Anda di halaman 1dari 8

Hambatan Komunikasi Interpersonal

pada Physical Distancing


di Situasi Pandemi Covid-19

Meryana Chandri Kustanti S.Si, M.A


Prodi Informatika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
Pos-el: meryana.chandri@yahoo.com

Abstrak
Pandemi Covid-19, yang sedang berlangsung sejak akhir tahun 2019 hingga saat
ini telah menyebabkan hampir di seluruh bagian negara yang ada di dunia
terinfeksi. Pandemi ini mempengaruhi semua sektor kehidupan seperti ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain-lain. Salah satu pencegahan penyebaran
pandemi tersebut dengan menerapkan physical distancing (pembatasan jarak fisik)
secara besar-besaran yang mengakibatkan anjuran pengurangan interaksi langsung
manusia dengan manusia lainnya secara fisik. Hal tersebut membuat proses
komunikasi antar individu yang biasa dilakukan langsung dengan bertemu fisik
(direct communication) dan tatap muka menjadi tidak langsung dengan tidak
bertemu secara fisik (indirect communication). Sehingga, penggunaan media
sebagai alat bantu komunikasi menjadikan proses komunikasi memiliki hambatan-
hambatan terutama dalam komunikasi interpersonal yang terdiri dari dua orang.
Penjelasan mengenai hambatan komunikasi interpersonal ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua orang agar dapat meminimalisir
terganggunya hubungan interpersonal individu dalam menghadapi situasi pandemi
Covid-19.
Kata kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Hambatan Komunikasi,
Proses Komunikasi.

A. Pendahuluan
Tahun 2020 menjadi tahun paling bersejarah didalam kehidupan manusia di seluruh dunia,
yaitu munculnya pandemi virus Covid-19 yang menyebabkan seluruh belahan dunia terguncang dan
mengakibatkan angka kematian yang tinggi di berbagai negara. Melalui website resmi CNN Indonesia
(2020), direktur WHO Thedros Adhanom Gehebreyesus menyatakan bahwa pandemi virus Covid-19
ini diperkirakan masih jauh dari berakhir. Berdasarkan laman website resmi pemerintah Indonesia
(2020) untuk penanganan COVID-19 bahwa didapat data tanggal 1 Mei 2020 data kematian pasien di
seluruh Indonesia akibat penyakit tersebut sebanyak 800 jiwa, sebanyak 10.551 pasien positif serta
1591 pasien yang sembuh. Untuk mengatasi serta mencegah virus ini semakin menyebar maka seluruh
dunia sepakat untuk menggalangkan program physical distancing (pembatasan jarak fisik) secara
besar-besaran.
Berdasarkan situs resmi WHO (2020) Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Gejala penyakit tersebut demam, rasa lelah, batuk yang
dapat menyebabkan sesak nafas sampai berujung kematian. Serta penyakit tersebut sangat menular

57
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
dengan cara kontak langsung dari manusia ke manusia lainnya melalui percikan cairan tubuh (bersin,
batuk, dll).
WHO dalam Kompas (2020) menyatakan bahwa pada awalnya pencegahan virus Covid-19 ini
memakai istilah social distancing, lalu dirubah menjadi physical distancing dikarenakan agar orang-
orang hanya menjaga jarak fisik bukan berarti tidak bersosialisasi bisa dibantu dengan menggunakan
bantuan teknologi alat komunikasi. Dalam anjuran WHO seluruh masyarakat di berbagai negara untuk
menerapkan #STAYATHOME atau tetap dirumah masing-masing dan meminimalisir semua kegiatan
yang ada di kerumunan orang banyak kecuali untuk membeli kebutuhan bahan pokok termasuk
meliburkan sekolah, tempat beribadah, tempat hiburan serta perkantoran.
Physical distancing dilakukan dengan membatasi interaksi fisik secara langsung dengan
sesama manusia agar mencegah penularan virus tersebut. Hal-hal mengenai pembatasan jarak di
Indonesia diatur dalam peraturan pemerintah no. 21 tahun 2020 (BPK RI, 2020). Dalam peraturan
tersebut istilah physical distancing juga disebut dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar), juga tentang lockdown (karantina) bagi wilayah-wilayah yang penduduknya terjangkit virus
ini. Gerakan ini khususnya berakibat langsung terhadap proses komunikasi yang biasa dilakukan
seseorang dengan bertemu fisik yaitu (direct communication) berubah menjadi indirect
communication dengan menggunakan media dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Banyak cara berkomunikasi dengan menggunakan media salah satunya yaitu menggunakan
ponsel pintar (smart phone) dengan memaksimalkan penggunaan internet untuk jaringannya.
Contohnya; menggunakan applikasi whatsapp, zoom cloud, skype, line, snap chat, berbagai macam
social media seperti facebook, instagram dan masih banyak lagi. Penggunaan media dalam
berkomunikasi tentunya memiliki hambatan-hambatan yang bisa menyebabkan terganggunya
informasi yang disampaikan. Pada saat informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan tujuan
pengirim, maka informasi menjadi tidak tersampaikan dengan efektif.
Dalam artikel ini akan dibahas tentang apa saja hambatan-hambatan komunikasi interpersonal
pada saat physical distancing berlangsung dalam masa pandemi covid-19. Tujuan pembahasan
tersebut agar kelak dapat dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana solusi mengatasi hambatan-
hambatan komunikasi tersebut sehingga meminimalisir rusaknya hubungan interpersonal manusia
dalam berjuang ditengah-tengah kondisi pandemi covid-19 ini.

