Pengertian
Persepsi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor situasional dan faktor personal
(Rakhmat, 2001 : 82-91).
Faktor situasional merujuk pada berbagai petunjuk eksternal yang dapat diamati, seperti
deskripsi verbal, petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual.
Persepsi interpersonal adalah serangkaian proses berkelanjutan yang menyatu satu sama lain.
Menurut DeVito (2016), proses persepsi interpersonal berlangsung melalui lima tahapan yaitu
stimulasi, organisasi, interpretasi dan evaluasi, memori, dan pengingatan.
1. Stimulasi
Tahap pertama proses persepsi interpersonal adalah ketika alat indera distimulasi oleh berbagai
informasi yang berasal dari lingkungan sekitar. Perlu dipahami bahwa tidak semua hal yang berasal
dari lingkungan sekitar kita dapat dirasakan. Hal ini disebabkan adanya perhatian selektif dan
terpaan selektif. Dalam perhatian selektif, kita cenderung hanya memperhatikan hal-hal tertentu
yang dipandang penting bagi kita. Sedangkan dalam terpaan selektif, kita cenderung menerpa diri
kita pada orang atau pesan yang akan menguatkan keyakinan atau memberikan kontribusi pada
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Organisasi
Pada tahap kedua proses persepsi interpersonal, kita mengorganisasi berbagai informasi yang
diperoleh. Terdapat beberapa cara yang umumnya digunakan oleh manusia untuk
mengorganisasikan informasi yang diperoleh yaitu melalui aturan, melalui skemata, dan melalui
naskah.
Organisasi melalui aturan merujuk pada aturan yang sering digunakan yaitu proksimitas
atau kedekatan fisik, persamaan fisik, dan kontras atau perbedaan. Hal-hal yang dekat
secara fisik, atau memiliki kesamaan, atau bahkan berbeda diterima sebagai sebuah unit.
Kemudian dengan menggunakan berbagai aturan yang telah ditetapkan, kita merumuskan
asumsi-asumsi terkait dengan hal tersebut. Misalnya, orang dua orang yang sering bersama
dimaknai telah menikah.
Organisasi melalui skemata merujuk pada proses mental yang membantu kita mengatur
jutaan informasi yang berkaitan dengan kita setiap hari. Contoh skemata adalah stereotype.
Skemata juga dipandang sebagai gagasan umum tentang orang lain, diri sendiri, atau peran
sosia yang dikembangkan berdasarkan pengalaman.
Tahap interpretasi dan evaluasi dalam persepsi interpersonal dipengaruhi oleh pengalaman,
kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, dan kepercayaan tentang bagaimana hal-hal seharusnya, harapan,
pernyataan fisik dan emosi, dan lain-lain. Interpretasi dan evaluasi yang kita lakukan juga
dipengaruhi oleh aturan, skemata, dan naskah yang kita miliki. Misalnya, wanita dipandang sebagai
sosok yang lebih positif dalam menilai orang lain bila dibandingkan dengan pria.
4. Memori
Persepsi yang kita miliki serta interpretasi dan evaluasi yang dimiliki oleh orang lain kemudian
ditempatkan dalam memori. Semua informasi disimpan dalam memori dan pada saat tertentu dapat
dipanggil kembali. Proses atau mekanisme memori dijelaskan lebih rinci dalam salah satu teori
komunikasi intrapersonal yaitu teori pengolahan informasi. Hal ini disebabkan, memori merupakan
bagian dari proses pengolahan informasi yang dalam psikologi komunikasi disebut
dengan komunikasi intrapersonal.
5. Pengingatan
Tahapan pengingatan merujuk pada proses mengakses dan menggunakan informasi yang disimpan
dalam memori. Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi
secara verbatim tanpa petunjuk yang jelas (Rakhmat, 2001 : 64). Pengingatan ini dapat sesuai
dengan skema, tidak sesuai dengan skema atau bahkan berbeda sama sekali dengan skema.
Misalnya, ketika menjawab soal ujian essay, kita akan mencoba mengingat kembali fakta yang
tersimpan dalam memori.
