stainless yang berfungsi sebagai penerima
data dari bahan yang diuji. Sensor ini dapat langsung disambungkan dengan pin
analog Arduino maupun pin analog mikrokontroller lainnya, tanpa harus
memakai modul penguat tambahan.
35

II.8 Sensor turbiditas

Gambar 2. 7 Sensor turbiditas

Prinsip kerja dari sensor kekeruhan ini sama halnya dengan sensor
proximity karena terdapat LED photodioda sebagai transmitter dan photodioda
(receiver). Pada sensor ini memanfaatkan cahaya yang dipancarkan pada LED
yang kemudian hasil pemantulan cahaya yang akan dibaca oleh sensor sehingga
semakin tinggi tingkat kekeruhan air yang akan dideteksi maka tingkat
pemantulan cahaya yang diterima akan semakin sedikit, dan sebaliknya. Akan
tetapi pada pembelian sensor ini terdapat modul tambahan sebagai op-amp
untuk menyediakan output berupa tegangan analog dan logika digital sehingga
dapat digunakan sesuai kebutuhan pengaplikasian penggunaan sensor kekeruhan
ini.

II.9 Driver motor L298N

Gambar 2. 8 Driver motor L298N

Modul L298N merupakan salah satu jenis driver motor yang berfungsi
untuk mengontrol motor DC menggunakan mikrokontroler. Modul ini

35
36

diperlukan karena Logic level output dari mikrokontroler hanya sebesar 3.3V
dan 5V dengan arus yang sangat terbatas, sehingga kita tidak bisa
mengendalikan motor secara langsung apabila motor tersebut membutuhkan
level tegangan dan arus yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam mengendalikan
motor menggunakan mikrokontroler maka diperlukan sebuah driver. Kegunaan
driver motor selain kita dapat mengendalikan on/off dan arah putaran, kita juga
dapat mengendalikan kecepatannya melalui metode PWM.

II.10 Sensor Level Ultrasonik

Gambar 2. 9 Sensor ultrasonic (Puspasari, et al., 2019)

Sensor Ultrasonik adalah sebuah alat elktronika yang digunakan untuk mengukur
jarak dari suatu objek. Prinsip kerja dari sensor ultrasonik menggunakan sinyal
ultrasonic sekitar 40 KHz yang di keluarkan, kemudian dapat memantulkan pulsa
echo kembali, dan dihitung waktu yang diambil dalam mikrodetik. Penggunaan
sensor Ultrasonik digunakan dapat digunakan untuk keperluan ketinggian air
dalam tangki dengan ketinggian 20 cm, dimana sensor ultrasonic yang digunakan
ini memiliki range yaitu 2-450 cm (Puspasari, et al., 2019).
37

II.11 Flow Sensor

Gambar 2. 10 Sensor flow (Koestoer, 2004)

Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran air dari suatu
fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. Alat ini terdiri dari
primary device, yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat bantu
sekunder). Flowmeter umunya terdiri dari dua bagian, yaitu alat utama dan alat
bantu sekunder. Alat utama menghasilkan suatu signal yang merespon terhadap
aliran karena laju aliran tersebut telah terganggu. Alat utamanya merupakan
sebuah orifis yang mengganggu laju aliran, yaitu menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan. Alat bantu sekunder menerima sinyal dari alat utama lalu
menampilkan, merekam, dan/atau mentransmisikannya sebagai hasil dari laju
aliran (Koestoer, 2004).

37
38

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Prosedur Tugas Akhir


Pada Tugas Akhir ini, garis besar alur Tugas Akhir dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Reverse Osmosis


Pada prosedur tugas akhir ini pertama, dimulai dari studi literatur mencari
mecari referensi dari jurnal maupun artikel mengenai water treatment system
menggunakan reverse osmosis dan teknologi yang mendukung desain sistem
kontrol. Kedua, dilakukan perumusan masalah dari teknologi water treatment
39

system yang digunakan dan diangkat pada tugas akhir ini. Ketiga, dilakukan
persiapan perancangan dan pembuatan reverse osmosis yang berisi mengenai
penetuan desain, alat dan bahan dan variable fisis yang digunakan. Keempat,
dilakukan pembuatan alat reverse osmosis plant yang akan dibuat secara
mendetail mulai dari pembuatan hardware, software, dan mekanik. Kelima,
dilakukan proses penggabungan atau assembly antar komponen-komponen
tersebut. Selanjutnya dilakukan proses pengujian terhadap alat water treatment
system dengan cara memberikan air dengan kekeruhan 25 NTU dan salinitas
lebih dari 0,5 ppt pada jalur produk untuk mengetahui apakah alat dapat mengirim
kembali air tersebut ke proses pre-filter. Jika alat dapat bekerja sesuai ketentuan
tersebut maka langkah selanjutnya alat akan dijalankan dan diukur kadar TDS dan
salinitas produk air. Setelah itu dilakukan pengujian tanki penampungan dengan
cara mengisinya sampai penuh dan melihat apakah sistem dapat berhenti ketika
penuh atau tidak. Setelah itu dilakukan evaluasi alat, jika tidak sesuai maka akan
dilakukan perancangan dan pembuatan ulang alat tugas akhir. Apabila sudah
sesuai dengan parameter diatas maka akan dilakukan pengambilan data terkait
kadar TDS dan juga salinitasnya. Selanjutnya dilakukan pengambilan data dari
variabel fisis yang dipantau yang selanjutnya data tersebut dianalisa dan dilakukan
pembahasan terhadap data tersebut. Langkah terakhir dari pengerjaan tugas akhir
ini adalah pembuatan laporan hasil.

III.2 Perancangan Perangkat Keras


Perancangan perangkat keras dibagi menjadi 2 golongan yakni perancangan
mekanik dan perancangan perangkat elektronik. Pada perancangan mekanik
terdapat plant dari alat pengolah air berbasis RO. Sedangkan untuk perancangan
elektronik terdapat beberapa komponen antara lain driver motor untuk pompa,
supply DC 5 Volt, sensor salinitas dan turbiditas sebagai sensor kualitas air,
sensor flow, sensor ultrasonik, Arduino uno dan Arduino nano sebagai
kontrollernya. Arduino uno berfungsi untuk melakukan pembacaan sensor untuk
flow produk, level tanki penampungan, salinitas, dan turbiditas sekaligus
melakukan kontrol terhadap kualitas produk dan menampilkannya di LCD.
40

Sedangkan Arduino nano berfungsi untuk membaca flow air baku dan mengontrol
pompa dibantu oleh driver motor.
III.2.1 Perancangan Mekanik

Gambar 3. 2 Kerangka alat pengolah air

Pada alat ini dimensi kerseluruhan dari kerangkanya berukuran 85 cm × 31 cm ×


55 cm dengan menggunakan bahan hollow dan plat galvanis disertai dengan panel
box, tanki pengukuran dan housing filter PVC berdiameter 100 mm. Berikut
merupakan spesifikasi dari besi hollow yang dipakai:
Tabel 3. 1 Spesifikasi hollow kerangka