B. Pembahasan
Merujuk kepada Koprowska (2005) bahwa hakikatnya manusia memiliki kebutuhan alami
yaitu komunikasi. Dimana penjelasannya bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya
ketergantungan serta ikatan dengan manusia lainnya secara fisik ataupun psikologis. Hal ini didukung
oleh ―A Theory of Human Motivation‖ oleh Maslow (2009) dimana terdapat tingkatan kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi dan dipuaskan untuk menjadikan manusia merasa utuh yaitu salah

58
Belajar dari Covid-19
satunya adalah need for belonging bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar untuk bersosialisasi,
bergantung dengan orang lain dan berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut DeVito dalam buku The Interpersonal Communication Book ada 5 tujuan
komunikasi, yakni (DeVito, 2007): a. Untuk belajar (to learn) b. Untuk berhubungan (to relate) c.
Untuk mempengaruhi (to influence) d. Untuk bermain (to play) e. Untuk menolong (to help). Tujuan
komunikasi tersebut jelas bahwa komunikasi dapat menimbulkan rasa terhubung dengan orang lain
dan juga bergantung kepada orang lain.
Munculnya pandemi Covid-19 ditengah-tengah kehidupan memaksa kita sebagai manusia
harus membatasi sosialisasi terutama kontak fisik dengan orang lain. Berbagai macam cara dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi di dalam kondisi pandemi ini. Kemajuan teknologi modern
membuat komunikasi tetap bisa dilakukan tanpa adanya kontak fisik dengan cara menggunakan
bantuan media digital yang terkoneksi internet.
Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan media komunikasi yang semakin modern dan inovatif.
Penggunaan telfon genggam dengan basis internet atau yang biasa dikenal khalayak dengan sebutan
smart phone bisa menggunakan fitur-fitur seperti aplikasi chatting, video call, conference call, social
media dan lain-lain untuk berkomunikasi. Dengan kemajuan teknologi model komunikasi dapat
diciptakan untuk wadah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) bermedia,
komunikasi kelompok (group communication) maupun komunikasi massa (mass communication)
(Panuju, 2018).
Alat komunikasi menjadi media penting demi kelangsungan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya didalam pandemi ini. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Yuliandre Darwis
Komisionel KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Pusat (2020) bahwa ditengah krisis ini kebutuhan
manusia menggunakan media sebagai alat komunikasi menjadi sangat penting. Namun, pertanyaanya
apakah media tersebut dapat menggantikan kebutuhan dasar manusia atas ―need to belonging”? dan
Bagaimana pengaruh media terhadap komunikasi interpersonal seseorang? Apakah cukup dengan
berkomunikasi melalui video call atau voice call maka seseorang akan merasa memiliki ikatan dengan
orang lain?
Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antar pribadi dimana melibatkan dua orang
sebagai sender dan receiver. Berdasarkan penjelasan West & Turner (2008) ketika melibatkan
komunikasi dua orang sebagai suatu proses maka komunikasi tersebut akan bersifat berkelanjutan dan
dinamis. Maksudnya adalah komunikasi dua orang akan terjadi secara terus menerus bergantian posisi
antara pengirim informasi dan penerima informasi bertukar peran dan sulit dikenali kapan proses
komunikasi tersebut berakhir karena membentuk arus sirkuler seperti lingkaran yang tidak ada
ujungnya.
Berdasarkan artikel Hasibuan (2019) mengenai model komunikasi sirkular Wilbur Schramm
bahwa dalam proses komunikasi ini terjadi proses yang berkesinambungan dimana unsur pengirim
pesan mengirimkan informasi dan terjadi proses pengartian pesan dapat melalui saluran (media) lalu

