A. Seksio Cesarea
1. Pengertian Seksio Cesarea
a. Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya
memotong. Seksio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2014)
b. Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus
(histerektomi). Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari
rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan abdominal
(Pritchard dkk, 1991 dalam Maryunani, 2014)
c. Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. (Prawirohardjo, 2010)
2. Jenis
Menurut Prawirohardjo (2010) Liu (2008) Oxorn dan Forte (2010) terdapat
beberapa jenis seksio cesarea, yaitu :
a. Seksio cesarea klasik : pembedahan secara Sanger. Insisi ini
ditempatkan secara vertical di garis tengah uterus. Indikasi
penggunaanya meliputi :
1) Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
2) Jika akses ke segmen bawah terhalang oleh pelekatan ibroid
uterus
3) Jika janin terimpaksi pada posisi tranversa
4) Pada keadaan segmen bawah vascular karena plasenta previa
anterior
5) Jika ada karsinoma serviks
6) Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.
Kerugian :
1) Hemostasis lebih sulit dengan insisi vascular yang tebal
2) Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
3) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
4) Penyembuhan terhambat karena involusi miometrial
5) Terdapat lebih besar risiko rupture uterus pada kehamilan
berikutnya.
b. Seksio cesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower
segmen caesarean section).
c. Seksio cesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy =
seksio histerektomi). Pembedahan ini merupakan section caesarea yang
dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.
d. Seksio cesarea ekstraperitoneal Pembedahan ini dikerjakan untuk
menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami
infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering
bersifat fatal.
4. Kontraindikasi
Menurut Rasjidi (2009) kontraindikasi dari seksio cesarea adalah:
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi seksio cesarea.
5. Patofisiologi Seksio Caesarea
Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin diatas 500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit
absolut, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis
serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri
membakat, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat berasal dari janin
seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi
yang terlambat, mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai
dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat
mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami
penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi urin.
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah
insisi. Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin.
histamin dan prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi.
Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya hambatan mobilisasi fisik
yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah keperawatan defisit
perawatan diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi
terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila
tidak dilakukan perawatan luka yang baik.
6. Komplikasi
Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ
seperti vesika urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi
anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada
persalinan seksio cesarea dibandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2009).
Menurut Rasjidi (2009) takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering
terjadi pada persalinan seksio cesarea, dan kejadian trauma persalinan pun
tidak dapat disingkirkan. Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah
terjadinya plasenta previa, solusio plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri.
Sementara itu menurut Leveno (2009) menyatakan bahwa komplikasi
pascaoperasi seksio sesaria meningkatkan morbiditas ibu secara drastis
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Penyebab utamanya adalah
endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran kemih, dan tromboembolisme.
Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan, meskipun jarang,
dapat menyebabkan fasiitis nekrotikans.
B. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang disebakan oleh kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah
alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer, C,
& Bare, 2013).
Nyeri diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan
jaringan atau faktor lain sehingga individu merasa tersiksa dan menderita yang
akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain lain (Asmadi,
2008).
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluh
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama satu
detik hingga kurang dari enam bulan (Carpenito, Lynda Jual 2013).
Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan.
Kejadian, intensitas dan durasi nyeri postoperasi berbedabeda dari pasien ke
pasien, dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit yang lain.
Lokasi pembedahaan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat
dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri postoperasi. Aspek dari postoperasi
adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri yang mencakup persepsi dan
perilaku tentang nyeri. Nyeri postoperasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada
jaringan yang terluka pada proses pembedahaan yang dapat dirasakan setelah
adanya prosedur operasi (Smeltzer, C & Bare, 2013)
2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
1) Pheriperal pain yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit dan mukosa.
2) Deep pain yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ tubuh visceral.
3) Refered pain yaitu nyeri yang disebabkan karena penyakit pada salah satu
organ atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke daerah bagian
tubuh yang berbeda atau bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan sistem syaraf
pusat, batang otak, talamus, dan lain lain (Asmadi, 2008).
b. Nyeri Berdasarkan Sifatnya
1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxymal pain yaitu nyeri yang berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit , lalu menghilang, kemudian
timbul lagi (Asmadi, 2008).
c. Nyeri Berdasarkan Lamanya Waktu Serangan
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang awitanya tiba-tiba dan berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera
telah terjadi (Smeltzer, C, & Bare, 2013). Nyeri akut adalah nyeri yang
dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan,
sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri adalah sebagai
akibat dari luka, seperti luka operasi atau pada suatu penyakit tertentu
(Asmadi, 2008).