Parameter Keterangan
Nama Besi hollow
Bahan Galvanis
Dimensi 20 mm × 20 mm
Tebal 0,8 mm
Setelah kerangka alat telah selesai dikerjakan dilanjutkan dengan melakukan
pemasangan housing filter dengan spesifikasi berikut:
Tabel 3. 2 Spesifikasi housing filter

Parameter Keterangan
Nama Filter housing
Bahan PVC
Diameter 100 mm
Tinggi 260 mm
Drat inlet ¼”
Drat outlet ¼”
41

Selain itu pada alat ini terdapat closed tank yang digunakan untuk mengukur
salinitas dan turbiditas dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 3. 3 Spesifikasi pipa pengukur turbiditas & salinitas

Parameter Keterangan
Nama Pipa
Bahan Stainless steel
Diameter 100 mm
Tebal 1 mm

III.2.2 Perancangan Elektronik


Perangkat elektronik dari alat ini terdiri dari pompa DC, solenoid valve, sensor
turbiditas, sensor salinitas, sensor flow, sensor ultrasonik, power supply, Arduino
uno, Arduino nano, driver motor L298N, dan relay.
3.2.2.1 Komponen
a) Pompa

Gambar 3. 3 Pompa air DC

Pompa DC digunakan untuk menyuplai air untuk diproses oleh plant. Pomp
ini menghisap air dari sumber dan dialirkan ke filter. Spesifikasi dari pompa
yang dipakai pada plant ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 4 Spesifikasi pompa DC

Parameter Keterangan
42

Nama Pompa DC
Tipe DP-537
Tekanan maksimal 0,68 MPa
Flow maksimal 4 L/m
Supplai daya 12V
Daya 60-65 W

b) Solenoid Valve

Gambar 3. 4 Solenoid valve

Solenoid valve digunakan sebagai pengendali kualitas air, apabila parameter


air layak pakai belum terpenuhi maka valve pertama akan membuka dan valve
kedua akan tertutup dan air akan kembali ke tanki air baku, apabila parameter
terpenuhi maka yang terjadi adalah sebaliknya dan air akan dialirkan menuju
tanki penampungan produk, adapun spesifikasi dari solenoid valve yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 5 Spesifikasi solenoid valve

Parameter Keterangan
Nama Solenoid valve
Tipe Two way valve
Port Intake G3 / 4 "- the outlet 2-12mm
Temperatur operasi 0-100 ͦC
Tekanan operasi 0,02-0,8 MPa

c) Sensor Turbiditas
43

Gambar 3. 5 Sensor turbiditas

Sensor turbiditas berguna untuk melakukan pembacaan terhadap tingkat


kekeruhan air setelah diproses oleh filter dan RO, sensor ini terletak di tanki
pengukuran kualitas air yang ada di plant, spesifikasi dari sensor ini adalah
sebagai berikut ini:
Tabel 3. 6 Spesifikasi sensor Turbiditas

Parameter Keterangan
Tegangan operasi 5V DC
Arus operasi 40 mA
Waktu respon <500 ms
Analog output 0,4-5V DC
Temperatur operasi 5-90 ͦC
Berat 30 gr
Dimensi 38mm×28mm×10mm

d) Sensor Salinitas
44

Gambar 3. 6 Sensor salinitas

Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi kadar garam yang ada didalam air
setelah diproses oleh filter dan RO, sensor ini terletak di tanki pengukuran
kualitas air yang ada di plant, spesifikasi dari sensor ini adalah sebagai berikut
ini:
Tabel 3. 7 Spesifikasi sensor salinitas

Parameter Keterangan
Tegangan operasi 3-5V DC
Tegangan keluaran 0-1023 ADC
Waktu respon 0,1-0,3 s
e) Sensor Flow

Gambar 3. 7 Sensor flow

Sensor ini berfungsi untuk mengukur laju aliran air. Pada plant ini terdapat 2
buah sensor laju aliran, yang pertama terletak di jalur suplai air dan yang kedua
terletak di jalur produk air, adapaun spesifikasi dari sensor yang digunakan
adalah sebagai berikut:
45

Tabel 3. 8 Spesifikasi sensor flow

Parameter Keterangan
Tipe YF-S402B
Range 0,3-10L/min
Tekanan maksimal 0,8 MPa
Tegangan operasi 3,5-12V DC
Temperatur operasi 1-100 ͦC
Karakteristik output 38×Q

f) Sensor ultrasonik

Gambar 3. 8 Sensor ultrasonik

Sensor ultrasonik ini berfungsi untuk melakukan pengukuran terhadap tanki


penampungan dari produk air, sensor ini diberi pelindung untuk menghindari
kerusakan dari percikan air yang masuk kedalam tanki, spesifikasi dari sensor
ini adalah sebagai berikut ini:
Tabel 3. 9 Spesifikasi sensor ultrasonik

Parameter Keterangan
Tegangan operasi 5V DC
Sudut sensor 15 ͦ
Jarak deteksi 20-4500 mm
Tingkat akurasi 0,3 mm

g) Power Supply
46

Gambar 3. 9 Power supply

Sebuah plant tidak akan berjalan apabila tidak ada suplai daya yang
mengalir. Oleh karena itu power supply ini berfungsi sebagai jantung plant yang
berfungsi untuk menghidupkan semua komponen yang ada. Spesifikasi power
supply yang digunakan adalah sebagai berikut ini:
Tabel 3. 10 Spesifikasi power supply

Parameter Keterangan
Daya 50 Watt
Tegangan input 185-265V AC
Tegangan output 5V
Arus output 10A

h) Arduino Uno

Gambar 3. 10 Arduino UNO R3


47

Arduino uno disini digunakan sebagai otak dari plant dan juga menjadi
master dari kontroler kedua. Arduino uno disini digunakan untuk memproses
data flow produk, level tanki penampungan, salinitas, dan turbiditas sekaligus
melakukan kontrol terhadap kualitas produk dan menampilkannya di LCD.
Spesifikasi dari Arduino uno yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 11 Spesifikasi Arduino UNO

Parameter Keterangan
Mikrokontroler ATmega328P
Tegangan operasi 5V DC
Pin I/O digital 14 pin (6 pin diantaranya PWM)
Pin I/O analog 6 pin
SRAM 2 Kb
EEPROM 1 Kb
Kecepatan clock 16 MHz
Dimensi 58,6 mm×53,4 mm

i) Arduino Nano

Gambar 3. 11 Arduino Nano

Arduino nano digunakan sebagai kontroler yang memproses data berupa flow
dari suplai air yang masuk ke plant, selain itu kontroler ini digunakan untuk
mengontrol pompa dibantu oleh driver motor dengan cara mengirimkan sinyal
PWM ke driver. Adapun spesifikasi dari kontroler ini adalah sebagai berikut:
48

Tabel 3. 12 Spesifikasi Arduino Nano

Parameter Keterangan
Mikrokontroler ATmega328P-AU
Tegangan operasi 5V DC
Pin I/O digital 14 pin (6 pin diantaranya PWM)
Pin I/O analog 8 pin
SRAM 2 Kb
EEPROM 1 Kb
Kecepatan clock 16 MHz
Dimensi 58,6 mm×53,4 mm

j) Driver Motor L298N


Driver motor merupakan modul driver motor DC yang menggnakan IC H-
Bridge yang dapat mengendalikan beban induktif seperti relay, solenoid, motor
DC, dan motor stepper. Driver motor pada plant pengering ini digunakan untuk
memudahkan mengatur kecepatan dari blower kipas maupun motor DC untuk
screw.

