Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN SURVEILANS

CONGENITAL RUBELLA SYNDROME


(CRS)
DRAFT
PER TANGGAL
24 JANUARI 2017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Congenital Rubela Syndrome (CRS) adalah suatu kumpulan gejala yang merupakan
akibat infeksi virus rubela selama kehamilan. Virus rubela termasuk dalam famili
togaviridae dengan genus rubivirus. Virus rubela umumnya menyebabkan penyakit
yang ringan, 50% orang yang terinfeksi rubela tidak terdiagnosis. Namun bila infeksi
rubela terjadi pada masa awal kehamilan akan menyebabkan abortus, lahir mati atau
cacat berat (birth defect) apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi dan cacat congenital
paling besar terjadi selama trimester pertama kehamilan. Bayi dengan CRS biasanya
menunjukkan satu atau lebih gejala berupa gangguan pendengaran, kelainan mata,
kelainan jantung, retardasi mental dan cacat seumur hidup lainnya. Gangguan
pendengaran adalah kelainan tunggal yang paling sering.

CRS pertama kali dilaporkan pada tahun 1941 oleh Norman Greg, dokter spesialis
mata Australia, yang menemukan katarak bawaan pada 78 bayi yang ibunya
mengalami infeksi rubela di awal kehamilannya. Ibu yang mengalami infeksi rubela
pada minggu 1-10 kehamilan akan melahirkan 90% bayi dengan CRS. Risiko terjadinya
CRS menurun dengan semakin meningkatnya usia kehamilan ibu, yaitu bila infeksi
rubela terjadi pada minggu 11-12: 33% bayi terkena CRS, minggu 13-14: 11% bayi
terkena CRS , minggu 15-16: 24% bayi terkena CRS dan minggu ≥ 17: 0% (Miller E Lancet
1982)
.

CRS dapat dicegah dengan imunisasi rubela. Manfaat utama imunisasi rubela
berhubungan secara langsung dengan pencegahan infeksi pada janin selama
kehamilan. Pada tahun 2009, sebanyak 130 negara telah mengintegrasikan rubela ke
dalam program imunisasi rutin. Vaksin yang tersedia saat ini adalah Measles Rubela
(MR) atau Measles, Mumps Rubela (MMR). Imunisasi rubela dapat memberikan
kekebalan serupa dengan infeksi rubela secara alamiah, yaitu diasumsikan akan
bertahan seumur hidup (WHO Fact Sheet 2012).

Berdasarkan Rencana Jangka Menengah Program Imunisasi di Indonesia (2015 –


2019), imunisasi rubela diintegrasikan dalam program imunisasi rutin pada tahun 2017
- 2018, diawali dengan kampanye imunisasi MR pada sasaran usia 9 bulan – 15 tahun.

Pedoman Surveilans CRS 2017 1


B. Epidemiologi

Global
Sebelum dilakukan imunisasi rubela, insidens CRS adalah 0,1-0,2/1000 kelahiran hidup.
Estimasi global menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir dengan CRS pada tahun 2008
melebihi 110.000, hal ini menunjukkan rubela sebagai penyebab utama cacat bawaan yang
dapat dicegah. Estimasi tahun 2008 menunjukkan bahwa beban CRS tertinggi adalah di
Asia Tenggara (sekitar 48%) dan Afrika (sekitar 38%). Berdasarkan data dari WHO setiap
tahun terjadi 236 kasus CRS di negara berkembang dan meningkat 10 kali lipat saat terjadi
epidemi.

Indonesia
Indonesia melakukan pilot project penelitian surveilans CRS di RS Hasan Sadikin Bandung
dan RS Sardjito Yogyakarta pada tahun 2013 dengan hasil sebagai berikut:
 RS dr. Hasan Sadikin Bandung
o Prospektif Newborn screening: Oktober – November 2013, dari 701 bayi lahir
dilakukan skrining berdasarkan algoritma CRS dan didapatkan ada 5 pasien yang
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan hasilnya negatif.
o Prospektif infant: 10 October – 29 November 2013 terdapat 38 bayi CRS, dengan
kelainan terbanyak yaitu Congenital Heart Diseases (44,7%) dan Cerebral Palsy
(21,1%). Setelah dilakukan skrining berdasarkan algoritma CRS didapatkan tidak
ada kasus yang pasti CRS.
o Retrospektif: periode 1 Januari 2008 – 28 Januari 2014 dilakukan review register di
komputer berdasarkan ICD 10 pada 2368 rekam medis yang sesuai kriteria CRS
dari WHO, ditemukan 684 data rekam medis, terdapat 181 kasus yaitu Suspek CRS
136 kasus (114%), CRS klinis 38 kasus (36%), pasti CRS 7 kasus (14%). Seluruh
kasus pasti CRS berusia 0 – 40 bulan.

 RS dr. Sardjito Yogyakarta


o Prospektif neonatus: September – November 2013, dari 306 bayi lahir dilakukan
skrining berdasarkan algoritma CRS dan didapatkan 1 kasus pasti CRS.
o Prospektif infant: September – Desember 2013 terdapat 54 bayi CRS, Setelah
dilakukan skrining berdasarkan algoritma CRS didapatkan 15 kasus yang pasti
rubela.
o Retrospektif: periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2013 terdapat 461 kasus CRS,
dengan klasifikasi : suspek CRS 341, CRS klinis 82, dan pasti CRS 20.

Selain itu, RS dr. Sutomo Surabaya juga telah melakukan surveilans CRS selama 15
tahun, dengan hasil sebagai berikut:
o Tahun 1993-2003 : 39 kasus CRS

Pedoman Surveilans CRS 2017 2


o Tahun 2005-2008: 23 kasus CRS
o Tahun 2011-2013: 31 kasus CRS

Penularan
Virus rubela ditularkan melalui droplet saluran pernafasan saat batuk atau bersin. Bayi
dengan CRS masih dapat mengekskresi virus rubela sampai usia 27 bulan, namun
sebagian besar sudah habis sebelum usia 1 tahun (WHO 2011). Virus bisa ditemukan di sekret
nasofaring sebanyak 80% pada bayi dengan CRS pada bulan pertama kehidupannya,
kemudian menurun menjadi sekitar 62% pada umur 1 – 4 bulan; 33% pada umur 5-8 bulan,
11% pada umur 9 – 12 bulan, dan hanya sekitar 3% pada tahun ke dua kehidupannya
(Cooper 1967)
. Bayi dengan CRS yang mengekskresikan virus rubela dapat menularkan
penyakitnya (bersifat infeksius) sehingga tindakan pencegahan infeksi yang memadai
harus selalu dilakukan (Benenson 1995). Tindakan pencegahan ini sangat penting, khususnya
terhadap wanita hamil yang tidak mempunyai kekebalan.

Jika seorang bayi dicurigai menderita CRS, maka prosedur isolasi harus dipertimbangkan
dengan seksama, terutama bagi bayi-bayi yang menjalani perawatan. Perlu diwaspadai
bagi petugas kesehatan yang merawat penderita CRS dapat tertular dan menularkan CRS
kepada orang lain dan menyebabkan terjadinya KLB (WHO 2011). Petugas kesehatan yang
boleh kontak dengan bayi-bayi ini adalah petugas yang telah dipastikan kebal terhadap
infeksi rubela. Bayi dengan CRS dapat infeksius/menularkan rubela dalam waktu 1 tahun
sampai terbukti hasil laboratoriumnya negatif rubela. Wanita hamil tidak boleh terpapar bayi
dengan CRS.

Virus bisa ditemukan di sekret nasofaring :


• Usia 1 bln : 80%
• Usia 1 – 4 bln : 62 %
• Usia 5 – 8 bln : 33 %
• Usia 9 – 12 bln : 11 %
• Usia > 12 bln : 3%
(Cooper 1967)
.

