Anda di halaman 1dari 11

1

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI


METODE BERMAIN PERAN
Dida Farida
Faridadida
Institut madani nusantara

Abstrak: Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan
interaksi sosial anak di kelompok A TKIT arriyadhah . Permasalahan tersebut adalah anak yang
memiliki kecenderungan anak bermain sendiri, kurangnya anak dalam bergaul, tidak saling tegur
sapa, masih jarang melakukan kontak mata saat bercakap- cakap, dan saat proses pembelajaran
sering menggunakan Lembar Kegiata Siswa (LKS). Tujuan penelitian ini adalah memperoleh
gambaran mengenai penerapan metode bermain peran makro dalam meningkatkan kemampuan
interaksi sosial anak kelompok A TKIT Arriyadhah . Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas yang kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 18 anak yang
terdiri dari 8 anak laki-laki dan \10 anak perempuan. Pencapaian kemampuan interaksi sosial anak
mengalami peningkatan pada setiap indikator diantaranya anak mampu menyapa, anak mampu
berkomunikasi secara verbal, anak mampu meminta bantuan, anak mampu menyimak, anak
mampu bertanya dan anak mampu bercakap-cakap. Rekomendasi yang diberikan untuk pendidik
anak usia dini yaitu penerapan metode bermain peran makro ini dapat dijadikan sebagai alternatife
untuk meningkatkan interaksi sosial anak sebagai metode yang menarik, dan memotivasi dan
melibatkan anak secara langsung.

Kata Kunci: Kemampuan interaksi anak, metode bermain peran makro

Abstract: This research is conducted based on the findings of problems related to children’s social
interaction ability in A2 group of Negeri Pembina kindergarten in Sadang Serang. The problems
are in children who tend to play on their own, the lack of socializing, not greeting each other, rarely
to make an eye contact during conversation, and during the learning process often using Student
Activity Sheet. This research aims to get the depiction of macro role- playing methods
implementation in enhancing children’s social interaction ability of Negeri Pembina kindergarten
in Sadang Serang. This research uses collaborative classroom action research methods. The subject
of this research are 13 children which consist of five boys and eight girls. Children’s social
interaction ability progression has increased in every indicator such as children are able to greet
others, communicate verbally, able to ask for help, able to listen, able to ask questions, and able to
make conversation. The recommendations given for educator in Early Childhood Program is the
implementation of macro role-playing methods. It can serve as an alternative way to enhance
children’s social interaction ability as an attractive method, motivating, and directly involve the
children.