Gambar 3. 12 Driver motor L298N

Tabel 3. 13 Spesifikasi driver motor L298N

Fitur Spesifikasi
Tegangan minimal untuk power 5-35 VDC
Tegangan operasional 5VDC
Arus masukan 0-36 mA
Daya Maksimal 25 W
49

k) Relay

Gambar 3. 13 Relay

Relay digunakan untuk memberikan gaya untuk membuka atau menutup


switch. Dengan kata lain, suatu switch dengan menggunakan tenaga elektris.
Suatu switch atau relay pada saat keadaan tidak fiktif memiliki dua kondisi yaitu
NO (Normally Open) dan NC (Normally Close). Adapun spesifikasi dari modul
relay yang dipakai adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 14 Spesifikasi relay

Parameter Keterangan
Tipe 2 channel relay breakout
Tegangan operasi 5-7,5V DC
Kapasitas COM AC250V 10A ; DC30V 10A

l) LCD

Gambar 3. 14 layar LCD


50

LCD digunakan untuk menampilkan seluruh data yang telah diperoleh dari
sensor dan telah diolah oleh kontroler untuk distandarkan. Spesifikasi dari LCD
yang digunakan adalah sebagai berikut ini:
Tabel 3. 15 Spesifikasi LCD

Parameter Keterangan
Tipe 20×4 karakter
Tegangan operasi 5V DC
Dimensi 98 mm ×60 mm ×14 mm

3.2.2.2 Wiring Diagram

Gambar 3. 15 Wiring diagram sistem

Semua komponen yang telah disebutkan diatas digabungkan menjadi satu


rangkaian agar dapat membentuk sistem yang diinginkan. Gambar diatas
menunjukkan wiring diagram dari sistem pengolahan air yang dibuat.

III.3 Perancangan Perangkat Lunak


Prototipe water treatment system menggunakan metode reverse osmosis ini
akan dilengkapi dengan pembuatan perangkat kontrol untuk pengendalian tingkat
salinitas dan turbiditas untuk memaksimalkan pemanfaatan reverse osmosis
membrane ini. Pengujian performansi prototipe reverse osmosis ini terdiri dari
51

dua poin yaitu pengujian dengan kadar garam tertinggi dan pengujian tingkat
turbiditas tertinggi. Pengujian ini akan mendapatkan data efisiensi dan kualitas
produk air sistem pengolahan air payau menjadi air tawar.

Gambar 3. 16 Diagram blok pengendalian flow

Data dari flow sensor yang berada di jalur keluaran pompa akan dikirim menuju
mikrokontroler, di dalam mikrokontroler, data akan diolah untuk mengetahui
apakah laju aliran sudah sesuai dengan set point atau belum. Apabila belum maka
mikrokontroler akan mengirimkan sinyal untuk mengendalikan motor melalui
driver motor yang sudah dipasang. Pengendalian laju aliran dilakukan agar
membran semipermeabel tidak mengalami kerusakan karena kelebihan tekanan.
Setelah air diproses oleh sistem filter maka air akan dialirkan menuju tanki
penampungan, tetapi sebelum itu terlebih dahulu akan dilakukan pembacaan
kualitas air dengan parameter TDS dan salinitas oleh 2 buah sensor, yaitu sensor
TDS dan salinitas. Data dari sensor turbiditas dan salinitas akan dikirimkan ke
mikrokontroler. Dalam mikrokontroler, data akan diolah untuk mengetahui
apakah air yang dikeluarkan oleh membran RO sudah memenuhi spesifikasi yang
diinginkan atau belum. Apabila spesifikasinya sudah memenuhi maka air akan
diteruskan ke tanki penampungan, dan jika spesifikasinya belum memenuhi maka
air akan dikembalikan ke proses penyaringan oleh membran RO. Setelah itu
dilakukan pembacaan laju aliran air yang sudah difilter.

Gambar 3. 17 Diagram blok pengendalian level


52

Setelah itu air masuk ke dalam tanki penampungan, level air diukur untuk
mengetahui apakah tanki sudah penuh atau belum, apabila tanki sudah penuh
maka proses akan dihentikan dan apabila belum maka proses akan terus berjalan.
Seluruh data dari pembacaan sensor yang telah diolah mikrokontroler akan
ditampilkan pada LCD agar pengguna mengetahui tingkat kelayakan air yang
dihasilkan. Pengembangan berfokus pada penambahan pengendalian turbiditas
dan salinitas air. Untuk membersihkan membran RO dapat digunakan metode
back wash yang dilakukan dengan memindahkan selang dari jalur suplai ke jalur
produk kemudian pompa dinyalakan, dengan demikian partikulat air yang
menumpuk di depan membrane akan terdorong ke depan dan akan keluar dari
jalur suplai. Dengan demikian tidak ada lagi kotoran yang menumpuk di
membran.
53

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengujian Tiap Komponen


Sebelum komponen digunakan untuk melakukan suatu fungsi dan di-
assembly di plant kita harus bisa memastikan apakah sensor ataupun komponen
yang kita pasang pada plant bekerja dengan baik dan pembacaannya sesuai
dengan pembacaan alat yang sudah dianggap standar.
IV.1.1 Pengujian Sensor Flow
Pada plant sistem pengolahan air berbasis RO, salah satu variabel yang
dikendalian dan di monitoring yaitu flow yang dapat diatur kecepatannya sesuai
set point yang di inginkan, dan di monitoring melalui LCD. Sebelum sensor
dirangkai, maka sensor harus menjalani pengujian dan kalibrasi terlebih dahulu.