Persepsi interpersonal juga berpengaruh terhadap komunikan. Dalam artian, jika orang berperilaku
sesuai dengan persepsi orang lain terhadap dirinya maka self-fulfilling prophecy pun terjadi. Dengan
kata lain, self-fulfilling prophecy adalah prediksi yang menjadi nyata karena kita berperilaku sesuai
dengan yang dipersepsi sebelumnya oleh orang lain.
Mempelajari teori persepsi dalam komunikasi antar pribadi dapat memberikan manfaat, diantaranya
adalah :
Kita mengetahui dan memahami pengaruh persepsi interpersonal dalam komunikasi antar
pribadi atau komunikasi interpersonal
Demikianlah ulasan singkat tentang teori persepsi dalam komunikasi antarpribadi yang dikemukakan
oleh Joseph A. DeVito. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang hal-hal
yang berkaitan dengan persepsi dalam komunikasi antar pribadi dan dapat memandang orang lain
secara lebih akurat.
Berikut adalah rangkuman dari makalah “Konflik dalam Hubungan AntarPribadi”, milik Moza Fauzia,
dkk.
Hocker dan Wilmot (dalam Wirawan, 2010: 8) mengemukakan, konflik terjadi karena pihak-pihak
yang terlibat konflik memiliki tujuan yang berbeda. Konflik bisa juga terjadi karena tujuan pihak yang
terlibat sama, tapi cara untuk mencapainya berbeda. Konflik merupakan masalah hubungan dalam
komunikasi antarpribadi. Jika hubungan dalam komunikasi antarpribadi sudah tidak berjalan dengan
baik, maka kemungkinan besar hubungan komunikasi dalam skala yang lebih besar tidak akan
berjalan baik pula. Konflik melibatkan ketegangan antara tujuan atau keputusan, bahwa kita merasa
perlu untuk dapat didamaikan.
a. Definisi Konflik
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dan komunikan harus dapat memahami maksud atau
pesan yang disampaikan, supaya pesan yang diterima sama dengan pesan yang disampaikan.
Perbedaan pesan yang diterima dengan pesan yang disampaikan, inilah yang menjadi penyebab
utama timbulnya konflik. Robbins (1996) dalam “Organization Behaviour” menjelaskan, bahwa
konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua
pendapat (sudut pandang), yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans (1981), konflik adalah kondisi yang ditimbulkan
oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan
manusia.
Pada umumnya, individu memandang konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan.
Konflik dipandang sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka harus dicegah. Namun, kini
banyak orang mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan lebih disebabkan oleh kegagalan
memecahkan konflik secara konstruktif, adil dan memuaskan kedua belah pihak bukan oleh
munculnya konflik itu sendiri. Pengelolaan konflik secara konstruktif, konflik dapat memberikan
manfaat positif bagi diri kita sendiri, maupun bagi hubungan kita dengan orang lain.
b. Jenis-Jenis Konflik
Menurut James A. F. Stoner dan Charles Wankel, terdapat lima jenis konflik, yaitu:
1. Konflik intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu
yang sama seseorang memiliki dua keinginan, yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2. Konflik interpersonal
Konflik interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain, karena pertentangan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan,
bidang kerja dan lain-lain.
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat
dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya, karena ia tidak dapat
mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Yang dimaksud disni adalah konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini
merupakan tipe konflik yang banyak terjadi didalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf
merupakan contoh konflik antar kelompok.
Konflik jenis ini biasanya disebut dengan persaingan. Namun berdasar pengalaman. Konflik ini
ternyata menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan
pelayanan baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
c. Tanda-Tanda Konflik
Kuadran I adalah tanda-tanda jelas dari konflik yang ditunjukkan dengan cara agresif. Misalnya
teriakan, celaan, ejekan, tindakan kekerasan dan sebagainya. Keadaan ini disebut konflik terbuka,
misalnya dua orang petinju profesional yang akan berhadapan dalam satu pertandingan terbuka
secara terang-terangan; mengejek, mencela lawan bertandingnya. Sebagaimana Mohammad Ali
yang tak jarang mengejek dan memancing semua lawan-lawannya sepanjang pertarungan. Ketika
akan bertanding, kata-kata Ali kerap menohok lawannya dan terkesan memancing kemarahan
lawan. Juga dalam organisasi politik dimana salah satu partai menjelekkan partai yang lain, demi
mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Kuadran II adalah konflik yang ditunjukkan secara agresif. Misalnya komentar-komentar yang
merendahkan, pelecehan, penghinaan yang tanpa henti mencari-cari kesalahan, mengkritik dan lain
sebagainya. Kebencian dan usaha mencoreng muka orang lain juga termasuk di kuadran ini. istilah
hukum menyebutnya ‘pembunuhan karakter’.