Keywords: Children’s interaction ability, Macro role-paying methods


2

PENDAHULUAN berpengaruh untuk masa kehidupan anak


Salah satu prinsip pembelajaran di selanjutnya. Salah satu upaya agar anak
TK, anak belajar melalui bermain. dapat belajar berinteraksi sosial yaitu di
Bermain merupakan tuntutan dan sekolah, guru harus menyadari bagaimana
kebutuhan yang esensial bagi anak karena pentingnya interaksi sosial bagi anak,
dapat mengembangkan kreativitas dan melalui pendidikan anak akan lebih mudah
imajinasi. Melalui bermain anak juga mencapai dengan lingkungan disekitarnya.
belajar mengendalikan diri sendiri, Anakpun diharapkan dapat mengontrol
memahami kehidupan, dan memahami dorongan, tingkah laku, dan dapat
dunianya. Pembelajaran yang baik di TK bekerjasama dalam suatu kelompok agar
dapat dilakukan secara sistematis yang memasuki tatanan kehidupan sosial yang
dirancang dengan baik dengan tujuan lebih luas. Anak yang kurang berinteraksi
untuk mengubah perilaku anak sesuai sosial akan kesulitan dalam melakukan
dengan kompetensi yang telah diterapkan. tugasnya. Selain itu, anak juga akan
Sehingga Pendidikan anak usia dini perlu mengalami kesulitan dan ketakutan saat
distimulasi agar aspek perkembangan anak berkomunikasi dengan lingkungan
dapat berkembang secara tepat dan sekitarnya.
optimal. Aspek perkembangan anak Interaksi sosial menurut Walgito
meliputi aspek perkembangan kognitif, (dalam Lisdian, 2013, hlm. 286)
bahasa, fisik motorik, dan sosial menyatakan bahwa interaksi sosial
emosional. Semua Aspek saling merupakan hubungan antara individu satu
berhubungan antara aspek yang satu dengan individu yang lain, individu satu
dengan aspek yang lain. Perkembangan dapat mempengaruhi individu lain atau
sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan sebaliknya, jadi terhadap adanya hubungan
sekitar, karena sejak lahir anak di yang saling timbal balik.
pengaruhi oleh lingkungan sosial ketika Berdasarkan hasil pengamatan
anak berada di sekolah maupun di rumah yang dilakukan pada bulan November –
(Ainiyah, 2014, hlm. 2). Desember Tahun 2017 di TKIT arriyadhah
Havighurst (dalam Yusuf, 2004, , ada anak yang terlihat tidak begitu intens
hlm. 118) mejelaskan perkembangan berinteraksi dengan anak lainnya. Hal ini
sosial merupakan pencapaian kematangan dibuktikan dengan kurangnya interaksi
dalam hubungan sosial yang diartikan sosial anak dengan temannya ataupun anak
sebagai proses belajar dengan cara anak dengan guru. Adapun hal lain yaitu anak
menyesuaikan diri terhadap norma-norma cenderung bermain soliter ketika teman
kelompok, moral, tradisi, meleburkan diri lainnya bermain dalam kelompok atau
menjadi satu kesatuan untuk saling bermain bersama, kurangnya anak dalam
berkomunikasi, dan bekerja sama. bergaul dengan temannya, tidak saling
Senada dengan pendapat Syaodih tegur sapa, masih jarang melakukan
(2005, hlm. 34) menyatakan pada dasarnya kontak mata saat bercakap-cakap. Selain
anak usia TK sebagai makhluk sosial yang ituproses pembelajaran masih berpusat
memerlukan kehadiran orang lain dalam pada guru yang menyebabkan
kehidupannya serta memiliki keinginan pembicaraan lebih banyak didominasi oleh
yang kuat untuk dapat diterima oleh guru dan cenderung menggunakan buku
kelompoknya dan untuk dapat bergabung Lembar Kegiatan Siswa (LKS) saat
dengan teman sebaya. kegiata belajar. Dalam kegiatan
Interaksi sosial perlu pembelajaran guru
dikembangkan sejak usia dini karena
3

cenderung hanya menggunakan metode belajar untuk melihat sudut pandang orang
ceramaha, pemberian tugas yang lain.
menyebabkan anak fokus pada pekerjaan Keunggulan dari kegiatan bermain
yang diberikan oleh guru sehingga kurang peran makro dapat mengembangkan
berinteraksi dengan guru. berbagai aspek yang dimiliki anak. Melalui
Sebagai pendidik kita harus bermain peran anak akan belajar cara
meningkatkan kemampuan interaksi sosial berkomunikasi dengan orang lain, belajar
anak secara optimal. Kemampuan interaksi bekerjasama dengan temannya, dan
sosial anak dapat distimulasi dan menyesuaikan diri. Dengan menggunakan
dikembangkan dengan menggunakan bermain peran makro anak dapat menjadi
berbagai metode, salah satu metode yang tokoh yang sesungguhnya yang diinginkan
dapat digunakan adalah dengan cara oleh anak untuk bermain peran. Adapun
bermain peran. Bermain peran merupakan kelemahan dalam kegiatan bermain peran
permainan yang menggunakan imajinasi, makro yaitu anak sering mengalami
permainan ini juga sering disebut main kesulitan untuk memerankan peran secara
drama, pura-pura, main simbolik yang baik khususnya jika mereka tidak
mampu mengembangkan kemampuan diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik.
kognitif, sosial, dan emosi anak pada usia Metode bermain peran makro
3-6 tahun. Menurut Gunarti, dkk (2008, merupakan metode yang digunakan di
hlm. 109) menyatakan bahwa bermain TKIT arriyadhah sebagai upaya dari guru
peran adalah memerankan karakter/ untuk meningkatkan kemampuan interaksi
tingkah laku dalam pengulangan kejadian sosial anak.
masa depan, kejadian yang masa kini yang Berdasarkan latar belakang di atas,
penting, atau situasi imajinasi. Adapun maka penulis merumuskan beberapa
kegiatan bermain peran menurut Dhieni pertanyaan peneltian sebagai berikut:
(dalam Hariwati & Khotimah N, 2016,
hlm 5-8) anak belajar berbicara sesuai 1. Bagaimana kondisi objektif
dengan peran yang dimainkan, belajar kemampuan interaksi sosial anak
mendengarkan dengan baik, dan melihat sebelum diterapkan metode bermain
hubungan antara berbagai peran yang peran makro?
dimainkan bersama. 2. Bagaimana pelaksanaan metode
bermain peran makro dalam
Bermain peran terbagi menjadi 2 meningkatkan interaksi sosial anak?
bagian yaitu bermain peran makro dan 3. Bagaimana peningkatan kemampuan
bermain peran mikro. Menurut Madyawati interaksi sosial anak setelah diterapkan
(dalam Rumilasari dkk, 2016) Bermain metode bermain peran makro?
makro adalah anak yang langsungberperan
sungguhan dan menjadi sesorang atau Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
sesuatu, saat anak memiliki pengalaman sebagai berikut:
sehari-hari dengan bermain peran makro 1) Untuk mengetahui kondisi objektif
anak belajar langsung bagaimana kemampuan interaksi sosial anak
menyelesaikan masalah, dan berkerjasama sebelum diterapkan metode bermain
dengan teman yang lain. Sedangkan peran makro.
bermain peran mikro adalah anak 2) Untuk mengetahui penerapan metode
memegang atau menggerak-gerakan benda bermain peran makro dalam
berukuran kecil untuk menyusun sebuah meningkatkan interaksi sosial anak.
adegan, dengan hal tersebut anak dapat
4

