Anda di halaman 1dari 45

Laporan pendahuluan post sectio caesarea

A. Seksio Cesarea
1. Pengertian Seksio Cesarea
a. Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya
memotong. Seksio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2014)
b. Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus
(histerektomi). Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari
rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan abdominal
(Pritchard dkk, 1991 dalam Maryunani, 2014)
c. Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. (Prawirohardjo, 2010)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio


cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram.

2. Jenis
Menurut Prawirohardjo (2010) Liu (2008) Oxorn dan Forte (2010) terdapat
beberapa jenis seksio cesarea, yaitu :
a. Seksio cesarea klasik : pembedahan secara Sanger. Insisi ini
ditempatkan secara vertical di garis tengah uterus. Indikasi
penggunaanya meliputi :
1) Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
2) Jika akses ke segmen bawah terhalang oleh pelekatan ibroid
uterus
3) Jika janin terimpaksi pada posisi tranversa
4) Pada keadaan segmen bawah vascular karena plasenta previa
anterior
5) Jika ada karsinoma serviks
6) Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.
Kerugian :
1) Hemostasis lebih sulit dengan insisi vascular yang tebal
2) Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
3) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
4) Penyembuhan terhambat karena involusi miometrial
5) Terdapat lebih besar risiko rupture uterus pada kehamilan
berikutnya.
b. Seksio cesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower
segmen caesarean section).
c. Seksio cesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy =
seksio histerektomi). Pembedahan ini merupakan section caesarea yang
dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.
d. Seksio cesarea ekstraperitoneal Pembedahan ini dikerjakan untuk
menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami
infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering
bersifat fatal.

3. Indikasi Seksio Cesarea


Indikasi seksio Cesarea menurut Rasjidi (2009) yaitu :
a. Indikasi mutlak
Indikasi ibu
1) Panggul sempit absolut
2) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi
3) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
4) Stenosis serviks/vagina.
5) Plasenta previa.
6) Disproporsi sefalopelvik.
7) Ruptura uteri membakat.
Indikasi janin
1) Kelainan letak.
2) Gawat janin
3) Prolapsus plasenta
4) Perkembangan bayi yang terlambat
5) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia
b. Indikasi Relatif
1) Riwayat seksio cesarea sebelumnya
2) Presentasi bokong 3
3) Distosia
4) Fetal distress
5) Preeklamsi berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
6) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
c. Indikasi Sosial
1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
2) Wanita yang ingin seksio cesarea elektif karena takut bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi
risiko kerusakan dasar panggul
3) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality
image setelah melahirkan.

4. Kontraindikasi
Menurut Rasjidi (2009) kontraindikasi dari seksio cesarea adalah:
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi seksio cesarea.
5. Patofisiologi Seksio Caesarea
Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin diatas 500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit
absolut, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis
serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri
membakat, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat berasal dari janin
seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi
yang terlambat, mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai
dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat
mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami
penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi urin.
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah
insisi. Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin.
histamin dan prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi.
Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya hambatan mobilisasi fisik
yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah keperawatan defisit
perawatan diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi
terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila
tidak dilakukan perawatan luka yang baik.

6. Komplikasi
Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ
seperti vesika urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi
anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada
persalinan seksio cesarea dibandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2009).
Menurut Rasjidi (2009) takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering
terjadi pada persalinan seksio cesarea, dan kejadian trauma persalinan pun
tidak dapat disingkirkan. Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah
terjadinya plasenta previa, solusio plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri.
Sementara itu menurut Leveno (2009) menyatakan bahwa komplikasi
pascaoperasi seksio sesaria meningkatkan morbiditas ibu secara drastis
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Penyebab utamanya adalah
endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran kemih, dan tromboembolisme.
Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan, meskipun jarang,
dapat menyebabkan fasiitis nekrotikans.

7. Penatalaksanaan Post Sectio Caesarea


Perawatan post Sectio Caesarea menurut Rasjidi (2009) yaitu :
a. Ruang Pemulihan
Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau
dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri
untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
b. Pemberian Cairan Intravena
Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan
yang tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan
perkiraan kehilangan darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya.
Cairan intravena yang perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien
yaitu larutan Ringer Laktat atau larutan Kristaloid ditambah Dektrosa 5%.
Bila kadar Hb rendah diiberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
c. Tanda-Tanda Vital
Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah
jam setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah
didapatkan hasil yang stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu
Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah perdarahan, Status fundus uteri,
Suhu tubuh.
d. Analgesik
Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa
Meperidin 75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15mg
intramuskuler.
e. Pemeriksaan laboratorium
Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan.
Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang
banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah
ke hipovoemik.
f. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien
memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang
payudara yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.
g. Pencegahan infeksi pasca operasi
Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam
dan tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik
profilaksis. Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik
dosis tunggal dapat diberikan saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka
infeksi.
h. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih.

B. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang disebakan oleh kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah
alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer, C,
& Bare, 2013).
Nyeri diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan
jaringan atau faktor lain sehingga individu merasa tersiksa dan menderita yang
akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain lain (Asmadi,
2008).
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluh
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama satu
detik hingga kurang dari enam bulan (Carpenito, Lynda Jual 2013).
Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan.
Kejadian, intensitas dan durasi nyeri postoperasi berbedabeda dari pasien ke
pasien, dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit yang lain.
Lokasi pembedahaan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat
dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri postoperasi. Aspek dari postoperasi
adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri yang mencakup persepsi dan
perilaku tentang nyeri. Nyeri postoperasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada
jaringan yang terluka pada proses pembedahaan yang dapat dirasakan setelah
adanya prosedur operasi (Smeltzer, C & Bare, 2013)

2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
1) Pheriperal pain yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit dan mukosa.
2) Deep pain yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ tubuh visceral.
3) Refered pain yaitu nyeri yang disebabkan karena penyakit pada salah satu
organ atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke daerah bagian
tubuh yang berbeda atau bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan sistem syaraf
pusat, batang otak, talamus, dan lain lain (Asmadi, 2008).
b. Nyeri Berdasarkan Sifatnya
1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxymal pain yaitu nyeri yang berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit , lalu menghilang, kemudian
timbul lagi (Asmadi, 2008).
c. Nyeri Berdasarkan Lamanya Waktu Serangan
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang awitanya tiba-tiba dan berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera
telah terjadi (Smeltzer, C, & Bare, 2013). Nyeri akut adalah nyeri yang
dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan,
sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri adalah sebagai
akibat dari luka, seperti luka operasi atau pada suatu penyakit tertentu
(Asmadi, 2008).
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap dalam
periode waktu tertentu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan
yang diperlukan dan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronik tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sulit
untuk diobati karena nyeri ini tidak memberikan respons terhadap
pengobatan yang diberikan. Nyeri kronik sering didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer, C, &
Bare, 2013). Nyeri kronik adalah nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri ini memiliki pola yang beragam dan berlangsung selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pola yang beragam tersebut
diantaranya merupakan nyeri yang timbul dalam periode waktu tertentu
lalu timbul kembali (nyeri berulang) dan nyeri yang konstan, yaitu nyeri
yang dirasakan terus-menerus dan semakin lama terasa semakin meningkat
intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan (Asmadi, 2008).