Kuadran III adalah konflik yang ditunjukkan secara pasif. Misalkan tidak mau bekerjasama,
membolos dengan alasan sakit. Contohnya adalah pada saat terjadinya pemogokan di British
Airways. Sejumlah besar staf tidak masuk kerja dengan alasan sakit, daripada secara terbuka
berhadapan dengan manajemen melalui pemogokan. Karena secara struktural, mereka akan kalah.
Beda dengan sakit yang merupakan naluriah manusia.
Kuadran IV adalah tanda yang jelas tampak dari konflik yang ditunjukkan secara agresif. Misalnya
sopan santun yang dibuat-buat, mengabaikan atau tidak mau berbicara untuk menghukum atau
tidak setuju, mengirim memo yang menunjukkan kekeliruan pihak lain, dengan tembusan yang
ditunjukkan pada setiap unsur pimpinan dan sebagainya.
Keempat kuadran inilah yang sering ditemui disaat mengamati terjadinya konflik didalam setiap
organisasi. Ada sekelompok orang menunjukkan perilaku pertentangan secara terbuka; ada
sekelompok lagi yang melakukannya secara tersembunyi; ada sekelompok lagi yang menunjukkan
secara pasif; dan sekelompok lagi yang menunjukkan secara agresif.
1. Konflik dapat menjadikan kita sadar, bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam
hubungan kita dengan orang lain.
3. Konflik dapat menumbuhkan dorongan dalam diri kita, untuk memecahkan persoalan yang
selama ini tidak jelas kita sadari atau kita biarkan tidak muncuk ke permukaan.
4. Konflik dapat menjadikan hidup seseorang lebih menarik (saya menyebutnya lebih bewarna).
6. Konflik dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil, yang sering kita alami dalam
hubungan kita dengan seseorang.
7. Konflik dapat juga menjadikan kita sadar tentang siapa atau macam apa diri kita sesungguhnya.
8. Konflik dapat juga menjadi sumber hiburan (contoh kasus kontroversial para selebritis tanah
air, yang kerap mencuri perhatian publik dan menjadi hiburan tersendiri).
MEMAHAMI PERSEPSI
Persepsi adalah suatu proses yang mana kita menjadi sadar atau mengetahui suatu objek, peristiwa,
dan khususnya seseorang melalui penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan, dan mendengar. Hasil
dari persepsi berasal dari kejadian-kejadian di luar kita dan dari pengalaman kita,
kebutuhan,keinginan, cinta dan kebencian.Persepsi sangatlah berpengaruh dalam komunikasi
interpersonal kita terhadap orang lain. Persepsi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan yang
ada dan masuk pada dari satu orang kepada orang lainnya.
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi.
Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi
yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.
Dalam tingkatan ini, panca indera kita akan dirangsang. Kita tidak merasakan apapun, melainkan,
kita terlibat dalam selective perception , istilah dasar yang meliputi selective attention dan selective
exposure. Dalam selective attention, kita memperhatikan sesuatu yang bagi kita akan memenuhi
kebutuhan kita atau dapat menyenangkan kita. Contoh, ketika kita melamun di kelas kita tidak
mendengar apa yang dikatakan oleh pengajarkatakan , sampai nama kita dipanggil. Mekanisme
selective attention kita memfokuskan panca indera pada nama kita.
Melalui selective exposure , kita meng-ekspose diri kita kepada orang atau pesan yang akan
menegaskan tentang kepercayan kita atau pandangan kita. Contoh, setelah kita membeli mobil,
kamu akan lebih suka untuk membaca dan mendengarkan iklan mobil yang telah dibeli, karena hal
itu membuat kita yakin, bahwa kita melakukan hal yang benar.
