Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU BEDAH

Laporan Kasus
FAKULTAS KEDOKTERAN
November 2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

“HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA”

Disusun Oleh :
Ida Wahyuni, S. Ked
(105505405419)

Pembimbing :
dr. Asdar Tajuddin, Sp. B

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Bedah

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Ida Wahyuni, S. Ked

NIM : 105505405419

Judul Laporan Kasus : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, November 2021

Pembimbing

(dr. Asdar Tajuddin, Sp. B)

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad
SAW. Karena beliaulahsebagai suritauladan dalam kehidupan dunia ini. Mudah-
mudahan kita yang termasuk umatnya selalu senantiasa dan setia kepadanya.
Laporan kasus dengan judul “Hernia Inguinalis Lateralis Dextra” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah. Secara khusus penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Asdar Tajuddin,
Sp. B selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar
dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna adanya dan
memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik
moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik. Akhir kata, penulis
berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada semua orang.

Makassar, November 2021

Penulis

3
Daftar Isi

Daftar Isi ......................................................................................................................................... 1


BAB I .............................................................................................................................................. 5
LAPORAN KASUS ........................................................................................................................ 5
A. Identitas Pasien.................................................................................................................... 5
B. Anamnesis ........................................................................................................................... 5
C. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................... 5
D. Status Lokalis ...................................................................................................................... 7
E. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................................... 7
F. Diagnosis kerja .................................................................................................................... 8
G. Terapi .................................................................................................................................. 8
BAB II ............................................................................................................................................. 9
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................. 9
A. Definisi ................................................................................................................................ 9
B. Epidemiologi ..................................................................................................................... 11
C. Etiologi .............................................................................................................................. 12
D. Bagian hernia .................................................................................................................... 12
E. Klasifikasi hernia .............................................................................................................. 14
F. Patofisiologi Hernia Inguinalis ......................................................................................... 17
G. Diagnosis ........................................................................................................................... 18
H. Diagnosis Banding ............................................................................................................ 22
I. Penatalaksaan .................................................................................................................... 22
J. Prognosis ........................................................................................................................... 23

4
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. MDL

Tanggal lahir : 31 Desember 1995

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Alamat : Doang

No. RM : 57 94 49

B. Anamnesis
- Keluhan utama : Benjolan pada lipatan paha sebelah kanan

- Riwayat penyakit sekarang :

Pasien masuk RSUD Syech Yusuf dengan keluhan adanya benjolan di

lipatan paha sebelah kanan yang dirasakan sejak ±4 bulan yang lalu.

Pasien juga mengatakan bahwa benjolan muncul ketika pasien berdiri dan

mengedan kemudia benjolan menghilang saat berbaring. Demam (-),

benjolan tidak pernah nyeri dan merah. Nafsu makan baik dan nafsu

minum baik. BAK dan BAB kesan normal.

- Riwayat penyakit dahulu : disangkal

- Riwayat pengobatan : disangkal

- Riwayat penyakit keluarga : disangkal

C. Pemeriksaan Fisik
- Status Generalisata : Sakit sedang/Compos Mentis (GCS E4M6V5)

- TTV

TD : 130/80 mmHg

5
N : 60x/menit

P : 20x/menit

S : 36,5 C

SpO2 : 99%

- Kepala

Mata : anemis (-), sclera icterus (-), pupil bulat isokor, RCL/RCTL (+/+)

Telinga : otorrhea (-)

Hidung : rhinorrhea (-)

Bibir : sianosis (-), kering (-)

- Leher

Pembesaran KGB (-)

- Paru

Inspeksi : simetris (+/+)

Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler (+), rh (+/+), wh (+/+)

- Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak teraba

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bising (-)

- Abdomen : lihat status lokalis

- Ekstremitas : edema (-), akral dingin (-)

- Genitalia : tidak dinilai

6
D. Status Lokalis
Region : Inguinal Dextra

Inspeksi : tidak tampak benjolan, warna sama dengan kulit sekitar dan tidak

terdapat tanda-tanda radang

Palpasi : teraba massa konsistensi kenyal yang keluar saat pasien disuruh

mengedan dan saat berdiri

Auskultasi : peristaltic usus (+) kesan normal

E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal pemeriksaan : 15 November 2021

- Hematologi

WBC : 10.82 10^3/uL

RBC : 4.49 10^6/uL

HGB : 13.8 g/dL

HCT : 39.8 %

PLT : 195 10^3/uL

GDS : 94 mg/dl

SGOT : 22 U/L

SGPT : 24 U/L

Ureum : 34 mg/dl

Kreatinin : 0.5 mg/dl

HbsAg : Nonreaktif

Anti-HIV : Nonreaktif

- Hemostasis

PT : 12.2 detik

7
APTT : 36.3 detik

INR : 1.05

CT : 8’20’ menit

BT : 2’35’ menit

F. Diagnosis kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

G. Terapi
- Medikamentosa

IVFD RL 24 tpm

Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam

Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam

- Operatif → Hernioraphy

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke

rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin

inguinalis. Bagian tubuh yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga

merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.

