Anda di halaman 1dari 10

B.

EKSTRAK

1. Pengertian Ekstrak

Ekstraksi adalah sebuah proses pemisahan suatu zat berdasarkan dari perbedaan
kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, umumnya air dan yang
lainnya pelarut organik. Atau definisi ekstraksi yaitu sebuah teknik yang digunakan untuk
memisahkan senyawa yang tercampur dengan senyawa yang lain (yang tidak diinginkan)
berdasarkan dari perbedaan kelarutan. Pada umumnya ekstraksi memanfaatkan sifat dari
kelarutan suatu senyawa pada pelarut tertentu. Hal itu karena kelarutan pada suatu
senyawa tertentu dalam pelarut tertentu bisa dikontrol menurut sifatnya, maka metode
ekstraksi dikembangkan para kimiawan untuk mendapatkan senyawa dengan nilai
kemurnian yang tinggi.

Pengertian Ekstraksi Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa definisi ekstraksi menurut para ahli:

a. Pengertian ekstraksi menurut Harbone 1987


ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak bermanfaat yang
mana teknik pemisahan berdasarkan dari distribusi zat terlarut antara 2 pelarut
atau lebih yang saling bercampur. Biasanya, zat terlarut yang diekstrak bersifat
tak larut/ sedikit larut pada suatu pelarut, namun mudah larut dengan pelarut yang
lainnya.
b. Pengertian ekstraksi menurut ICS-UNDO, 2008, Ditjen POM, 200
ekstraksi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mendapatkan kandungan
senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan pelarut yang sesuai
dalam standar prosedur ekstraksi.

Contoh Ekstraksi dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah kita memahami tentang pengertian ekstraksi, maka selanjutnya kita perlu
tahu contoh ekstraksi cair-cair dalam kehidupan sehari-hari agar bisa lebih mendalami
tentang apa itu ekstraksi.

 Salah satu contoh ekstraksi yang sering kita jumpai dalam kehiduapan sehari hari
yaitu pembuatan teh. Dalam membuat teh dilakukan pencampuran antara daun teh
dengan air sebagai pelarut dalam temperatur yang tinggi. Sehigga hasilnya kita
bisa mengekstrak senyawa tanin, polifenol, teobromin dan kafein yang
memberikan warna coklat kemerah-merahan pada teh.
 Contoh yang lain yaitu ekstraksi pada pembuatan kopi, jamu. Ekstraksi yang agar
lebih rumit daripada itu yaitu dalam pembuatan jamu bubuk. Dalam membuat
jamu bubuk, yang dilakukan yaitu daun tanaman yang akan dijadikan sebagai
jamu direbus dahulu dengan air. Dalam proses inilah senyawa yang bermanfaat
untuk kesehatan tubuh akan terlarut dalam air. Setelah itu serat daun dari
campuran dipisahkan, selanjutnya diambil air seri jamunya. Kemudian air tersebut
akan dikeringkan dan jadilah bubuk jamu.

Proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:

1. Langkah pencampuran dengan menambahkan sejumlah massa solven sebagai


tenaga pemisah (massa separating agent).
2. Langkah pembentukan fasa kedua atau fasa ekdtrak yang diikuti dengan
pembentukan keseimbangan.
3. Langkah pemisahan kedua fasa seimbang. Secara umum, berdasarkan bahan dan
metodenya, ekstraksi

Prinsip Dasar Ekstraksi

Prinsip dasar dari kstraksi yaitu memanfaatkan perbedaan kelarutan dari zat yang
akan diekstrak. Campuran senyawa yang akan diekstrak dilarutkan ke dalam pelarut.
Pelarut yang dipakai mempunyai kemampuan untuk melarutkan senyawa yang
diinginkan. Seperti dalam contoh sebelumnya, apabila ingin mengambil kandungan
caffeinne pada kopi bubuk, maka menggunakan pelarut air yang dapat melarutkan
caffeinne.

Dasar dari teknik ini menggunakan pengetahuan yang sederhana, dimana kita bisa
memisahkan sebuah senyawa dari senyawa lain berdasarkan dari kelarutan pada pelarut
tertentu. Teknik ini dalam perkembangannya, menggunakan pemahaman yang lebih
teentang kelarutan senywa pada sebuah pelarut. Seperti yang sudah diketahui, bahwa
caffeinne akan lebih larut ke dalam air apabila dalam temperatur yang tinggi. Karena
itulah dipakai air panas. Memanipulasi temperatur bisa menyebabkan kelarutan
berkurang maupun bertambah. Maka dengan cara mengkondisikan pelarutnya atau
sistemnya kita bisa mengatur kelarutan suatu senyawa dalam pelarut. Sehingga
melarutkan ataupun memisahkan senyawa bisa dilakukan dengan menggunakan teknik
ekstraksi tertentu.