Gambar 1. Ekskresi Virus Rubela pada Bayi dan Anak dengan CRS

Pedoman Surveilans CRS 2017 3


C. Aspek Imunisasi
C.1. Imunologi
Mekanisme respon kekebalan pada CRS berbeda dengan yang terjadi pada rubela
atau penyakit virus lain. Saat dilahirkan serum bayi dengan CRS mengandung IgG
spesifik yang dibawa dari ibunya disamping antibodi IgG dan IgM yang dibentuk dari
tubuhnya sendiri. IgG spesifik rubela maternal ini juga bisa ditemukan pada bayi normal
yang dilahirkan dari ibu yang telah kebal terhadap rubela. Karenanya, untuk
mendiagnosa infeksi rubela congenital pada bayi, dipakai IgM spesifik rubela. Produksi
IgM oleh bayi paling cepat timbul pada trimester kedua saat usia kehamilan 20 minggu
(Murray 2007)
. Pada bayi dengan CRS, IgM spesifik rubela bisa dideteksi hampir 100% pada
umur 0 – 5 bulan; sekitar 60% pada umur 6 – 12 bulan; dan sekitar 40% pada umur 12
– 18 bulan; IgM jarang terdeteksi lagi bila anak telah berusia 18 bulan atau lebih (Chantler
et al. 1982)
.
IgM spesifik rubella pada bayi dengan CRS :
• Umur 0 – 5 bulan = 100%
• Umur 6 – 12 bulan = 60%
• Umur 12 – 18 bulan = 40%
• Umur >18 bulan , jarang ditemukan IgM
(Chantler et al. 1982)
.

Gambar 2. Respon Imun Infeksi Rubela terhadap Ibu dan Bayi

C.2. Imunisasi Rubela


Tujuan utama pemberian imunisasi rubela adalah untuk mencegah terjadinya CRS.
Imunisasi yang tersedia saat ini adalah MR atau MMR. Jenis vaksin MR dan MMR
adalah virus hidup yang dilemahkan (live attenuated) RA 27/3 strain rubela virus. Saat
ini belum tersedia jenis inactivated vaccine, oleh karena itu tidak boleh diberikan pada
ibu hamil. Secara teori, ibu hamil tidak boleh diberikan imunisasi rubela, tetapi belum
pernah ada data yang menunjukkan teratogenic risk (mempunyai risiko yang
berdampak kerusakan pada janin). ACIP (Advisory Committee on Immunization
Practices) merekomendasikan untuk menunda kehamilan dalam kurun waktu 28 hari
setelah menerima imunisasi rubela.

Pemberian satu dosis imunisasi rubela dapat memberikan kekebalan serupa dengan
infeksi rubela secara alamiah, yaitu diasumsikan akan bertahan seumur hidup (WHO Fact

Pedoman Surveilans CRS 2017 4


. Kekebalan akan terbentuk dalam waktu 21 – 28 hari setelah pemberian
Sheet 2012)

imunisasi rubela dengan efikasi vaksin lebih dari 95%.

D. Definisi kasus

CRS adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu kelompok A dan kelompok B.

Kelompok A Kelompok B
Gangguan pendengaran Purpura
Penyakit jantung kongenital Splenomegali
Katarak kongenital Microcephaly
Glaukoma kongenital Retardasi mental
Pigmentary retinopathy Meningoensefalitis
Penyakit “Radiolucent bone”
Ikterik yang muncul dalam waktu 24 jam
setelah lahir

Penyakit jantung kongenital yang termasuk ke dalam kriteria suspek CRS adalah:
1. Patent Ductus Arteriosus (PDA), kecuali pada bayi prematur
2. Atrial Septal Defect (ASD)
3. Ventricular Septal Defect (VSD)
4. Pulmonary Stenosis (PS)

Bayi prematur dengan PDA , jika tidak menutup dalam 2 bulan dengan atau
tanpa pemberian terapi, maka dikategorikan suspek CRS.

Pemeriksaan skrining gangguan pendengaran dilakukan dengan menggunakan


Otoacoustic Emission (OAE).
Jika pemeriksaan OAE menunjukkan hasil “refer” maka langsung dikategorikan
suspek CRS dan dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium

Pedoman Surveilans CRS 2017 5


Suspek CRS
Bayi berusia <1 tahun dan memiliki minimal satu gejala klinis dari kelompok A.

CRS klinis
Bayi berusia <1 tahun dengan:
 dua gejala klinis dari kelompok A; atau
 satu gejala klinis dari kelompok A dan satu gejala klinis dari kelompok B

yang tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

CRS Pasti
Kasus suspek CRS dengan pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil salah satu
diantara berikut:
 jika usia bayi <6 bulan: IgM rubela positif
 jika usia bayi 6 bulan - <1 tahun:
 IgM dan IgG rubela positif; atau
 IgG dua kali pemeriksaan (dengan selang waktu 1 bulan) positif

Bukan CRS (Discarded CRS)


Suspek CRS yang tidak memenuhi kriteria CRS klinis dan tidak memenuhi kriteria CRS
pasti.

Pedoman Surveilans CRS 2017 6


E. Algoritma Klasifikasi Kasus CRS
Karena timbulnya reaksi imunitas pada bayi dengan CRS mempunyai karakteristik
yang khas (seperti dijelaskan di sub bab imunologi), diagram alur penentuan kasus
CRS dibedakan menurut umur saat kasus itu ditemukan, yaitu: <6 bulan dan umur 6
bulan - <1 tahun

Sangat dicurigai CRS bila :


- Ibu penderita pernah
terinfeksi rubela selama
kehamilan (klinis atau lab
positif)
- Ibu penderita pernah kontak
dg penderita rubela selama
kehamilan
- Dokter meyakini sebagai
rubela

Gambar 3. Diagram Alur Penentuan Kasus CRS pada Bayi Usia < 6 Bulan

Pedoman Surveilans CRS 2017 7


Bayi berusia <1 bulan dengan hasil IgM negatif (IgM -) dan sangat dicurigai CRS
harus dilakukan pemeriksaan IgM kedua dengan jarak 1 bulan atau maksimal
sampai bayi berusia 6 bulan.

Selama sampel kedua belum diperiksa, maka kasus dinyatakan pending maksimal
sampai bayi berusia <6 bulan. Bila sampai batas waktu tersebut sampel darah
kedua belum diperiksa, maka kasus diklasifikasikan sesuai alur pada gambar 3.

Sedangkan bila suspek kasus CRS ditemukan pada usia 6 bulan - <1 tahun, maka
diagram alur penentuan klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Bukan CRS

Gambar 4. Diagram Alur Penentuan Kasus CRS pada Bayi Usia 6 bulan - <1 tahun

Bayi berusia 6 bulan - <1 tahun dengan hasil IgM negatif (IgM -) dan IgG positif
(IgG +) harus dilakukan pemeriksaan Ig M dan IgG kedua dengan jarak 1 bulan atau
maksimal sampai bayi berusia <1 tahun.

Selama sampel kedua belum diperiksa, maka kasus dinyatakan pending maksimal
sampai bayi berusia <1 tahun. Bila sampai batas waktu tersebut sampel darah
kedua belum diperiksa, maka kasus diklasifikasikan sesuai alur pada gambar 4.

Pedoman Surveilans CRS 2017 8


F. Clinical Pathway Kasus CRS

Clinical Pathway (CP) dibuat untuk memberikan rincian rencana tata


laksana hari demi hari dengan standar pelayanan yang dianggap
sesuai yang harus dilakukan pada kondisi klinis tertentu. CP hanya efektif dan
efisien apabila dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi kesehatan yang
perjalanannya predictable, khususnya bila memerlukan perawatan
multidisiplin. CP harus patient oriented, bukan OCR (diagnosis-related group)-
oriented, length of stay oriented, atau BPJS- oriented. Bahwa setelah CP dibuat
digunakan untuk keperluan penghitungan pembiayaan tentu hal tersebut
sah-sah saja. Keputusan untuk membuat CP dilakukan atas kesepakatan
staf medis dengan mempertimbangkan efektivitas, sumber daya, dan
(Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran, Kemenkes 2014)
waktu yang diperlukan.

Berikut adalah contoh CP untuk kasus CRS yang secara keseluruhan


perjalanan penyakitnya sangat bervariasi, namun pada pelaksanaannya CP
dapat disesuaikan oleh masing-masing RS sentinel.

