Anda di halaman 1dari 35

MENYUSURI

JEJAK LANGKAH KARUHUN


KASUNDAAN DAN PAJAJARAN
Oleh : Prof. Dr. Nina Herlina, M. S.
Guru Besar Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

Dipresentasikan dalam acara “Sarasehan Penataan Kawasan Batutulis” di Paseban Sri Bima
Balaikota Bogor pada 29 Januari 2020
SEJARAH RINGKAS
KERAJAAN SUNDA
MASA AKHIR
TARUMANAGARA

• Menjelang Kerajaan Tarumanagara


berakhir pada abad ke-7, muncul
beberapa kerajaan :
 Kerajaan Sunda (Barat Sungai
Citarum)
 Kerajaan Saunggalah (Kabupaten
Kuningan)
 Kerajaan Galuh (Kabupaten
Ciamis)
• Menurut NaskahCarita Parahyangan ,
putera Sena yang bernama Sanjaya,
NaskahCarita Parahyangan menjadi Raja di Galuh setelah
mengalahkan Rahyang Purbasora
KERAJAAN
GALUH & SUNDA

• Menurut informasi dalam Prasasti


Canggal, Sanjaya memerintah sekitar
tahun 732 masehi
• Dalam Kropak 406 atau yang dikenal
sebagai naskahFragmen Carita
Parahyangan, Sanjaya kemudian
menjadi menantu Raja Sunda, Maharaja
Trarusbawa
• Maharaja Trarusbawa adalah pendiri
Kerajaan Sunda yang berhasil
melepaskan diri dari Kerajaan
Tarumanagara
• Pusat pemerintahannya di Pakwan
Prasasti Canggal
Pajajaran
SANJAYA
MENINGGALKAN GALUH

• Setelah Maharaja Trarusbawa meninggal, tahta


Kerajaan Sunda jatuh ke tangan Sanjaya
• Pada masa Raja Sanjaya bertahta di
• Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda dapat Galuh, mungkin terjadi konflik internal
dipersatukan dan dikenal sebagai Kerajaan
• Raja Sanjaya melepaskan tahta Kerajaan
Sunda
Sunda ke daerah timur (Jawa)
• Sanjaya yang juga dikenal sebagai Maharaja
• Di sana, ia mendirikan Kerajaan Mataram
Harisdarma, lebih memilih tinggal di Galuh
(Jawa Tengah bagian Selatan)
• Pakwan Pajajaran menjadi salah satu kota berdasarkan informasi dari Prasasti
pedalaman di Kerajaan Sunda Canggal
• Setelah Mataram berkembang, Galuh
(pusat kekuasaan Keajaan Sunda)
memisahkan diri dan berkembang
menjadi kerajaan mandiri
KERAJAAN SUNDA DAN
PRAHJYAN PAJAJARAN
Sri Jayabhupati dan
Pakwan Pajajaran

• Sementara itu, di Pakwan Pajajaran tetap


menjadi kota penting dan berkedudukan
sebagai pusaat pemerintahan kerajaan
vasal
• Buktinya, dalam prasasti Sanghyang
Tapak (1030 M), disebutkan tentang Sri
Jayabhupati dari Kerajaan Prahajyan
Sunda membuat “daerah larangan” di
Sanghyang Tapak
• Dalam Prasasti TP no. D.73, terdapat
angka tahun 952 Saka (1030 M)
• Pada baris ke 4-5 tercatat nama tokoh
Prasasti Sanghyang Tapak No. 73 prahjyan sunda mahārāja śri jayabhūpati
Sri Jayabhupati menurut Prasasti
Sanghyang Tapak

• Pada Prasasti TP No. D.96, baris


ke-2-3 terdapat nama tokohśri
jayabhūpati parahjyan sunda
• Pada Prasasti TP No. D.97, baris
ke-1-2 bunyinya:prahjyan sunda ,
paduka haji i
baris ke 8-9 bunyinya:
sunda
• Pada Prasasti TP No. D.98 disebut
dua kali, yaitu pada baris ke-15,
paduka haji i sunda ; dan pada baris
paduka haji i
ke-16, juga disebut
Prasasti Sanghyang Tapak No. 96
sunda
Siapakah Sri Jayabhupati?