2. Metode-metode Ekstraksi
Macam macam Metode Ekstraksi, berdasarkan dari proses melakukannya, ekstraksi bisa
dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Ekstraksi cair – cair (Ekstraksi pelarut) Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan
suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua
macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi cair-cair merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.
Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon tetraklorida atau kloroform.
Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinu atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup
dilakukan dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan
corong pemisah, lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan
atas. Ekstraksi cair-cair dimungkinkan untuk dilakukan dalam sistem tidak-berair:
Dalam suatu sistem yang terdiri dari logam cair dalam kontak denga lelehan
garam, logam dapat diekstraksi dari satu tahap ke tahap lainnya. Hal ini terkait
dengan elektrode merkuri di mana logam dapat direduksi, logam kemudian akan
larut dalam merkuri untuk membentuk amalgam yang memodifikasi elektrokimia
dengan sangat baik. Sebagai contoh, dimungkinkan untuk kation natrium untuk
direduksi pada katode merkuri membentuk amalgam natrium, ketika pada
elektrode inert (seperti platina) kation natrium tidak tereduksi. Tetapi, air
direduksi menjadi hidrogen. detergen atau padatan halus dapat digunakan untuk
menstabilkan emulsi, atau fase ketiga.

b. Ekstraksi padat – cair (Leaching)


Ekstraksi padat cair (leaching) adalah proses pemisahan suatu zat terlarut yang
terdapat dalam suatu padatan dengan mengontakkan padatan tersebut dengan
pelarut (solvent) sehingga padatan dan cairan bercampur dan kemudian zat
terlarut terpisah dari padatan karena larut dalam pelarut. Pada ekstraksi padat cair
terdapat dua fase yaitu fase overflow (ekstrak) dan fase underflow (rafinat/ampas)
(Mc.Cabe, 1985).
Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat
yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel.
Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat
permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan
menangkap bagian pada lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut selanjutnya,
dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi menjadi turun.
Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
 Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut
meresap masuk.
 Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju
keluar.
 Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut

c. Ekstraksi super kritis.


Ekstraksi superkiritis merupakan salah satu metode operasi ekstraksi dengan
menggunakan solven berupa fluida superkritis, yaitu fluida yang kondisinya
berada di atas temperatur dan tekanan kritis. Temperatur kritis adalah suhu
tertinggi yang dapat mengubah fase gas suatu zat menjadi fase cair dengan cara
menaikkan tekanan. Sedangkan tekanan kritis adalah tekanan tertinggi yang dapat
mengubah fase cair suatu zat menjadi fase gas dengan cara menaikkan temperatur.
Pada kondisi ini fluida memiliki sifat di antara cairan dan gas. Metode ini
memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Kekuatan solven dapat diatur sesuai keperluan dengan mengatur kondisi
operasinya.
2. Daya larut solven tinggi karena bersifat seperti cairan.
3. Viskositas solven rendah karena bersifat seperti gas, sehingga koefisien
perpindahan massanya tinggi.
4. Pemisahan kembali solven dari ekstrak cukup cepat dan sempurna karena
pada keadaan normal solven tersebut berupa gas, sehingga dengan penurunan
tekanan solven otomatis akan keluar sebagai gas.
5. Dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak merusak lingkungan dan
tidak mudah terbakar.
6. Difusi dalam padatan dapat berlangsung cepat.
7. Temperatur operasi bisa rendah sekalipun tekanannya tinggi.

Salah satu fluida yang sering dipakai sebagai solven dalam ekstraksi superkritis
adalah gas CO2, yang memiliki temperatur kritis 31,3 derajat Celcius dan tekanan
kritis 74 atm. Dengan menggunakan CO2 sebagai solven, ekstraksi superkritis
dapat dijalankan pada suhu rendah dan tekanan yang tidak terlalu tinggi.
Keuntungan lain adalah kita tidak perlu membuat CO2 melainkan cukup
menyaringnya dari udara sekitar.
Sebagai fluida superkritis, CO2 telah cukup banyak dimanfaatkan di bidang
penelitian dan industri. Contohnya adalah dalam proses ekstraksi maupun de-
ekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan untuk pengobatan atau senyawa-
senyawa penting untuk industri makanan, misalnya ekstraksi minyak atsiri lemon,
jahe, beta-carotene dari tumbuh-tumbuhan atau de-ekstraksi kafein pada kopi.