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap dalam
periode waktu tertentu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan
yang diperlukan dan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronik tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sulit
untuk diobati karena nyeri ini tidak memberikan respons terhadap
pengobatan yang diberikan. Nyeri kronik sering didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer, C, &
Bare, 2013). Nyeri kronik adalah nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri ini memiliki pola yang beragam dan berlangsung selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pola yang beragam tersebut
diantaranya merupakan nyeri yang timbul dalam periode waktu tertentu
lalu timbul kembali (nyeri berulang) dan nyeri yang konstan, yaitu nyeri
yang dirasakan terus-menerus dan semakin lama terasa semakin meningkat
intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan (Asmadi, 2008).
3. Etiologi Nyeri
Asmadi (2008) mengklasifikasikan penyebab nyeri ke dalam dua golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan penyebab yang berhubungan
dengan psikis. Secara fisik, misalnya trauma (trauma mekanik, kimiawi, termis,
maupun elektrik), neoplasma, dan peradangan. Secara psikis nyeri dapat terjadi
karena adanya trauma psikologis.
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis
menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas
dan dingin. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.
Sedangkan trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan karena tarikan, jepitan atau
metastase. Nyeri karena peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit karena adanya pembengkakan.
Dengan demikian disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan karena faktor fisik
disebabkan karena terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini
terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan jaringan-jaringan tertentu.
Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis dirasakan bukan karena
penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikomotik.
Nyeri karena faktor ini juga disebut pula dengan psikogenic pain.
4. Fisiologi Nyeri
Nyeri mempunyai empat proses fisiologis dari nyeri nosiseptif (saraf-saraf
yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak) yaitu transduksi transmisi, persepsi
dan modulasi.
Stimulus suhu, kimia atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan nyeri.
Energi dari stimulus-stimulus ini dapat diubah menjadi energi listrik. Perubahan
energi ini dinamakan transduksi. Transduksi dimulai dari perifer, ketika stimulus
terjadinya nyeri mengirim impuls yang melewati serabut perifer yang terdapat di
panca indera, maka akan menimbulkan potensial aksi. Setelah transduksi selesai,
transmisi impuls nyeri dimulai.
Bersamaan dengan seseorang menyadari adanya nyeri maka reaksi kompleks
mulai terjadi. Faktor – faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan
neurofisiologi dalam mempersepsikan nyeri. Persepsi memberikan seseorang
perasaan sadar dan makna terhadap nyeri sehingga membuat orang tersebut
kemudian bereaksi. Sesaat setelah otak menerima adanya stimulus nyeri, terjadi
pelepasan neurotransmitter inhibitor yang bekerja untuk menghambat transmisi
impuls nyeri merupakan fase keempat dari proses nosiseptif yang dikenal sebagai
modulasi (Potter dan Perry, 2010).
7. Respon Terhadap Nyeri Potter dan Perry (2010) membagi respon klien terhadap
nyeri, diantaranya sebagai berikut :
a. Respon fisilogis
1) Stimulasi simpatik : (nyeri ringan, moderat, dan superficial)
a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
b) Peningkatan nadi
c) Vasokontriksi perifer, peningkatan Blood Pressure
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas Gastrointestinal
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan Heart Rate dan Blood Pressure
d) Nafas cepat dan ireguler
e) Nausea dan vomitus
f) Kelelahan dan keletihan
b. Respon perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang khas dan
ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat ditunjukkan oleh pasien
sebagai respon perilaku terhadap nyeri. Respon tersebut seperti mengkerutkan
dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika diajak bicara.
