Penanganan Infeksi HSV Pada Kehamilan
Penanganan Infeksi HSV Pada Kehamilan
Bab I
Pendahuluan
Infeksi virus herpes simpleks (HSV) merupakan penyakit yang umum terjadi di seluruh
dunia. Infeksi HSV yang ditularkan dari ibu hamil ke janin dapat menyebabkan penyakit yang
signifikan dan bahkan kematian pada janin. Ada dua jenis virus HSV, yaitu tipe 1 (HSV-1) dan
tipe 2 (HSV-2), dan keduanya dapat menyebabkan penyakit pada neonatus. Kemajuan dalam
terapi antivirus pada saat ini, telah meningkatkan luaran klinis pada neonatus yang terkena,
namun morbiditas dan mortalitas masih tetap signifikan pada bayi dengan penyakit HSV invasif
Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara primer maupun berulang, keduanya
dapat menyebabkan efek pada janin yang dikandungnya berupa abnormalitas pada neonatus.
Selain itu HSV dapat menyebabkan gambaran klinis yang lebih berat pada infeksi yang
mengenai ibu hamil dibandingkan ibu yang tidak hamil. Infeksi primer terutama pada herpes
genitalis bisa menimbulkan infeksi yang lebih berat pada neonatus, terlebih pada penderita yang
belum memiliki antibodi terhadap HSV. Infeksi HSV pada neonatus didapatkan pada saat
berkembang. Hal ini berhubungan dengan kemampuan infeksi virus yang bisa bertahan seumur
hidup. Meskipun HSV-1 atau HSV-2 dapat menyebabkan infeksi genital, HSV-1 biasanya lebih
umum menyebabkan lesi pada orolabial sedangkan HSV-2 lebih sering menyebabkan lesi
genital. Prevalensi ini sekarang dibeberapa tempat sudah mengalami perubahan, dimana HSV-1
menjadi virus dominan yang menyebabkan 60% -80% herpes genital pada kelompok tertentu
wanita usia . Antara 20% dan 30% wanita hamil memiliki antibodi terhadap HSV-2 . Wanita
yang tidak mempunyai atau mempunyai antibodi yang tidak cukup terhadap HSV-2 dan HSV-1
memiliki peluang hampir 4% untuk tertular HSV-1 atau HSV-2 selama kehamilan (James,
Berdasar hasil data rumah sakit, frekuensi infeksi HSV pada neonatus di Amerika Serikat
bervariasi menurut populasi pasien, dengan tingkat infeksi mulai dari 1 kasus per 12.500
kelahiran hidup (8 per 100.000) hingga 1 per 1700 kelahiran hidup (60 per 100.000). Dalam
sebuah studi retrospektif didapatkan angka infeksi HSV neonatus adalah 12,2 kasus per 100.000
kelahiran hidup dari tahun 1995 hingga 2003. Data kejadian infeksi HSV neonatal ini serupa
dengan data infeksi perinatal pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebelum
munculnya penggunaan rutin obat antiretroviral pada kehamilan. Angka kejadian infeksi
neonatus pada infeksi HSV lebih tinggi daripada sifilis kongenital, toksoplasmosis, dan rubella
Infeksi herpes simpleks genitalis di Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu 5 tahun, sebanyak 102 pasien, yaitu 1,8% dari 5.838
pasien Divisi IMS URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya atau 0,08%
dari 120.385 pasien yang datang ke URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Mayoritas status kehamilan pasien herpes simpleks genitalis di Divisi IMS URJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2011-2015 terbanyak
adalah tidak hamil 48,3%, hamil 17,2% dan tanpa data 34,5% (Bonita and Dwi, 2017). Di
Identifikasi infeksi primer HSV genital saat hamil mengalami kesulitan karena sebagian
besar infeksi HSV pada kehamilan, sebagaimana infeksi HSV pada ibu yang tidak hamil, adalah
infeksi asimtomatik sehingga sering tidak terdiagnosis atau terjadi kesalahan dalam diagnosis.
Dengan demikian hampir 80% wanita yang melahirkan bayi yang terinfeksi HSV tidak
mengetahui bahwa sebelumnya telah memiliki riwayat lesi HSV genital. Penularan dari ibu ke
anak dapat terjadi in utero (5%), selama periode peripartum (85%) atau postnatal (10%). HSV
tidak ditularkan melalui ASI, penularan HSV pasca kelahiran disebabkan oleh kontak langsung
dengan orang yang menyebarkan virus, biasanya melalui lesi orolabial atau kulit lainnya. Karena
meningkatnya insiden infeksi HSV-1 genital, sebagian besar infeksi HSV neonatus sekarang
Lesi genital berulang menimbulkan risiko penularan neonatus yang lebih kecil
dibandingkan infeksi primer, kemungkinan karena fetus sudah mempunyai antibodi pelindung
yang masuk menuju fetus secara transplasenta pada infeksi berulang. Dalam sebuah penelitian
didapatkan peningkatan risiko penularan sebesar 57% pada wanita dengan infeksi genital
primer, dibandingkan 2% pada lesi genital berulang. Faktor yang berhubungan dengan
peningkatan risiko penularan HSV dari ibu ke anak termasuk deteksi HSV-1 atau HSV-2 pada
serviks atau genitalia eksterna melalui kultur virus atau polymerase chain reaction (PCR), durasi
ketuban pecah, lesi kulit neonatus misalnya penggunaan elektroda pada kulit kepala janin atau
adanya tindakan instrumentasi pada persalinan pervaginam (James, Sheffield and Kimberlin,
2014).
Risiko infeksi HSV intrauterin meningkat pada ibu hamil yang menderita infeksi HSV.
Transmisi virus intrauterin dapat terjadi pada awal kehamilan (sebelum usia kehamilan 20
minggu) dan bisa menyebabkan abortus, stillbirth dan anomali kongenital. Anomali kongenital
psikomotor. Jika infeksi HSV terjadi pada saat intrapartum atau post partum maka dapat
menyebabkan infeksi pada neonatus berupa penyakit HSV yang terlokalisir pada kulit, mata dan
atau mulut, encephalitis HSV dengan atau kelainan pada kulit, mata, mulut dan HSV diseminata
berupa disfungsi organ berat dengan mortalitas mencapai 80% tanpa terapi (Djojosugito, 2017).
Infeksi HSV yang terjadi pada akhir trimester kehamilan meningkatkan risiko terjadinya infeksi
neonatal sekitar 30-50% dibandingkan infeksi pada awal kehamilan sebesar 1%. Infeksi primer
HSV pada saat trimester dua atau tiga dapat menimbulkan prematuritas dan abnormalitas pada
fetus karena lebih berisiko untuk mentransmisikan virus kepada janin (Djojosugito, 2017).
Risikonya paling besar ketika seorang wanita memperoleh infeksi baru (herpes genital primer)
pada trimester ketiga, terutama dalam waktu 6 minggu sebelum melahirkan, karena virus yang
masih ada dan belum ada pembentukan antibodi ibu yang bisa ditrasfer ke janin (Frame, 1989).
1.3 Tujuan
Mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dengan melakukan
melakukan penapisan dan usaha pencegahan penularan infeksi HSV dari ibu ke
janin.
infeksi HSV dari ibu ke janin di tingkat masyarakat, pelayanan primer dan rumah
sakit
1.4 Sasaran
Semua tenaga kesehatan di pelayanan primer dan rumah sakit serta institusi yang ada di
masyarakat yang berhubungan langsung dengan program penapisan dan pencegahan infeksi HSV
Daftar Pustaka :
1332802.