Macam macam metode ekstraksi adalah sebagai berikut:


1. Maserasi merupakan proses yang sederhana yaitu dengan menggunakan pelarut dan
pengadukan beberapa kali dalam suhu kamar.
2. Digesti adalah pengadukan kontinue/ maserasi kinetik pada suhu antara 40-50 derajat.
3. Sokletasi merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru dengan
bantuan alat khusus serta pengadukan yang secara berkelanjutan.
4. Perkolasi merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan penggunaan pelarut pada
bahan yang akan diekstrak.
5. Refluks adalah ekstraksi yang dilakukan dengan cara pemanasan sehingga mencapai
titik didih tertentu.
6. Infus merupakan ekstraksi dengan menggunakan air sebagai pelarut pada proses
pemanasan.
7. Dekok adalah proses infus, hanya saja dilakukan pada waktu yang lebih lama.
8. Destilasi uap, merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan cara melakukan
penguapan.

3. Pelarut-pelarut Dalam Ekstraksi


Adapun beberapa pelarut-pelarut yang biasa digunakan dalam metode ekstraksi,
diantaranya ada aquades, etanol, kloroform, etil asetat,dan n-heksana. Pelarut yang
digunakan dalam penelitian ini adalah etanol, berikut akan dijelaskan mengenai
monografi dari beberapa pelarut yang biasa digunakan dalam ekstraksi
1. Etanol/alcohol
CH3-CH2-OH
Etil alcohol: C2H6O
BM: 46, 07
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b,
setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v, C2H6O,
pada suhu 15,56° .

Pemerian cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78° , mudah terbakar.

Kelarutan bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organic.

Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus
etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal
yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga
telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri sering kali dihasilkan dari etilena. Etanol banyak digunakan
sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan
kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan
obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok
umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama
digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk
dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang
berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol
telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol
yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan
etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali pada
tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil
distilasi melalui arang.
Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure berhasil menentukan rumus
kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Couper mempublikasikan rumus
kimia etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama
kali ditemukan rumus kimianya.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara terpisah oleh
Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Sérullas dari Prancis. Pada tahun 1828,
Michael Faraday berhasil membuat etanol dari hidrasi etilena yang dikatalisis oleh
asam. Proses ini mirip dengan proses sintesis etanol industri modern.
Etanol telah digunakan sebagai bahan bakar lampu di Amerika Serikat sejak tahun
1840, namun pajak yang dikenakan pada alkohol industri semasa Perang Saudara
Amerika membuat penggunaannya tidak ekonomis. Pajak ini dihapuskan pada tahun
1906, dan sejak tahun 1908 otomobil Ford Model T telah dapat dijalankan
menggunakan etanol. Namun, dengan adanya pelarangan minuman beralkohol pada
tahun 1920, para penjual bahan bakar etanol dituduh berkomplot dengan penghasil
minuman alkohol ilegal, dan bahan bakar etanol kemudian ditinggalkan
penggunaannya sampai dengan akhir abad ke-20.
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang
khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang
tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil
dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam
ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap daripada
senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya,
meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter,
etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Etanol juga larut dalam
hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam
senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua
cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang sama
akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal.
Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol
dibebaskan pada 298 K.
Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan kira-
kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan
sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351 K.
Komposisi azeotropik ini sangat tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan
menghilang pada temperatur di bawah 303 K.
Ikatan hidrogen pada etanol padat pada −186 °C, ikatan hidrogen menyebabkan
etanol murni sangat higroskopis, sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara.
Sifat gugus hidroksil yang polar menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa
ion, utamanya natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium
klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida. Natrium klorida
dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki rantai
karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak
atsiri dan banyak perasa, pewarna, dan obat.
Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan tegangan
permukaan air secara drastis. Campuran etanol dengan air yang lebih dari 50% etanol
bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang kurang dari 50% etanol
juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu.Indeks
refraksi etanol adalah 1,36242 (pada λ=589,3 nm dan 18,35 °C).
a. Sifat-sifat kimia
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang
terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan
berkutat pada gugus hidroksilnya.
b. Reaksi asam-basa
Gugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Ia hampir netral
dalam air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33, berbanding dengan pH air murni
yang sebesar 7,00. Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya, ion etoksida
(CH3CH2O−), dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti natrium:

2CH3CH2OH + 2Na → 2CH3CH2ONa + H2


ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:
CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2.
Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air lebih
asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan
daripada pembentuk etoksida.
c. Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti
etil klorida dan etil bromida:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida.[18] Hidrogen
klorida dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.
CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O
Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat.
Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen
halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida,
ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromide.
CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HCl
d. Pembentukan ester
Kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat dan
menghasilkan senyawa etil eter dan air:
RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O.
Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan
dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.
Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam anorganik. Dietil sulfat
dan trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam sulfat dan
asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna sebagai agen
etilasi dalam sintesis organik.
e. Dehidrasi
Asam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan
dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
2 CH3CH2OH → CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120'C)
CH3CH2OH → H2C=CH2 + H2O (pada 180'C)
f. Oksidasi
Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang kemudian dapat dioksidasi
lebih lanjut menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini
dikatalisis oleh enzim tubuh. Pada laboratorium, larutan akuatik oksidator seperti
asam kromat ataupun kalium permanganat digunakan untuk mengoksidasi etanol
menjadi asam asetat. Proses ini akan sangat sulit menghasilkan asetaldehida oleh
karena terjadinya overoksidasi. Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida
tanpa oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat menggunakan piridinium kloro
kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).
C2H5OH + 2[O] → CH3COOH + H2O
Produk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh
manusia sebagai asetil-koA.
g. Pembakaran
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(ΔHr = −1409 kJ/mol)
h. Pembuatan
Etanol dapat diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilena ataupun secara
biologis melalaui fermentasi gula dengan ragi.
i. Hidrasi etilena
Etanol yang digunakan untuk kebutuhan industri sering kali dibuat dari senyawa
petrokimia, utamanya adalah melalui hidrasi etilena:
C2H4(g) + H2O(g) → CH3CH2OH(l).
Katalisa yang digunakan umumnya adalah asam fosfat.Katalis ini digunakan
pertama kali untuk produksi skala besar etanol oleh Shell Oil Company pada
tahun 1947.Reaksi ini dijalankan dengan tekanan uap berlebih pada suhu 300 °C.
Proses lama yang pernah digunakan pada tahun 1930 oleh Union Carbide adalah
dengan menghidrasi etilena secara tidak langsung dengan mereaksikannya dengan
asam sulfat pekat untuk mendapatkan etil sulfat. Etil sulfat kemudian dihidrolisis
dan menghasilkan etanol:
C2H4 + H2SO4 → CH3CH2SO4H
CH3CH2SO4H + H2O → CH3CH2OH + H2SO4
j. Fermentasi
Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan
kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi. Spesies ragi tertentu
(misalnya Saccharomyces cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan
karbon dioksida:
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.
Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai fermentasi.
Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling
toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15%
etanol berdasarkan volume. Untuk menghasilkan etanol dari bahan-bahan pati,
misalnya serealia, pati tersebut haruslah diubah terlebih dahulu menjadi gula.
Dalam pembuatan bir, ini dapat dilakukan dengan merendam biji gandum dalam
air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang beru berkecambah
tersebut akan menghasilkan enzim amilase. Biji kecambah gandum ditumbuk, dan
amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula. Untuk etanol bahan bakar,
hidrolisis pati menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan
asam sulfat encer, menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua
cara tersebut.
k. Sifat Medis
Etanol telah banyak dibuktikan menyebabkan kelainan pada metabolisme
lipoprotein, sintesis kolesterol dan penurunan sintesis asam empedu, asam kolat,
fosfolipid, serta penurunan aktivitas enzim 12 alpha-hydroxylase.
l. Penggunaan
 Pelarut
 Campuran minuman (intoxicant)
 Sintesis bahan kimia lain

2. Kloroform
Triklorometana
CHCL3
BM: 119,38
Kloroform mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5% CHCL3,
sisanya terdiri dari alcohol.

Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir, mempunyai sifat khas, bau
eter, rasa manis, dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 61° , dipengaruhi
oleh cahaya.

Kelarutan sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dengan
benzene, dengan heksana, dan dengan lemak dan minyak menguap.
3.
4. Aquades/Air suling
H2O
BM: 18,02
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat di minum
Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa

5. Etil asetat
CH3COOHCH2CH3/C4H8O2
BM: 88,106
Asetil asetat adalah pelarut yang cukup polar yang memiliki keuntungan sebagai
volatile, relative tidak beracun dan tidak higroskopis

Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, bau khas

Kelarutan larut dalam air hingga kelarutan 8%

6. N-heksana
Heksamina
C6H12N4
BM: 140,19

Pemerian hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa membakar manis kemudian agak pahit. Jika dipanaskan dalam suhu kurang lebih
260° menyublim

Kelarutan larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (95%) P dan dalam lebih
kurang 10 bagian kloroform P

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik

Anda mungkin juga menyukai