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 14 april 2020 Jam Masuk : 18.00
Ruang/Kelas : V K No. Kamar : 20
Tgl. Pengkajian : 15 april 2020 Jam : 14.00
1. Identitas
Nama Pasien : ny. C Nama Suami : Tn f
Umur : 36 tahun Umur : 32 th
Suku/Bangsa : indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : islam Agama : Islam
Pendidikan : s1 ekonomi Pendidikan : S 1 arsitektur
Pekerjaan : akuntan Pekerjaan : arsitek
Alamat/Telp : Jln p 22 Alamat/Telp : jln p 22
Status Perkawinan: kawin Lama Perkawinan : 10tahun
Kawin : _________________ kali
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama (saat ini) : nyeri post op
3 39 Kala 1
minggu memanj
ang Sc - Pere 33 43 Sehat / 1
mpua 00 cm hari
n 0gr
am
2) Pola Eliminasi
a) BAB
Frekuensi :1 x/hari
Karakteristik feses : Normal defekasi terakhir : 1 hari sebelum sc
Hemoroid :-
Diare :-
Penggunaan laksatif :Ya
Keluhan :-
b) BAK
Frekuensi : 6 x/hari
Karakteristik urine : kuning jernih
Keluhan :-
Riwayat peyakit ginjal/kandung kemih : -
Penggunaan diuretic : -
3) Personal Hygiene
a) Mandi
Frekuensi : 2x/hari
Sabun : ya √ tidak
b) Oral hygiene
Frekuensi : 2x/hari
Waktu : pagi√ sebelum makan
setelah makan√
c) Rambut
Frekuensi : 1 x/hari
Shampo : ya √ tidak
4) Pola Aktifitas/Istirahat dan Tidur
Jenis pekerjaan : akuntan
Waktu bekerja : pagi√ sore malam
Lama bekerja : 8 jam
Hobi : bersepeda
Pembatasan karena kehamilan/kondisi : -
Kegiatan waktu luang : baca buku
Keluhan dalam beraktifitas : -
Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandiri√ tergantung
Peralatan/alat aprotesis yang diperlukan : -
Bantuan yang diberikan : -
Tidur siang : ya√ tidak
Lama tidur : 1 jam
Keluhan/masalah tidur : nyeri
Kebiasaan sebelum tidur : -
6) Pola Seksualitas
Masalah seksualitas : ya/tidak, bila ya sebutkan : tidak
7) Riwayat Psikososial
Perencanaan kehamilan : ya
Perasaan paisen & keluarga tentang kehamilan dan persalinan : merasa
semang dan belum paham banyak mengenai persalinan
Kesiapan mental menjadi ibu : baik
Cara mengatasi stress : baca buku
Tinggal dengan : suami dan anaknya
Peran dalam struktur keluarga: ibu rumah tangga
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi : sanggup dan
berpengalaman merawat bayi
Harapan dari perawatan saat ini : luka sc nya cepat pulih
Faktor kebudayaan yang mempengaruhi kesehatan : klien harus minum
jamu2an agar lukanya cepat sembuh
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler/Sirkulasi :
Nadi : 80 x/menit Irama : teratur √ tidak teratur
Denyut: lemah kuat√
Tekanan darah : 120/80mmHg, Suhu : 36.5C
Distensi vena jugularis : Kanan ya tidak√
Kiri ya tidak√
Temeratur kulit : pucat cyanosis kemerahan
Pengisian kapiler : 2 x/detik
Edema : ya tidak√
muka tungkai bawah periorbita
Kelainan bunyi jantung : murmur gallop
Sakit dada : ya tidak√
Timbul pada saat : beraktifitas tidak beraktifitas
Karakter : seperti ditusuk-tusuk terbakar
Seperti tertimpa benda berat
Konjungtiva : ____________ Sklera : _________________
Riwayat peningkatan tekanan darah : ya / tidak√
Riwayat penyakit jantung : ya / tidak√ bila ya sebutkan :
___________
b. Sistem Pernafasan
Jalan nafas : bersih √ sumbatan sputum
lendir
darah lidah
Pernafasan : sesak tidak sesak√ dengan aktifitas
tanpa aktifitas
Menggunakan otot-otot pernafasan : ya tidak√
Frekuensi : 20 x/menit
Irama : teratur √ tidak teratur
Kedalaman : dalam dangkal
Batuk : ya tidak√ produktif
nonproduktif
Sputum : putih kuning hijau
Konsistensi : kental encer