3. Etiologi Nyeri
Asmadi (2008) mengklasifikasikan penyebab nyeri ke dalam dua golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan penyebab yang berhubungan
dengan psikis. Secara fisik, misalnya trauma (trauma mekanik, kimiawi, termis,
maupun elektrik), neoplasma, dan peradangan. Secara psikis nyeri dapat terjadi
karena adanya trauma psikologis.
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis
menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas
dan dingin. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.
Sedangkan trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan karena tarikan, jepitan atau
metastase. Nyeri karena peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit karena adanya pembengkakan.
Dengan demikian disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan karena faktor fisik
disebabkan karena terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini
terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan jaringan-jaringan tertentu.
Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis dirasakan bukan karena
penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikomotik.
Nyeri karena faktor ini juga disebut pula dengan psikogenic pain.

4. Fisiologi Nyeri
Nyeri mempunyai empat proses fisiologis dari nyeri nosiseptif (saraf-saraf
yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak) yaitu transduksi transmisi, persepsi
dan modulasi.
Stimulus suhu, kimia atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan nyeri.
Energi dari stimulus-stimulus ini dapat diubah menjadi energi listrik. Perubahan
energi ini dinamakan transduksi. Transduksi dimulai dari perifer, ketika stimulus
terjadinya nyeri mengirim impuls yang melewati serabut perifer yang terdapat di
panca indera, maka akan menimbulkan potensial aksi. Setelah transduksi selesai,
transmisi impuls nyeri dimulai.
Bersamaan dengan seseorang menyadari adanya nyeri maka reaksi kompleks
mulai terjadi. Faktor – faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan
neurofisiologi dalam mempersepsikan nyeri. Persepsi memberikan seseorang
perasaan sadar dan makna terhadap nyeri sehingga membuat orang tersebut
kemudian bereaksi. Sesaat setelah otak menerima adanya stimulus nyeri, terjadi
pelepasan neurotransmitter inhibitor yang bekerja untuk menghambat transmisi
impuls nyeri merupakan fase keempat dari proses nosiseptif yang dikenal sebagai
modulasi (Potter dan Perry, 2010).

5. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Nyeri


Rasa nyeri merupakan suatu hal yang bersifat kompleks, mencakup pengaruh
psikologis, fisiologis, spiritual dan budaya. Oleh karena itu pengalaman nyeri
masing-masing orang berbeda (Potter dan Perry, 2010). Berikut faktor yang dapat
mempengaruhi nyeri menurut Perry dan Potter (2010) dan Smeltzer (2013):
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan
prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga
mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri. Sedangkan persepsi nyeri pada lansia mungkin
berkurang sebagai akibat dari perubahan patologis berkaitan dengan beberapa
penyakit seperti diabetes, tetapi pada individu lansia yang sehat persepsi nyeri
mungkin tidak berubah.
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang
sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespon terhadap nyeri.
c. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri yang berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Makna
nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi
terhadap nyeri.
d. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat
perhatian dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang
serius.
e. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri.
f. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap mereka terhadap
pasien mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan
dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun
kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
6. Skala Nyeri
Skala intensitas nyeri menurut Potter dan Perry (2010) adalah sebagai berikut:
a. Skala intensitas nyeri Numerik ( Numerik Pain Rating Scales ) Skala penilaian
NPRS ( Numerik Pain Rating Scales ) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendiskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk
menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm.
b. Skala nyeri Wong & Baker
Merupakan skala bergambar ekspresi wajah dari ekspresi senyum atau
gembira sampai ekspresi menangis yang menunjukkan nyeri yang sangat
hebat. Pasien dapat menentukan sendiri gambaran ekspresi dari skala untuk
menggambarkan intensitas nyeri yang dialami.

7. Respon Terhadap Nyeri Potter dan Perry (2010) membagi respon klien terhadap
nyeri, diantaranya sebagai berikut :
a. Respon fisilogis
1) Stimulasi simpatik : (nyeri ringan, moderat, dan superficial)
a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
b) Peningkatan nadi
c) Vasokontriksi perifer, peningkatan Blood Pressure
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas Gastrointestinal
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan Heart Rate dan Blood Pressure
d) Nafas cepat dan ireguler
e) Nausea dan vomitus
f) Kelelahan dan keletihan
b. Respon perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang khas dan
ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat ditunjukkan oleh pasien
sebagai respon perilaku terhadap nyeri. Respon tersebut seperti mengkerutkan
dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika diajak bicara.

8. Dampak Nyeri pada Klien


a. Tanda dan Gejala Fisik
Adanya respons fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan keberadaan
dan sifat nyeri. Saat nyeri berlangsung, denyut jantung, tekanan darah, dan
frekuensi pernapasan akan meningkat. Hal tersebut terjadi karena nyeri akan
menginisiasi atau memacu peningkatan aktivitas saraf simpatis (Kozier & Erb,
2009). Hal tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan
dampak lain yang lebih serius. Peningkatan tekanan darah dan nadi akan
menyebabkan curah jantung meningkat dan peningkatan tekanan vaskuler
serebral yang bisa mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak yang
berakibat stroke dan kelumpuhan (Smeltzer, C, & Bare, 2013), sedangkan
peningkatan pernafasan akan mengakibatkan nafas menjadi pendek sehingga
klien akan mengalami sesak napas dan menyebabkan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi klien menjadi terganggu (Edward R, 2012).

C. Pengelolaan Nyeri Akut Post Secsio Caesarea


1. Terapi Nyeri Farmakologis
Beberapa agens farmakologis digunakan untuk menangani nyeri. Analgesik
merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Ada 3 jenis
analgesik diantaranya : non narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID),
analgesik narkotik atau opait, dan obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik.
NSAID umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang. Biasanya terapi
pada nyeri pascaoperasi ringan sampai sedang dimulai dengan menggunakan
terapi NSAID. Nonsteroid bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi
transmisi dan resepsi stimulus nyeri. Tidak seperti opiat, NSAID tidak
menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan dan tidak mengganggu fungsi
berkemih atau defekasi. Analgesik opiat atau narkotik umumnya digunakan untuk
nyeri yang sedang sampai berat seperti nyeri pascaoperasi dan maligna.
Sedangkan adjuvan atau koanalgesik seperti sedatif, anti cemas, dan relaksan otot
akan meningkatkan kontrol nyeri dan menghilangkan gejala lain yang terkait
dengan nyeri (Potter & Perry, 2010).
2. Terapi Nyeri Non Farmakologis
a. Teknik Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian klien pada sesuatu hal yang lain,
sehingga menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri. Distraksi dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden
yang mengakibatkan stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak berkurang
(Smeltzer, C, & Bare 2013). Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya
antara lain :
1) Distraksi Visual
Distraksi visual dilakukan dengan menonton televisi,membaca buku atau
koran,melihat pemandangan, dan melihat gambar (Prasetyo,2010).
2) Distraksi Pendengaran
Distraksi pendengaran dilakukan dengan mendengarkan musik yang
disukai,suara burung dan gemercik air. Klien dianjurkan untuk memilih
musik yang disukai dan musik yang tenang seperti musik klasik. Klien
diminta untuk memfokuskan perhatian pada lirik dan irama lagu dan klien
diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti
bergoyang dan mengetukkan kaki maupun jari (Tamsuri, 2007).
3) Distraksi Pernafasan
Klien dianjurkan untuk memejamkan mata atau memandang fokus pada
satu objek, lalu melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk
berkonsentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar atau
pemandangan yang memberi ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga
terbentuk pola pernafasan ritmik (Widyastuti, 2010).
b. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah cara yang paling efektif dalam menurunkan nyeri
pascaoperasi. Tehnik relaksasi merupakan tehnik penanganan nyeri non
farmakologi yang dapat membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga
suplai oksigen meningkat dan dapat membantu mengurangi tingkat nyeri serta
mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien post operasi (Urden et al,
2010).
c. Tirah Baring
Tirah baring merupakan tindakan untuk membatasi klien agar tetap berada di
tempat tidur dalam rangka untuk tujuan terapeutik. Tujuan tirah baring yaitu
untuk mengurangi aktivitas fisik klien, mengurangi nyeri yang meliputi nyeri
pasca operasi, memungkinkan klien yang lemah untuk beristirahat dan
mengembalikan kekuatanya, dan memberi kesempatan kepada klien untuk
beristirahat tanpa adanya ganggua (Potter & Perry, 2010). Namun apabila tirah
baring dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan mempunyai risiko
gangguan integritas kulit pada klien. Gangguan tersebut diakibatkan karena
terlalu lama berbaring di tempat tidur akan menyebabkan tekanan yang dapat
mengiritasi kulit bagian tubuh belakang sehingga akan menimbulkan adanya
luka dekubitus. Maka dari itu klien dianjurkan untuk miring kanan dan miring
kiri setiap beberapa menit untuk mencegah adanya gangguan integritas kulit
(Retno, 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 14 april 2020 Jam Masuk : 18.00
Ruang/Kelas : V K No. Kamar : 20
Tgl. Pengkajian : 15 april 2020 Jam : 14.00

1. Identitas
Nama Pasien : ny. C Nama Suami : Tn f
Umur : 36 tahun Umur : 32 th
Suku/Bangsa : indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : islam Agama : Islam
Pendidikan : s1 ekonomi Pendidikan : S 1 arsitektur
Pekerjaan : akuntan Pekerjaan : arsitek
Alamat/Telp : Jln p 22 Alamat/Telp : jln p 22
Status Perkawinan: kawin Lama Perkawinan : 10tahun
Kawin : _________________ kali

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama (saat ini) : nyeri post op

b. Riwayat Persalinan Sekarang :


Tanggal persalinan : 15 april 2020 Jam 10.00
Tipe persalinan : spontan/buatan/anjuran : SC
Lama persalinan Kala I : memenjang +-16 Jam
Kala II : _____________________ Jam _______ menit
Kala III : _____________________ Jam _______ menit
Jumlah : _____________________ Jam _______ menit
Jumlah perdarahan : _____________________ cc
Jenis kelamin bayi :L BB : 3200 kg PB: 43 cm
APGAR Score : Menit I 6 Menit V 8
c. Riwayat Obstetri : P 2 A 1 Anak hidup 2

Kehamilan Persalinan Anak


Ana Komplika
k Umur Penyuli Jenis Penolong Penyuli Jenis BB PB Keadaan
si Nifas
ke Kehami t t & umur
lan sekarang

3 39 Kala 1
minggu memanj
ang Sc - Pere 33 43 Sehat / 1
mpua 00 cm hari
n 0gr
am

d. Riwayat Keluarga Berencana ( KB )


Melaksanakan KB : ya √ tidak
Bila Ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakann : IUD Pil
Suntik √ Implant Lain-lain ; sebutkan
__________________
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : 25th
Masalah yang terjadi : -
Rencana yang akan datang : -

e. Riwayat Imunisasi TT : ya/tidak, Bila ya : Ya


Berapa kali diberikan : 2
Usia kehamilan pemberian imunisasi : usia 2 minggu - 6 minggu

f. Riwayat Penyakit Keluarga


Diabetes Melitus
Jantung
Hipertensi
Lain-lain, Sebutkan ________________________

g. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari Sebelum Dirawat


1) Pola Nutrisi/Cairan
Frekuensi makan : 3 X/hari
Jenis makanan : makanan padat
Nafsu makan : baik√ tidak nafsu makan, alasan :
_______
Mual/muntah : ya tidak√
Keluhan di perut : ya√ tidak, bila ya sebutkan :
__________
Alergi/toleransi makanan : ada tidak, bila ya, sebutkan :
____________________________________________________________
___
Masalah mengunyah/menelan ya tidak√ bila ya, sebutkan :
____________________________________________________________
___
Pantangan makanan : ya tidak√ bila ya, sebutkan
___________
____________________________________________________________
___

Rata – rata BB sebelum hamil : 60 kg


BB sekarang/setelah melahirkan : 65 kg

2) Pola Eliminasi
a) BAB
Frekuensi :1 x/hari
Karakteristik feses : Normal defekasi terakhir : 1 hari sebelum sc
Hemoroid :-
Diare :-
Penggunaan laksatif :Ya
Keluhan :-

b) BAK
Frekuensi : 6 x/hari
Karakteristik urine : kuning jernih
Keluhan :-
Riwayat peyakit ginjal/kandung kemih : -
Penggunaan diuretic : -