59
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
pesan tersebut dapat diinterpretasikan sehingga berusaha dipahami oleh penerima pesan dan langsung
memberikan feedback (umpan balik) dan terjadi berulang kembali kepada pengirim pesan sehingga
bertukar peran sebagai penerima pesan. Model ini biasa terjadi pada proses komunikasi interpersonal
(antarpribadi).
―Di masa lalu pendekatan komunikasi antar pribadi ditekankan pada situasi dua orang atau
kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana komunikasi berlangsung,
pendekatan komunikasi antarpribadi berubah menjadi bersifat hubungan. Perubahan perspektif teoritis
ini menyebabkan komunikasi antarpribadi melihat hubungan diantara individu. (Wiryanto, 2004)‖
Dalam komunikasi interpersonal, proses menjaga hubungan baik, meliputi sebuah usaha untuk
menjaga hubungan dengan melakukan perbaikan-perbaikan, yakni dengan mencegah adanya
permasalahan dan memperbaiki masalah yang telah terjadi. Upayanya dapat berupa Openess and
routine talk, Positivity, Assurances, Supportiveness, Mediated communication, Conflict management,
Humor (Guerero, Andersen, & Afifi, Walid, 2009). Salah satunya penelitian tentang komunikasi
interpersonal dalam Petra (2013) yang berjudul ―Proses Komunikasi Interpersonal Ayah dan Anak
Dalam Menjaga Hubungan‖ dimana cara membangun hubungan yang baik harus melalui proses
komunikasi interpersonal yang baik dengan mengenali dan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi
sehingga dapat tercipta keterbukaan, komunikasi yang positif, kedekatan, manajemen konflik serta
humor.
“The elements in the communication process determine the quality of communication. A
problem in any one of these elements can reduce communication effectiveness ” (Keyton, 2011).
Kalimat tersebut menjelaskan bahwa elemen-elemen yang terdapat didalam suatu proses komunikasi
menentukan kualitas komunikasi. Diantaranya elemen-elemen tersebut yaitu volume suara, kata-kata,
nada bicara, ekspresi wajah, gerak tubuh, faktor emosi, pola pikir. Dimana mengacu kepada Keyton
(2011) bahwa proses komunikasi itu sendiri terdiri dari perpindahan informasi dari seseorang kepada
orang lain ataupun dari satu orang kepada orang banyak. Pemilihan media tertentu dapat
menimbulkan permasalahan yang muncul disetiap elemen sehingga membuat komunikasi menjadi
tidak efektif.
Merujuk kepada Eisenberg dalam Liliweri (2015) terdapat 4 jenis hambatan dalam
komunikasi efektif yaitu hambatan proses, hambatan fisik, hambatan semantik, hambatan psikososial.
1. Hambatan Proses
Hambatan proses terjadi pada proses komunikasi itu sendiri. Dalam situasi physical distancing
contohnya pada saat kita video call dengan orang lain. Meskipun bertatap muka terkadang
koneksi atau sinyal provider internet terkadang membuat video call tidak berjalan lancar,
sehingga pada saat membicarakan hal-hal yang penting dan video menjadi terputus-putus
suaranya ataupun gambarnya membuat pesan tidak tersampaikan dengan baik. Dalam hambatan
proses, faktor noise (gangguan) sangat berperan menjadi hambatan. Suara terputus-putus karena
sinyal jelek, suara kurang jelas sehingga artikulasi tidak jelas, camera handphone buram sehingga