Terdapat darah: ya tidak√
Suara nafas : bronkovesikuler ronchi wheezing
Vesikuler/normal√
Riwayat bronchitis : ya/tidak√, Asma : ya / tidak√, TBC : ya / tidak√
Pneumonia : ya / tidak√
c. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut
Gigi : caries tidak√
Stomatitis : ya tidak√
Lidah : kotor ya tidak√
Memakai gigi palsu : ya tidak√
Bau Mulut : ya tidak√
MUNTAH
Isi : makanan cairan darah
Warna : sesuai warna makanan coklat kuning
hitam
Kesulitan menelan : ya tidak√
Mual : ya tidak√
Nafsu makan : baik√ kurang meningkat
Nyeri daerah perut : ya√ tidak
Rasa penuh diperut : ya tidak√
Karakteristik nyeri abdomen :
seperti ditusuk-tusuk√ panas seperti terbakar
melilit setempat
kram menyebar
berpindah-pindah kanan atas
kanan bawah kiri bawah
BB sekarang : 65kg, TB : 163cm
Bentuk tubuh : Gemuk
Membrane mukosa : normal lembab
Lingkar Lengan Atas : ________ cm
BAB : ya tidak√
Diare : Lamanya : ___________ frekuensi : ___________ x/hari
Gejala yang mengikuti : kram perut anoreksia
demam
rasa lelah penurunan BB
Warna feses : kuning √ coklat hitam
putih
seperti beras dempul
Feses : berdarah terdapat lendir
tidak ada kelainan√
Konstipasi feses : lamanya : _________ hari
Hepar : teraba √ tidak teraba
membesar/mengecil tidak ada kelainan
d. Neurosensori
Status mental : orientasi√ disorientasi
Memakai kacamata : ya tidak√
Alat bantu dengar : ya tidak√
Gangguan bicara : ya tidak√
Serangan pingsan/pusing : ya tidak√
Sakit kepala : ya tidak√
Kesemutan/kebas/kelemahan : ya tidak√ bila ya, lokasi :
______
e. Sistem Endokrin
Gula darah : 110mg/dl
Nafas bau keton : ya tidak√
keringat banyak urin sedikit polyphagia
poliuria polydipsia
f. Sistem Urogenital
BAK
Pola rutin : 6 x/hari terkontrol√ tidak terkontrol
Jumlah : ______ cc
Warna : kuning √ kuning keruh/kecoklatan
Rasa sakit pada waktu BAK : ya tidak√
Distensi kandung kemih : ya tidak√
Pemasangan kateter : ya / tidak, bila ya√, warna urin : Kuning jernih
g. Sistem Intergumen
Turgor kulit : baik elastis√ sedang buruk
Warna kulit : pucat√ sianosis kemerahan
Keadaan kulit : baik√ terdapat lesi insisi operasi√
√bercak merah kloasma gravidarum
ptekie
terdapat luka bakar decubitus
Kebersihan kulit : bersih√ kotor
Keadaan rambut : bersih √ kotor
h. Sistem Muskuloskletal
Kontraktur pada persendian ekstrimitas : ya tidak
Kesulitan dalam pergerakan : ya√ tidak
Ekstrimitas : Tungkai : simetris√ asimetris
Tanda Homan : (+) / ( - )
Oedema : ya tidak√ ; Varices : ya
tidak
Reflek patella : Normal
Massa/tonus otot : normal
Tremor : tidak Rentang gerak : Pasif
Kekuatan otot : normal
Deformitas : _______________________________
j. Perut / Abdomen
Tinggi Fundus Uteri : 2 cm
Kontraksi : 2x/menit
Konsistensi uterus : keras
Luka bekas operasi : abnormal
Tanda infeksi : kemerahan
Diastasis rekti abdominis : panjang : ______ cm, Lebar : ______ cm
k. Anogenital
Lochea : rubra
Warna : merah kehitaman
Banyaknya/baunya : 25cc
Perineum : utuh/laserasi : utuh
Episiotomi : tidak jenis : _____________
Tanda-tanda REEDA :
Rednes: tidak ada kemerahan
Edema : tidak ada
Ekimosis : tidak ada perubahan warna
Discharge : tidak keluar nanah
Aproksimasi : -
4. Pemeriksaan Penunjang
Lab darah normal: leukosit 9000 mcL
5. Penatalaksanaan
atrain 500 mg via IV
ceftriaxsone 1gr 2x1 via IV
6. Resume (ditulis mulai pasien masuk rmah sakit sampai ditemukan masalah
keperawatan utama, tindakan keperawatan / medis yang sudah diberikan )
Ny. C usia 36 tahun, pada tanggal 14 April 2020 jam 18.00 WIB, pasien dibawa