• Prasasti Sanghyang Tapak menunjukkan


perbedaan dengan prasasti-prasassti
lainnya di Tatar Sunda
• Aksara, bahasa, dan penanggalan yang
dipergunakan berasal dari tradisi Jawa
Timur yakni pada masa kekuasaan Raja
Airlangga
• Nama Sri Jayabhupati tidak terdapat
dalam naskah-naskah kuna
• Edi S. Ekadjati (1984: 83) mengidentikan
Sri Jayabhupati dengan Sang Rakeyan
Darmasiksa yng disebut dalam beberapa
Prasasti Sanghyang Tapak No. 98 naskah Sunda kuna, termasuk dalam
Carita Parahyangan
• Berdasarkan perbandingan beberapa
naskah kuna, Ekadjati menyebutkan
bahwa Ayah Darmasiksa bernama Sang
Lumahing Winduraja

• Ia keturunan Raja-raja Sunda, tetapi


ibunya berasal dari keturunan raja-raja di
Jawa Timur (Lokapala) sehingga
Darmasiksa dibesarkan di Jawa Timur
• Ketika di Jawa Timur terjadi “pralaya”
yang menimpa keluarga Raja
Dharmawangsa pada 1017, Darmasiksa
kembali ke kampung halaman
ayahandanya
• Ia menjadi raja di Saunggalah Kuningan
dan setelah itu pindah ke Pakwan
Pajajaran menjadi Raja Sunda (1030)
Wilayah Kekuasaan Raja Airlangga • Pada masa menjadi Raja Sunda inilah,
Dharmasiksa dikenal dengan nama Sri
menurut Moh. Yamin
Jayabhupati
KAWALI SEBAGAI PUSAT
KERAJAAN SUNDA
Kerajaan Sunda pindah ke
Kawali

• Selanjutnya pusat Kerajaan Sunda beralih


kembali ke Galuh
• Pada pertengahan abad ke-14, dalam
prasasti Kawali disebutkan Prabu Wastu
yang bertahta di Kota Kawali memperindah
keraton Surawisesa dan membuat parit di
sekeliling ibukota
• DalamCarita Parahyangan dan Prasasti
Kebantenan, Prabu Wastu ini dikenal
sebagai Rahyang Niskala Wastukancana
• Ayah Prabu Wastu adalah Prabu Maharaja
yang gugur di Bubat(Pasunda Bubat) pada
1357 dalam rangka pernikahan putrinya
(Dyah Pitaloka) dengan Raja Hayam Wuruk
(Majapahit)
Prabu Niskala Wastukancana

• Menurut naskahCarita Parahyangan, ketika


Prabu Maharaja gugur di Bubat,
Wasukancana masih kecil
• Tahta Sunda di Kawali dipegang oleh Hyang
Bunisora sebagai wali raja
• Pada 1371, Prabu Wastukancana naik tahta
dan berkuasa di Kerajaan Sunda selama
104 tahun (1371-1475)
• Pusat kekuasaannya di Kompleks
Astanagedé di Kawali Ciamis
• Pada mulanya, Kawali kemungkinan
dibangun sebagaipadépokan kabuyutan
( ),
tempat Niskala Wastu Kancana
Kompleks Astana Gede, Kawali Pasunda
mengasingkan dirinya setelah
Bubat
PURBATISTI PURBAJATI

• Demi menanamkan gagasannya pula, ia


terlebih dahulu menempa dirinya pribadi
dengan menjalani hidup sebagai seorang
pertapa, seperti diberitakan dalam teks
Carita Parahiyangan brata
naskah : siya puja
tanpa lum ‘ia berpuasa dan bertapa tidak
mengenal batas’
• Niskala Wastu tidak pernah meninggalkan
pedoman kenegaraan yang pernah
dijalankan para pendahulunyapurbatisti
(
purbajati ) serta diharapkannya agar para
penerusnya tetap berpegang kepada
pedoman yang diamanatkannya
Prasasti Kawali I dan sebagaimana tampak dalam Prasasti
Prasasti Kawali II Kawali I dan Prasasti Kawali II
Prabu Dewaniskala

• Para peneliti hingga kini masih


berpendapat bahwa, Prebu Wastu yang
tercatat pada Prasasti Kawali adalah
tokoh yang sama dengan Prabu Niskala
Wastu Kancana dalam naskahCarita
Parahiyangan
• Pengganti Niskala Wastu, menurut
naskahCarita Parahiyangan ialahTohaan
di Galuh, inya nu surup di gunung tiga
• Menurut Piagam Kebantenan(Lempeng
E.42a-b ) penggantinya ialahRahiyang
Ningrat Kancana
• Dalam pasasti Batutulis Bogor:Rahiyang
Prasasti Kebantenan (Lempeng E.42) Déwaniskala sang sida mokta di guna
tiga
IBU KOTA KERAJAAN SUNDA
PINDAH KE
PAKWAN PAJAJARAN
Sri Baduga Maharaja