Gambar 4. 1 Proses kalibrasi flow sensor

Pengujian yang dilakukan yang dilakukan adalah pengujian nilai tetap dan
pengujian variasi. Untuk pengujian variasi sensor flow diuji dengan besar laju
aliran 0,5 L/m, 1 L/m, 2 L/m, 3 L/m, dan 4 L/m dengan kalibrator rotameter dan
untuk pengujian nilai tetap dilakukan di nilai 1 L/m. Adapun Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a) Siapkan alat ukur dan kalibrator
55

b) Pasang alat ukur dan kalibrator di jalur pipa yang sama


c) Hidupkan dan atur kecepatan pompa agar berada di laju aliran yang
diinginkan
d) Baca hasil pengujian dan catat
e) Ulangi Langkah c dan d sampai mendapat jumlah data yang diinginkan
f) Olah data yang didapat untuk mengetahui karakteristik sensor
Berikut merupakan nilai dari pengujian sensor flow:
Tabel 4. 1 Hasil pengujian variasi flow sensor 1

Pembacaan Alat (L/m) Rata-Rata


Rentan Pembacaa
Pembacaa Koreksi
g Ukur n Standar
1 2 3 n
(L/m) (L/m) (L/m) (L/m)
0.5 0.49 0.52 0.53 0.5133 0.0200
1 1.03 0.97 1.02 1.0067 0.0267
0,5 - 4
2 2.04 1.98 2.02 2.0133 0.0200
L/m
3.1 3.01 3.03 2.97 3.0033 0.0300
4.1 4.04 3.98 4.02 4.0133 0.02
Nilai diatas merupakan hasil pengujian kalibrasi dengan nilai yang divariasikan
pada flow sensor 1 untuk mengetahui karakteristik sensor tersebut, sedangkan
untuk sensor kedua adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Hasil pengujian variasi flow sensor 2

Rentang Pembacaa Pembacaan Alat (cm) Rata-Rata


Koreksi
Ukur n Standar Pembacaan
1 2 3
(L/m) (L/m) (L/m) (L/m)
0.5 0.48 0.52 0.53 0.5100 0.0233
1 1.03 0.96 1.02 1.0033 0.0300
0,5 - 4
2.1 2.03 1.98 2.02 2.0100 0.0233
L/m
3.1 3.01 3.03 2.98 3.0067 0.0267
4.1 4.03 3.98 4.02 4.0100 0.0233

Data diatas menunjukkan hasil kalibrasi dari flow sensor kedua. Berikut ini
merupakan grafik perbandingan pengukuran dari kedua sensor:
56

Perbandingan hasil pengukuran sensor


4.5
4.2
3.9
3.6 0.89966 x − 0.59302
f(x) = 0.90034 0.589
R² = 0.98748730919307
0.987467097806158
3.3
3
2.7
2.4
2.1
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
1 2 3 4 5

Set Nilai Pembacaan sensor 2


Linear (Pembacaan sensor 2) Pembacaan sensor 1
Linear (Pembacaan sensor 1)

Gambar 4. 2 Hasil pembacaan pengujian sensor flow

Selain pengujian nilai variasi, terdapat juga pengujian nilai tetap yang hasilnya
adalah sebagai berikut ini:
Tabel 4. 3 Hasil kalibrasi nilai tetap flow sensor 1

Pembacaan Pembacaan Alat yang


No Koreksi (X'-X) (X'-X)^2
Kalibrator Diuji
0.00052
1.1 1.03
1 0.070 0.023 9
0.00072
1 0.98
2 0.020 -0.027 9
0.00016
1 1.02
3 -0.020 0.013 9
0.00052
1 1.03
4 -0.030 0.023 9
0.00136
1 0.97
5 0.030 -0.037 9
0.00688
1.1 1.09
6 0.010 0.083 9
0.00220
1 0.96
7 0.040 -0.047 9
0.00072
1 0.98
8 0.020 -0.027 9
9 1 1.03 -0.030 0.023 0.00052
57

9
0.00072
1 0.98
10 0.020 -0.027 9
Setelah melakukan pengujian terhadap sensor 1, selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap sensor kedua dengan menggunakan kalibrator yang sama dengan yang
digunakan untuk melakukan kalibrasi terhadap sensor 1.
Tabel 4. 4 Hasil kalibrasi nilai tetap flow sensor 2

Pembacaan Pembacaan Alat yang


No Koreksi (X'-X) (X'-X)^2
Kalibrator Diuji
1 1.1 1.04 0.060 0.033 0.001089
2 1 0.97 0.030 -0.037 0.001369
3 1 1.02 -0.020 0.013 0.000169
4 1 1.03 -0.030 0.023 0.000529
5 1 0.97 0.030 -0.037 0.001369
6 1.1 1.09 0.010 0.083 0.006889
7 1 0.97 0.030 -0.037 0.001369
8 1 0.98 0.020 -0.027 0.000729
9 1 1.02 -0.020 0.013 0.000169
10 1 0.98 0.020 -0.027 0.000729
Setelah dilakukan akan didapat karakteristik sensor berikut ini:
Resolusi 0.01 L/m
Rata-rata 1.007 L/m
Standar Deviasi 0.040013886
Ketidakpastian Kalibrator 0.2 L/m
Tingkat Kepercayaan 95 %
Faktor Cakupan 2.1
Akurasi 2 %
Ketidakpastian Baku 0.012653502
Model Matematis 1.020 ± 0.221168
Ua1 0.013 L/m 1.007
Ua2 0.030 L/m
Ub1 0.100 L/m
Ub2 0.002886751 L/m
Uc 0.105318004 L/m
U95 0.221167808 L/m
Veff 0.001875318
58

Presentase error 0.000127451 %


Keputusan Alat masih layak pakai
Dan karakteristik sensor kedua adalah sebagai berikut ini:
Resolusi 0.01 L/m
Rata-rata 1.007 L/m
Standar Deviasi 0.040013886
Ketidakpastian Kalibrator 0.2 L/m
Tingkat Kepercayaan 95 %
Faktor Cakupan 2.1
Akurasi 2 %
Ketidakpastian Baku 0.012653502
Model Matematis 1.020 ± 0.219432
Ua1 0.013 L/m 1.007
Ua2 0.027 L/m
Ub1 0.100 L/m
Ub2 0.002886751 L/m
Uc 0.104491361 L/m
U95 0.219431857 L/m
Veff 0.00193537
Presentase error 0.000127451 %
Keputusan Alat masih layak pakai
IV.1.2 Pengujian Sensor ultrasonik
Pada plant ini sensor ultrasonic digunakan untuk melakukan pengendalian
level air yang berada di tanki produk. Oleh karena itu perannya sangat penting dan
harus dipastikan bahwa sensor memiliki tingkat akurasi yang baik. Langkah
Langkah untuk melakukan kalibrasinya antara lain adalah:
a) Siapkan alat ukur dan kalibrator
b) Siapkan benda padat yang tidak berongga sebagai benda uji
c) Dekatkan dan jauhkan benda sesuai jarak yang ingin diukur
d) Catat hasil pembacaan
e) Lakukan olah data untuk mengetahui karakteristik sensor
59

Pengujian yang dilakukan yang dilakukan adalah pengujian nilai tetap dan
pengujian variasi. Untuk pengujian variasi sensor ultrasonik diuji dengan jarak 1
cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm, dan 100 cm dengan kalibrator mistar dan untuk
pengujian nilai tetap dilakukan di nilai 35 cm. Adapun hasil pengujiannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 5 Hasil kalibrasi nilai tetap sensor ultrasonik