Anatomi Regio Inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan

panjang 4cm dan terletak 2-4cm diatas ligamentum inguinale, Ligamentum Inguinale

merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus oblikus eksternua.

Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Dinding yang

membatasi kanalis inguinalis adalah :

a. Anterior: dibatasi oleh aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan 1/3 lateralnya

muskulus oblikus internus.

b. Posterior: dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang

bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior di bagian

lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding

posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia

transversal.

c. Superior: dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus internus dan

muskulus transversus abdomnis dan aponeurosis.

d. Inferior: dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare bagian ujung atas dari

kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan defek normal dan

9
fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V” dan terletak di bagian lateral

dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus transversus

abdominis, iliopubik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh

darah epigastrik inferior di bagian medial.

Gambar 2.1 Anatomi Regio Inguinalis

10
Kanalis inguinalis adalah saluran yang melalui dinding perut bagian

bawah berbentuk tabung yang merupakan tempat turunnya testis ke dalam

skrotum. Kanalis inguinalis dibatasi oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus

transversus abdominalis.

B. Epidemiologi

Word Health Organization (WHO), mengemukakan bahwa pasien dengan

Hernia Inguinalis Lateralis pada tahun 2013 rata-rata 35% dari orang dewasa

berumur diatas 20 tahun di dunia mempunyai kategori overweight dan 11% obesitas

dan wilayah Asia Tenggara 14% overweight dan 3% obesitas.

Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian yang

paling tinggi. Perbaikan hernia inguinalis adalah operasi umum di Amerika Serikat.

Diperkirakan sekitar 800.000 hernia inguinalis dilakukan setiap tahun. Hernia

inguinalis merupakan 75% dari semua hernia dinding perut. Insiden hernia inguinalis

memiliki distribusi bimodal, dengan puncaknya sekitar usia 5 dan setelah usia 70

tahun. Dua pertiga dari hernia indirect membuat hernia indirek sebagai hernia

selangkangan yang paling umum pada pria dan wanita. Laki-laki menyumbang

sekitar 90% dari semua hernia inguinalis dan wanita sekitar 10%. Hernia femoralis

hanya 3% dari semua hernia inguinalis dan lebih sering terlihat pada wanita dengan

wanita terhitung sekitar 70% dari semua hernia femoralis. Hernia inguinalis akan

mempengaruhi hampir 25% pria dan kurang dari 2% wanita selama hidup mereka.

Hernia tidak langsung lebih sering terjadi di sebelah kanan. Hal ini diyakini dikaitkan

dengan penutupan lebih lambat dari prosesus vaginalis paten di sisi kanan

dibandingkan dengan kiri.

11
C. Etiologi

1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat

2. Akibat dari pembedahan sebelumnya

3. Kongenital

 Hernia kongenital sempurna : Bayi sudah menderita hernia karena

adanya defek pada tempat-tempat tertentu.

 Hernia kongenital tidak sempurna : Bayi dilahirkan normal

(kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek padatempat-

tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun)

setelahlahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi

oleh kenaikantekanan intraabdominal (mengejan, batuk,

menangis)

4. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek

bawaan tetapi disebabkan oleh factor lain yang dialami manusia, antara

lain :

 Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang

sering mengejan pada saat BAB atau BAK

 Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena

jaringan ikatnya yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk

disebabkan karena jaringan lemak yang banyak sehingga

menambah beban jaringan ikat penyokong.

 Distensi dinding abdomen Karena peningkatan tekanan

intraabdominal

 Penyakit yang melemahkan dinding perut

12
 Merokok

 Diabetes melitus

D. Bagian hernia

1) Kantong hernia.

Pada hernia abdominali berupa peritoneum parietalis.

Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional,

hernia adipose, hernia internalis

2) Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui

kantonghernia, misalnya usus, ovarium dan jaringan penyangga

usus (omentum)

3) Pintu hernia

Merupakan bagian locus minuris resistance yang dilalui

kantong hernia

4) Leher hernia

Bagian tersempit kantong hernia

Gambar 2.2 Bagian dari hernia

13
E. Klasifikasi hernia

1. Pembagian menurut isi:

a. Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak

b. Hernia Littre adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian

dinding ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia

c. Sliding hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding

kantong hernia.

2. Hernia menurut tempat :

a. Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha

(regio inguinalis)

 Hernia Inguinalis Medialis (HIM)/Hernia Direk

Penonjolan langsung ke depan melalui Trigonum Hasselbach.

Hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intra-abdomen

kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach.. oleh

karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral. Khusunya pada

laki-laki.