CLINICAL PATHWAY SURVEILANS CONGENITAL RUBELLA SYNDROME

KEGIATAN

Hari 1 1 Minggu 2 mg- 1 bulan (lebih)

Dokter Spesialis • Konfirmasi diagnosis • Pelacakan kelainan yang ada, • Kontrol


Anak • Edukasi awal melakukan konsultasi ke:
• Poli Jantung Anak, dan atau
• Poli Mata Anak, dan atau
• Poli THT
dan
• Poli Infeksi Anak
• Skrining tumbuh kembang
• Konsultasi dan program fisioterapi

Dokter Spesialis • Konfirmasi diagnosis • Pelacakan kelainan yang ada, • Kontrol


Anak, divisi • Edukasi awal melakukan konsultasi ke:
Neonatologi • Poli Jantung Anak, dan atau
• Poli Mata Anak
• Poli THT
dan
• Poli Infeksi Anak
• Skrining tumbuh kembang
• Konsultasi dan program fisioterapi

Dokter Spesialis • Konfirmasi diagnosis • Melakukan skrining kelainan • Perencanaan operasi jantung
Jantung Anak • Edukasi awal jantung jika ada indikasi dan
• Melakukan echokardiografi memungkinkan
• Pelacakan kelainan yang ada,
melakukan konsultasi ke:
• Poli Mata Anak, dan atau
• Poli THT
dan
• Poli Infeksi Anak

Dokter Spesialis • Konfirmasi diagnosis • Melakukan skrining kelainan mata • Perencanaan operasi mata
Mata • Edukasi awal • Pelacakan kelainan yang ada, jika ada indikasi dan
melakukan konsultasi ke: memungkinkan
• Poli Jantung Anak, dan atau
• Poli THT
dan
• Poli Infeksi Anak

Dokter • Konfirmasi diagnosis • Melakukan skrining pendengaran • Perencanaan terapi


SpesialisTHT • Edukasi awal (OAE) gangguan pendengaran
• Melakukan BERA
• Pelacakan kelainan yang ada,
melakukan konsultasi ke:
• Poli Jantung Anak, dan atau
• Poli Mata Anak
dan
• Poli Infeksi Anak

Dokter Spesialis • Konfirmasi diagnosis • Pemeriksaan serologi Rubella • Pemeriksaan serologi


Patologi Klinik Rubella

Pedoman Surveilans CRS 2017 9


Pedoman Surveilans CRS 2017 10
BAB II
TUJUAN SURVEILANS CRS

A. Tujuan Umum
Memantau kecenderungan kejadian kasus CRS di Indonesia.

B. Tujuan Khusus
 Terlaksananya pengumpulan data CRS di rumah sakit sentinel;
 Terlaksananya deteksi dan isolasi bayi dengan CRS secara cepat;
 Tersedianya analisis data CRS untuk melengkapi base line data sebagai bahan
advokasi pelaksanaan imunisasi rubela;
 Tersedianya analisis data CRS untuk mengetahui dampak imunisasi rubela;
 Terdiseminasinya hasil analisis/informasi kepada unit terkait;

Pedoman Surveilans CRS 2017 11


BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan
Pengendalian rubela/CRS di Indonesia akan dicapai tahun 2020 sesuai dengan
rekomendasi WHO SEARO.

B. Strategi
 Mengintegrasikan imunisasi rubela dalam program imunisasi nasional pada
tahun 2017 – 2018;
 Mengintegrasikan surveilans rubela ke dalam surveilans campak berbasis kasus
individu;
 Melaksanakan surveilans CRS di rumah sakit sentinel;
 Melakukan konfirmasi laboratorium terhadap suspek CRS di laboratorium
rujukan nasional.

Pedoman Surveilans CRS 2017 12


BAB IV
KEGIATAN SURVEILANS

Untuk mengetahui beban penyakit (disease burden) CRS perlu dibangun sistem
surveilans CRS yang dapat dilakukan melalui pelaksanaan surveilans di RS pada bayi
dengan cacat bawaan lahir dan dilakukan di bagian Anak (jantung, tumbuh kembang,
perinatologi, neurologi, infeksi) , bagian Mata, bagian THT.

Pelaksanaan surveilans CRS di RS bila melibatkan seluruh rumah sakit (RS) baik
swasta, pemerintah maupun pelayanan kesehatan akan memerlukan sumber daya yang
sangat besar, oleh sebab itu pada saat ini hanya dilakukan sistem surveilans sentinel di
beberapa RS. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya masalah CRS tersebut
dan kecenderungannya berdasarkan waktu. Secara bertahap lokasi sentinel akan
diperluas sehingga data yang didapat akan lebih representatif.

Ada dua entry points dalam pelaksanaan surveilans CRS yaitu:


1. Bayi (dengan cacat bawaan lahir);

2. Ibu hamil, melalui pemantauan ibu hamil yang terinfeksi atau dicurigai terinfeksi
rubela

Saat ini surveilans CRS yang dilaksanakan di Indonesia baru melalui deteksi
pada bayi di RS sentinel

Pedoman Surveilans CRS 2017 13


A. Alur Pelaporan Kasus CRS di RS Sentinel

Gambar 5. Diagram Alur Pelaporan Kasus CRS di RS Sentinel

B. Pelaksanaan Di Tingkat RS Sentinel


Penemuan kasus CRS di RS melibatkan banyak divisi, maka perlu dibentuk Surat
Keputusan (SK) Direktur RS untuk kelompok kerja/pokja CRS di RS, dengan
melibatkan seluruh divisi terkait termasuk laboratorium RS. Beberapa hal yang perlu
ditentukan dalam SK adalah:
 Menetapkan dokter di divisi anak sebagai koordinator;
 Menetapkan dokter di divisi THT sebagai kontak person;
 Menetapkan dokter di divisi mata sebagai kontak person;
 Menetapkan petugas kesehatan di laboratorium sebagai kontak person;
 Menetapkan petugas sebagai koordinator data CRS.

Pedoman Surveilans CRS 2017 14


Selain pembentukan SK, perlu dibentuk juga Clinical Pathway kasus CRS agar
setiap kasus CRS memperoleh tata laksana sesuai SOP di masing-masing RS.

1. Peran Koordinator RS:


 Bersama petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi melaksanakan
pelatihan terhadap tenaga kesehatan di divisi-divisi yang terkait dengan CRS
di RS masing-masing;
 Memastikan bahwa pelaksanaan surveilans CRS di RS telah sesuai dengan
SOP;
 Mengidentifikasi suspek CRS dan memastikan semua kasus CRS telah
tercatat dan terlaporkan;
 Melakukan koordinasi dan komunikasi segera dengan koordinator data dan
kontak person di setiap divisi terkait setelah ditemukan suspek CRS;
 Memastikan semua informasi klinis dan epidemiologis serta data lainnya
yang ada di form investigasi CRS (form CRS1) telah diisi dengan lengkap
oleh semua divisi terkait;
 Memastikan pengambilan dan pengiriman spesimen sudah dilaksanakan
sesuai SOP termasuk kelengkapan dokumen pelaporan;
 Menentukan perlu tidaknya pengambilan spesimen kedua;
 Menetapkan klasifikasi kasus berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium;
 Memberi penjelasan kepada petugas RS dan keluarga yang kontak langsung
dengan penderita CRS agar mendapatkan imunisasi rubela;
 Bersama dengan kontak person melakukan pertemuan rutin evaluasi
surveilans CRS RS.

2. Peran Kontak Person RS:


 Bersama petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi melaksanakan
pelatihan terhadap tenaga kesehatan di divisi-divisi yang terkait dengan CRS
di RS masing-masing;
 Melakukan koordinasi dan komunikasi segera dengan koordinator data dan
koordinator RS setelah ditemukan kasus CRS;
 Memastikan form investigasi CRS di divisi terkait sudah terisi;
 Memastikan pengambilan spesimen sudah dilaksanakan sesuai SOP;
 Memberi penjelasan kepada petugas RS dan keluarga yang kontak langsung
dengan penderita CRS agar mendapatkan imunisasi rubela;
 Bersama dengan koordinator melakukan sosialisasi di unit masing – masing
dan pertemuan rutin evaluasi surveilans CRS RS.