Pembacaan Pembacaan Alat


No Koreksi (X'-X) (X'-X)^2
Kalibrator yang Diuji
1 35.1 35.18 -0.080 0.108 0.011664
2 35 34.85 0.150 -0.222 0.049284
3 35 35.18 -0.180 0.108 0.011664
4 35 35 0.000 -0.072 0.005184
5 35 35.08 -0.080 0.008 6.4E-05
6 34.9 34.97 -0.070 -0.102 0.010404
7 35 34.98 0.020 -0.092 0.008464
8 35 35.18 -0.180 0.108 0.011664
9 35 34.98 0.020 -0.092 0.008464
10 35.1 35.32 -0.220 0.248 0.061504

Tabel 4. 6 Hasil kalibrasi variasi sensor ultrasonik

Rentang Pembacaa Pembacaan Alat (cm)


Rata-Rata Koreksi
Ukur n Standar Pembacaan
1 2 3
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 1.02 1 1.02 1.0133 0.0200
25 24.85 24.92 25.19 24.9867 0.0467
1 - 100
50 50.1 50 50 50.0333 -0.0333
cm
75 75.33 74.84 74.92 75.03 0.0033
100 99.66 99.44 99.82 99.64 0.393333333
Adapun grafik dan karakteristik sensornya adalah sebagai berikut ini:
60

Hasil pembacaan sensor ultrasonik


110
100
90 f(x) = 24.72967 x − 24.04835
R² = 0.999946229714123
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5

Pembacaan standar Pembacaan sensor


Linear (Pembacaan sensor)

Gambar 4. 3 Hasil pembacaan sensor ultrasonik

Resolusi 0.01 cm
Rata-rata 35.072 cm
Standar Deviasi 0.140775629
Ketidakpastian Kalibrator 0.2 cm
Tingkat Kepercayaan 95 %
Faktor Cakupan 2.1
Akurasi 2 %
Ketidakpastian Baku 0.044517163
Model Matematis 35.010 ± 0.333653
Ua1 0.045 cm 35.072
Ua2 0.115 cm
Ub1 0.100 cm
Ub2 0.002886751 cm
Uc 0.158882219 cm
U95 0.333652659 cm
Veff 0.055469115
Presentase error -1.77092E-05 %
Keputusan Alat masih layak pakai
61

IV.1.3 Pengujian sensor salinitas

Gambar 4. 4 Proses kalibrasi sensor salinitas

Pada plant ini sensor salinitas digunakan untuk melakukan pengendalian


kualitas air. Oleh karena itu perannya sangat penting dan harus dipastikan bahwa
sensor memiliki tingkat akurasi yang baik. Langkah Langkah untuk melakukan
kalibrasinya antara lain adalah:
a) Siapkan alat ukur dan kalibrator
b) Siapkan air yang akan di uji
c) Bandingkan pembacaan kalibrator dengan pembacaan sensor
d) Catat hasil pembacaan
e) Lakukan olah data untuk mengetahui karakteristik sensor
Pengujian yang dilakukan yang dilakukan adalah pengujian nilai tetap dan
pengujian variasi. Untuk pengujian variasi sensor salinitas diuji dengan
kandungan 334 ppm, 387 ppm, 420 pm, 474 ppm, dan 580 pm dengan kalibrator
mistar dan untuk pengujian nilai tetap dilakukan di nilai 441 ppm. Adapun hasil
pengujiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Hasil pembacaan nilai variasi sensor salinitas

Rentang Pembacaan Pembacaan Alat (ppm) Rata-Rata


Koreksi
Ukur Standar Pembacaan
1 2 3
(ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
330 - 334.4
580 334 2 334.87 334.21 334.5000 -0.1667
ppm 387 388.4 388.93 387.93 388.4267 -1.0933
62

2
420.5
420 9 421.43 421.93 421.3167 -0.6500
473.2 473.78666
474 3 474.92 473.21 7 -0.4533
580.9
580 3 580.42 581.2 580.85 -0.1833

Tabel 4. 8 Hasil pembacaan nilai tetap sensor salinitas

Pembacaan Pembacaan Alat (X'-


No Koreksi (X'-X)
Kalibrator yang Diuji X)^2
1 441 441.43 -0.430 -0.56 0.3136
2 442 442.96 -0.960 0.97 0.9409
3 441 441.21 -0.210 -0.78 0.6084
4 442 441.82 0.180 -0.17 0.0289
5 442 442.79 -0.790 0.8 0.64
6 441 442.55 -1.550 0.56 0.3136
7 441 441.95 -0.950 -0.04 0.0016
8 441 441.43 -0.430 -0.56 0.3136
9 442 442.55 -0.550 0.56 0.3136
10 441 441.21 -0.210 -0.78 0.6084
Adapun karakteristik dari sensor tersebut adalah sebagai berikut ini:

Hasil pembacaan sensor salinitas


700
600
500 f(x) = 57.819 x + 266.27234
R² = 0.950271951340437
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5

Pembacaan standar Pembacaan alat


Linear (Pembacaan alat)

Gambar 4. 5 Hasil pembacaan sensor salinitas

Resolusi 0.01 ppm


Rata-rata 441.99 ppm
Standar Deviasi 0.673514827
Ketidakpastian Kalibrator 0.2 ppm
Tingkat Kepercayaan 95 %
63

Faktor Cakupan 2.1


Akurasi 2 %
Ketidakpastian Baku 0.212984089
Model Matematis 441.400 ± 1.19293227
Ua1 0.213 ppm 441.99
Ua2 0.517 ppm
Ub1 0.100 ppm
Ub2 0.002886751 ppm
Uc 0.568062986 ppm
U95 1.19293227 ppm
Veff 0.177846444
Presentase error -1.33666E-05 %
Keputusan Alat masih layak pakai
IV.1.4 Pengujian sensor turbiditas
Pada plant ini sensor turbiditas digunakan untuk melakukan pengendalian
kualitas air. Oleh karena itu perannya sangat penting dan harus dipastikan bahwa
sensor memiliki tingkat akurasi yang baik. Langkah Langkah untuk melakukan
kalibrasinya antara lain adalah:
a) Siapkan alat ukur dan kalibrator
b) Siapkan air yang akan di uji
c) Bandingkan pembacaan kalibrator dengan pembacaan sensor
d) Catat hasil pembacaan
e) Lakukan olah data untuk mengetahui karakteristik sensor
Pengujian yang dilakukan yang dilakukan adalah pengujian nilai tetap dan
pengujian variasi. Untuk pengujian variasi sensor salinitas diuji dengan
kandungan 334 ppm, 387 ppm, 420 pm, 474 ppm, dan 580 pm dengan kalibrator
mistar dan untuk pengujian nilai tetap dilakukan di nilai 441 ppm. Adapun hasil
pengujiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Hasil pengujian nilai tetap sensor turbiditas

