Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KLIMAKTERIUM

DISUSUN OLEH :
ROMIATI GULTOM
NIM : 1420121167

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS C 2021
IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : ROMIATI GULTOM


NIM : 1420121167
KELOMPOK : C
PERIODE PRAKTIK : 15 – 17
TEMPAT, : SIPOLHA, 3 JUNI 1974
TANGGAL LAHIR

ALAMAT : MUTIARA GADING TIMUR BLOK D3 NO 6 RT 006 RW 024


MUSTIKA JAYA BEKASI
TLP/ HP : 085894561300
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) menunjukan pertambahan


jumlah wanita yang memasuki fase klimakterium yang diperkirakan meningkat hingga lebih satu
miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 107 juta
menjadi 373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut Badan Sensus Penduduk, di Indonesia
jumlah setiap tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari jumlah total pendudukperempuan Indonesia
yang berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat data dan Informasi Kesehatan RI, 2013). Penelitian
menunjukan sebagian besar wanita tidak terpenuhi pada aspek kebutuhan seksualnya, meliputi
aspek gairah/minat seksual (82,43%), perangsangan arousal (66,21%), orgasme (75,67%) serta
56,75% mengalami disparenia. Data lainnya menunjukan bahwa sebagian besar para wanita usia
50- 60 tahun dalam penanganan gejala perimenopause dalam kategori kurang baik, meliputi
pengaturan nutrisi (58,14%), pengaturan aktivitas olahraga (65,69%), pengaturan aktivitas
seksual (52,32%), pengaturan stress dan emosi (65,69%), pengaturan istirahat (50,58%),
pengaturan pencarian informasi dan pelayanan kesehatan (58,72%). ( Mira Trisyani Koeryaman,
Ermiati 2018)

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep medis pada asuhan keperawatan klimakterium


2. Untuk mengetahui konsep keperawatan pada asuhan keperawatan klimakterium
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Klimakterium

Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua
(senium). Masa klimakterium 40-85% wanita mempunyai keluhan baik fisik maupun psikologis
(Niken Purbowati, 2019).

Fase klimakterium menurut Varney dalam buku saku kebidanan mendefinisikan sebagai
proses penuaan wanita dari tahap reproduktif ke nonreproduktif, melalui tahapan fase awal
pramenopause, menopause dan post menopause. Pendapat lainnya dari Dennerstein, mengatakan
bahwa awal periode fase klimakterium diawali dengan penurunan kadar estrogen dan
progesterone yang dapat memicu berbagai gejala fisik dan psikologis pada wanita. Biasanya
gejala yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian hingga berpengaruh terhadap kualitas
hidup. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018).

Berdasarkan beberapa hasi survey dan penelitian di Indonesia, 70% para wanita yang
berusia 45 sampai dengan 54 tahun cenderung mengalami berbagai gejala seperti hot flushes,
jantung berdebar debar, gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, merasa takut, gelisah dan
lekas marah, sakit kepala, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga,
berkunang kunang, kesemutan, gangguan libido, obstipasi, berat badan bertambah, dan nyeri
tulang dan otot. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018)

2.2 Etiologi Klimakterium

Klimakterium merupakan proses alami yang akan terjadi saat seorang wanita bertambah
tua, seiring bertambahnya usia, indung telur akan semakin sedikitmemproduksi hormon
kewanitaan. Akibatnya, indung telur tidak lagi melepaskan sel telur dan menstruasi akan
berhenti. Namun, klimaterium juga dapat terjadi lebih dini yang terjadi akibat:

a) Primary ovarian insufficiency, Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau
penyakit autoimun, yang membuat indung telur berhenti berfungsi
b) Operasi pengangkatan rahim (Histerektomi), Setelah histerektomi, seorang wanita
memang tidak akan langsung mengalami klimakterium, namun akan cenderung
mengalami klimakterum lebih awal, klimakterum dapat langsung terjadi setelah
histerektomi bila indung telur juga ikut diangkat
c) Pengobatan kanker, Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker rahim dapat
merusak indung telur, sehingga memicu klimakterum dini. (Dalal,
P.Agarwal,M.2015)