 Hernia Ingunalis Laterais (HIL). Hernia Indirek

Penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui annulus

inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika

inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis dan

jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis

eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke

skrotum sehingga disebut hernia skrotalis, bila hernia lateralis

mencapai labium majus maka disebut sebagai hernia labialis.

14
b. Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa

femoralis.

c. Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar

d. Hernia diafragmatika adalah hernia isi perut yang masuk melalui lubang

diafragma ke dalam rongga dada

e. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah hernia yang terjadi pada sumsum

tulang belakang. Hernia ini terjadi karena nukleus pulposus yang berada

diantara dua tulang belakang menonjol keluar. Benjolan ini dapat

menekan sumsum tulang belakang atau sarafnya. Biasanya hernia ini

terjadi pada tulang punggung, akibatnya penderita merasa sakit pada

kedua tungkai bawah dan bila lebih hebat dapat menyebabkan

kelumpuhan kedua kaki.

3. Sifat hernia :

a. Hernia reponibel

Hernia yang terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar

jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong

masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel

Hernia yang terjadi bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali

ke dalam rongga perut.

c. Hernia akreta

Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada

peritoneum kantong hernia.

d. Hernia inkarserata
15
Hernia yang terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga

isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.

Akibatnya terjadi gangguan pasase.

e. Hernia strangulata

Hernia yang terjadi akibat dari isi hernia yang terjepit oleh cincin

hernia yang mengalami edema dan menjadi iskemia parah dan gangren

usus yang mengharuskan tindakan operasi segera.

Gambar 2.3 Jenis-jenis Hernia

16
F. Patofisiologi Hernia Inguinalis

Gambar 2.4 Hernia Inguinalis

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari

kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan

testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan

peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir

umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak

dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,

karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis

yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan

menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul

hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan

timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini

terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang tua otot dinding rongga perut dapat

melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami

17
proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena

daerah ini merupakan lokus minoris resistansi, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang

kuat dan mengangkat barang-barang berat dan mengejan, maka kanal yang sudah

tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena

terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya

menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites,

kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.

G. Diagnosis

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha

yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan

menghilang waktu istirahat baring. Sebagian besar hernia inguinalis adalah

asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi

benjolan pada annulus inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus

inguinalis profundus.

Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya massa dalam daerah inguinalis

manapun atau bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah hernia turun

ke dalam skrotum sehingga skrotum membesar. Pasien hernia sering mengeluh tidak

nyaman dan pegal pada daerah ini, yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual

hernia ke dalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan

gerakan badan maka biasanya hernia muncul lagi.

 Inspeksi

1) HIL : benjolan keluar dari kraniolateral ke kaudomedial,keluar lambat

( berbentuk lonjong)

18
2) HIM : benjolan keluar langsung pada daerah medial (berbentuk bulat)

3) Hernia Femoralis : benjolan lipat paha yang keluar dibawah

ligamentum inguinalis pada fossa ovalis

 Palpasi

Teraba massa, fluktuasi (+), berbatas tegas

1) Tes finger tes

Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui

annulus eksternus ke kanalis ingunalis, penderita disuruh batuk atau

mengejan. Bila impuls diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis, bila

impuls disamping jari berarti hernia inguinalis medialis

Gambar 2.5 Tes Finger

2) Tes Ziemans tes

Pasien dalam posisi berbaring, bilaada benjolan masukkan dulu, hernia

kanan diperiksa dengan tangan kanan, penderita disuruh batuk, bila

rangsangan pada jari ke 2 berarti hernia inguinalis lateralis, jari ke 3 berarti

inguinalis medialis, jari 4 hernia femoralis

19
Gambar 2.6 Tes Ziemans

3) Tes Thumb

Annulus ditekan dengan ibu jari dan pedeita disuruh mengejan, bila keluar

benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti

heria inguinalis lateralis.

20
Gambar 2.7 Tes Thumb

 Auskultasi

Peningkatan peristalitik oleh karena ileus obstruksi pada hernia

inkarserata

 Pemeriksaan penunjang

Modalitas radiologis termasuk ultrasonografi (USG), computed tomography

(CT), dan magnetic resonance imaging (MRI).

 Ultrasonografi adalah modalitas yang paling tidak invasif, tetapi sangat

tergantung pada keterampilan pemeriksa. Pemeriksaan harus dilakukan

dengan manuver Valsava untuk meningkatkan tekanan intra-abdomen.

USG dapat mendeteksi hernia inguinalis dengan sensitivitas 86% dan

spesifisitas 77%.

 Pencitraan CT bermanfaat ketika diagnosis tidak jelas. CT scan dapat

lebih baik menggambarkan anatomi selangkangan dan membantu untuk

21
mendeteksi etiologi lain dari massa selangkangan atau dalam kasus hernia

yang rumit. CT scan dapat mendeteksi hernia inguinalis dengan

sensitivitas 80% dan spesifisitas 65%.