Pembacaan Pembacaan Alat


No Koreksi (X'-X) (X'-X)^2
Kalibrator yang Diuji
1 40 40.15 -0.150 0.016 0.000256
64

2 40 40.3 -0.300 0.166 0.027556


3 39 39.97 -0.970 -0.164 0.026896
4 39 40.11 -1.110 -0.024 0.000576
5 40 40.23 -0.230 0.096 0.009216
6 40 40.15 -0.150 0.016 0.000256
7 40 40.22 -0.220 0.086 0.007396
8 39 40.11 -1.110 -0.024 0.000576
9 40 39.97 0.030 -0.164 0.026896
10 39 40.13 -1.130 -0.004 1.6E-05

Tabel 4. 10 Hasil pembacaan nilai variasi sensor turbiditas

Rentang Pembacaan Pembacaan Alat (NTU) Rata-Rata


Koreksi
Ukur Standar Pembacaan
1 2 3
(NTU) (NTU) (NTU) (NTU)
26 25.62 26.47 26.13 26.0733 -0.4067
32 32.77 32.23 32.83 32.6100 -0.9433
1 - 100 36 37.12 37.27 37.35 37.2467 -0.9133
NTU 44.363333
43 44.33 43.84 44.92 -1.0300
3
56 56.66 55.44 54.82 55.64 0.02667
Adapun karakteristik dan hasil pembacaan sensor adalah sebagai berikut ini:

Hasil pembacaan sensor turbiditas


60

50 f(x) = 7.08867 x + 17.92065


R² = 0.972905975769935
40

30

20

10

0
1 2 3 4 5

Pembacaan Standar Pembacaan Alat (NTU)


Linear (Pembacaan Alat (NTU))

Gambar 4. 6 Hasil pembacaan sensor turbiditas


65

IV.2 Pengujian Keseluruhan Alat

Gambar 4. 7 Plant pengolahan air berbasis RO

Setelah dilakukan pengujian di tiap komponen, maka dilakukan pengujian dari


keseluruhan plant, Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Siapkan air untuk digunakan sebagai air baku
b) Colokkan steker ke stop kontak
c) Tekan switch button berwarna merah yang berada di atas panel box
d) Tunggu hingga plant berhenti saat tanki penampungan penuh
Dan hasil pengujian keseluruhan adalah sebagai berikut ini:
IV.2.1 Pengujian Flow
Flow dari plant diatur menggunakan kontrol dengan tipe PID, dan hasil
pengujiannya menunjukkan grafik dibawah ini:
66

Hasil Pembacaan Sensor Flow 1


0.8
0.6
0.4
0.2
0
Waktu (ms) 1080 2200 3320 4440 5560 6680 7800 8920 10040 11160 12280

Flow1 (L/m) SP (L/m)

Gambar 4. 8 Flow pada jalur suplai air

Dari tabel tersebut didapatkan data pengujian alat dengan mengatur set point RPM
dan dapat dilihat pula seberapa lama alat dapat mencapai set point yang di
inginkan, dari data tersebut dapat diketahui bahwa alat sudah dapat berjalan cukup
stabil walaupun dari data tersebut dapat dilihat beberapa kali plant mengalami
penurunan flow. Hal tersebut disebabkan karena karakteristik dari pompa yang
dipakai memang selalu mengalami time off meskipun disuplai dengan arus
konstan. Adapun analisa dari grafik respon kontrolnya adalah sebagai berikut ini:
-Risetime
Nilai 10% setpoint = 10 % x setpoint
= 10 % x 0,5 L/m
= 0,05 L/m
Nilai 90% setpoint = 90 % x setpoint
= 90 % x 0.5 rpm
= 0,45 L/m
Tr = waktu antara 10-90% = 1,6 detik

-Persen Maksimum overshoot


Nilai maksimum−set point
%OS = x 100%
setpoint
0,72−0,5
= x 100%
0,5
= 44%
Tp = waktu mencapai overshoot
= 2,76 detik

-Settlingtime
67

Ts = waktu mencapai steady state


= 3,2 detik

-Nilai error steady state


nilai maksimum steady−set point
Error maksimum = x100%
setpoint
0,53−0,5
= x100%
0,5
=6%

Setelah laju aliran air dikontrol untuk mencegah kerusakan membrane,


selanjutnya air akan melalui proses pemfilteran dan akan diukur kembali nilai
flow produk yang dihasilkan, berikut adalah nilai flow pada sensor kedua dan
perbandingannya dengan sensor pertama:

Hasil Pembacaan Sensor Flow 2


1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Waktu (ms) 1080 2200 3320 4440 5560 6680 7800 8920 10040 11160 12280

Flow2 (L/m) SP (L/m)

Gambar 4. 9 Pembacaan sensor flow 2

Perbandingan Pembacaan Sensor Flow 1 & 2


1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 13 25 37 49 61 73 85 97 109121133145157169181193205217229241253265277289301313

Flow1 (L/m) Flow2 (L/m) SP (L/m)

Gambar 4. 10 Perbandingan hasil pembacaan sensor flow 1 & 2


68

IV.2.2 Pengujian Salinitas


Pembacaan salinitas dilakukan sampai plant mati secara otomatis karena
tanki penampungan telah penuh ketika plant sedang melakukan proses terhadap
air baku. Pada percobaan kali ini membran reverse osmosis sudah terpasang pada
plant. Berikut merupakan hasil pembacaan sensor setelah air diolah menggunakan
filter dibandingkan dengan tingkat salinitas air baku yang diukur menggunakan
kalibrator.

Salinitas Sampel
520
510
500
490
480
470
460
450
440
430
Waktu (s) 141 285 429 573 717 861 1005 1149 1293 1437 1581 1725

Salinitas Sample 2 (ppm) Sampel Air Baku (ppm)

Gambar 4. 11 Hasil pembacaan salinitas air

IV.2.3 Pengujian Turbiditas


Adapun pengujian turbiditas juga dilakukan sampai dengan tanki
penampungan terisi penuh pada saat plant sedang memroses air baku dengan
posisi membran RO sudah terpasang pada plant. Berikut merupakan hasil
pembacaan sensor terhadap air olahan dibandingkan dengan air baku yang diukur
menggunakan kalibrator:
69

Turbiditas Sampel
60

50

40

30

20

10

0
Waktu (s) 141 285 429 573 717 861 1005 1149 1293 1437 1581 1725

Turbiditas sample 2 (NTU) Sampel Air Baku (NTU)

Gambar 4. 12 Hasil pembacaan turbiditas air

IV.2.4 Pengujian Level


Adapun pengujian level dilakukan mulai dari start sampai plant mati dengan
sendirinya karena level air pada tanki penampungan produk penuh dan perangkat
kontrol berfungsi sebagai mestinya ketika penampungan penuh, hasilnnya adalah
sebagai berikut:

Hasil Pembacaan sensor Level


25

20

15

10

0
Waktu (s) 69 141 213 285 357 429 501 573 645 717 789 861 933

Level (cm) SP (cm)

Gambar 4. 13 Hasil pengujian level air

Level pada plant diset untuk berhenti mengalirkan air pada ketinggian 20 cm, dan
pada saat percobaan mampu terkontrol dengan baik dengan berhenti di ketinggian
19,97 cm.
70

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut ini:
a) Teknologi Reverse Osmosis dapat digunakan sebagai alat pengolah air untuk
mengubah air payau menjadi air bersih.
b) Kualitas air hasil olahan plant ini sudah layak pakai sesuai dengan Peraturan
Meteri Kesehatan no 32 tahun 2017 dengan nilai turbiditas terendah 18,95
NTU dan salinitas terendah 461,18 ppm.
c) Tingkat rejeksi dari membran RO untuk mengurangi kekeruhan adalah
66,75%, sedangkan untuk mengurangi tingkat salinitasnya adalah 10,45%.