Dalam tingkatan ini, kita mengatur informasi yang ditangkap oleh panca indera kita .
Organization by rules. Biasanya digunakan, karena adanya kedekatan. Dalam suatu kedekatan, atau
perkumpulan pasti ada suatu peraturan tersendiri yang hanya digunakan pada kelompok itu, dan
yang mengetahui tentang peraturan itu juga hanya anggota dari kelompok itu.
Tingkat ini sangatlah dipengaruhi oleh pengalaman , kebutuhan , keinginan . Dan juga akan
dipengaruhi oleh peraturan, schemata dan itu juga dipengaruhi oleh gender. Contohnya, pada waktu
ada pertemuan dengan pemain sepak bola, dan kita akan memandangnya sebagai seseorang yang
kuat, ambisius dan egosentris.
ATRIBUSI
Proses atribusi, usaha untuk mengungkapkan penyebab dari perilaku seseorang, langkah petama kita
untuk menentukan faktor eksternal individu atau beberapa individu secara bertanggung jawab.
Konsensus: kesamaan dengan yang lainnya. Ketika kamu menggunakan prinsip konsensus, kamu
bertanya, ” apakah orang lain bersikap sama sebagai seseorang yang saya maksud.?” . Yaitu,
seseorag yang bertingkah laku menurut konsesnsus, kaum mayoritas? jika jawabannya tidak anda
lebih cenderung menyumbangkan tingkah laku ke beberapa faktor internal dan menyimpulkan:
“orang ini berbeda.”
Konsistensi, kesamaan atas waktu. Ketika kamu menggunakan [rinsip konsistensi kamu bertanya-
tanya apakah orang ini berulang-ulang (konsisten) bersikap sejalan dalam situasi yang sama. Jika
jawabannya iya, terdapat kosistensi yang tinggi, perilaku kita aan cenderung dipengaruhi oleh
faktorv internal.
Ketika kita menggunakan prinsip membedakan, kita bertanya jika orang ini bereaksi serupa dalam
situasi berbeda dan jika jawabannya ya, maka proses membedakannya rendah, dan kita mungkin
menyimpulkan bahwa ada perilaku yang mempunyai suatu penyebab internal, jika bereaksi dengan
cara yang sama dalam situasi yang berbeda, maka hal tersebut akan akan membantu kita untuk
menyimpulkan bahwa kita berada dalam situasi tertentu dengan kondisi yang sangat tampak
perbedaannya.
Controllability, kendali perilaku
Suatu saat mungkin kita dalam kondisi marah kemudian dapat mengatur emosi dan menerima
alasan yang kedua. Dalam hal ini kita merasa bahwa orang lain, terutama dalam mengevaluasi
perilaku mereka, kita sering bertanya kepada seseorang untuk bertanggung jawab atas perilakunya.
Umumnya, riset menunjukkan bahwa jika kita merasakan orang-orang bertanggung jawab atas
perilaku negatif, kita tidak menyukai mereka. Tetapi kita akan merasa kasihan pada seseorang yang
kita rasa tidak berlaku dalam kendali perilaku negatif, dan kita tidak akan menyalahkan orang
tersebut untuk hal negatifnya.
Kesalahan atribusi; atribusi hubungan sebab akibat yang dapat mendorong kearah beberapa
penghalang.
Self serving bias adalah suatu mekanisme yang dirancang untuk menjaga harga diri. Kita melakukan
sesuatu yang menyimpang ketika kita mendapat pujian karena hal positif dan menyangkal
responsibilitas untuk hal negatif. Ada beberapa bukti( meskipun tidak banyak) bahwa kita
menjelaskan perilaku ingroup dan outgroup anggota dengan cara yang berbeda, sebagi contoh, kita
lebih mungkin untuk menjelaskan perilaku positif anggota ketika]secara internal termotivasi dan
bukan perilaku positif anggota ketika secara eksternal termotivasi, maka kita akan lebih cenderung
untuk menjelaskan, suatu catatan yang memberikan banyak kontribusi untuk anggota mengenai
kultur kita seperti: “mereka adalah orang-orang yang beramal, dan kita yakin bahwa mereka
membantu orang lain.”Jika hal ini ditunjukkan untuk menjadi benar untuk anggota tentang kultur
lain, kita akan cenderung untuk mengatakan: “mereka adalah orang kaya; mereka memerlukan
pengurangan tugas.”