3) Untuk mengetahui kemampuan Melalui Metode Bermain Peran


interaksi sosial anak setelah diterapkan Makro Pada Kelompok A TKIT
metode bermain peran makro. Arriyadhah Sebelum melakukan
METODE PENELITIAN penelitian, terlebih
dahulu penulis melakukan observasi awal
Jenis penelitian ini adalah penelitian pada tanggal 09 April 2018 pada anak-anak
tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan kelompok A2 TK Negeri Pembina Sadang
oleh (Kemmis dan McTaggart dalam Serang. Observasi ini dilakukan untuk
Gunawan, 2009. Model tersebut mengetahui kondisi awal kemampuan
menggunakan siklus spiral yang masing- interaksi sosial anak. Kondisi awal
masing siklus terdiri dari empat langkah kemampuan interaksi sosial pada anak-
pelaksanaan, yaitu: perencanaan anak Kelompok A2 di TKIT arriyadhah
(planning), tindakan (acting), pengamatan sebelum diberikan tindakan yaitu dapat
(observing), dan refleksi (reflecting). digambarkan dalam diagram sebagai
Penelitian ini dilakukan di TKIT berikut:
arriyadhah . Penelitian ini berfokus
pada anak kelompok A yang 60% 48%
39% 42%
50% 37%
terdiri dari 18 orang anak dengan satu 40% 25% 30%
guru. Penelitisn tindakan kelas ini 30%
dilakukan dalam 2 siklus dimana setiap 20%
siklusnya 10%
0%
terdapat dua tindakan.
Instrumen penelitian dalam penelitian
ini, dibuat sendiri oleh peneliti mengacu
pada teori. Instrumen yang dibuat
Grafik diatas menunjukan bahwa
disesuaikan dengan tindakan yang akan
kemampuan interaksi sosial anak
diberikan kepada objek penelitian. Hal ini
kelompok A masih belum mencapai
bertujuan untuk melihat peningkatan
perkembangan yang sesuai harapan di
kemampuan interaksi sosial anak.
setiap indikatornya, terlihat pada indikator
Kemampuan yang dimaksud disini
pertama kemampuan menyapa mencapai
adalah kemampuan anak dalam
25%, indikator kedua berkomunikasi
berinteraksi dan bergaul dengan teman
secara verbal mencapai 37%, indikator
sebaya.
ketiga kemampuan meminta bantuan
Bermain peran dalam penelitian ini
mencapai 39%, indikator keempat
menggunakan beberapa tema dan subtema,
kemampuan menyimak mencapai 48%,
hal ini bertujuan agar anak tidak bosan.
indikator kelima kemampuan bertanya
Teknik pengumpulan data yang
mencapai 30%, indikator keenam
dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
kemampuan bercakap-cakap mencapai
berupa observasi, wawancara, catatan
42%.
lapangan dan dokumentasi.
2. Pelaksanaan Kegiatan Bermain
HASIL PENELITIAN
Peran Makro dalam Meningkatkan
DAN PEMBAHASAN
Kemampuan Interaksi Sosial Anak
1. Kondisi Objektif Kemampuan
Pada kelompok A TKIT arriyadhah
Interaksi Sosial Anak Sebelum
Pelaksanaan kegiatan bermain peran
Diterapkan Metode Bermain peran
makro dalam meningkatkan kemampuan
makro” Kondisi Objektif
interaksi sosial anak dilaksanakan dengan
Kemampuan Interaksi Sosial Anak
5