V.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut ini:
a) Teknologi ini harus terus dikembangkan dalam meningkatkan tingkat
rejeksinya.
b) Teknologi ini harus diperbarui kecanggihan komponen yang digunakan
didalamnya.
Halaman ini sengaja dikosongkan
73

DAFTAR PUSTAKA
A.Yoshi, L., & Widiasa, I. N. (2016). Sistem Desalinasi Membran Reverse
Osmosis (RO). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”,
III(1), G6-1.
Ariyanti, D., & Widiasa, I. N. (2011). Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis untuk
Pemurnian Air Skala Rumah Tangga. Teknik, 1(32), 193.
Astuti, W., Jamali, A., & Muhammad, A. (2006). Desalinasi Air Payau
Menggunakan Surfactant Modified Zeolite (SMZ). Prosiding Makalah
Seminar Nasional dan Temu Bisnis Zeolite, 2.
CNN Indonesia. (2018, 03 15). PBB: Dunia dalam Bahaya Krisis Air Global.
Diambil kembali dari CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180315122456-134-
283227/pbb-dunia-dalam-bahaya-krisis-air-global
Dispendukcapil Surabaya. (2019). Jumlah Penduduk Kota Surabaya. Diambil
kembali dari dispendukcapil.surabaya.go.id:
http://dispendukcapil.surabaya.go.id/media-a-publik/berita?start=10
Gamayanti, N. (2010). Diktat Mata Kuliah Dasar Sistem Pengaturan. Surabaya:
Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS.
Hanna, N. L., & Hadi, W. (2016). Kelayakan Teknologi Desalinasi Sebagai
Alternatif Penyediaan Air Minum Kota Surabaya (Studi Kasus: 50 Liter
per detik). Jurnal Teknik ITS, I(5), D47.
Ikawati, Y. (2019, 11 04). Indonesia Perluas Wilayah Perairan di Tiga Lokasi.
Diambil kembali dari Kompas.id: https://kompas.id/baca/humaniora/ilmu-
pengetahuan-teknologi/2019/11/04/indonesia-perluas-wilayah-perairan-di-
tiga-lokasi/#:~:text=Sebagai%20negeri%20kepulauan%20terbesar
%20di,di%20atasnya%20berdiri%2019%20negara
Koestoer, R. A. (2004). Pengukuran Teknik. Jakarta: UI.
Puspasari, F., Fahrurrozi, I., Satya, T. P., Settyawan, G., Fauzan, M. R., &
Admoko, E. M. (2019). Sensor Ultrasonik HCSR04 Berbasis Arduino
Due. Jurnal Fisika dan Aplikasinya.
74

Raafi'u, B., Darwito, P. A., 'Adziimaa, A. F., Hadi, H. S., Patrialova, S. N., &
Raditya, M. (2019). Comparative Study of Fuzzy-PID and Fuzzy-PI
Control Systems on DC Motor Speed for Four Wheeled Mobile Robotic.
International Conference on Advanced Mechatronics, Intelligent
Manufacture and Industrial Automation (ICAMIMIA), 132.
Sampurno, B., Abdurrakhman, A., & Hadi, H. S. (2015). Sistem Kendali PID
pada Pengendalian Suhu untuk Kestabilan Proses Pemanasan Minuman
Sari Jagung. Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol, dan Otomasi
(SNIKO).
Sefentry, A., & Masriantini, R. (2020). Pemanfaatan Teknologi Membran Reverse
Osmosis (RO) pada Proses Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih.
Setiawan, I. (2008). Kontrol PID untuk Proses Industri. Surabaya: PT. Elex
Media Komputindo.
75

LAMPIRAN
A. Kode Arduino UNO

#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#define analogInPin A0
#define pinStop 4
#define pin_Flow 2

int sensorPin = A1;

LiquidCrystal_I2C lcd(0x27,20,4);

//================== Def Variable and Function ===============

int flag_lcd = 0;
int counter = 0;

int cnt_sys = 0, flag_sys = 0;

int x;

int flag_stop = 0;

float distance_lcd = 35;

int sensorValue; //adc value


int sensorValueturb;
float teg;
float outputValueConductivity; //conductivity value
float outputValueTDS; //TDS value
76

const int ledPin = 13;


const int trigPin = 9;
const int echoPin = 10;
long duration;
float distance;
int safetyDistance;

String buff;

float t1=0,t0=0;
float freq_flow = 10;
float LSa = 0;

String flow2 = "0.5";

float turbidity;

void read_Flow()
{
freq_flow++;
}

void setup() {
Serial.begin(9600);

pinMode(pinStop, OUTPUT);

attachInterrupt(0, read_Flow, RISING); // Setup Interrupt

digitalWrite(pinStop, 0);

Serial.setTimeout(1000);
77

pinMode(ledPin, OUTPUT);
pinMode(trigPin, OUTPUT);
pinMode(echoPin, INPUT);
lcd.init();
lcd.backlight();
}

void loop() {

//======================== Read Serial =====================


if(flag_sys == 0)
{
if(Serial.available()>0)
{
flow2 = "";
buff = Serial.readStringUntil(";");
for(x = 0; x <= 3; x++)
{
flow2 += buff[x];
}
}
flag_sys = 1;
}
//====================== Sensor Flow =======================

else if(flag_sys == 1)
{
t1 = millis();
if(t1-t0 >= 1000)
{
LSa = ((freq_flow/38)*10);
78

freq_flow = 0;
t0=t1;
}

//==================== Sensor Conductivity ===================

sensorValue = analogRead(analogInPin);

//Mathematical Conversion from ADC to conductivity (uSiemens)


//rumus berdasarkan datasheet
outputValueConductivity = (0.2142*sensorValue)+494.93;

//Mathematical Conversion from ADC to TDS (ppm)


//rumus berdasarkan datasheet
outputValueTDS = (0.3417*sensorValue)+281.08;

sensorValueturb = analogRead(sensorPin);
teg = sensorValueturb*(5.0/1024);
turbidity = 100-((teg/4.16)*100);

if (outputValueTDS >= 500 || turbidity >= 25)


digitalWrite(ledPin, HIGH);
else
digitalWrite(ledPin, LOW);