• Selanjutnya, ketika Dewa Niskala meninggal,


ia digantikan oleh putranya yang bernama
Sri Baduga Maharaja, yang berkedudukan di
Pakuan Pajajaran
• Ia menjadi Raja di Pakwan Pajajaran setelah
menggantikan paman dan mertuanya,
Prabu Susuktunggal (adik Prabu
Dewaniskala)
• Dengan demikian, Sri Baduga bukan saja
berkuasa di Pakwan Pajajaran, melainkan
juga berkuasa di Kawali, tempat kedudukan
ayah dan kakeknya
• Sri Baduga Maharaja berhasil menyatukan
kembali Kerajaan Sunda dan Galuh
Prasasti Batutulis sebagaimana dinyatakan dalam prasasti
Batutulis (1533 Masehi)
Kerajaan Sunda Runtuh

• Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis pada


1511, pedagang muslim memindahkan jalur
perdagangannya
• Pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Sunda
menjadi ramai, terutama Sunda Kalapa
• Dampaknya, pengaruh Islam semakin
menguat
• Untuk mencegahnya, ditandatangani
perjanjian politik antara Kerajaan Sunda dan
Portugis pad 21 Agustus 1522
• Perjanjian tersebut tidak dapat direalisasikan
dalam waktu cepat sehingga Kerajaan Sunda
semakin terdesak oleh Islam
• Puncaknya terjadi pada 1579, ketika Maulana
Yusuf berhasil menghancurkan Keraton
Sunda di Pakwan Pajajaran
• Pada tahun iutlah, Kerajaan Sunda runtuh
PETA KOTA
PAKWAN PAJAJARAN
Talaga Rena Mahawijaya

• Raja Sunda yang dikenal juga dengan nama Sang


Ratu Jayadewata, Prabu Guru Dewataprana, Prabu
Ratu Purana atau Sang Ratu Dewata ini,
memerintah berdasarkan kitab-kitab hukum yang
berlaku sehingga keadaan aman, tenteram, tanpa
Keletakan pernah terjadi peperangan
Talaga Rena • Selain itu, Sri Baduga banyak berbuat untuk
Mahawijaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya yaitu
memariti lagi kota, memperkeras jalan, membuat
hutan tutupan, membuat tanda peringatan
gunung-gunungan, dan membuat danau bernama
Talaga Rena Mahawijaya
• Setelah meninggal ia dikenal sebagai sang
mokteng rancamaya ‘Yang meninggal di
Rancamaya’
• Mengenai masa pemerintahan Sri Baduga
Maharaja dapat diperhitungkan antara 1482-1521
Tata Ruang KeratonPanca
Prasadha

• Menurut Prasasti Batutulis, Sri Baduga


Maharaja adalah Raja Pakwan Pajajaran
• Dalam Prasasti Kebantenan, Prabu
Maharaja disebut sebagai Susuhunan di
Pakwan Pajajaran
• Di Pakwan Pajajaran, Sri Baduga
Maharaja membangun keraton yang
disebut “Bima Punta Narayana Madura
Suradipati”
• Di keraton Pakwan Pajajaran inilah pusat
Kerajaan Sunda berada hingga runtuhnya
pada 1579
Sebaran Tinggalan Arkeologi di
Pakwan Pajajaran

• Di Pakwan Pajajaran, selain terdapat Prasasti


Batutulis, juga terdapat beberapa peninggalan
arkeologi yang berkaitan erat dengan
eksistensi kerajaan tersebut.
1. Mbah Kutadani
2. Arca Purwakalih
3. Prasasti Batutulis
4. Menhir
5. Batu Congkrang
6. Bale Kambang
7. Ranggapati
8. Campakawarna
9. Cikahuripan
10. Makam Ratu Pakuan
RAJA-RAJA GALUH,
SUNDA, dan PARA
BUPATI DI PRIANGAN
CAGAR BUDAYA
(UNDANG-UNDANG NOMOR 11
TAHUN 2010
PENGERTIAN DAN KRITERIA
CAGAR BUDAYA

• Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,


Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan
melalui proses penetapan (Pasal 1; Ayat 1)
• Pasal 5 : Kriteria Cagar Budaya : (a) berusia 50 Tahun atau lebih; (b)
mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun; (c) memiliki arti
khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan (d) memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian
bangsa
STRUKTUR

KAWASAN

BENDA

BANGUNAN SITUS
ALUR PENYARINGAN CB

KAJIAN KAJIAN NILAI


KAJIAN USIA KAJIAN ARTI KHUSUS
MASA GAYA BUDAYA

SEJARAH PENGUATAN
ILMU PENGETAHUAN KEPRIBADIAN
PENDIDIKAN BANGSA
AGAMA KEBUDAYAAN

TIDAK TIDAK TIDAK MEMILIKI


TIDAK MEMILIKI
USIA > MEWAKILI NILAI
MASA GAYA > ARTI
50 TH BUDAYA
50 TAHUN KHUSUS
GUGUR GUGUR
GUGUR GUGUR

YA YA YA
YA

CAGAR
BUDAYA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai