Kepolisian Negara Republik Indonesia yang biasa kita kenal dengan sebutan
Polri Merupakan salah satu Lembaga Hukum Negara yang dipimpin langsung oleh
Kapolri dan bertanggung jawab langsung dibawah Presiden. Dimana Polri adalah
sebuah lembaga Negara atau aparat penegak hokum yang berfungsi untuk memelihara
keamanabn dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan untuk masyarakat dalam usaha untuk
menjaga keamanan Negara.
3. Polri juga berhak untuk membawa orang yang disangka sebagai saksi atau
terdakwa kepada penyidik dalam usaha untuk penyelidikan.
Keempat poin tersebut dapat memberikan penjelasan kepada kita bahwa Polri
memmiliki memiliki wewenang yang sangat besar serta sensitive dalam mekanisme
penegakan hukum itu sendiri. Dimana seorang anggota Polri diberikan kewenagnan
untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan terhadap
semua orang yang bisa dicurigai sebagai pelaku pelanggaran hukum, serta berhak juga
untuk membawa orang yang disangka sebagai saksi atau terdakwa.
Pada tanggal 19 Agustus 2021, Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo,
M.Si. menandatangani Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 08
Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak Pidana berdasarkan Keadilan Restoratif,
tercatat dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 947. Dimana
Perkap ini bertujuan untuk menyelesaikan tindak pidana dengan melibatkan pelaku,
korban, keluarga pelaku/korban dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan
semula, dan bukan pembalasan.
Indonesia sendiri pada saat ini sedang mengalami over loot warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Negara, tentunya ini merupakan PR bersama bagi seluruh
jajaran dan anggota Polri dalam melaksanakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, memang Aktivitas Kriminalitas tidak akan pernah usai dari muka bumi ini.
Namun, penuhnya kapasitas Lembaga Pemasyarakatan Indonesia itu sendiri berjalan
lurus dengan menurunnya kemampuan Polri dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Penulis sendiri berpendapat bahwa mekanisme hukum melalui jalur Restorative
Justice merupakan salah satu solusi dari penuhnya kapasitas warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan, karena mekanisme hukum yang dijalankan akan diselesaikan dengan
jalur mediasi, serta tidak lagi diselesaikan melalui Keputusan Sidang. Namun, perlu
dipertimbangkan bahwa tidak semua Tindak Pidana atau setiap Laporan dari masyarat
dapat diselesaikan dengan mekanisme ini, sebagai contoh seperti Pembunuhan,
radikalisme dan Terorisme, yang terpenting adalah pelaksanaannya dapat memberikan
kepastian hukum bagi para pencari keadilan (korban) dan merasakan sendiri
kebermanfaatan hukum dan keadilan hukum.
Hal tersebut dikembalikan lagi tinggal bagaimana seorang anggota Polri tersebut
melaksanakan dan mengeksekusi mekanisme Restorative Justice itu sendiri, apakah
sudah mampu mewujudkan kepastian, kemanfaatan, dan keadilan hukum tersebut?
Sebab, berdasarkan pengalaman yang dilihat penulis masih ada juga korban dari suatu
Tindak Pidana yang bersepakat dengan tersangka untuk Tindak Pidana tersebut
diselesaikan dengan cara mediasi yang dalam hal ini merupakan mekanisme dari
Restorative Justice, dapat merasakan terwujudnya kepastian dan kebermanfaatan
hukum. Namun, belum merasakan keadialan dari hukum itu sendiri.
Contoh kasus