3) Personal Hygiene
a) Mandi
Frekuensi : 2x/hari
Sabun : ya √ tidak

b) Oral hygiene
Frekuensi : 2x/hari
Waktu : pagi√ sebelum makan
setelah makan√

c) Rambut
Frekuensi : 1 x/hari
Shampo : ya √ tidak
4) Pola Aktifitas/Istirahat dan Tidur
Jenis pekerjaan : akuntan
Waktu bekerja : pagi√ sore malam
Lama bekerja : 8 jam
Hobi : bersepeda
Pembatasan karena kehamilan/kondisi : -
Kegiatan waktu luang : baca buku
Keluhan dalam beraktifitas : -
Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandiri√ tergantung
Peralatan/alat aprotesis yang diperlukan : -
Bantuan yang diberikan : -
Tidur siang : ya√ tidak
Lama tidur : 1 jam
Keluhan/masalah tidur : nyeri
Kebiasaan sebelum tidur : -

5) Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan


a) Merokok : ya tidak√
Frekuensi : _____________________
Jumlah : _____________________
Lama pemakaian : _____________________
b) Minuman keras : ya tidak√
Frekuensi : _____________________
Jumlah : _____________________
Lama pemakaian : _____________________
c) Ketergantungan obat : ya tidak√
Jenis obat : _____________________
Jumlah : _____________________
Lama pemakaian : _____________________
Alasan/keluhan : _____________________

6) Pola Seksualitas
Masalah seksualitas : ya/tidak, bila ya sebutkan : tidak

7) Riwayat Psikososial
Perencanaan kehamilan : ya
Perasaan paisen & keluarga tentang kehamilan dan persalinan : merasa
semang dan belum paham banyak mengenai persalinan
Kesiapan mental menjadi ibu : baik
Cara mengatasi stress : baca buku
Tinggal dengan : suami dan anaknya
Peran dalam struktur keluarga: ibu rumah tangga
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi : sanggup dan
berpengalaman merawat bayi
Harapan dari perawatan saat ini : luka sc nya cepat pulih
Faktor kebudayaan yang mempengaruhi kesehatan : klien harus minum
jamu2an agar lukanya cepat sembuh

h. Status Sosial Ekonomi


Penghasilan per bulan : Rp. 250.000 – Rp. 500.000
Rp. 500.000 – Rp.750.000
Rp. 750.000 – Rp. 1.000.000
>Rp. 1.000.000√
Pengeluaran per bulan: ___________________________
Jaminan kesehatan : prudential

3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler/Sirkulasi :
Nadi : 80 x/menit Irama : teratur √ tidak teratur
Denyut: lemah kuat√
Tekanan darah : 120/80mmHg, Suhu : 36.5C
Distensi vena jugularis : Kanan ya tidak√
Kiri ya tidak√
Temeratur kulit : pucat cyanosis kemerahan
Pengisian kapiler : 2 x/detik
Edema : ya tidak√
muka tungkai bawah periorbita
Kelainan bunyi jantung : murmur gallop
Sakit dada : ya tidak√
Timbul pada saat : beraktifitas tidak beraktifitas
Karakter : seperti ditusuk-tusuk terbakar
Seperti tertimpa benda berat
Konjungtiva : ____________ Sklera : _________________
Riwayat peningkatan tekanan darah : ya / tidak√
Riwayat penyakit jantung : ya / tidak√ bila ya sebutkan :
___________

b. Sistem Pernafasan
Jalan nafas : bersih √ sumbatan sputum
lendir
darah lidah
Pernafasan : sesak tidak sesak√ dengan aktifitas
tanpa aktifitas
Menggunakan otot-otot pernafasan : ya tidak√
Frekuensi : 20 x/menit
Irama : teratur √ tidak teratur
Kedalaman : dalam dangkal
Batuk : ya tidak√ produktif
nonproduktif
Sputum : putih kuning hijau
Konsistensi : kental encer
Terdapat darah: ya tidak√
Suara nafas : bronkovesikuler ronchi wheezing
Vesikuler/normal√
Riwayat bronchitis : ya/tidak√, Asma : ya / tidak√, TBC : ya / tidak√
Pneumonia : ya / tidak√

c. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut
Gigi : caries tidak√
Stomatitis : ya tidak√
Lidah : kotor ya tidak√
Memakai gigi palsu : ya tidak√
Bau Mulut : ya tidak√
MUNTAH
Isi : makanan cairan darah
Warna : sesuai warna makanan coklat kuning
hitam
Kesulitan menelan : ya tidak√
Mual : ya tidak√
Nafsu makan : baik√ kurang meningkat
Nyeri daerah perut : ya√ tidak
Rasa penuh diperut : ya tidak√
Karakteristik nyeri abdomen :
seperti ditusuk-tusuk√ panas seperti terbakar
melilit setempat
kram menyebar
berpindah-pindah kanan atas
kanan bawah kiri bawah
BB sekarang : 65kg, TB : 163cm
Bentuk tubuh : Gemuk
Membrane mukosa : normal lembab
Lingkar Lengan Atas : ________ cm
BAB : ya tidak√
Diare : Lamanya : ___________ frekuensi : ___________ x/hari
Gejala yang mengikuti : kram perut anoreksia
demam
rasa lelah penurunan BB
Warna feses : kuning √ coklat hitam
putih
seperti beras dempul
Feses : berdarah terdapat lendir
tidak ada kelainan√
Konstipasi feses : lamanya : _________ hari
Hepar : teraba √ tidak teraba
membesar/mengecil tidak ada kelainan

Abdomen : baik√ lembek kembung


acites
distensi
Hemoroid : ada tidak√

d. Neurosensori
Status mental : orientasi√ disorientasi
Memakai kacamata : ya tidak√
Alat bantu dengar : ya tidak√
Gangguan bicara : ya tidak√
Serangan pingsan/pusing : ya tidak√
Sakit kepala : ya tidak√
Kesemutan/kebas/kelemahan : ya tidak√ bila ya, lokasi :
______

e. Sistem Endokrin
Gula darah : 110mg/dl
Nafas bau keton : ya tidak√
keringat banyak urin sedikit polyphagia
poliuria polydipsia

f. Sistem Urogenital
BAK
Pola rutin : 6 x/hari terkontrol√ tidak terkontrol
Jumlah : ______ cc
Warna : kuning √ kuning keruh/kecoklatan
Rasa sakit pada waktu BAK : ya tidak√
Distensi kandung kemih : ya tidak√
Pemasangan kateter : ya / tidak, bila ya√, warna urin : Kuning jernih

g. Sistem Intergumen
Turgor kulit : baik elastis√ sedang buruk
Warna kulit : pucat√ sianosis kemerahan
Keadaan kulit : baik√ terdapat lesi insisi operasi√
√bercak merah kloasma gravidarum
ptekie
terdapat luka bakar decubitus
Kebersihan kulit : bersih√ kotor
Keadaan rambut : bersih √ kotor

h. Sistem Muskuloskletal
Kontraktur pada persendian ekstrimitas : ya tidak
Kesulitan dalam pergerakan : ya√ tidak
Ekstrimitas : Tungkai : simetris√ asimetris
Tanda Homan : (+) / ( - )
Oedema : ya tidak√ ; Varices : ya
tidak
Reflek patella : Normal
Massa/tonus otot : normal
Tremor : tidak Rentang gerak : Pasif
Kekuatan otot : normal
Deformitas : _______________________________

i. Dada & Axilla


Mamae membesar : ya√ tidak
Areola mammae : tidak ad Hiperpigmentasi
Papila mammae : inverted / datar / exverted
Kolostrum keluar : ya√ tidak
Produksi ASI : ya√ tidak
Sumbatan ASI : ya tidak√
Pemberian ASI : ya¢ tidak
Pembengkakan : ya tidak√, bila ya ___ jam setelah bayi
lahir
Pembesaran kel. Limphe : ya tidak√

j. Perut / Abdomen
Tinggi Fundus Uteri : 2 cm
Kontraksi : 2x/menit
Konsistensi uterus : keras
Luka bekas operasi : abnormal
Tanda infeksi : kemerahan
Diastasis rekti abdominis : panjang : ______ cm, Lebar : ______ cm

k. Anogenital
Lochea : rubra
Warna : merah kehitaman
Banyaknya/baunya : 25cc
Perineum : utuh/laserasi : utuh
Episiotomi : tidak jenis : _____________
Tanda-tanda REEDA :
Rednes: tidak ada kemerahan
Edema : tidak ada
Ekimosis : tidak ada perubahan warna
Discharge : tidak keluar nanah
Aproksimasi : -

4. Pemeriksaan Penunjang
Lab darah normal: leukosit 9000 mcL

5. Penatalaksanaan
atrain 500 mg via IV
ceftriaxsone 1gr 2x1 via IV

6. Resume (ditulis mulai pasien masuk rmah sakit sampai ditemukan masalah
keperawatan utama, tindakan keperawatan / medis yang sudah diberikan )

Ny. C usia 36 tahun, pada tanggal 14 April 2020 jam 18.00 WIB, pasien dibawa
suaminya ke IGD RSUD Merpati Putih dengan keluhan perutnya kenceng-kenceng
sejak jam 17.30 WIB. Dari IGD langsung di bawa ke VK dengan diagnosa G3P1A1
hamil 39 minggu kala 1 memanjang, di lakukan pemeriksaan DJJ 144, his 2x/menit
dan VT 2-3 cm, dari waktu kenceng-kenceng selama ± 16 jam. Dokter menyarankan
SC untuk menyelamatkan ibu dan janin.

Pada tanggal 15 April 2020 pukul 10.00 pasien telah dilakukan SC dan melahirkan
anak keduanya dengan jenis kelamin perempuan dengan berat badan 3300 gram. Saat
dikaji jam 14.00 WIB pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah karena SC.
Pasien mengatakan nyeri dengan skala 8. Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
tusuk dan nyeri sering muncul, dengan pemeriksaan vital sign TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/menit, S: 36,5ºC,RR : 20x/ menit.
7. Data Fokus
Cp. 1. A

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Pasien dibawa keigd karna perut nya - p3 A1 persalinan sc nifas hari ke 1
terasa kenceng kenceng sejak pukul 17.30 - pemeriksaan ttv didapat TD 120/80
- Pasien mengatakan Nyeri pada perut mmHg nadi 80x/menit s 36.5 rr 20x/menit
bagian bawah (bekas sc) - tampak luka insisi sc sepanjang 12 cm,
- saat setelah di sc pasien merasakan nyeri terdapat kemerahan pada luka
saat bergerak pada bagian bekas luka sc - pasien tampak bergerak hanya sejauh
nya mika miki
- pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk - pasien terpasang infus dan terpasang
tusuk kateter shg pasien kesulitan bergerak
- pasien mengatakan nyeri dengan skala 8 - Saat dilakukan pemeriksaan djj 144
- pasien mengatakam nyeri nya sering - kontraksi 2x/menit
muncul - pemeriksaan vt 2-3cm
- pasien mengatakan sulit bergerak karna - waktu kontraksi selama +- 16jam
nyeri - pasien tampak meringis nyeri saat dikaji
- pasien mengatakan cemas saat bergerak setelah sc
karna khawatir bekas jaitanya akan terbuka - pasien tampak sulit bergerak karna nyeri
- pasien mengatakan sulit tidur karna diluka sc nya
merasa perutnya nyeri - pasien tampak cemas saat ingin
- pasien mengatakan sangat khawatir dan melakukan pergerakan
merasa cemas karna nyerinya saat ini - pasien tampak khawatir dan bingung atas
- pasien mengatakan tidak tau penyebab kondisinya
nyeri pada luka op nya sehingga pasien - pasien tampak diaforesis
cemas
8. Analisa Data
Cp. 1. B
No. DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Nyeri Akut Agen pencedera fisik


- Pasien dibawa keigd karna (prosedur SC)
perut nya terasa kenceng
kenceng sejak pukul 17.30
- Pasien mengatakan Nyeri pada
perut bagian bawah (bekas sc)
- saat setelah di sc pasien
merasakan nyeri saat bergerak
pada bagian bekas luka sc nya
- pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk tusuk
- pasien mengatakan nyeri
dengan skala 8
- pasien mengatakan nyeri nya
sering muncul
DO :
- pasien tampak meringis nyeri
saat dikaji setelah sc
- pasien tampak sulit bergerak
karna nyeri diluka sc nya
- pasien tampak diaforesis
- pasien diagnosa p3A1
persalinan sc nifas H1
- tampak luka insisi sc
sepanjang 12 cm, terdapat
kemerahan pada luka