Pedoman Surveilans CRS 2017 15


3. Peran Koordinator Data RS CRS:
 Melakukan koordinasi dan komunikasi segera dengan koordinator RS
setelah ditemukan kasus CRS;
 Melakukan koordinasi dan komunikasi segera dengan petugas surveilans
PD3I dinas kesehatan provinsi setelah ditemukan kasus CRS di RS;
 Memastikan semua kasus CRS telah tercatat dan terlaporkan;
 Memastikan semua informasi klinis, epidemiologis serta data lainnya yang
ada di form investigasi CRS telah diisi dengan lengkap dan benar;
 Memastikan semua kasus CRS telah dikonsultasikan ke setiap bagian
terkait;
 Memastikan semua kasus CRS telah dilakukan pengambilan spesimen;
 Melakukan koordinasi dengan laboratorium RS dan petugas surveilans PD3I
dinas kesehatan provinsi dalam pengiriman spesimen ke laboratorium
nasional campak-rubela;
 Mencatat hasil pemeriksaan laboratorium nasional campak-rubela ke dalam
formulir investigasi CRS;
 Melakukan koordinasi dengan koordinator RS atau petugas surveilans PD3I
dinas kesehatan provinsi dalam pengambilan spesimen kedua;
 Menginput data form investigasi CRS ke dalam format list kasus CRS atau
web PD3I, termasuk hasil laboratorium bila telah ada;
 Bila web PD3I tidak berfungsi, melaporkan format list kasus CRS kepada
petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi pada tanggal 15 setiap
bulannya (termasuk laporan nihil), dan ditembuskan ke petugas surveilans
PD3I Pusat melalui email epidataino@gmail.com;
 Melakukan validasi data yang dikirimkan tim data PD3I pusat, paling lambat
tanggal 15 setiap bulannya;
 Mendokumentasikan data surveilans CRS.

4. Penemuan Kasus:
Pada umumnya kasus CRS melakukan terapi ke RS sesuai keluhan yang ada,
biasanya ke divisi Anak (jantung, tumbuh kembang, neurologi, perinatologi,
infeksi), divisi THT dan divisi Mata.

Pedoman Surveilans CRS 2017 16


Gambar 6. Alur Surveilans CRS di RS

Semua suspek CRS akan dilakukan tata laksana surveilans CRS yang meliputi :
1. Pencatatan pada form CRS1
2. Pengambilan spesimen darah 1-2 cc
3. Pengiriman spesimen serum ke laboratorium nasional campak-rubela
4. Pemeriksaan di setiap divisi Anak, THT dan Mata
5. Pelaporan menggunakan web PD3I atau form list CRS
6. Pengambilan dan pemeriksaan spesimen darah kedua (jika diperlukan)
7. Pengolahan dan analisa data

5. Pengambilan spesimen:
a. Anak Usia <6 bulan:
 Dilakukan pengambilan spesimen darah sebanyak 1-2 cc agar
mendapatkan serum untuk pemeriksaan IgM rubela. Spesimen diambil
oleh RS sesuai kesepakatan yang ditetapkan oleh masing-masing RS.
Spesimen tersebut sebagian dapat diperiksa di laboratorium RS untuk
kepentingan klinis, sementara sisanya disimpan pada suhu 2-80C.
Spesimen yang telah disimpan akan dikirim ke laboratorium nasional
campak-rubela untuk dilakukan pemeriksaan untuk kepentingan
surveilans CRS. Pengiriman tersebut dapat dilakukan langsung oleh
koordinator data RS atau diambil oleh petugas surveilans PD3I dinas
kesehatan provinsi.

Pedoman Surveilans CRS 2017 17


 Jika spesimen serum diambil saat bayi berusia <1 bulan namun sangat
dicurigai CRS dan hasil menunjukkan IgM negatif (IgM-), maka dilakukan
pengambilan spesimen serum untuk pemeriksaan IgM kedua dengan
jarak 1 bulan atau maksimal sampai bayi berusia 6 bulan. Pengambilan
spesimen kedua ini menjadi tanggung jawab petugas surveilans PD3I
dinas kesehatan provinsi berkoordinasi dengan koordinator data RS.
Spesimen yang telah diambil sebagian dapat diperiksa di laboratorium
RS dan sebagian dikirim ke laboratorium nasional campak-rubela.

b. Anak Usia 6 bulan - <1 tahun


 Dilakukan pengambilan spesimen darah sebanyak 1-2 cc agar
mendapatkan serum untuk pemeriksaan IgM dan IgG rubella. Spesimen
diambil oleh RS sesuai kesepakatan yang ditetapkan oleh masing-
masing RS. Spesimen tersebut sebagian dapat diperiksa di laboratorium
RS untuk kepentingan klinis, sementara sisanya disimpan pada suhu
2-80C. Spesimen yang telah disimpan akan dikirim ke laboratorium
nasional campak-rubela untuk dilakukan pemeriksaan untuk kepentingan
surveilans CRS. Pengiriman tersebut dapat dilakukan langsung oleh
koordinator data RS atau diambil oleh petugas surveilans PD3I dinas
kesehatan provinsi.

 Jika hasil menunjukkan IgM negatif (IgM-) dan IgG positif (IgG+), maka
dilakukan pengambilan spesimen serum untuk pemeriksaan IgM dan
IgG kedua untuk pemeriksaan IgG dengan jarak 1 bulan atau maksimal
sampai bayi berusia <1 tahun. Pengambilan spesimen kedua ini menjadi
tanggung jawab petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi
berkoordinasi dengan koordinator data RS. Spesimen yang telah diambil
sebagian dapat diperiksa di laboratorium RS dan sebagian dikirim ke
laboratorium nasional campak-rubela.

Cara pengambilan dan penanganan spesimen,


lihat Bab VI: Jejaring Kerja Laboratorium

6. Pencatatan dan Pelaporan


Setiap suspek CRS dicatat dalam form investigasi CRS. Penemuan suspek CRS
melibatkan banyak divisi di RS, sehingga sebaiknya di setiap divisi tersedia form
investigasi CRS. Apabila ada penderita suspek CRS, maka dokter di divisi dimana

Pedoman Surveilans CRS 2017 18


kasus tersebut ditemukan langsung mengisi form investigasi CRS. Pengisian form
berkoordinasi dengan koordinator data CRS, kemudian diinput ke dalam format list
kasus CRS atau web PD3I oleh koordinator data CRS.

Bila sistem web PD3I tidak berfungsi, data CRS yang telah diinput ke dalam form list
CRS dilaporkan kepada petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi pada
tanggal 15 setiap bulannya (termasuk laporan nihil), dan ditembuskan ke petugas
surveilans PD3I Pusat melalui email epidataino@gmail.com

C. Peran Provinsi
1. Penemuan kasus
Petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi melakukan surveilans aktif di
RS sentinel setiap minggu dengan melakukan:
- review register untuk mencari kemungkinan adanya kasus yang lolos;
- melakukan koordinasi dengan koordinator data RS untuk memastikan form
CRS 1 telah terisi dengan lengkap;
- mengkoordinasikan pengambilan spesimen darah kedua (jika diperlukan).

Kegiatan ini diintegrasikan dengan kegiatan surveilans aktif AFP dan PD3I
lainnya.
Tata cara review register surveilans CRS di RS :
a. Identifikasi kasus CRS melalui register di bagian Anak (jantung, tumbuh
kembang, neurologi, perinatologi, unit infeksi), bagian THT dan bagian Mata;
b. Apabila ditemukan kasus minimal dengan gejala /diagnosa dari kelompok A,
ambil buku rekam medis penderita untuk di konsultasikan dengan koordinator
di RS tersebut;
c. Jika memenuhi kriteria suspek CRS, maka berkoordinasi dengan tim CRS RS
untuk dilakukan tata laksana surveilans CRS.
d. Hasil review register dilaporkan mingguan termasuk laporan nihil (zero report),
yang terintegrasi dengan Surveilans AFP dan Campak.

Mengingat kasus CRS sangat jarang, maka perlu dibangun komunikasi yang
intensif antara petugas surveilans PD3I dinas kesehatan provinsi dengan tim CRS
RS agar kasus CRS di RS tidak ada yang lolos.

