4) Bab Ii
4) Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormon
glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas. Dalam keadaan
fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel
beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti
dikemukakan, sekresi insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya
rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Sekresi fase
1 (acute insulin secretion responce) adalah sekresi insulin yang terjadi segera
setelah ada rangsangan terhadap sel beta, fase ini berlangsung relatif cepat dan
berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa postprandial untuk
mencegah terjadinya hiperglikemia akut setelah makan. Sekresi fase 2 (sustained
phase, latent phase) adalah fase dimana sekresi insulin kembali meningkat secara
perlahan dan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Sekresi insulin di fase 2
belangsung relatif lama, apabila sekresi fase 1 tidak adekuat maka akan terjadi
mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2.
Pada saat terjadi kelainan atau penyakit, sekresi fase 2 akan banyak dipengaruhi
oleh fase 1 (Sudoyo dkk, 2009).
2 (Type 2 diabetes mellitus = Type 2DM). Setelah insulin di sekresi, pada jaringan
perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin akan berikatan dengan sejenis
reseptor (insulin receptor substrate) yang terdapat pada membran sel tersebut.
Ikatan antara insulin dan reseptor akan mengahasilkan semacam sinyal yang
berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan
lemak. Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa yang normal, selain
diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan juga aksi
insulin yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi
jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
DM tipe-2. Gangguan baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan
gangguan pada metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang
ditimbulkannya. Faktor tidak adekuatnya sekresi insulin (defisiensi insulin) dan
kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin), disertai
faktor lingkungan (enviroment) adalah faktor penyebab DM tipe-2 (Sudoyo dkk,
2009).
II.1.3 DM Tipe-2
II.1.3.1 Definisi
Pengertian DM menurut American Diabetes Assosiation (ADA) adalah
suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan
hyperglycaemia yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
organ-organ seperti mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Fitriyani, 2012). DM
adalah gangguan metabolik yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi klinis berupa hilangnya toleransi glukosa. Jika telah
berkembang penuh secara klinis, maka DM ditandai dengan hiperglikemia puasa
dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan
neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya (Price & Wilson,
2005).
Hyperglycaemia adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit DM
yang disebabkan karena kekurangan insulin, gangguan kerja insulin, ataupun
8
II.1.3.2 Klasifikasi
DM gestasional
II.1.3.3 Epidemiologi
DM adalah penyebab utama kematian di dunia, 44,9% penduduk di dunia
meninggal akibat DM di usia kurang dari 60 tahun. Prevalensi DM lebih tinggi di
negara berkembang dibandingkan negara maju. Persentase kejadian DM di negara
berkembang adalah 90,2%, sedangkan di negara maju 61,6% (IDF, 2014).
Menurut WHO, populasi pasien DM di seluruh dunia meningkat dari 108 juta
pasien pada tahun 1980 menjadi 422 juta pasien di tahun 2014. Prevalensi pasien
DM pada usia diatas 18 tahun meningkat dari 4.7% pada tahun 1980 menjadi
8.5% pada tahun 2014. Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, kegagalan
ginjal, serangan jantung, stroke, dan amputasi pada ekstremitas bawah. Pada tahun
2012, diperkirakan sekitar 1.5 juta kematian disebabkan karena DM, dan 2.2 juta
kematian karena kadar glukosa yang tinggi (WHO, 2016). Indonesia menduduki
urutan ke-7 di dunia untuk jumlah penderita DM pada tahun 2015 yaitu sekitar 10
10
juta orang menderita DM, dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat menjadi
16.2 juta orang pada tahun 2040 (IDF, 2015).
Berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah, parameter yang dianalisis
adalah proporsi DM, gula darah puasa terganggu, dan toleransi glukosa terganggu.
Tabel 2 menunjukkan proporsi DM pada penduduk umur ≥15 tahun berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium dengan cut off points merujuk pada ADA 2011
dan gejala khas pada pasien DM. Proporsi DM di Indonesia sebesar 6,9 persen
dengan proporsi DM cenderung lebih tinggi pada wanita (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Pemerintah RI, 2013).
dikenal sebagai omnious octet. Omnious octet atau 8 hal yang menyebabkan
toleransi glukosa pada DM tipe-2 adalah sebagai berikut:
a. Kegagalan Sel Beta Pankreas
Fungsi sel beta pankreas sangat berkurang pada saat pasien telah
didiagnosis sebagai penderita DM tipe-2.
b. Liver
Glukoneogenesis terjadi pada penderita DM tipe-2 yang
mengalami resistensi insulin berat sehingga menyebabkan
produksi glukosa basal oleh liver .
c. Otot
Akibat gangguan fosforilasi tirosin menyebabkan timbulnya
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis
glikogen dan penurunan oksidasi glukosa sehingga semua ini
menyebabkan gangguan kinerja insulin yang multipel di
intramioselular.
d. Sel Lemak
Peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak bebas dalam
plasma disebabkan oleh sel lemak yang resisten terhadap efek
antilipolisis dari insulin. Glukoneogenesis akan dirangsang oleh
peningkatan kadar asam lemak bebas yang akan menyebabkan
resistensi insulin di liver dan otot. Sekresi insulin juga terganggu
apabila kadar asam lemak yang tinggi.
e. Usus
Pada saat mengkonsumsi glukosa terjadi respon insulin yang besar
bila dibandingkan dengan pemberikan glukosa secara intravena.