2. DS: Gangguan Nyeri post op sc


- pasien mengatakan sulit mobilitas fisik
bergerak karna nyeri
- pasien mengatakan cemas saat
bergerak karna khawatir bekas
jaitanya akan terbuka
- pasien mengatakam sulit tidur
karna merasa perutnya nyeri
DO:
- pasien tampak bergerak hanya
sejauh mika miki
- pasien terpasang infus dan
terpasang kateter shg pasien
kesulitan bergerak
- pasien tampak sulit bergerak
karna nyeri diluka sc nya
- pasien tampak cemas saat ingin
melakukan pergerakan

3. DS: Ansietas Kekurangan informasi


- pasien mengatakan sangat
khawatir dan merasa cemas
karna nyerinya saat ini
- pasien mengatakan tidak tau
penyebab nyeri pada luka op nya
sehingga pasien cemas
DO:
- pasien tampak cemas saat ingin
melakukan pergerakan
- pasien tampak khawatir dan
bingung atas kondisinya
- pasien tampak diaforesis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf &


Keperawatan ( P&E) Ditemukan Teratasi Nama Jelas
1. Nyeri Akut bd Agen 15 april 2020 16 april 2020 Ova
pencedera fisik
(prosedur SC)

2. Gangguan Mobilitas 15 april 2020 16 april 2020 Ova


Fisik bd Nyeri

3. Ansietas bd kurang 15 april 2020 16 april 2020 Ova


terpapar informasi

4. Risiko infeksi bd efek 15 april 2020 16 april 2020 Ova


prosedur invasif
(insisi sc)

C. RENCANA KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Tangga No Diagnosa Tujuan RencanaTindakan


l . Keperawatan dan
(PES) Kriteria Hasil
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
bd Agen tindakan keperawatan
pencedera selama 2x24 jam, 1. Observasi
fisik diharapkan tingkat
 lokasi, karakteristik, durasi,
(prosedur nyeri pasien menurun,
frekuensi, kualitas, intensitas
SC) kontrol nyeri
nyeri
Ditandai meningkat dengan
dengan: kriteria hasil:  Identifikasi skala nyeri
1. Tingkat nyeri
DS : menurun dari  Identifikasi respon nyeri non
- Pasien skala 8 verbal
dibawa keigd menjadi 5
karna perut 2. Meringis  Identifikasi faktor yang
nya terasa menurun memperberat dan memperingan
kenceng 3. Keluhan nyeri nyeri
kenceng sejak menurun
 Identifikasi pengetahuan dan
pukul 17.30 4. Sikap protektif
keyakinan tentang nyeri
- Pasien menurun
mengatakan 5. Diaforesis  Identifikasi pengaruh budaya
Nyeri pada menurun terhadap respon nyeri
perut bagian 6. Kontrol nyeri
bawah (bekas meningkat  Identifikasi pengaruh nyeri pada
sc) kualitas hidup
- saat setelah
di sc pasien  Monitor keberhasilan terapi
merasakan komplementer yang sudah
nyeri saat diberikan
bergerak pada
 Monitor efek samping
bagian bekas
penggunaan analgetik
luka sc nya
- pasien
2. Terapeutik
mengatakan
 Berikan teknik nonfarmakologis
nyeri seperti
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
tertusuk tusuk
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
- pasien
musik, biofeedback, terapi pijat,
mengatakan
aroma terapi, teknik imajinasi
nyeri dengan
terbimbing, kompres hangat/dingin,
skala 8
terapi bermain)
- pasien
mengatakan  Control lingkungan yang
nyeri nya memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
sering muncul ruangan, pencahayaan, kebisingan)
DO :  Fasilitasi istirahat dan tidur
- pasien  Pertimbangkan jenis dan sumber
tampak nyeri dalam pemilihan strategi
meringis meredakan nyeri
nyeri saat
dikaji setelah 3. Edukasi
sc  Jelaskan penyebab, periode, dan
- pasien pemicu nyeri
tampak sulit  Jelaskan strategi meredakan nyeri
bergerak  Anjurkan memonitor nyeri secara
karna nyeri mandiri
diluka sc nya  Anjurkan menggunakan analgetik
- pasien secara tepat
tampak  Ajarkan teknik nonfarmakologis
diaforesis untuk mengurangi rasa nyeri
 Ajarkan perawatan luka yang tepat
untuk menghindari risiko infeksi
 Anjurkan untuk mengosumsi
makanan yang tinggi protein untuk
mempercepat proses penyembuhan
luka

4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

PEMBERIAN ANALGETIK

1. Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan

3. Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat

4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
2. Gangguan Setelah dilakukan DUKUNGAN AMBULASI
Mobilitas tindakan keperawatan
Fisik bd selama 2x24 jam, 1. Observasi
Nyeri diharapkan mobilitas  Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Ditandai fisik meningkat  Identifikasi toleransi fisik
dengan: dengan kriteria hasil: melakukan pergerakan
DS: 1. Pergerakan  Monitor frekuensi jantung dan
- pasien ekstremitas tekanan darah sebelum memulai
mengatakan meningkat mobilisasi
sulit bergerak 2. Nyeri  Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
karna nyeri menurun
- pasien 2. Terapeutik
mengatakan  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
cemas saat dengan alat bantu (mis. Pagar
bergerak tempat tidur)
karna  Fasilitasi melakukan pergerakan
khawatir  Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
bekas jaitanya
pergerakan
akan terbuka
- pasien 3. Edukasi
mengatakam  Jelaskan tujuan dan prosedur
sulit tidur mobilisasi
karna merasa  Anjurkan melakukan mobilisasi
perutnya dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang
nyeri
harus dilakukan (mis. Duduk di
DO: tempat tidur, duduk di sisi tempat
- pasien tidur, berpindah dari tempat tidur ke
tampak sulit kursi)
bergerak
karna nyeri
diluka sc nya
- pasien
tampak cemas
saat ingin
melakukan
pergerakan