Overattribution
Overattribution adalah kecenderungan untuk memilih satu atau dua karakteristik yang tampak nyata
pada seseorang dan menujukan kepada orang semua hal untuk mengerjakan karakteristik ini. Untuk
mencegah overattributions, yaitu dengan mengenali bahwa kebanyakan perilaku dan karakteristik
kepribadian diakibatkan oleh banyak faktor. Kita hampir selalu membuat sebuah kesalahan ketika
kita memilih sebuah penyabab dan segala atribusi untuk hal tesebut. Ketika kita membuat sebuah
penilaian, tanyakan pada diri kita jika factor lain dapat berperan di sini.
Kesalahan attribusi pokok yang terjadi adalah ketika kita memberikan kontribusi nilai yang lebih
mengenai faktor internal dan menilai rendah pengaruh dari faktor eksternal. Satu alasan untuk
memberi beban yang lebih besar ke faktor eksternal dalam menjelaskan perilaku kita dibandingkan
jika kita merusak menjelaskan perilaku dari yang lain adalah bahwa kita mengetahui situasi sekitar,
sebagai contoh, apa yang terjadi atas hidup kiat dan kita mengetahui kondisi finacial kita, maka kita
secara alami melihat pengaruh yang datang dari faktor ini. Tetapi kita jarang mengetahui bahwa
terkadang banyak hal di sekitar kita tidak menghiraukan factor luar yang menjadi penyebab.
Referensi:
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses
interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang
saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini berarti, bila kita ingin
mengetahui konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik
mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk.
Berbagai mitos tentang konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu tradisional maupun
kontemporer. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus
dihindari. Bahkan sering kali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, pertentangan baik
secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Sebaliknya, pandangan kontemporer mengenai konflik
didasarkan pada anggapan bahwa konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai
konsekuensi logis interaksi manusia.
Menurut Myers, jika komunikasi adalah suatu proses transaksi, yang berupaya mempertemukan
perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu,
pasti ada konflik. Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara
nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan.
Jenis-Jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel, terdapat lima jenis konflik yaitu:
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu
yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Ada tiga
macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama menyulitkan.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan,
bidang kerja dan lain-lain.
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya
karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Yang dimaksud disini adalah konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini
merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf
merupakan merupakan contoh konflik antar kelompok.
Konflik antara organisasi
Konflik jenis ini biasanya disebut dengan persaingan. Namun berdasar pengalaman, konflik ini
ternyata menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis
baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Ada beberapa yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dalam suatu hubungan antar pribadi.
Beberapa penyebab tersebut antara lain :
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam menjalani hubungan,
seseorang tidak selalu sejalan dengan orang lain.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, perasaan setiap warganya
akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa
terhibur.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-
beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-
beda.
Walau konflik selalu terdapat dalam hubungan antarpribadi, pada umumnya masyarakat cenderung
menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Konflik dipandang dapat
merusak suatu hubungan, maka harus dicegah. Jika konflik mengarah pada kondisi destruktif,
memang hal tersebut dapat berdampak pada penurunan efektivitas suatu hubungan. Misalnya
berupa penolakan, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa
kekerasan.
Namun kini banyak orang mulai menyadari bahwa perusak itu bukan terletak pada konflik itu
semata, tapi oleh cara kita menghadapi konflik yang ada. Kegagalan memecahkan konflik secara
konstruktif, adil dan memuaskan kedua pihak lah yang merusak suatu hubungan. Kini konflik telah
mendapat konotasi yang positif, misalnya sebagai ‘bumbu’ dalam hubungan antarpribadi, baik dalam
persahabatan, keluarga, dan hubungan lainnya.