dua siklus dimana setiap siklusnya terdiri prasiklus kemampuan setiap indicator anak
dari dua tindakan. Siklus I tindakan I belum mencapai sesuai yang diinginkan
dilaksanakan pada Senin, 31 januari tetapi setelah dilakukan metode bermain
dengan “Tema Kendaraan , dengan peran kemampuan setiap indikator anak
Subtema kendaraan roda 2“. Siklus I pada siklus II tindakan II meningkat sangat
tindakan II dilaksanakan pada Rabu, 2 tinggi. Berdasarkan hasil diatas bahwa
februari 2022 “Tema kendaraan, dengan metode bermain peran makro menunjukan
Subtema kendaraan udara“. Siklus II peningkatan yang sangat berpengaruh pada
tindakan I dilaksanakan pada Senin, 10 indicator kedua kemampuan meminta
februari 2022 “Tema yang dipilih adalah bantuan terlihat pada siklus II tindakan II
“Tema pekerjaan dirumah sakit, dengan mencapai paling tinggi yaitu 86%. Namun
Subtema Dokter, Suster, dan pasien“, dan indicator pertama kemampuan menyapa
siklus II tindakan II dilaksanakan pada anak pada setiap siklusnya meningkat
Kamis, 17 februari 2022 dengan “Tema sangat tinggi awalnya pada prasiklus
pekerjaan, dengan Subtema guru mencapai 25% hingga siklus II tindakan II
3. Hasil Peningkatan Kemampuan mencapai 80%. Selain itu indicator kelima
Interaksi Sosial Anak Melalui kemampuan bertanya tidak terlalu
Metode Bermain Peran Makro Pada meningkat terlalu tinggi setiaptindakannya
Kelompok A TKITarriyadhah terlihat dari prasiklus mencapai 30%
Setelah pelaksanaan penggunaan hingga siklus II tindakan II mencapai 62%.
bermain peran makro, kemampuan
membaca interaksi sosial anak kelompok A PEMBAHASAN
TKIT arriyadhah dari hasil observasi 1. Kondisi Objektif Kemampuan
mengalami peningkatan dari setiap Interaksi Sosial Anak Pafa Kelompok A
siklusnya. Berikut gambaran perbandingan TKIT arriyadhah
hasil peningkatan kemampuan interaksi Berdasarkan hasil observasi awal
sosial anak dengan menggunakan metode kemampuan interaksi sosial anak
bermain peran makro, siklus 1, hingga sebelum diterapkan metode bermain
siklus ke 2 digambarkan pada grafik peran makro belum berkembang secara
dibawah ini: optimal. Terlihat dari adanya masalah
asil Peningkatan Indokator Kemampuan Interaksi Sosial Anak Kelompok A TKIT arriyadhah
seperti kurangnya anak dalam bergaul
dengan temannya, anak yang suka
bermain sendiri, tidak saling tegur
sapa, masih jarang melakukankontak
100% 80% 7866%%75% 8804%%79%
5685%%66% 3590%%
61% 60% 3590%% 66%
5682%%
mata saat bercakap-cakap. Selain itu
48%94 % 44256%3%%
3422%% 3477%%
50% 25% 30% anak masih malu-malu saat
0% berkomunikasi dengan temannya dan
ada anak yang terlihat bersikap
negative saat diajak untuk bermain.
Hal yang menyebabkan kondisi
Berdasarkan grafik diatas terlihat tersebut karena beberapa factor
peningkatan pada kemampuan interaksi diantaranya seperti pada saat proses
sosial anak pada akhir siklus setiap pembelajaran cenderung menggunakan
indikatornya. Hal tersebut dibuktikan pada buku Lembar Kerja Siswa (LKS).
Selain itu kegiatan pembelajaran masih
berpusat pada guru yang menyebabkan
guru lebih mendominasi, sehingga
anak hanya
6