60
Belajar dari Covid-19
orang yang diajak bicara tidak jelas ekspresi wajahnya. Sehingga proses komunikasi yang terjadi
tidak berjalan lancar.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik bisa berupa non verbal communication atau keterbatasan fisik seseorang.
Namun, dalam artikel ini pembahasan hambatan fisik pada physical distancing lebih kepada
hambatan kontak fisik. Untuk sebagian orang yang terbiasa melakukan kontak fisik untuk
berkomunikasi dengan orang lain seperti sentuhan kecil yang membuat seseorang merasa terikat
dengan orang lain tentunya dapat menyebabkan perasaan kehilangan ketika tidak dapat
melakukan hal tersebut.
Contohnya: orang tua dan anak dimana pertanda sayang seorang ibu akan membelai anaknya
pada saat berkomunikasi. Di situasi ini misal anak sedang melakukan studi diluar kota yang tidak
diperbolehkan untuk pulang kekampung halaman karena pandemi ini. Meskipun bisa
berkomunikasi lewat video call namun hal seperti memeluk tidak bisa dilakukan. Sehingga pesan
tertentu yang diwakili oleh bahasa tubuh dengan menyentuh tidak dapat tersampaikan dengan
baik. Hambatan fisik tidak dapat dihindari dalam situasi ini, namun dengan memaksimalkan
aspek bahasa tubuh yang lain dengan ekspresi wajah atau gerak tubuh yang jelas terlihat (dalam
penggunaan video call) bisa meminimalisir setidaknya kekosongan tersebut.
Hambatan fisik sendiri sudah pasti ada pada saat chatting, dimana unsur bahasa tubuh tidak
ada dikarenakan menggunakan bahasan tulisan. Sehingga otomatis, komunikasi interpersonal
menjadi tidak lengkap. Hambatan fisik tidak dapat dihindari atau diminimalisir dengan cara
mengoptimalkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah agar pesan yang disampaikan jelas maksudnya.
3. Hambatan Semantik
Hambatan semantik mengarah kepada tata bahasa dan kata-kata yang diucapkan oleh
pengirim pesan. Dalam physical distancing contohnya pada saat kita chatting dengan seseorang
cenderung bahasa yang digunakan bahasa singkatan, bahasa istilah masa kini, penggunaan huruf
kapital yang tidak sesuai kaidah bahasa, bahasa asing yang tidak dimengerti lawan bicara atau
ekspresi seseorang pada saat berbicara ditunjukkan dengan emoticon (simbol). Maka,
kecendrungan pesan dapat disalah artikan (miss interpretation) dan dapat menimbulkan miss
communication.
Contohnya : Dalam bahasa chatting ada istilah-istilah singkatan yang tidak semua orang
mengetahui maknanya seperti ASAP (As Soon As Possible), LOL ( Lot of Laugh), BRB (Be Right
Back) dan masih banyak lagi. Selain singkatan contoh emoticon seperti   yang terkadang
penggunaannya menjadikan isi pesan ambigu artinya.
Hambatan semantik kerap terjadi juga berkaitan dengan kondisi emosi seseorang pada saat
membaca tulisan pesan tersebut. Namun, hambatan ini bisa dihindari dengan cara adanya
pemberian umpan balik. Pada saat melakukan komunikasi interpersonal proses komunikasi

61
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
bersifat sirkuler. Unsur feedback (umpan balik) dari penerima pesan berarti membuat receiver
dapat melakukan pengecekan arti sesungguhnya langsung kepada pengirim pesan.
4. Hambatan Psikososial
Hambatan psikosial adalah hambatan yang paling berpengaruh dalam komunikasi antapribadi
(interpersonal) dimana kondisi emosi seseorang dapat menentukkan apakah pesan yang
dikirimkan oleh pengirim pesan dapat diterima dengan benar oleh penerima pesan sesuai denan
maksud yang ingin disampaikan. Melihat kondisi pandemi saat ini, dimana informasi mengenai
pandemi Covid-19 bertebaran disosial media, bahkan banyak juga informasi yang bersifat tidak
benar (hoax). Ditambah anjuran untuk tetap dirumah membuat orang-orang mengalami tekanan
emosi tertentu seperti rasa bosan dan rasa tidak aman (insecure), stress dll. Keadaan emosi yang
tidak stabil membuat kualitas komunikasi dapat menurun dengan tingkat stress seperti ini dapat
menyebabkan orang mudah tersinggung atau marah, padahal belum tentu maksud pengirim
pesan sengaja bertujuan menyinggung.
Terlebih jika salah satu anggota keluarga, orang yang dikasihi, orang yang dikenal, teman
ataupun kerabat yang terkena virus ini maka hal tersebut akan menyebabkan seseorang
mengalami beberapa emosi seperti sedih, kesal, marah, putus asa, dll. Contohnya, pada saat
berkomunikasi chatting melalui aplikasi bahasa tulisan membuat pesan terkadang salah diartikan
terlebih pada saat kita tidak mendengar nada lawan bicara sehingga faktor emosi pada saat
membacanya terpengaruh emosi kita pada saat itu. Tulisan ―OK‖ jika kita membacanya dengan
nada datar (emosi kita saat itu sedang netral) maka berarti semua baik-baik saja, namun jika kita
membacanya dengan nada marah (emosi kita saat itu sedang marah) sehingga ―OK‖ pertanda kita
marah tidak ingin melanjutkan pembicaraan.
Dalam hambatan psikososial pada kondisi physical distancing juga dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan persepsi tentang cara penanganan pandemi ini. Seperti layaknya perbedaan
pendapat tentang kebijakan pemerintah mendukung lockdown atau tidak mendukung. Perbedaan
persepsi tersebut membuat pengirim pesan dan penerima pesan akan terganggu kualitas
hubungannya yang menyebabkan komunikasi interpersonal terhambat.
Solusi untuk perbedaan persepsi adalah dengan cara berusaha saling menghargai pendapat
lawan bicara dengan mendengarkan secara aktif isi pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan
meskipun berbeda pendapat. Dengan mendengarkan baik-baik pendapat orang lain maka
diharapkan dapat menelaah isi pesan secara logis tidak terpengaruh keadaan emosi.