3. Ansietas bd Setelah dilakukan REDUKSI ANSIETAS


kurang tindakan keperawatan 1. Observasi
terpapar selama 1x24 jam  Identifikasi saat tingkat anxietas
informasi diharapkan tingkat berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
Ditandai ansietas menurun
 Identifikasi kemampuan
dengan: dengan kriteria hasil: mengambil keputusan
DS: 1. Verbalisasi  Monitor tanda anxietas (verbal
- pasien kebingunan dan non verbal)
mengatakan menurun
sangat 2. Verbalisasi 2. Terapeutik
khawatir dan khawatir akibat  Ciptakan suasana  terapeutik
untuk menumbuhkan
merasa cemas kondisi yang
kepercayaan
karna dihadapi  Temani pasien untuk
nyerinya saat menurun mengurangi kecemasan , jika
ini 3. Perilaku memungkinkan
- pasien gelisah  Pahami situasi yang membuat
mengatakan menurun anxietas
tidak tau  Dengarkan dengan penuh
perhatian
penyebab
 Gunakan pedekatan yang
nyeri pada tenang dan meyakinkan
luka op nya  Motivasi mengidentifikasi
sehingga situasi yang memicu kecemasan
pasien cemas  Diskusikan perencanaan 
realistis tentang peristiwa yang
DO: akan datang
- pasien
3. Edukasi
tampak cemas  Jelaskan prosedur, termasuk
saat ingin sensasi yang mungkin dialami
melakukan  Informasikan secara factual
pergerakan mengenai diagnosis,
- pasien pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
tampak
bersama pasien, jika perlu
khawatir dan  Anjurkan melakukan kegiatan
bingung atas yang tidak kompetitif, sesuai
kondisinya kebutuhan
- pasien  Anjurkan mengungkapkan
tampak perasaan dan persepsi
diaforesis  Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu]
TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan
kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
 Monitor respons terhadap terapi
relaksasi

2. Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai

3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot progresif)
 Jelaskan penyebab cemas dan
cara penanganan cemas dengan
anjurkan diit tinggi protein
untuk mempercepat
penyembuhan luka dan
perawatan luka yang tepat
 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang
atau melatih teknik yang
dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing )

4. Risiko Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI


Infeksi bd tindakan keperawatan 1. Observasi
efek selama 2x24 jam  Monitor tanda dan gejala infeksi
prosedur diharapkan tingkat lokal sistemik
invasif infeksi menurun
(adanya luka dengan kriteria hasil: 2. Terapeutik
insisi) 1. Kebersihan  Batasi jumlah pengunjung
tangan  Berikan perawatan kulit pada area
meningkat edema
2. Nyeri  Cuci tangan sebelum dan sesudah
menurun kontak dengan pasien dan
3. Kadar sel lingkungan pasien
darah putih  Pertahankan teknik aseptik pada
membaik pasien berisiko tinggi

3. Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

PERAWATAN AREA INSISI

1. Observasi
 Periksa lokasi insisi adanya
kemerahan, bengkak, atau tanda-
tanda dehisen atai eviserasi
 Identifikasi karakteristik drainase
 Monitor proses penyembuhan area
insisi
 Monitor tanda dan gejala infeksi

2. Terapeutik
 Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
 Usap area insisi dari area yang
bersih menuju area yang kurang
bersiu
 Bersihkan area di sekitar tempat
pembuangan atau tabung drainase
 Pertahankan posisi tabung drainase
 Berikan salep antibiotik
 Ganti balutan luka sesuai jadwal

3. Edukasi
 Jelaskan prosedur kepada pasien
menggunakan alat bantu
 Ajarkan meminimalkan tekanan
pada lokasi insisi
 Ajarkan cara merawat area insisi

5. CATATAN KEPERAWATAN
Hari ke-1

Tanggal No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan


Waktu DK Nama Jelas
1. 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, skala, SYIFA ANF
intensitas nyeri
HASIL: setelah dilakukan pengkajian nyeri pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah karena
SC, skala nyeri 8, nyeri seperti tertusuk-tusuk
benda tajam, nyeri sering muncul terutama saat
bergerak
P: saat bergerak
Q: seperti tertusuk-tusuk benda tajam
R: abdomen
S: 8
T: sering muncul

2. Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal


HASIL: pasien terlihat meringis menahan nyeri
dan bersikap protektif (waspada dan posisi
menghindari nyeri), pasien tampak gelisah dan
tampak diaforesis

3. Memfasilitasi lingkungan yang nyaman untuk


mengurangi nyeri
HASIL: telah dilakukan dengan meningkatkan
suhu ruangan, mengurangi kebisingan dan
mengurangi pencahayaan

4. Mengidentifikasi riwayat alergi terhadap analgetik


HASIL: pasien mengatakan tidak memiliki alergi
terhadap obat nyeri dan didalam RM pasien juga
tertulis bahwa pasien tidak memiliki alergi
terhadap analgetik

5. Mengkolaborasikan pemberian analgetik sesuai


indikasi
HASIL: telah diberikan atrain 500 mg via IV dan
ceftriaxsone 1gr 2x1 via IV

6. Memonitor TTV sebelum dan sesudah diberikan


analgetik
TTV sebelum diberikan analgetik:
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/mnt, S: 36.5° C, RR:
20x/mnt
TTV sesudah diberikan analgetik:
TD: 110/70 mmHg, N: 83x/mnt, S: 36.3°C, RR:
18×/mnt
2. 1. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan SYIFA ANF
pergerakan
HASIL: Pasien mengatakan hanya dapat miring
kanan dan kiri diatas tempat tidur

2. Mengajarkan pasien melalukan mobilisasi dini


(pergerakan)
HASIL: pasien mengatakan mau melakukannya

3. 1. Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. SYIFA ANF


Kondisi, waktu, stressor)
HASIL: pasien mengatakan sangat khawatir dan
merasa cemas karna nyerinya saat ini

2. Memonitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)


HASIL: pasien mengatakan tidak tau penyebab nyeri
pada luka op nya sehingga pasien cemas, pasien
tampak khawatir dan bingung atas kondisinya

3. Menciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan


kepercayaan
HASIL: pasien tampak kooperatif

4. Menginformasikan secara factual mengenai diagnosis,


pengobatan, dan prognosis
HASIL: pasien mengatakan sudah memahami
informasi yang diberikan mengenai nyeri yang
dirasakannya setelah dilakukan SC

5. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien


HASIL: keluarga mengatakan akan tetap bersama
pasien dan mendampinginya

6. Melatih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi


ketegangan
HASIL: pasien mengatakan cemasnya berkurang
ketika mengobrol bersama perawat atau keluarganya

7. Melatih teknik relaksasi


HASIL: pasien memilih teknik meditasi dan pasien
tampak lebih tenang

8. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis,


relaksasi yang tersedia (mis. music, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
HASIL: pasien mengatakan memahami dan tampak
kooperatif
9. Memonitor respons terhadap terapi relaksasi
HASIL: pasien mengatakan sudah lebih tenang dari
sebelumnya dan pasien tampak lebih tenang

10. Menganjurkan sering mengulang atau melatih teknik


yang dipilih
HASIL: pasien mengatakan akan melakukan teknik
meditasi yang telah dilatih jika kecemasan datang
4. 1. Mengobservasi adanya tanda dan gejala infeksi SYIFA ANF
lokal sistemik
HASIL: tidak terdapat tanda dan gejala infeksi

2. Mengedukasi pasien dan keluarga mengenai tanda


dan gejala infeksi
HASIL: pasien dan keluarga mengerti tanda dan
gejala infeksi

3. Mengedukasi kepada keluarga dan pasien


mengenai cara mencuci tangan dengan 7 langkah
yang benar
HASIL: pasien dan keluarga mengatakan
mengerti dan mau melakukannya

4. Mengobservasi lokasi insisi adanya kemerahan,


bengkak, atau tanda-tanda dehisen atau eviserasi
HASIL: tidak ada kemerahan, bengkak atau
tanda-tanda dehisen atau eviserasi pada area insisi

5. Mengobservasi balutan luka pasien


HASIL: Balutan luka terlihat kering dan
Bersih

6. Mengobservasi nilai leukosit pasien


HASIL: nilai leukosit pasien dalam rentang
normal Leocosit : 9000 mcL

Hari ke-2

Tanggal No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan


Waktu DK Nama Jelas
1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, SYIFA ANF
skala, intensitas nyeri
HASIL: setelah dilakukan pengkajian nyeri pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah masih
ada, skala nyeri berkurang menjadi 5, nyeri seperti
tertusuk-tusuk benda tajam, nyeri sering muncul
terutama saat bergerak
P: saat bergerak
Q: seperti tertusuk-tusuk benda tajam
R: abdomen
S: 5
T: hilang timbul

2. Mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam


HASIL: pasein dapat melakukannya dan pasien
mengatakan lebih tenang

3. Mengkolaborasikan pemberian analgetik sesuai


indikasi
HASIL: telah diberikan atrain 500 mg via IV.
Pasien mengatakan lebih nyaman dan tidak gelisah

4. Memonitor TTV sebelum dan sesudah diberikan


analgetik
TTV sebelum diberikan analgetik:
TD: 110/90 mmHg, N: 83x/mnt, S: 36.0° C, RR:
19x/mnt
TTV sesudah diberikan analgetik:
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/mnt, S: 36.5°C, RR:
18×/mnt

2 1. Membantu memenuhi kebutuhan ADLs pasien SYIFA ANF


(menyeka)
HASIL:
-Pasien mengatakan aktivitasnya perlu di bantu
-Pasien terlihat rapi dan nyaman

2. Mengajarkan pasien mobilisasi dini sesuai


kemampuan
HASIL: pasien dapat duduk di tepi tempat tidur
4 1. Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi SYIFA ANF
HASIL: tidak ada tanda dan gejala infeksi

2. Melihat balutan luka adanya perdarahan


berlebihan
HASIL: Balutan luka terlihat bersih dan kering

3. Memonitor nilai leukosit pasien


HASIL: nilai leukosit pasien dalam rentang
normal Leocosit : 9000 mcL

4. Mengedukasi pasien dan keluarga cara merawat


area insisi menggunakan media lembar balik dan
leaflet
HASIL: Pasien dan keluarga mengatakan dapat
memahami informasi yang di berikan dan akan
melakukannya juga dirumah

6. EVALUASI (Catatan Perkembangan)


No. Hari/ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
DK Tanggal/Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1 15 april 2020 S
14.00 - pasien mengatakan nyeri pada bekas luka sc nya Ova
Skala nyeri 8
- TD: 110/70 mmHg, N: 83x/mnt, S: 36.3°C, RR:
18×/mnt
O
- pasien tampak meringis nyeri kesakitan
A
- nyeri akut belum teratasi
P
- setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24 jam
kontrol nyeri ekspetasi meningkat dgn kriteria
hasil:
Tingkat nyeri menurun dari skala 8 menjadi 5
Meringis menurun
Keluhan nyeri menurun
Sikap protektif menurun
Diaforesis menurun
Kontrol nyeri meningkat
2 15 april 2020 S Ova
14.00 - pasien mengatakan sulit bergerak karna nyeri
- pasien mengatakan cemas saat bergerak karna
khawatir bekas jaitanya akan terbuka
- pasien mengatakam sulit tidur karna merasa
perutnya nyeri
O
- pasien tampak sulit bergerak karna nyeri diluka
sc nya
- pasien tampak cemas saat ingin melakukan
pergerakan
A
- gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P
- setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24jam
mobilitas Fisik ekspetasi meningkat dgn kriteria
hasil:
Pergerakan ekstremitas meningkat
Nyeri menurun
3 15 april 2020 S Ova
14.00 - pasien mengatakan sangat khawatir dan merasa
cemas karna nyerinya saat ini
O
- pasien tampak kebingungan dan tampak
diaforesis
A
- ansietas belum teratasi
P
- setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24 jam
maka tingkat ansietas ekspetasi menurun dgn
kriteria hasil
Verbalisasi kebingunan menurun
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
Perilaku gelisah menurun
1 16 april 2020 S Ova
Jam 14.00 - pasien setelah diberikan analgetik mengatakan
nyeri nya menurun dgn skala 5
- pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
O
- pasien tampak membaik dan tidak meringis nyeri
- pasien tampak melakukan tehnik relaksasi nafas
dalam secara mandiri
A
- nyeri akut teratasi sebagian
P
- pertahankan intervensi
- setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24 jam
kontrol nyeri ekspetasi meningkat dgn kriteria
hasil:
Tingkat nyeri menurun dari skala 8 menjadi 5
Meringis menurun
Keluhan nyeri menurun
Sikap protektif menurun
Diaforesis menurun
Kontrol nyeri meningka
2 16 april 2020 S Ova
14.00 - pasien mengatakan sudah mulai bergerak sedikit
demi sedikit
- pasien mengatakan nyerinya berkurang saat
melakukan Pergerakan
O
- pasien tampak melakukan mobilisasi
- pasien tampak diberikan bantuan saat ingin
melakukan mobilisasi
- pasien tampak tidak meringis nyeri saat
mobilisasi
A
- gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P
- intervensi dipertahankan
setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24jam
mobilitas Fisik ekspetasi meningkat dgn kriteria
hasil:
Pergerakan ekstremitas meningkat
Nyeri menurun
3 16 april 2020 S Ova
14.00 - pasien mengatakan dapat mengatasi
kecemasanya
- pasien mengatakan sudah memahami penyebab
nyerinya sehingga cemas nya berkurang
O
- pasien tampak sudah tidak diaforesis
- pasien tampak sudah tidak kelihatan
kebingungan
A
- ansietas teratasi
P
- intervensi dipertahankan
setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24 jam
maka tingkat ansietas ekspetasi menurun dgn
kriteria hasil
Verbalisasi kebingunan menurun
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
Perilaku gelisah menurun

Anda mungkin juga menyukai