suaminya ke IGD RSUD Merpati Putih dengan keluhan perutnya kenceng-kenceng
sejak jam 17.30 WIB. Dari IGD langsung di bawa ke VK dengan diagnosa G3P1A1
hamil 39 minggu kala 1 memanjang, di lakukan pemeriksaan DJJ 144, his 2x/menit
dan VT 2-3 cm, dari waktu kenceng-kenceng selama ± 16 jam. Dokter menyarankan
SC untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Pada tanggal 15 April 2020 pukul 10.00 pasien telah dilakukan SC dan melahirkan
anak keduanya dengan jenis kelamin perempuan dengan berat badan 3300 gram. Saat
dikaji jam 14.00 WIB pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah karena SC.
Pasien mengatakan nyeri dengan skala 8. Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
tusuk dan nyeri sering muncul, dengan pemeriksaan vital sign TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/menit, S: 36,5ºC,RR : 20x/ menit.
7. Data Fokus
Cp. 1. A
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
PEMBERIAN ANALGETIK
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon
pasien
Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
2. Gangguan Setelah dilakukan DUKUNGAN AMBULASI
Mobilitas tindakan keperawatan
Fisik bd selama 2x24 jam, 1. Observasi
Nyeri diharapkan mobilitas Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Ditandai fisik meningkat Identifikasi toleransi fisik
dengan: dengan kriteria hasil: melakukan pergerakan
DS: 1. Pergerakan Monitor frekuensi jantung dan
- pasien ekstremitas tekanan darah sebelum memulai
mengatakan meningkat mobilisasi
sulit bergerak 2. Nyeri Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
karna nyeri menurun
- pasien 2. Terapeutik
mengatakan Fasilitasi aktivitas mobilisasi
cemas saat dengan alat bantu (mis. Pagar
bergerak tempat tidur)
karna Fasilitasi melakukan pergerakan
khawatir Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
bekas jaitanya
pergerakan
akan terbuka
- pasien 3. Edukasi
mengatakam Jelaskan tujuan dan prosedur
sulit tidur mobilisasi
karna merasa Anjurkan melakukan mobilisasi
perutnya dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang
nyeri
harus dilakukan (mis. Duduk di
DO: tempat tidur, duduk di sisi tempat
- pasien tidur, berpindah dari tempat tidur ke
tampak sulit kursi)
bergerak
karna nyeri
diluka sc nya
- pasien
tampak cemas
saat ingin
melakukan
pergerakan
2. Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot progresif)
Jelaskan penyebab cemas dan
cara penanganan cemas dengan
anjurkan diit tinggi protein
untuk mempercepat
penyembuhan luka dan
perawatan luka yang tepat
Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang
atau melatih teknik yang
dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing )
3. Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
1. Observasi
Periksa lokasi insisi adanya
kemerahan, bengkak, atau tanda-
tanda dehisen atai eviserasi
Identifikasi karakteristik drainase
Monitor proses penyembuhan area
insisi
Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Terapeutik
Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
Usap area insisi dari area yang
bersih menuju area yang kurang
bersiu
Bersihkan area di sekitar tempat
pembuangan atau tabung drainase
Pertahankan posisi tabung drainase
Berikan salep antibiotik
Ganti balutan luka sesuai jadwal
3. Edukasi
Jelaskan prosedur kepada pasien
menggunakan alat bantu
Ajarkan meminimalkan tekanan
pada lokasi insisi
Ajarkan cara merawat area insisi
5. CATATAN KEPERAWATAN
Hari ke-1
Hari ke-2