C. Penutup
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang prosesnya
membentuk suatu arus lingkaran atau biasa disebut sirkuler. Dimana proses komunikasi sirkuler
melibatkan semua unsur komunikasi yang terjadi secara terus menerus dan berhubungan satu sama

62
Belajar dari Covid-19
lain sehingga menyebabkan adanya pertukaran peran antara pengirim pesan (sender) dan penerima
pesan (receiver).
Dalam proses komunikasi interpersonal, hambatan-hambatan biasa terjadi terutama pada
kondisi berlakunya anjuran physical distancing dalam pandemi Covid-19 ini. Ada empat hambatan
dalam komunikasi yaitu hambatan proses, hambatan semantik, hambatan fisik dan hambatan
psikososial menurut Eisenberg (Liliweri, 2015). Penggunaan bantuan media pada saat berkomunikasi
tidak selalu lancar seperti yang diharapkan. Kendala-kendala teknis pada perangkat media bisa saja
timbul salah satunya lemahnya sinyal internet pada smart phone. Kendala teknis tersebut masuk
kedalam hambatan proses.
Hambatan psikososial paling berpotensi besar dalam mempengaruhi komunikasi interpersonal
menjadi efektif atau tidak disamping hambatan proses. Kondisi psikologis seseorang dalam situasi
pandemi ini dapat mempengaruhi pesan terhambat dalam penyampaiannya. Hilangnya unsur kontak
fisik dapat mengurangi makna pesan tersampaikan dengan baik. Sehingga penggunaan media
diragukan dapat menganggantikan arti kontak fisik sesungguhnya pada hubungan interpesonal
tertentu.

Daftar Pustaka
BPK RI. (2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Retrieved from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135059/pp-no-21-tahun-2020
CNN Indonesia. (2020). WHO Sebut Pandemi Covid-19 Masih Jauh dari Berakhir. Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200428013617-134-497876/who-sebut-pandemi-
covid-19-masih-jauh-dari-berakhir
DeVito, J. . (2007). The Interpersonal Communication Book (11th ed.). USA: Sage Publication Ltd.
Guerero, P., Andersen, A., & Afifi, Walid, A. (2009). Communication in Relationship. New York:
Routledge.
Hasibuan, M. A. (2019). Komunikasi Sirkular (Circular Theory). 2(1), 49–57.
Keyton, J. (2011). Communication and organizational culture: A key to understanding work
experience. Thousand Oak, CA: SAGE.
kompas. (2020). WHO Gunakan Istilah Physical Distancing, Ini bedanya Dengan Social Distancing.
Retrieved from https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/01/061500965/who-gunakan-istilah-
physical-distancing-ini-bedanya-dengan-social
Koprowska, J. (2005). Communication and Interpersonal Skills in Social Work. Southernhay:
Learning Matters Ltd.
Liliweri, A. (2015). Komunikasi Antar Personal (1st ed.). Jakarta: Kencana.
Maslow, A. H. (2009). A Theory of Human Motivation (1st ed.). New Delhi: General Press.
Panuju, R. (2018). Pengantar Studi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana.

63
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas
Petra, U. K. (2013). PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL AYAH DAN ANAK DALAM
MENJAGA HUBUNGAN. Jurnal E-Komunikasi Program Studi KomunikasiE-Komunikasi
Program Studi Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, 1 No.3.
RG. (2020). Fungsi Media dan Komunikasi yang Tepat di Tengah Krisis. Retrieved from Komisi
Penyiaran Indonesia website: http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35672-
fungsi-media-dan-metode-komunikasi-yang-tepat-di-tengah-krisis
West, R., & Turner, L. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (3rd ed.). Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika.
WHO. (2020). Pertanyaan dan Jawaban Terkait Corona Virus. Retrieved from
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
www.covid-19.gov.id. (2020). Infografis COVID-19 1 Mei 2020. Retrieved from
https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-1-mei-2020

64
Belajar dari Covid-19

Anda mungkin juga menyukai