2. Berkoordinasi dengan koordinator data CRS RS terkait pencatatan dan pelaporan


kasus CRS;
3. Memastikan form investigasi CRS sudah terisi secara lengkap dan benar;
4. Memberi nomor EPID, setelah memeriksa kelengkapan pengisian form investigasi
CRS;

Pedoman Surveilans CRS 2017 19


5. Bertanggung jawab terhadap pengambilan dan pengiriman spesimen pertama dan
kedua ke laboratorium nasional campak-rubela berkoordinasi dengan koordinator
data CRS RS. Jika RS tidak dapat mengambil spesimen penderita, maka
pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas surveilans PD3I dinas kesehatan
provinsi, berkoordinasi dengan labkesda atau lab puskesmas yang mampu;
6. Bila spesimen kedua perlu diambil, provinsi memastikan bahwa spesimen kedua
tersebut telah diambil berkoordinasi dengan koordinator data RS;
7. Memastikan bahwa koordinator data RS telah menerima hasil laboratorium
penderita;
8. Memastikan hasil laboratorium kasus CRS telah dimasukkan dalam format list
kasus CRS atau web PD3I;
9. Bila web PD3I tidak berfungsi, laporan CRS dikirim setiap bulan dengan email ke
epidataino@gmail.com bersama dengan laporan campak dan PD3I lainnya.
10. Bila pada bulan bersangkutan tidak ditemukan kasus CRS maka laporan tetap
harus dikirim dengan menuliskan “Nihil”.
11. Memastikan semua kasus CRS telah dilakukan klasifikasi final sesuai diagram
alur klasifikasi kasus, berkoordinasi dengan tim CRS RS;
12. Melakukan analisa data CRS di masing-masing provinsi.

Pedoman Surveilans CRS 2017 20


D. Peran Pusat (Petugas Surveilans PD3I, Subdit Surveilans, Kemenkes RI)
 Tim Data PD3I melakukan pengecekan setiap data yang dilaporkan.
 Secara berkala bersama WHO dan UNICEF (HQ, Regional maupun Perwakilan
Indonesia) dilakukan review perkembangan pengendalian rubela/CRS.
Berdasarkan kajian data surveilans dan kajian cakupan imunisasi rubela,
ditetapkan strategi imunisasi lebih lanjut.
 Mengirimkan umpan balik dan kajian data ke seluruh RS sentinel dan dinas
kesehatan provinsi setiap tanggal 5 pada setiap bulannya.

E. Pengolahan dan Analisis Data


Kegiatan surveilans bertujuan untuk mempelajari gambaran epidemiologi dari kasus
CRS, sehingga dapat menjawab pertanyaan Who, Where, When, Why dan How. Bila
pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh data surveilans, maka fungsi surveilans
telah gagal dalam memberikan informasi tentang adanya suatu masalah kesehatan.
Apabila masalah tidak dapat diketahui dengan jelas, maka upaya yang dilakukan
dalam mengatasi masalah kesehatan tidak terarah dan terkendali, hal ini sama
halnya dengan menembak dalam kegelapan.

Analisis data CRS sama halnya dengan analisis data rutin, prinsip orang, tempat dan
waktu yang akan menjawab pertanyaan siapa, kapan, dimana, mengapa dan
bagaimana suatu kasus CRS akan dapat memberikan masukan kepada program
imunisasi. Oleh sebab itu tidak boleh ada dari komponen diatas yang tidak bisa
dijawab agar hasil investigasi secara tepat dapat mengarahkan program dalam
upaya penanggulangan. Dengan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan
spotmap akan membantu analisis yang akan dilakukan.

Data individual (Case base data)


1) Jumlah kasus CRS berdasarkan jenis kelamin, bulan, tahun dan tempat
2) Klasifikasi final seluruh suspek CRS yang ditemukan di RS sentinel.
3) Status imunisasi rubela ibu dari penderita CRS

Pedoman Surveilans CRS 2017 21


BAB III
PEMBERIAN NOMOR EPID (NOMOR IDENTITAS KASUS)
(Disesuaikan dengan web PD3I)

Nomor EPID adalah suatu nomor-kode yang khas bagi setiap penderita CRS dan ditentukan
sesuai dengan tata-cara penentuan nomor EPID.

A. Tujuan pemberian nomor EPID

 Memberikan kode identitas yang khas bagi setiap penderita CRS untuk kepentingan
pencatatan pelaporan dan pengelolaan spesimen.
 Untuk menghubungkan data klinis, epidemiologis, demografis dan laboratorium.
 Menghindari kemungkinan duplikasi dalam pencatatan dan pelaporan kasus CRS.

B. Pemberi nomor EPID

 Pemberian nomor EPID dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi yang membawahi
wilayah dimana rumah sakit sentinel berada.
 Daftar nomor EPID harus disimpan di provinsi yang membawahi wilayah tempat rumah
sakit sentinel berada. Bila nomor EPID sudah digunakan atau salah diberikan, nomor
tersebut tidak boleh dipakai lagi.

C. Tata Cara Pemberian Nomor EPID Kasus CRS

Setiap kasus CRS diberi nomor EPID. Tata cara penomoran EPID pada kasus CRS
sama dengan tatacara pemberian nomor EPID AFP, tetapi didahului dengan huruf
CRS.(Lihat Pedoman AFP).

Tata cara pemberian nomor EPID CRS sebagai berikut:


CRS-PP-DD-TT-NNN

 digit ke I-II : kode provinsi


 digit ke III-IV : kode kabupaten/kota
 digit ke V-VI : tahun terjadinya kasus
 digit ke VII-IX : kode penderita

Kode penderita dimulai dengan “nomor 001” pada setiap tahun.

Pedoman Surveilans CRS 2017 22


Contoh:
1. Kasus CRS pertama ditemukan pada tahun 2014 di RS Adam Malik Medan. Kasus berasal
dari Kota Medan. Maka nomor EPID-nya adalah: CRS020114001
2. Kasus CRS ke dua ditemukan pada tahun 2014 di RS Adam Malik Medan. Kasus berasal
dari Kab. Karo. Maka nomor EPID-nya adalah: CRS021014001
3. Kasus CRS ke tiga ditemukan pada tahun 2014 di RS Adam Malik Medan. Kasus berasal
dari Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh. Maka nomor EPID-nya adalah: CRS011414001

Pedoman Surveilans CRS 2017 23


BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Pemantauan
Pemantauan terhadap pelaksanaan surveilans CRS harus dilakukan untuk menjaga
kualitas pelaksanaan surveilans CRS. Tujuan utama pemantauan surveilans CRS adalah
untuk melihat apakah sistem yang ada berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pemantauan
ini harus diikuti dengan upaya mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapi
bila pelaksanaan surveilans CRS tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Kapan dan bagaimana pemantauan harus dilakukan?

Pemantauan harus dilakukan secara rutin sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang
menghambat pelaksanaan surveilans CRS sedini mungkin. Pemantauan dilakukan terhadap:
 Jejaring tim surveilans CRS RS dan dinas kesehatan provinsi
 Penemuan kasus di semua rumah sakit sentinel.
 Pencatatan dan pelaporan kasus sampai dengan klasifikasi final.
 Adekuasi spesimen dan penyebab spesimen tidak adekuat.

Berdasarkan identifikasi masalah dilakukan upaya perbaikan agar kinerja surveilans CRS
dapat ditingkatkan.

B. Evaluasi
Evaluasi terhadap surveilans CRS dilakukan secara berkala untuk melihat keberhasilan
surveilans CRS dalam mencapai tujuannya. Indikator yang digunakan adalah indikator kinerja
surveilans dan sejauh mana surveilans CRS dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi di rumah sakit sentinel dapat dilakukan dengan:

 Menelaah register RS pada suatu periode tertentu (hospital record review = HRR). Untuk
menilai sensitifitas penemuan kasus di RS dengan cara mengecek ada atau tidaknya
kasus CRS yang dilaporkan.(Lihat tata cara surveilans aktif RS pada BAB II).
 Mengecek keteraturan dan konsistensi kunjungan surveilans aktif rumah sakit (SARS)
untuk mencari kasus.
 Identifikasi penyebab rendahnya sensitifitas penemuan kasus di RS.

Pemantauan dan Evaluasi dilakukan dengan menggunakan Formulir Pemantauan dan


Evaluasi Kasus CRS (Form. CRS2).