menerima informasi dari guru, kurannya siklusnya peneliti melaksanakan dua


variasi dalam metode pembelajaran yang tindakan yaitu siklus I tindakan I, siklus I
menyebabkan anak merasa bosan. tindakan II, siklus II tindakan I, dan siklus
Sehingga guru harus memilih metode yang II tindakan II.
tepat sehingga pembelajaran lebih Pelaksanaan siklus I tindakan I
menyenangkan untuk anak, serta tujuan dilaksanakan pada Senin 31 januari 2022.
yang telah direncanakan dapat tercapai Sebelum memulai kegiatan bermain peran
dengan baik. Selain itu guru harus dapat makro membaca doa, salam dan bernyanyi
menguasai beberapa metode seperti karya bersama. Kemudian guru menyapa anak-
wisata, semontrasi, bercerita, sosiodrama, anak dan melakukan tanya jawab tentang
eksperimen, dan proyek. kegiatan yang akan dilakukan hari ini.
Moeslichatoen (2004, hlm. 7) Sebelum kegiatan bermain peran makro
menyatakan bahwa metode merupakan dimulai guru menjelaskan kepada anak-
bagian dari strategi. Metode dipilih anak tentang kegiatan yang akan
berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dilaksanakan tentang suasana pasar, disana
dipilih dan diterapkan. Metode merupakan terdapat penjual dan pembeli. Selanjutnya
cara dalam bekerjanya merupakan alat guru memilih anak-anak yang pendiam
untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, untuk bermain pertama. Anak pun bermain
dalam pembelajaran guru jarang peran makro sesuai yang telah dirancang
menggunakan metode bermain peran oleh peneliti dan guru. Setelah selesai guru
sehingga mengakibatkan anak cepat bosan memerintahkan anak untuk bercerita
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. pengalamannya tentang peran yang sudah
Menurut Depdiknas (2006, hlm. 13) diperankan. Selain itu guru memberi
metode bermain peran adalah cara nasihat kepada anak dan menceritakan
memberikan pengalaman kepada anak makna yang diangkat dalam cerita.
melalui bermain peran, yaitu anak diminta Pada pelaksanaan siklus I tindakan II
memainkan peran tertentu, misalnya: dilakukan pada Rabu 04 februari2022.
bermain jual beli sayur di pasar, bermain duduk melingkar dikarpet dan memulai
menolong anak yang jatuh, bermain kegiatan pembelajaran dengan membaca
menyayangi keluarga dan sebagainya. doa, salam dan bernyanyi bersama.
Melalui bermain peran makro Sebelum guru akan memulai kegiatan hari
diharapkan anak dapat memperluas ini guru mengatur strategi duduk anak
pengetahuannya untuk melakukan kegiatan menjadi pola perempuan laki-laki
yang diharapkan dengan bermacam bahan perempuan laki-laki dan seterusnya.
yang menarik perhatiannya, dan Kemudian guru menyapa anak-anak dan
memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya. melakukan tanya jawab tentang kegiatan
Selain itu mendukung kemampuan anak yang akan dilakukan hari ini. Sebelum
dalam menahan dorongan hati dan kegiatan bermain peran makro dimulai
menyusun tindakan yang diarahkan sendiri guru menjelaskan kepada anak- anak
dengan sengaja dan fleksibel. tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
tentang kondisi kendaraan
2. Pelaksanaan Kegiatan Metode
Bermain Peran Makro untuk
Meningkatkan Interaski Sosial Anak
Kelompok A TKIT Arriyadhah
Dalam meningkatkan kemampuan
interaksi sosial anak melalui metode
bermain peran makro. Metode ini
dilakukan sebanyak dua siklus yaitu
siklus I dan Siklus II. Pada setiap
7