Sesungguhnya bila kita mampu mengelola suatu konflik dengan baik, konflik justru mendatangkan
manfaat bagi orang yang mengalaminya. Manfaat positif adanya konflik antara lain (Johnson,1981) :
Konflik dapat menjadikan kita sadar bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam
hubungan kita dengan orang lain. Misalnya kalau anda ingin menonton film horror tapi kekasih anda
ingin menonton film drama, mungkin hal itu menandakan adanya perbedaan selera diantara kalian
berdua yang perlu mendapat perhatian.
Konflik dapat menyadarkan dan mendorong kita untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
diri kita. Kekasih anda marah karena anda lupa menjemputnya jalan-jalan, sebaiknya anda sungguh-
sungguh mulai belajar mengatur waktu dan membuat catatan kegiatan dengan cermat.
Konflik dapat menumbuhkan dorongan dalam diri kita untuk memecahkan persoalan yang
selama ini tidak jelas kita sadari atau kita biarkan tidak muncul ke permukaan. Konflik dengan
tetangga sebelah karena merasa terganggu oleh suara tape recorder yang disetel keras-keras
mendorong kita untuk menyampaikan keberatan kita terhadap kebiasaannya membawa teman-
teman dan mengobrol dengan suara keras hampir setiap malam mulai dari gelap hingga menjelang
subuh.
Konflik dapat menjadikan hidup seseorang lebih menarik. Perbedaan pendapat dengan seorang
teman tentang suatu hal dapat menimbulkan perdebatan yang memaksa kita lebih mendalami dan
memahami pokok hal tersebut, selain menjadikan hubungan kita tidak membosankan.
Perbedaan pendapat akan membimbing ke arah tercapainya keputusan-keputusan bersama yang
lebih matang dan bermutu. Dua kekasih yang bersitegang memilih restoran mana yang akan
dijadikan tempat makan malam mereka, akhirnya memutuskan untuk memasak di rumah,
menikmati masakan yang dibuat dengan kebersamaan sambil menonton televisi.
Konflik dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang sering kita alami dalam
hubungan kita dengan seseorang. Sesudah pertengkaran mulut yang cukup dahsyat, seorang
sekretaris akhirnya merasa terbebas dari kejengkelannya pada salah seorang koleganya yang suka
sekali meminjam atau meminta peralatan dan perlengkapan tulis-menulis dari mejanya. Sesudah
didamaikan oleh seorang teman lain, teman itu berjanji untuk tidak lagi mengganggunya dan akan
lebih cermat merawat barang-barangnya.
Konflik juga dapat menjadikan kita sadar tentang siapa atau macam apa diri kita sesungguhnya.
Lewat pertengkaran dengan orang lain, kita menjadi lebih sadar tentang apa yang tidak kita sukai,
apa yang membuat kita tersinggung, apa yang sangat kita hargai dan sebagainya.
konflik juga dapat menjadi sumber hiburan. Kita sengaja mencari sejenis koflik dalam berbagai
bentuk permainan dan perlombaan. Konflik dapat mempererat dan memperkaya hubungan.
Hubungan yang tetap bertahan kendati diwarnai dengan banyak konflik, justru dapat membuat
kedua belah pihak sadar bahwa hubungan mereka itu sangat berharga. Selain itu juga dapat menjadi
semakin erat, sebab bebas dari ketegangan-ketegangan dan karenanya juga menyenangkan.
Dengan kata lain, konflik dalam hubungan antarpribadi sesungguhnya memiliki potensi menunjang
perkembangan pribadi kita sendiri maupun perkembangan relasi kita dengan orang lain. Namun
dengan catatan kita mampu menghadapi dan memecahkan konflik-konflik semacam itu secara
konstruktif. Suatu konflik bersifat konstruktif bila sesudah mengalaminya :
Hubungan kita dengan pihak lain justru menjadi lebih erat, dalam arti lebih mudah berinteraksi
dan bekerjasama.
Kita dan pihak lain justru lebih saling menyukai dan saling mempercayai.
Kedua belah pihak sama-sama merasa puas dengan akibat- akibat yang timbul setelah
berlangsungnya konflik.
Kedua belah pihak makin terampil mengatasi konflik-konflik baru yang terjadi di antara mereka.