Pedoman Surveilans CRS 2017 24


BAB V
INDIKATOR KINERJA

A. Kelengkapan laporan mingguan Target:  90%

Pelaporan mingguan CRS ini diintegrasikan dengan kunjungan


surveilans aktif rumah sakit untuk mencari kasus AFP dan campak
(FPPD). Formulir laporan lihat pedoman surveilans Campak.

jumlah laporan mingguan yang diterima (kumulatif )


%= x 100
jumlah laporan mingguan seharusnya diterima (kumulatif )

B. Spesimen adekuat Target:  80%

jumlah kasus CRS dilacak dengan spesimen adekuat


%= x 100
jumlah kasus CRS dilacak

C. Konfirmasi Laboratorium Target:  80%

Jumlah suspek CRS yang dikonfirma si laboratorium


%= x 100
jumlah total suspek CRS

Pedoman Surveilans CRS 2017 25


BAB VI
JEJARING KERJA LABORATORIUM

A. Peranan dan Fungsi Laboratorium

Laboratorium mempunyai peranan penting dalam surveilans CRS yang meliputi :


1. Klasifikasi kasus CRS
2. Monitoring dan pengujian transmisi virus rubela
3. Identifikasi strain dari virus ataupun karakter genetiknya.
4. Monitoring profil dari populasi yang rentan
5. Untuk memantau tingkat pengendalian penyakit

1. Klasifikasi kasus CRS

Waktu dan cara pengambilan spesimen yang tepat diperlukan untuk memperoleh hasil
dan interpretasi yang tepat pula. Uji diganostik untuk konfirmasi CRS dilakukan untuk
melihat antibodi dan deteksi antigen. Waktu pengambilan spesimen menentukan tes
laboratorium yang akan dilakukan.
Pemeriksaan Serologi bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosa dengan
mendeteksi adanya antibody spesifik dari virus rubela dan antibody bawaan. Spesimen
yang digunakan adalah serum.
Pemeriksaan isolasi bertujuan untuk identifikasi virus rubela dan pemeriksaan genotipe
ataupun epidemiologi molekular. Spesimen yang digunakan urin atau usap tenggorok.

2. Spesimen Adekuat

a. Spesimen Darah : Spesimen diterima di laboratorium tidak lebih dari 5 hari sejak
pengambilan dan dalam kondisi baik.
b. Spesimen Urin dan usap tenggorok : Spesimen dikirim ke laboratorium tidak lebih
dari 24 jam sejak pengambilan dan dalam kondisi baik.
Kriteria kondisi baik :
 Volume cukup (serum 1 cc dan urin minimal 10 ml)
 Dalam kondisi dingin (2-8oC)
 Waktu pengiriman (transport) tidak lebih dari 48 jam

Pedoman Surveilans CRS 2017 26


B. Pengambilan, Penyimpanan dan Pengiriman Sampel Laboratorium CRS

1. Pengambilan Spesimen

SERUM
1. Prosedur steril harus diikuti dalam pengambilan dan penanganan spesimen
2. Darah diambil 3 ml dengan menggunakan syringe atau vacutainer
3. Jika menggunakan syringe pindahkan darah ke tabung sentrifuge/vacutainer segera
beri identitas nama pasien
4. Biarkan tabung yang berisi darah dalam posisi berdiri selama 30-60 menit lalu
sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
5. Bila tidak ada centrifuge, diamkan selama 30 menit – 1 jam pada suhu ruangan
sampai serum terpisah atau maksimal 24 jam di dalam refrigerator
6. Serum diambil dengan menggunakan pipet steril, masukkan ke dalam wadah serum
dengan tutup ulir luar. Beri label sesuai form kasus (nama, no epid dan tanggal ambil).

URINE
1. Urin yang diambil sebaiknya urin pagi hari
2. Diperlukan 10-50 ml dari urin untuk setiap kasus dan di tampung dalam wadah bertutup
dan steril.
3. Secepatnya pot urin ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat
kuat lalu beri identitas (nama, no epid, tanggal ambil) dan simpan di suhu 2-8oC

USAP TENGGOROK (THROAT SWAB)


1. Siapkan medium transport (viral transport medium)
2. Ambil swab steril dan usap tenggorok (antara tonsil dan belakang uvula). Hindari ujung
swab menyentuh bibir, lidah, uvula dan gigi
3. Segera masukkan swab ke dalam tabung yang berisi medium transport, potong ujung
swab sesuai dengan tinggi tabung
4. Segera tutup tabung dan beri identitas (nama, no EPID, tanggal ambil)
5. Simpan di suhu 2-8oC

Pedoman Surveilans CRS 2017 27


Gambar 7. Usap Tenggorok

C. Penyimpanan Spesimen
Serum dan usap tenggorok harus disimpan dalam kondisi 2-8oC hingga dikirim maksimal 5
hari untuk serum dan 24 jam untuk usap tenggorok. Jika serum dan usap tenggorok disimpan
lebih lama maka simpan di freezer -20oC dan dikirim ke laboratorium dengan kondisi beku
menggunakan dry ice. Pengulangan pembekuan dan pencairan (freezing thawing) akan
mempengaruhi stabilitas antibodi. Urine disimpan di suhu 4oC dan kirim segera ke
laboratorium (< 24 jam). Semua spesimen sebaiknya dikirim ke laboratorium rujukan sesegera
mungkin.

D. Pengiriman Spesimen
1. Tabung serum / usap tenggorok dimasukkan dalam plastik yang telah diberi tissue / kertas
yang bisa menyerap untuk menyerap jika terjadi kebocoran, ikat yang rapat/selotip lalu
masukkan dalam wadah primer (box plastik). 1 tabung dimasukkan ke dalam 1 plastik
2. Masukkan form ke dalam plastik terpisah dengan spesimen
3. Masukkan wadah primer dan wadah urin ke dalam specimen carrier yang telah diberi ice
pack 4-5 buah. Tata sedemikian rupa hingga posisi spesimen tetap berdiri dan tidak pecah
saat terjadi goncangan
4. Letakkan form di bagian atas dan tutup
5. Jika pengiriman menggunakan dry ice, letakkan dry ice di bagian bawah dan sekeliling
specimen carrier lalu letakkan serum di bagian tengah. Lalu tambahkan ice pack di bagian
atas.
6. Segera kirim ke laboratorium rujukan

Pedoman Surveilans CRS 2017 28


Gambar 8. Pengiriman Spesimen

Pedoman Surveilans CRS 2017 29


E. Pemberian Nomor Spesimen Laboratorium CRS
Setiap spesimen kasus CRS berupa serum, urin, maupun usapan tenggorok (throat swab),
setiba di laboratorium rujukan CRS nasional, diberi nomor laboratorium yang juga khas untuk
setiap spesimen. Pemberian nomor ini dilakukan oleh laboratorium pemeriksa spesimen.

Tata cara pemberian nomor spesimen oleh laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Spesimen darah untuk pemeriksaan serologi: I / TT / NNN / CRS/1


I : Inisial laboratorium pemeriksa spesimen ( B : Bandung, J : Jakarta, S : Surabaya, Y
: Yogyakarta).
TT : Tahun penerimaan spesimen.
NNN : No urut spesimen pada jenis pemeriksaan serologi.
CRS : Surveilans CRS
1 : Isi angka 1 bila spesimen ke 1 dan isi angka 2 spesimen ulangan

2. Spesimen urin untuk pemeriksaan isolasi virus: I / TT / NNN / CRS/UI


I : Inisial laboratorium pemeriksa spesimen ( B : Bandung, J : Jakarta, S : Surabaya, Y :
Yogyakarta).
TT : Tahun penerimaan spesimen.
NNN : No urut spesimen pada jenis pemeriksaan serologi.
CRS : Surveilans CRS
UI : Pemeriksaan isolasi virus dengan spesimen urin.

3. Spesimen throat swab untuk pemeriksaan isolasi virus: I / TT / NNN /CRS/ TI


I : Inisial laboratorium pemeriksa spesimen (B:Bandung, J: Jakarta, S : Surabaya, Y:
Yogyakarta).
TT : Tahun penerimaan spesimen.
NNN : No urut spesimen pada jenis pemeriksaan isolasi virus
CRS : Surveilans CRS
TI : Pemeriksaan isolasi virus dengan spesimen throat swab.