//======================= Sensor Jarak ======================

digitalWrite(trigPin, LOW);
delayMicroseconds(2);

// Sets the trigPin on HIGH state for 10 micro seconds


digitalWrite(trigPin, HIGH);
79

delayMicroseconds(10);
digitalWrite(trigPin, LOW);
duration = pulseIn(echoPin, HIGH);

distance= (duration*0.034/2)+0.5;

distance_lcd = 35 - distance;

if (distance <= 15)


digitalWrite(pinStop, 0);
else if(distance >= 20)
digitalWrite(pinStop, 1);

//========================= LCD-LCD=====================

if(flag_lcd == 0)
{
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("Turbt: ");
lcd.print( turbidity);
lcd.print(" NTU");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Salnt: ");
lcd.print( outputValueTDS);
lcd.print(" ppm");
lcd.setCursor(0,2);
lcd.print("Flow1: ");
lcd.print( flow2);
lcd.print(" l/m");
lcd.setCursor(0,3);
lcd.print("Flow2: ");
lcd.print( LSa);
80

lcd.print(" l/m");
counter++;
if(counter >=20)
{
lcd.clear();
flag_lcd = 1;
counter = 0;
}
}
else if(flag_lcd == 1)
{
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Levl: ");
lcd.print( distance_lcd);
lcd.print(" cm");
counter++;
if(counter >= 40)
{
lcd.clear();
flag_lcd=0;
counter = 0;
}
}
flag_sys = 0;
}
}
B. Kode Arduino Nano

//=======================Global Variable=======================

#define flowsensora 2
81

float Setpoint = 0.5;

float Kp=50, Ki=5, Kd=5;

float Input;

float errt1=0;

float errt0=0, plant = 0;

String sendBuff;

float flow_frequencya;

float l_mnta;

unsigned long currentTimea;

unsigned long cloopTimea;

int cnt = 0;

int flag_int = 0;

//==================== Fungsi Interrupt Flow =====================

void flowa ()

flow_frequencya++;

}
82

//=======================Fungsi PID==========================

float pid(float errt1,float errt0,float Kp,float Ki,float Kd)

int Interr;

if(errt1 > 0)

Interr += errt1;

else

Interr=0;

float p = errt1*Kp;

float d = (errt1-errt0) * Kd;

float i = Interr * Ki;

float out = p+i+d;

return out+60;

//==========================Setup===========================

void setup() {

attachInterrupt(0, flowa, RISING); // Setup Interrupt

digitalWrite(flowsensora, HIGH); // Optional Internal Pull-Up


83

Serial.begin(9600);

pinMode(flowsensora, INPUT);

sei();

currentTimea = millis();

cloopTimea = currentTimea;

//==========================Loop===========================

void loop() {

//======================Read Flow Sensor ======================

cnt++;

if(cnt%30000 != 0)

currentTimea = millis();

if(currentTimea >= (cloopTimea + 100))

cloopTimea = currentTimea;

// Pulse frequency (Hz) = 7.5Q, Q is flow rate in L/min.

l_mnta = (flow_frequencya / 38)*10; // (Pulse frequency x 60 min) / 7.5Q =


flowrate in L/hour
84

flow_frequencya = 0; // Reset Counter

sendBuff = String(l_mnta) + ";";

//======================== Perhitungan PID=====================

if(digitalRead(5)==1)

errt1 = l_mnta - (Setpoint + 0.2);

if(errt1<0)

errt1=errt1*-1;

plant = pid(errt1, errt0, Kp,Ki,Kd);

errt0=errt1;

Input = l_mnta;

analogWrite(3,plant);

else

analogWrite(3,0);

else

Serial.println(sendBuff);

}
BIODATA PENULIS

Nomor hp :+62858 5377 2062


E-mail :elvarf09@gmail.com

ELVA RIFKI FIKANA

Profil: Mahasiswa tahun ke-4 Teknik Instrumentasi, ITS

PERSONAL INFORMATION
Nama Lengkap : Elva Rifki Fikana
Nama Panggilan : Elva
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 26 Juli 2000
Kebangsaan : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :Tempel RT 2 RW 4, Krian, Sidoarjo
Alamat di Surabaya : Gg. V No. 32 Kejawan Gebang, Sukolilo,
Surabaya (60111)

PENDIDIKAN FORMAL
Tingkat
Nama Sekolah Bidang Keahlian Tahun
Pendidikan

Sekolah
SDN 04 KRIAN - 2006-2012
Dasar

Sekolah SMPN 1 KRIAN


Menengah - 2012- 2015
Pertama

85
86

Sekolah
Menengah SMAN 1 KRIAN Science 2015-2017
Atas

Pendidikan Institut Teknologi Sepuluh D4 Teknik


2017-now
Tinggi Nopember, Surabaya Instrumentation

PNGALAMAN PELATIHAN

Organisasi / Lembaga Pelatihan Tahun

ITS Gerigi ITS 2017

ESQ Way 165 Pelatihan ESQ 2017

HIMATEKINS ITS Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) 2017

Latihan Ketrampilan Mahasiswa 2017


HIMATEKINS ITS
Wirausaha Tingkat Dasar (LKMW TD)

Latihan Ketrampilan Manajemen 2017


BEM FV-ITS Mahasiswa pra Tingkat Dasar (LKMM
Pra-TD)

Latihan Keterampilan Manajemen 2017


HIMATEKINS ITS
Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD)

Pelatihan Elemen Pengader Seluruh ITS 2018


BEM-ITS
(PEPSI)

HIMATEKINS-ITS Upgrading Elemen Pengader 2018

PENGALAMAN ORGANISASI
Organisasi Jabatan Tahun / Periode
87

HIMATEKINS-ITS Staf PSDM 2017- 2018

Industrial Instrumentation
Tim ICT 2018-2019
Laboratory

Wakil Kepala Departemen


HIMATEKINS-ITS 2018- 2019
PSDM

PENGALAMAN KEPANITIAAN
Tahun /
Organisasi Nama Kegiatan Posisi
Periode

Publication,
SMAN 1 Decoration, and
Campus Expo 2017 2017
KRIAN Documentation
Division

HIMATEKINS OC Suksesi Pemilihan


Divisi Acara 2017
-ITS Kahima 2017

BEM-ITS Gerigi ITS 2018 Divisi Acara 2018

Orientasi Keilmiahan dan


HIMATEKINS Keprofesian Berbasis
Sekertaris 2018
-ITS Kompetensi (OKKBK)
2018

Latihan Keterampilan
HIMATEKINS Manajemen Mahasiswa
Koordinator 2018
-ITS Tingkat Dasar II (LKMM-
TD II)
88

HIMATEKINS
Tasyakuran Wisuda 118 Divisi Acara 2018
-ITS

ITS IBC ITS Open Branding Division 2018-2019


BADMINTON
CLUB

Anda mungkin juga menyukai