2.3 Prognosis Klimakterium

Hasil observasi mencatat berbagai masalah fisik dan psikis yang dikeluhkan oleh para
wanita pada masa perimenopause seperti hipertensi, peningkatan berat badan, myalgia atau
badan terasa pegal pegal, rematisme tidak spesifik, sulit tidur, lebih sensitive dan mudah marah,
gangguan pada kulit, arthritis dan gangguan lain pada kulit. Sedangkan keluhan lainnya meliputi
ketidakpuasan atau mengalami kesulitan dalam mencapai orgasme dalam aktivitas seksualnya.
Para wanita mengatakan minat dan gairah seksualitas menjadi berkurang sehingga jarang
melakukan aktivitas seksual. Sebagai upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan. ( Mira Trisyani
Koeryaman, Ermiati 2018)

2.4 Manifestasi Klinis

a) Tidak mendapat haid

b) Hot flush,berdebar-debar,sakit kepala ,tangan dan kaki dingin,mudah tersinggung,


vertigo, cemas, depresi, insomnia, keringat pada malam hari, pelupa, tidak dapat
berkonsentrasi, penambahan BB.

c) Tanda khas kulit merah dan hangat terutama pada kepala dan leher,kapan saja selama
beberapa detik sampai 2 menit diikuti menggigil dan kedinginan.

d) Kulit genetalia,dinding vagina,uretha menipis dan lebih kering sehingga mudah terjadi
iritasi,infeksi,disparemia,labia,klitoris,uterus,ovarium mengecil/atrofi.bertambahnya
pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh akibat menurunnya kadar estrogen dan efek
androgen dalam sirkulasi yang tidak terimbangi.

e) Osteoporosis pada sekitar 25% wanita dalam waktu15-20 bulan setelah menopause
(purwoastuti,2015).
2.5 Klasifikasi Klimakterium

1) Menopaus Prematur. Menopaus prematur adalah menopause yang terjadi di bawah


usia 40 tahun. Menopause prematur ditandai apabila terjadi penghentian masa menstruasi
sebelumnya tepat pada waktunya disertai dengan tanda hot flushes serta peningkatan kadar
hormon gonadotropin. Jika tidak mengalami tanda-tanda yang seperti disebutkan, perlu tindak
lanjut kembali penyebab lain terganggu ovarium. Adapun penyebab menopause prematur adalah
herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun yang menyebabkan kerusakan
kedua ovarium.

2) Menopause Normal. Menopause yang alami dan apabila terjadi pada usia di akhir 40
tahun atau di awal 50 tahun.

3) Menopause Terlambat. Umumnya batas usia terjadi menopause adalah usia 52 tahun,
namun apabila ada seorang wanita yang masih memiliki siklus menstruasi atau dalam arti masih
mengalami menstruasi di usia 52 tahun(Kuswita,2012)

2.6 Patofisiologis Klimakterium

Penurunan fungsi ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin,sehingga


terganggunya interaksi antara hipotalamus- hifofisis.pertama terjadi kegagalan fungsi
luteum.kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan
balik negative terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari
kedua gonadotropin itu ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH
(Purwoastuti,2015)

2.7 Komplikasi klimakterium


a) Penyakit jantung koroner
Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi:kulit
terasa kering,keriput dan longgar dari ototnya oleh karena turunnya sirkulasi wajah
yang dapat melebar ke tengkuk(hot flushes),mudah berdebar-debar,tekanan darah
tinggi yang berlanjut kepenyakit jantung koroner.adanya hipertensi dan peningkatan
kadar kolestrol menyebabkan meningkatnya factor resiko terhadap terjadinya
aterosklerosis.khususnya mengenai sklerosis primer koroner dan infark miokard akan
terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.
b) Masalah urogenital
Ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil (inkontenensia) infeksi saluran
kemih.
c) Osteoporosis
Dengan turunnya kadar estrogen,maka proses oesteoblas yang berfungsi membentuk
tulang baru terhambat dan fungsi oesteoblast merusak tulang meningkat.akibat tulang
tua diserap dan dirusak oesteclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh
osteoblast,sehungga tulang menjadi oesteoporosis.
d) Dimensia
Wanita pasca menopause biasanya kemampuan berfikir dan ingatannya menurun hal
ini menunjukan pengaruh dari menurunnya hormone estrogen,dimana hormone
estrogen ini dapat mempengaruhi kerja dari degenerasi sel-sel saraf dan sel-sel otak.
e) Sindrom klimakterium
Tidak terjadi pada semua wanita, tetapi hanya sebagian kecil.diasia- indonesia,gejala
ini tidak umum,lebih menonjol kemunduran keinginan seksual sehingga menjadi
keluhan dari semuanya(purwoastuti,2015).

2.7 Penatalaksanaan Klimakterium


a) Terapi non-hormonal

1) Arus panas (hot flush)


Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B complex untuk menekan stress
dengan menormalkan system saraf tubuh.meningkatkan konsumsi makanan tinggi
fetonestrogen seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan olahannya
(tahu,tempe,susu kedelai) dan papaya.makanan sumber vitamin E y6ang tidak saja
dapat memperlancar oksigen tapi juga mencegah pengedapan kolesterol diarteri
sehingga peredaran darah menjadi lancer (Purwoastuti,2015).
2) Kulit kering dan keriput
Makanlah makanan alami bersifat membangun dan tidak merusak,terutama buah-
buahan dan sayur-sayuran.tingkatkan asupan vitamin E yang terdapat dibiji-bijian
terutama biji-bijian yaqng sudah berkecambah. Vitamin E dapat menyerap dan
menghancurkan pigmen tanda-tanda permanen yang timbul pada kulit.perbanyak
minum air putih dan hindari merokok (purwoastuti,2015).
3) Pening,sakit kepala
Cobalah untuk bersantai,beristirahat atau melakukan meditasi.hindari hal-hal yang
menyebabkan ketegangan,depresi atau stress.hindari alcohol dan
kopi(purwoastuti,2015).
4) Pengerutan vagina
Menggunakan cream estrogen atau gel khusus vagina,melakukan hubungan seks
secara teratur (purwoastuti,2015).
5) Infeksi saluran kemih
Banyak konsumsiair putih.apabila kantung kemih dalam keadaan penuh,pembilasan
akan sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci bersih alat kelamin
setelah buang air kecil untuk mencegah masuknya bakteri(purwoastuti,2015).
6) Insomnia
Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan fikiran negative.melakukan aktivitas
fisik diasiang hari.aktivitas fisik secara

teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak.jangan membuat perut dalam keadaan
kelaparan (purwoastuti,2015).
7) Gangguan psikis dan emosi
Perasaan marah dan sakit bias diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan
kalsium dalam cairan tubuh.selain memperbanyak makan-makanan yang
mengandung fitoestrogen,kurangi konsumsi garam dan tingkatkan asupan kalium
misalnya jeruk atau pisang.menghargai dan mencinta diri sendiri dengan cara
menerima apa adanya(purwoastuti,2015).
8) Osteopororis
Meningkatkan asupan kalsium bias dari susu atau ikan dan paparan sinar
mataharipagi jam 08.00-09.00.
b) Terapi hormonal
Gejala-gejala klimakterium dapat diatasi dengan menggunakan terapi penyulihan atau
penggantian hormonal (HRT=hormone replacement therapy) yang dilakukan dengan
memasukan hormone-hormon seksual kedalam tablet atau beberapa bentuk lainnya
(purwoastuti,2015).

Anda mungkin juga menyukai