Pedoman Surveilans CRS 2017 30


Laboratorium Nasional dan Wilayah Pelayanan Pemeriksaan Spesimen CRS
Laboratorium Provinsi yang dilayani
PT. Biofarma Bandung  Jawa Barat
Jl. Pasteur 28
Bandung 40161
Telp.: +62 22 233755 – 57, 2037430
Fax: +62 22 204136, 2037430
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan  DKI Jakarta
Kemkes RI  Banten
Jl. Percetakan Negara 23a  Seluruh provinsi di Pulau Sumatera
Jakarta 10560  Seluruh provinsi di Pulau Kalimantan
Telp.: +62 21 42881754
+62 21 42887606 ext 202
Fax : 021-42881745 / 42881754
Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)  Jawa Timur 
Surabaya  Bali
 NTB
Jl. Karangmenjangan  NTT
Surabaya  Papua
Telp.: + 62 31 5020388, 5341451  Irian Jaya Barat
Fax: + 62 31 5020388  Maluku Utara
 Maluku
 Seluruh provinsi di Pulau Sulawesi 
Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)  Jawa Tengah
Yogyakarta  Yogyakarta
Jl. Ngadinegaran MJ III/62, Yogyakarta
Telp.: +62 274 378187
Fax: +62 274 381582

Pedoman Surveilans CRS 2017 31


Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium

IgG IgM Klinis CRS (2A


Umur Interpretasi
I II I II atau 1A dan 1B)
- Tidak Bukan CRS
< 1 bulan - - Ya Bukan CRS
- + Ya CRS Pasti
<6 bulan + Ya CRS Pasti
- + Bukan CRS
- - Bukan CRS
+ + Ya CRS Pasti
6-12
+ - Ya CRS Klinis
bulan
+ - Tidak Bukan CRS
+ - - Bukan CRS
+ - + Ya CRS Pasti

Pedoman Surveilans CRS 2017 32


Lampiran 1.
Formulir Investigasi Kasus Congenital Rubela Syndrome (Form. CRS1)
Nama Rumah Sakit: ………......................................................................................................................
Provinsi : .........................…………………………..
Nomor EPID (Diisi oleh Provinsi): ............................................................................................................
Nomor Rekam Medis: ..............................................................................................................................

A. Identitas
Nama bayi: ............................................................................. Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan
Tanggal lahir: ___ /___ /___ (umur dalam bulan: ….........bulan)
Alamat: .....................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Tanggal notifikasi: ………..…… Tanggal investigasi: ………………. Tanggal pelaporan: …........………
Tempat bayi dilahirkan: ............................................................................................................................
Nama ibu: .................................................................................................................................................
Umur kehamilan saat bayi dilahirkan: .........……. minggu Berat badan bayi: …..…...……gram

B. Tanda dan Gejala Klinis

Group A (lengkapi semua tanda dan gejala yang ada)


Congenital heart disease: Tida
Congenital cataracts:
Congenital glaucoma:
Pigmentary retinopathy:
Hearing impairment:

Group B (lengkapi semua tanda dan gejala yang ada)


Purpura:
Microcephaly:
Meningoencephalitis:
Ikterik 24 jam post partum:
Splenomegaly:
Developmental delay:
Radiolucent bone disease:
Other abnormalities:
Bila Ada, jelaskan: ...................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Nama dokter pemeriksa:
1. Anak: ..................................................................... No. HP: .......................................................
2. Mata: ..................................................................... No. HP: .......................................................
3. THT: ..................................................................... No. HP: ........................................................

Keadaan bayi saat ini: Hidup Meninggal


Bila Meninggal, sebutkan penyebab kematian: .......................................................................................
..................................................................................................................................................................

C. Riwayat kehamilan :
Jumlah kehamilan sebelumnya: ...............................................................................................................

Pedoman Surveilans CRS 2017 33


Umur Ibu saat melahirkan: ……….. tahun
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) pada kasus ini: ___/___/___
Apakah selama kehamilan terakhir ini Ibu pernah mengalami:
Conjunctivitis: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian___/___/___
Pilek: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian ___/___/___
Batuk: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian ___/___/___
Ruam makulopapular: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian___/___/___
Pembengkakan kelenjar limfa: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian___/___/___
Demam: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian___/___/___
Arthralgia/arthritis: Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian___/___/___
Komplikasi lain Ya Tidak Tidak tahu Bila ya, tanggal kejadian___/___/___

Apakah pada kehamilan terakhir ini Ibu mendapat vaksinasi rubela?


Bila ya, tanggal diberikan___/___/___

Apakah selama kehamilan terakhir ini Ibu pernah didiagnosa rubela dengan konfirmasi lab?
Bila ya, tanggal kejadian___/___/___

Apakah selama kehamilan terakhir ini Ibu pernah terpapar atau berkontak dengan orang yang menderita
ruam makulopapular?
Bila ya, umur kehamilan saat itu: ….......…….minggu.
Jelaskan dimana: ……………...................................................................................................................

Apakah ibu bepergian selama kehamilan terakhir ini?


Ya Tidak Tidak tahu
Bila ya, tanggal kejadian___/___/___ Umur kehamilan saat itu: ......………..minggu.
Jelaskan kemana: …………...................................................................................................................

D.Pemeriksaan laboratorium pada bayi


Apakah spesimen diambil: Ya Tidak Tidak tahu
Jenis spesimen Tanggal ambil Tanggal kirim ke Lab Tanggal tiba di Lab
(Diisi oleh Provinsi) (Diisi oleh Lab)
Serum 1
Serum 2 (Bila diulangi)
Apus tenggorok
Urine

Hasil Pemeriksaan Laboratorium:


Jenis pemeriksaan Positif Negatif Jenis Virus Tanggal Hasil Lab
IgM serum ke 1
IgM serum 2 (ulangan)
IgG serum 1
IgG serum 2 (ulangan)
Isolasi

E. Klasifikasi Final
CRS pasti (konfirmasi lab) CRS klinis Bukan CRS
Jika Bukan CRS, jelaskan:........................................................................................................................

Tanggal: ____/____/____

Pedoman Surveilans CRS 2017 34


Investigator: Petugas Surveilans PD3I Provinsi………...
Nama: ....................................................................... Nama: ………………………………………….
HP: ............................................................................ HP: ……………………………………………..
Email: ....................................................................... Email: …………………………………………..

Pedoman Surveilans CRS 2017 35


Lampiran 2.
FORMULIR PEMANTAUAN DAN EVALUASI
SURVEILANS CONGENITAL RUBELA SYNDROME (FORM. CRS2)

Provinsi : ................................................................................................................................................................................................
RS: .............................................................................................................................................................................................................
Nama Supervisor : ..............................................................................................................................................................................
Waktu Supervisi : ...............................................................................................................................................................................

I. Input Surveilans CRS


A. Petunjuk Tekhnis untuk Surveilans CRS edisi 2014………..……...………………………………. (Ada / Tdk Ada)

B. Surat Keputusan RS untuk Tim Surveilans CRS …........................................................................ (Ada / Tdk Ada)
Jika Ada, Nomor SK: .....................................................................................................................................................................

C. Kontak Person Surveilans CRS


1. Koordinator divisi Anak.................................................…………...……………………………………(Ada/ Tdk Ada)
Nama: ..........................................................................................................................................................................................
HP: ..................................................................................................... Email: ............................................................................
2. Kontak Person divisi Anak.........................………………………………………………………………(Ada/ Tdk Ada)
Nama: ..........................................................................................................................................................................................
HP: ..................................................................................................... Email: ............................................................................
3. Kontak Person divisi THT............................................…………………………………………….……(Ada/ Tdk Ada)
Nama:
.........................................................................................................................................................................................................
....
HP: ..................................................................................................... Email:
...............................................................................................
4. Kontak Person divisi Mata............................................……………………………………....………(Ada/ Tdk Ada)
Nama: ..........................................................................................................................................................................................
HP: ..................................................................................................... Email: ............................................................................
5. Kontak Person divisi Lab.........................……………………………………………...…………………(Ada/ Tdk Ada)
Nama: ..........................................................................................................................................................................................
HP: ..................................................................................................... Email: ............................................................................
6. Petugas Data ………………......................................……………………………………...…………………(Ada/ Tdk Ada)
Nama: ..........................................................................................................................................................................................
HP: ..................................................................................................... Email: ............................................................................

D. Sarana Penunjang:
1. Formulir Investigasi Surveilans CRS ..........................................................................................(Ada/Tdk Ada)
2. Formulir Retrospektif Surveilans CRS........................................................................................(Ada/Tdk Ada)
3. Clinical Pathway pasien CRS...........................................................................................................(Ada/Tdk Ada)
Jika ada, jelaskan: ................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................