Pada siklus I tindakan I ditemukan Pada siklus II tindakan I


kelemahan seperti guru terlihat belum dilakasanakan pada Senin 10 februari
maksimal mengkondisikan anak dan juga 2022. anak-anak duduk melingkar
guru kurang dalam memotivasi anak agar dikarpet dan memulai kegiatan
terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan membaca doa,
bermain peran makro dengan susana pasar. salam dan bernyanyi bersama.
Selain itu saat melakukan metode bermain Kemudian guru menyapa anak-anak
peran suasana kelas sedikit tidak kondisif dan melakukan tanya jawab tentang
karena belum terbiasa dengan metode kegiatan yang akan dilakukan hari ini.
tersebut dan terlihat guru masih Sebelum kegiatan bermain peran
kebingungan saat melaksanakan metode makro dimulai guru menjelaskan
bermain peran. adapun hal yang lain kepada anak- anak tentang kegiatan
seperti alat media yang kurang lengkap yang akan dilaksanakan tentang
sehingga saat melakukan bermain peran suasana dirumah sakit, disana terdapat
kurang menarik. Perbaikan yang harus dokter, suster, pasien. Selanjutnya guru
dilakukan pada tindakan selanjutnya guru membagi peran penjual dan pembeli
lebih fokus dalam memberi dorongan dan untuk diperankan sesuai cerita. Setelah
mengatur strategi tempat duduk kepada selesai bermain peran makro guru
anak untuk mendengarkan guru ketika memerintahkan anak untuk
menjelaskan kegiatan bermain peran menceritakan pengalamnnya dan
makro. Kemudian guru mempersiapkan Tanya jawab tentang kegiatan yang
media yang lebih menarik agar kegiatan telah dilakasnakan. Perbaikan yang
bermain peran makro tersebut lebih harus dilakukan untuk tindakan
menyenangkan dan berkesan. Pada siklus I selanjutnya yaaitu guru harus lebih
tindakan II selama proses pembelajaran memotivasi anak agar anak lebih
dapat terlihat adanya peningkatan seperti, antusias lagi dalam melaksanakan
Anak menyapa temannya dan bersalaman kegiatan bermain peran makro dan
dengan teman ketika masuk kelas, mulai membiasakan anak untuk bergaul
menceritakan kembali perngalaman dengan teman-teman yang lainnya agar
setelah bermain peran. kemudian komunikasi anak terjalin baik. Pada
perbaikan yang harus dilakukan untuk siklus II tindakan I dapat terlihat
tindakan selanjutnya adalah guru harus adanya peningkatan dari setiap
lebih ekstra dalam mengondisikan anak indikator pada saat melakukan
karena masih ada anak yang mengobrol observasi. Namun belum ada anak
dan menganggu temannya saat guru yang dalam kategori sering sekali
menjelaskan aturan permainan. Selain itu muncul. Sehingga peneliti harus
guru memotivasi lagi anak yang masih memperbaiki untuk tindakan
malu-malu untuk terlibat dalam bermain selanjutnya diantaranya Perbaikan
peran makro. yang harus dilakukan pada tindakan
selanjutnya guru harus lebih
memotivasi anak agar anak lebih
antusias lagi dalam melaksanakan
kegiatan bermain peran makro dan
membiasakan anak untuk bergaul
dengan teman-teman yang lainnya agar
komunikasi anak terjalin baik.
Siklus II tindakan II
dilaksanakan pada rabu 18 februarti
8

2022 anak-anak duduk melingkar Hasil penelitian pada kemampuan


dikarpet dan memulai kegiatan interaksi sosial anak yang telah
pembelajaran dengan membaca doa, dilaksanakan selama dua siklus, ternyata
salam dan bernyanyi bersama. metode bermain peran makro dapat
Sebelum guru akan memulai kegiatan meningkatkan kemampuan interaksi sosial
hari ini guru mengatur strategi duduk anak. hal ini didasarkan pada penelitian
anak menjadi pola perempuan laki-laki hasil obserbasi dari siklus I tindakan I,
perempuan laki-laki dan seterusnya. siklus I tindakan II, siklus II tindakan I,
Kemudian guru menyapa anak-anak dan siklus II tindakan II. Hasil
dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran tersebut menunjukan bahwa
kegiatan yang akan dilakukan hari ini. penggunaan metode bermain peran makro
Sebelum kegiatan bermain peran mengembangkan kemampuan interaksi
makro dimulai guru menjelaskan sosial anak. dalam penerapan pemahaman
kepada anak- anak tentang kegiatan kegiatan bermain peran makro akan lebih
yang akan dilaksanakan Akhirnya guru baik apabila menggunakan metode
memberi nasihat kepada anak dan bermain peran makro yang tepat. Tempat
menceritakan makna yang diangkat yang digunakan dalam penelitian ini di
dalam cerita. Pada siklus II tindakan II aula dan dikelas. Penggunaan metode
saat pembelajaran anak-anak sangat bermain peran dalam pembelajaran anak
antusias dalam melakukan bermain tentunya dengan maksud untuk belajar.
peran makro, guru pun tidak Dengan metode bermain peran makro anak
mengalami kesulitan lagi saat diikat oleh tujuan dan tugas belajar.
mengondisikan anak sata bermain
peran makro. Selain itu saat guru Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan menunjukan adanya
dilakukan anak-anak mulai kondusif peningkatan yang baik pada kemampuan
karena anak yang biasanya menganggu intreraksi sosial anak hal ini dibuktikan
temannya sudah mulai diam dan dari setiap tindakan siklus I tindakan I,
memperhatikan guru. Anak juga sudah siklus I tindakan II, siklus II tindakan I,
berani mengacungkan tangan ketika dan siklus II tindakan II. Peningkatan
guru memerintahkan anak untuk tersebut dapat dilihat dari semakin
bercerita didepan kelas sehingga guru bertambahnya indikator yang telah
tidak perlu menunjuk anak. tercapai dari prasiklus 37.38% sampai
akhir siklus II 78.22%.
3. Peningkatan Kemampuan Interaksi
Sosial Anak Pada kelompok A Menurut Beaty (2015, hlm. 420)
TKKIT arriyadhah setelah melalui metode bermian peran anak akan
dilaksanakan kegiatan bermain menerapkan pengalamannya secara kreatif
peran makro pada kegiatan pura-pura dan anak akan
mengembangkan komunikasinya melalui
penambahan dialog pada alur cerita yang
anak perankan. Selain itu Suryadi, (2010)
menyatakan bahwa anak mengembangkan
krearivitasnya untuk berkomunikasisendiri
saat diberi kebebasan dan waktu untuk
berpartisipasi dalam pemainan imajinatif.
Adapun metode yang baik digunakan
untuk anak adalah metode yang tepat dan
9