Pengelolaan Konflik
Walaupun suatu konflik juga dapat memberikan kontribusi positif dalam suatu hubungan, beberapa
kalangan memilih untuk meminimalisir terjadinya konflik. Mereka mungkin tidak yakin dapat
menyelesaikan konflik itu dengan baik, atau mungkin untuk menjaga suatu hubungan agar tampak
selalu ada hambatan, dsb. Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan beberapa cara antara lain :
Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer
perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika
belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan
untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif. Suatu upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam
kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
A.G. Lunandi dalam Komunikasi Mengena menulis, “Saya tidak mengenal anda, maka saya tidak tahu
apakah anda bisa mendengarkan dengan sabar dan dengan penuh perhatian atau tak sabar
mendengarkan dengan kecederungan untuk memutuskan percakapan orang.”
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Orang lain yang sedang
berbicara tidak kita potong kalimatnya akan menimbulkan kesan bahwa kita menghargainya
sehingga orang tersebut merasa nyaman. Selain menghasilkan komunikasi yang efektif, dengan
mendengarkan secara aktif, kita akan mendapatkan informasi yang benar sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman yang menyebabkan konflik.
Setiap orang memiliki strateginya masing-masing dalam mengelola konflik. Strategi-strategi ini
merupakan hasil belajar, biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, dan akan bekerja secara
otomatis.
Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik :
Berkompetisi
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat,
kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan
situasi menang-kalah akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi
konflik yang berkepanjangan.
Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan-bawahan, dimana atasan menempatkan
kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun
psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Menghindari konflik bisa
dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik
untuk sementara.
Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah
lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan
persoalan tersebut.
Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat
keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain
lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan
antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama-sama
penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan
sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi yang saling menguntungkan.
Berkolaborasi
Menciptakan situasi seri dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri
dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja,
kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus kita pertimbangkan.
Namun biasanya kita tidak menyadari cara bertingkah laku kita dalam situasi-situasi konflik. Apa
yang kita lakukan seolah-olah terjadi begitu saja. Maka bila kita terlibat dalam suatu konflik dengan
orang lain, ada dua hal yang harus kita pertimbangkan :
Tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan pribadi kita. Tujuan-tujuan pribadi ini dapat kita
rasakan sebagai hal yang sangat penting sehingga harus kita pertahankan mati-matian, atau tidak
terlalu penting sehingga dengan mudah kita korbankan.
Hubungan baik dengan pihak lain. Seperti tujuan pribadi, hubungan dengan pihak lain jug adapat
kita rasakan sebagai hal yang sangat penting atau sama sekali tidak penting.
Cara kita bertingkah laku dalam suatu konflik dengan orang lain, akan ditentukan oleh seberapa
penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain kita rasakan. Berdasarkan dua
pertimbanan di atas, dapat ditemukan lima gaya dalam mengelola konflik antarpribadi (Johnson,
1981) :
Mereka percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah menarik
diri, secara fisik maupun psikologis, dari konflik daripada menghadapinya.
Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik yang ia sodorkan.
Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain
tidak terlalu penting.
Konflik harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Watak ikan hiu
adalah selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengunggli dan mengancam ikan-ikan lain.
Ia berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi kerukunan. Setiap konflik tidak mungkin
dipecahkan tanpa merusak hubungan. Konflik harus didamaikan, bukan dipecahkan, agar hubungan
tidak menjadi rusak.
Rubah senang mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya tujuan-tujuan pribadi maupun
hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup penting. Ia mau mengorbankan sedikit tujuan-
tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi tercapainya kepentingan dan kebaikan
bersama.
Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus hubungannya dengan pihak
lain. Baginya konflik merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya. Pemecahan itu harus
sejalan dengan tujuan-tujuan pribadinya maupun lawannya. Konflik bermanfaat meningkatkan
hubungan dengan cara mengurangi ketegangan diantara dua pihak yang berhubungan.
Menghadapi konflik, burung hantu akan selalu berusaha mencari penyelesaian yang memuaskan
kedua pihak. Penyelesaian yang juga mampu menghilangkan ketegangan serta perasaan negatif lain
yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak akibat konflik itu.
Daftar Pustaka :
http://www.id.wikipedia.org