Pedoman Surveilans CRS 2017 36


4. Alur surveilans CRS.............................................................................................................................(Ada/Tdk Ada)
Jika ada, jelaskan: ................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
5. Sistem Rekam Medis terkomputerisasi......................................................................................(Ada/Tdk Ada)
6. Pemeriksaan IgM dan IgG dilakukan oleh..............................(Lab RS/Lab Campak-Rubela Nasional)
7. Sumber dana operasional surveilans CRS dalam tahun ini berasal dari:
 WHO……………...........................................…………………………………………(Ada / Tdk Ada / Tdk Tahu)
 APBD……………..................................................………………….......……………(Ada / Tdk Ada / Tdk Tahu)
 Lain-lain, sebutkan……………............................................……………………(Ada / Tdk Ada / Tdk Tahu)

II. Kegiatan Surveilans CRS


1. Sosialisasi surveilans CRS di RS........................................……………………………….(Sdh/Belum/Tdk Ada)
2. Laporan sosialisasi surveilans CRS tersebut..……………..(Ada-Lengkap/Ada-Sebagian/Tdk Ada)
3. Jumlah kasus CRS yang diinvestigasi dalam tahun ini (sampai saat ini): ………………. Kasus
4. Klasifikasi kasus CRS yang diinvestigasi dalam tahun ini (sampai saat ini):
 CRS pasti (konfirmasi lab) : ………………. Kasus
 CRS klinis : ………………. Kasus
 CRI : ………………. Kasus
 Bukan CRS : ………………. Kasus
5. Kasus CRS dengan riwayat menderita Rubela pada Ibu saat hamil: ………………. Kasus
6. Retrospektif review surveilans CRS di RS..............................................…………….(Sdh/Belum/Tdk Ada)
7. Laporan Retrospektif review surveilans CRS tersebut…(Ada-Lengkap/ Ada-Sebagian/Tdk Ada)
8. Jumlah kasus CRS yang direview dalam tahun ini (sampai saat ini): ………………. Kasus
9. Klasifikasi kasus CRS yang direview dalam tahun ini (sampai saat ini):
 CRS pasti (konfirmasi lab) : ………………. Kasus
 CRS klinis : ………………. Kasus
 CRI : ………………. Kasus
 Bukan CRS : ………………. Kasus

II.1 Kegiatan CRS di Bagian Anak :


 Dokter subspesialis anak yang terlibat dan telah tersosialisasi Surveilans CRS :
o Jantung anak : Jlm : Jml yg sudah tersosialisasi :
o Neurology anak : Jlm : Jml yg sudah tersosialisasi :
o Tumbuh kembang : Jlm : Jml yg sudah tersosialisasi :
o Infeksi : Jlm : Jml yg sudah tersosialisasi :
o ………………………………
 Jumlah kasus kelainan jantung yg berkaitan dg CRS th 2015
o < 1th :
o > 1th :
 Jumlah suspect CRS dg kelainan jantung th 2015 : …..
 Jumlah suspect CRS kelainan jantung bawaan yg dilaporkan th 2016 : ………..
 Jumlah suspect CRS hasil review register yg tidak terlaporkan th 2016 :…………

Pedoman Surveilans CRS 2017 37


 Jika menemukan suspect CRS :
o Apakah formulir CRS disisi : ? (Ya/Tidak)
o Apakah Spesimen pemderita diambil ? (ya/Tidak), oleh :………………….
o Penderita dikonsul ke : (Mata /THT/Tidak dikonsulkan)
o Kasus dilaporkan ke (coordinator CRS/Koordinator data)
 Poster CRS di bagian Anak : (Ada/Tidak)
 Buku Pedoman Surveilans CRS : (ada/Tidak)
 Permasalahan Surveilans CRS di divisi Anak :
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………

II.2 Kegiatan CRS di Bagian Mata :


 Dokter subspesialis Mata anak yang terlibat dan telah tersosialisasi Surveilans CRS :
o Mata anak /Mata : Jlm : Jml yg sudah tersosialisasi :
 Jumlah kasus kelainan mata bawaan (cataract, pigmentary retinopaty, glaucoma) yg
berkaitan dg CRS th 2015 :
o < 1th :
o > 1th :
 Jumlah suspect CRS dg kelainan mata bawaan th 2015 : ……………
 Jumlah suspect CRS dg kelainan mata bawaan yg dilaporkan th 2016 : ………………
 Jumlah suspect CRS dari review register yg belum terlaporkan th 2016 : ………………
 Jika menemukan suspect CRS :
o Apakah formulir CRS disisi : ? (Ya/Tidak)
o Apakah Spesimen pemderita diambil ? (ya/Tidak), oleh :………………….
o Penderita dikonsul ke : (Bag anak /THT/Tdk dikonsulkan)
o Kasus dilaporkan ke (coordinator CRS/Koordinator data)
 Poster CRS di bagian Mata : (Ada/Tidak)
 Buku Pedoman Surveilans CRS : (ada/Tidak)
 Permasalahan Surveilans CRS di divisi Mata :
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………

II.3. Kegiatan CRS di Bagian THT :


 Dokter subspesialis THT yang terlibat dan telah tersosialisasi Surveilans CRS :
o THT : Jlm : Jml yg sudah tersosialisasi :
 Jumlah kasus Tuli bawaan th 2015
o < 1th :

Pedoman Surveilans CRS 2017 38


o > 1th :
 Jumlah suspect CRS dg Tuli bawaan th 2015 : …..
 Jumlah suspect CRS dg tuli bawaan yg dilaporkan th 2016 : ………..
 Jumlah suspect CRS dari review register yang tidak terlaporkan th 2016 : …………..
 Jika menemukan suspect CRS :
o Apakah formulir CRS disisi : ? (Ya/Tidak)
o Apakah Spesimen pemderita diambil ? (ya/Tidak), oleh :………………….
o Penderita dikonsul ke : (Bag anak /Mata/Tdk dikonsulkan)
o Kasus dilaporkan ke (coordinator CRS/Koordinator data)
 Poster CRS di bagian THT : (Ada/Tidak)
 Buku Pedoman Surveilans CRS : (ada/Tidak)
 OAE tool apakah tersedia ? :…………(Ya/Tidak)
 Apakah screening pendengaran dilakukan terhadap semua bayi baru lahir ? : …..(Ya/Tidak)
 Permasalahan Surveilans CRS di divisi THT:
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………
o ……………………………………………………………………………………………………………………………

III. Dokumentasi Surveilans CRS


1. Formulir investigasi CRS diisi lengkap dan benar …...(Ya-Semua/ Ya-Sebagian / Tdk Ada Kasus)
2. Formulir retrospektif CRS diisi lengkap dan benar ....(Ya-Semua/ Ya-Sebagian / Tdk Ada Kasus)
3. Dokumen Umpan Balik Surveilans CRS dari Pusat......(Ada-Lengkap / Ada- Sebagian / Tdk Ada)
4. Dokumen Umpan Balik surveilans CRS ke RS…..............(Ada-Lengkap / Ada- Sebagian / Tdk Ada)
5. Frekuensi Umpan Balik: ……../tahun
6. Dokumen Surveilans Aktif RS…....................………………….(Ada-Lengkap/ Ada- Sebagian / Tdk Ada)
7. Laporan Kelengkapan&Ketepatan dengan FORMAT yang BENAR…..(Ya-Semua/Ya-
Sebagian/Tidak Ada)

IV. Rencana Kerja


1. POA untuk Kegiatan Surveilans CRS untuk tahun ini dan tahun depan....................(Ada / Tdk Ada)
Jelaskan: ..................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................................
2. POA tahun ini telah dilaksanakan sesuai rencana ……........…………...(Ya-Semua/ Ya-Sebagian /
Tdk Sesuai)
Jelaskan: ..................................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................................................

Pedoman Surveilans CRS 2017 39


V. Tantangan/Kendala/Hambatan dalam pelaksanaan surveilans CRS
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................

VI. Peluang dan Kekuatan dalam pelaksanaan surveilans CRS


• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................

VI. Apa yang diharapkan dari surveilans CRS?


• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ...................
• ..................

Pedoman Surveilans CRS 2017 40


Lampiran 3.
Form List Kasus CRS
Lampiran 4.
Formulir Retrospektif Surveilans Congenital Rubela Syndrome (CRS)
Lampiran 5.
Formulir Pengiriman Sampel Ke Laboratorium Nasional Campak-Rubela
(tolong dibuat oleh PBTDK Litbangkes)

Anda mungkin juga menyukai