bervariasi agar menarik perhatian anak temannya yang sedang memperhatikan


agar mau mengikuti pembelajaran. Selain dan mengobrol dengan teman
itu Manfaat lain dari bermain peran disampingnya.
menurut Yuliani (dalam Kartikasari, 2014, 2. Pelaksanaan kegiatan bermain peran
hlm. 3) adalah sarana bagi anak untuk makro dilakukan sebanyak dua siklus
belajar pengalaman yang dilihat dari orang yaitu siklus I tindaka I, siklus I
lain, mengembangkan kemampuan anak tindakan II, siklus II tindakan I, dan
untuk berkomunikasi, membuat anak lebih siklus II tindakan II. Dalam
mudah untuk bersosialisasi, dan membantu pelaksanaan kegiatan adanya
anak untuk bergaul dengan teman yang perubahan pada setiap indikator dalam
lainnya. kemampuan interaksi sosial anak
Dari penjelasan diatas dapat dalam pembelajaran. Hal tersebut
disimpulkan bahwa metode bermain peran dipengaruhi oleh peran guru yang lebih
makro dapat meningkatkan kemampuan optimal dalam penguasaan materi,
interaksi sosial anak kelompok A2 TKIT penyediaan media, pengkoordinasian
arriyadhah , dari siklus I tindakan I, sikus I anak, dan memotivasi anak agar mau
tindakan II, siklus II tindakan I, dan siklus ikut dalam pembelajaran. Selain itu,
II tindakan II. anak lebih tertarik dan antusias dalam
Hasil penelitian menunjukan bahwa mengikuti kegiatan pembelajaran.
metode bermain peran makro dapat 3. Peningkatan kemampuan interaksi sosi
meningkatkan kemampuan interaksi sosial al anak pad kelompok A TKIT
anak kelas A2 TKIT Arriyadhah Hal arriyadhah setelah dilakuka n dengan
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya metode bermain peran makro
peningkatan disetiap tindakan pada menunjukan peningkatan yang signifik
indikatornya. an. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI pencapaian pada setiap indikator pada
A. KESIMPULAN p rasiklus hingga siklus terakhir.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan Dengan metode bermain peran makro
kelas tentang kemampuan interaksi sosial penamba han mencapai 78.22% pada
anak pada kelompok A TKIT arriyadhah siklus II tin dakan II. Terlihat dari yang
1. Kondisi objektif kemampuan interaksi ditunjukan oleh anak dalam
sosial anak di TK Negeri Pembina berinteraksi ketikaana k mampu
Sadang Serang sebelum diberi tindakan menyapa temannya, berkomu nikasi
pada umumnya kemampuan interaksi secara verbal, meminta bantuan kepada
anak masih rendah. Hal ini terlihat dari guru atau teman, menyimak gur u yang
terlihatnya anak yang suka bermain sedang berbicara, bertanya kepa da
sendiri, kurangnya anak dalam bergaul teman atau guru, dan mampu melak
dengan temannya, tidak saling tegur ukan kontak mata saat bercakap-cakap
sapa, masih jarang melakukan kontak dengan guru atau teman. Maka dapat di
mata saat bercakap-cakap dan padasaat simpulkan bahwa kegiatan bermain per
proses pembelajaran cenderung an makro dapat meningkatkan kemamp
menggunakan buku Lembar Kerja uan interaksi sosial anak kelompok A
Siswa (LKS). Selain itu, pada saat guru TKIT arriyadhah
menjelaskan pembelajaran yang akan B. REKOMENDASI
dilakukan anak cenderung menganggu Adapun rekomendasi yang dapat
peneliti sampaikan berkaitan dengan
kemampuan interaksi sosial anak melalui
10