 MRI memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 96% dalam mendeteksi

hernia inguinalis. Namun, MRI mahal dan jarang digunakan untuk

diagnosis hernia inguinalis karena aksesnya yang terbatas. Jika

diindikasikan, MRI dapat digunakan untuk membantu membedakan

cedera terkait olahraga versus hernia inguinalis.

H. Diagnosis Banding Hernia Inguinalis

1. Hydrocele

2. Hernia femoralis

3. Keganasan/tumor organ panggul atau ruang retroperitoneal

4. Lipoma

5. Hematoma

I. Penatalaksaan

a. Prinsip Pengobatan Operative pada Hernia Inguinalis

Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus

memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi

prostat, tumor kolon, ascites)

b. Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis

Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong

peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi defek pada

fasia di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati jaringan asli

menggunakan jahitan permanen.

22
 Herniotomi

Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia,

memasukkan kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta

mengikat dan memotong kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada

anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital dimana

prossesus vaginalis tidak menutup.

 Herniorafi

Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan

bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di

belakang kanalis inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa

karena adanya kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen.

 Hernioplasti

Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

J. Prognosis

Secara keseluruhan, hernia inguinalis berhubungan dengan prognosis

yang baik serta semua hernia inguinalis harus diperbaiki. Secara umum semua

pasien hernia yang secara medis dinyatakan bersih untuk operasi, serta pasien

dengan gejala hernia inguinalis, harus ditawarkan operasi elektif. Hernia

femoralis harus selalu diperbaiki karena memiliki risiko penahanan yang tinggi.

Risiko komplikasi meningkat pada hernia inkarserata, strangulasi, dan rekuren.

23
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien masuk RSUD Syech Yusuf dengan keluhan adanya benjolan di lipatan

paha sebelah kanan yang dirasakan sejak ±4 bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan

bahwa benjolan muncul ketika pasien berdiri dan mengedan kemudian benjolan

menghilang saat berbaring. Demam (-), benjolan tidak pernah nyeri dan merah. Nafsu

makan baik dan nafsu minum baik. BAK dan BAB kesan normal.

Pasien didiagnosis sebagai Hernia Inguinalis Lateralis Reponibel sesuai dengan

gejala yang disebutkan pada teori. Pasien memiliki gejala yaitu berupa adanya benjolan

dilipatan paha, dimana benjolan muncul pada waktu berdiri dan mengejan serta

menghilang setelah pasien berbaring. Pada pemeriksaan fisik pasien, didapatkan keadaan

umum sedang, GCS E4M6V5 (Composmentis) dengan tanda-tanda vital TD:130/80

mmHg, N:60x/menit, P: 20x/menit, S : 36,5 C, SpO2 : 99% dimana semua masih

dalam batas normal. Pemeriksaan generalisata dalam batas normal. Pemeriksaan status

lokalis regio inguinalis dextra pada Inspeksi: tidak tampak benjolan, warna sama dengan

kulit sekitar dan tidak terdapat tanda-tanda radang, Palpasi:teraba massa konsistensi

kenyal yang keluar saat pasien disuruh mengedan dan saat berdiri, nyeri tekan (-)

Auskultasi : peristaltic usus (+) kesan normal. Pada pemeriksaan penunjang

laboratorium yaitu darah rutin dan hemostasis masih dalam batas normal.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan, maka pasien

didiagnosis Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibel. Tindakan yang dilakukan pada

pasien adalah dilakukan operasi hernioraphi yaitu herniotomi dan hernioplasti.

24
Referensi

1. Hammoud M, Gerken J. Inguinal Hernia. Treasure Island (FL): StatPearls


Publishing; 2021 January
2. Morrison Z, Kashyap S, Nirujogi VL. Adult Inguinal Hernia.Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 January
3. Claudia GR. Hilman PL. Paul AVW. Pola Hernia Inguinalis Lateralis Di
RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015
4. Amrizal. Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA, Vol.6
(No.1), September 2015
5. Suardi Zurimi. Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan
Luka Pada Pasien Post Herniotomi Inguinalis Lateralis Di Rumah Sakit
Bhayangkara Ambon. Global Health Science, Volume 4 Issue 4, Desember
2019
6. Stina O. Kristoffer A. Jacob R. Etiology of Inguinal Hernias : A
Comprehensive Review. Frontiers in Surgery. Vol. 4. Article 2. September
2017
7. The HerniaSurge Group. International Guidelines for Groin Hernia
Management. Springer. 22:1-165. 2018
8. Informed Health. Cologne, Gerany : Institute for Quality and Efficiency in
Health Care. Hernia: Overview. 2016

25

Anda mungkin juga menyukai