kegiatan bermain peran makro adalah untuk meningkatkan kemampuan


sebagai berikut: interaksi sosial pada anak.
1. Kepala Sekolah
a. Mendukung pelaksanaan proses DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran dengan metode Ainisiyah, S. (2014). Peningkatan
bermain peran makro Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5
b. Memfasilitasi sarana prasarana Tahun Melalui Kegiatan Bermain
pembelajaran yang sesuai dengan Peran Di Tk Al-Muhajirin Sawangan
kebutuhan anak. Agar terciptanya Magelang. (Skripsi). Yogyakarta:
suasana pembelajaran yang Universitas Negeri Yogyakarta.
menyenagkan dan menarik bagi Depdiknas. (2006). Pedoman
anak. Pembelajaran Di Taman Kanak-
c. Menyediakan kegiatan kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal
pembelajaran dengan baik Manajemen Pendidikan Dasar dan
khususnya dalam kegiatan bermain Menengah.
peran makro. Gunawan, Undang. (2009). Teknik
2. Guru Penelitian Tindakan Kelas. :
a. Menggunakan metode Sayagatama.
pembelajaran yang lebih bervariasi, Gurnati, W. Muis, A dan Muis, A . (2008).
agar anak tidak mudah merasa Metode pengembangan perilaku
bosan. dan kemampuan dasar anak usia
b. Guru hendaknya dapat dini. Jakarta: universitas terbuka.
meningkatkan kemampuan Hariwati dan Khotimah, N. (2016).
interaksi sosial anak melalui Penggunaan Metode Bermain Peran
berbagai metode, dimana tujuannya Untuk Meningkatkan Kemampuan
agar anak merasa senang dan Sosial Emosional Pada Anak
mengikuti pembelajaran. Kelompok B. Jurnal PAUD Teratai,
c. Guru hendaknya menyediakan 5, (2), 1-4. Diaskes dari:
media yang menarik untuk anak http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/in
agar rasa ingin tahu anak muncul dex.php/paud-
dan anak tertarik mengikuti teratai/article/view/14843/13501 [08
kegiatan tersebut. Febuari 2018]
3. Peneliti berikutnya Kartikasari, F. (2014). Pengaruh Metode
a. Peneliti selanjutnya diharapkan Bermain Peran Terhadap
dapat mengaplikasikan semua Perkembangan Sosial Emosional
metode untuk meningkatkan Anak Kelompok B. (skripsi).
kemampuan interaksi sosial anak. Surakarta: UNiversitas
Hal yang harus diperhatikan Muhammadiyah Surakarta.
sebaiknya berkolaborasi dengan Lisdian, S. (2013). Studi Tentang
orang yang lebih ahli dibidangnya Kemampuan Interaksi Sosial Anak
sehingga lebih maksimal dalam Kelompok A Dalam Kegiatan
pelaksanaannya. Selain itu peneliti Metode Proyek Di Tk Plus Al-Falah
selanjutnya diharapkan mampu Pungging Mojokerto. Jurnal BK
mengidentifikasi metode lain yang Unesa, 4, (1), 285-292. Diaskes dari:
dapat digunakan sebagai metode http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/in
dex.php/jurnal-bk-
11

unesa/article/view/6592 [13 Febuari


2018]
Moeslichatoen. (2004). Metode
Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: rineka cipta.
Rumilasari, N. Tegeh, I dan Ujianti P.
(2016). Pengaruh Metode Bermain
Peran (Role Playing) Terhadap
Kemampuan Berbicara Pada Anak
Kelompok A. e-Journal Pendidikan
Anak Usia Dini, 4, (2), 1-11. Diakses
dari:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.
php/JJPAUD/article/viewFile/7704/5
255 [3 Mei 2018]
Syaodih, E. (2005). Bimbingan di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja.
Beaty. J. (2015), Observasi Perkembangan
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Suryadi, E. (2010). Model
Komunikasi Efektif Bagi
Pengembangan Kemampuan Berfikir
Kreatif Anak. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 8 (3), 263 – 279.
Diakses dari:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/k
omuni kasi/article/view/135 [04 Juni
2018)

Anda mungkin juga menyukai