Terdapat efek yang dikenal sebagai incretin yang disebabkan oleh
2 hormon yaitu GLP-1(glucagon-like polypeptide-1) dan GIP
(glucose dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga
gastric inhibitory polypeptide). Defisiensi GLP-1 dan resisten
terhadap GIP didapatkan pada penderita DM tipe-2. Keberadaan
enzim DPP-4 memecah incretin sehingga incretin hanya berkerja
selama beberapa menit saja. Terjadi penyerapan karbohidrat pada
12
lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, aktivitas fisik, diet
tidak sehat, hipertensi, dan dislipidemia (Fatimah, 2015).
a. Jenis Kelamin
Wanita lebih rentan menderita penyakit kronis seperti diabetes, dan
lebih rentan menderita cacat dibandingkan dengan laki-laki.
Diperkirakan tahun 2015-2050 bahwa mayoritas kasus DM terjadi
pada wanita dikarenakan kurangnya aktivitas fisik yang lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria dalam semua sub kelompok
populasi (Syamiyah, 2014). Wanita lebih sering terkena DM karena
pengaruh hormonal pada saat memasuki usia reproduksi. Sindroma
siklus bulanan (premenstrual syndrome) dan pasca-menopouse
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
proses hormonal yang terjadi pada wanita usia reproduksi (Wahyuni,
2013).
b. Usia
Usia 15-49 tahun adalah usia rawan pada wanita untuk menderita DM
karena dipengaruhi oleh perubahan hormonal seperti pada saat wanita
mengalami premenstrual syndrome dan pasca-menopause (Wahyuni,
2013). Teori yang ada mengatakan bahwa seseorang dengan usia >45
tahun memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya DM dan
intoleransi glukosa yang disebabkan oleh faktor degeneratif yaitu
menurunnya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa (Betteng, 2014 ).
Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih
besar, terutama wanita yang berada pada usia reproduksi yaitu usia
15-49 tahun (Wahyuni, 2013).
c. Riwayat Melahirkan Bayi >4kg
Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih
dari 4kg dianggap berisiko terhadap kejadian DM tipe 2. Wanita yang
pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4kg biasanya dianggap
sebagai pre-diabetes (Syamiyah, 2014).
14
g. Riwayat Merokok
Pengaruh nikotin terhadap insulin di antaranya menyebabkan
penurunan pelepasan insulin akibat aktivasi hormon katekolamin,
pengaruh negatif pada kerja insulin, gangguan pada sel β pankreas dan
perkembangan ke arah resistensi insulin (Ario, 2014).
h. Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi jika sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolic ≥91mmHg. Hipertensi akan menyebabkan resistensi insulin
sehingga terjadi hyperinsulinemia yang merupakan mekanisme
kompensasi tubuh agar kadar glukosa dalam darah kembali normal.
Mekanisme mengenai hipertensi menyebabkan resistensi insulin
masih belum jelas, namun diduga bila tidak diatasi maka akan
mengalami gangguan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) yang dapat
memicu kerusakan sel beta dan terjadilah DM tipe-2 (Fitriyani, 2012).
i. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Indeks masa tubuh dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg)
dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terkait
dengan jenis kelamin. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang
dewasa yang berusia 18 tahun ke atas. IMT tidak diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan, serta tidak dapat
diterapkan dalam keadaan khusus (penyakit lainnya), seperti edema,
asites, dan hepatomegaly (Fathmi, 2012).
II.1.3.7 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria
(Perkeni 2015).
II.1.3.11 Komplikasi
Pada penderita DM yang tidak terkontrol dapat terjadi komplikasi
metabolik akun maupun komplikasi vaskuler yang kronik, baik mikroangiopati
maupun makroangiopati. Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat DM yang
tidak terkendali adalah:
a. Kerusakan saraf (Neuropati)
b. Kerusakan ginjal (Nefropati)
c. Kerusakan mata (Retinopati)
d. Penyakit jantung coroner (PJK)
e. Hipertensi dan stroke
f. Penyakit pembuluh darah perifer
g. Gangguan pada hati
h. Penyakit paru
i. Gangguan saluran cerna
j. Infeksi (Ndraha, 2014)
dengan glucosemeter
3. Gaby Hasanah Faktor-faktor yang a. Persamaan
Jorgy, 2015 berhubungan dengan 1) Desain penelitian Cross
kejadian DM tipe 2 sectional
pada wanita dewasa di 2) Variabel independen sama
daerah perkotaan di yaitu umur, IMT, Hipertensi,
Indonesia tahun 2013 riwayat keluarga
b. Perbedaan
1) Teknik sampling yang
digunakan adalah total
sampling
Obesitas
- Kadar kolesterol Wanita usia
Output energi dan intake Wanita Lansia
total dan LDL reproduksi (Pasca- Sekresi Progesterone,
nutrisi tidak seimbang
(Syndrome pre- menopause) Estrogen dari Plasenta
- HDL Kadar kolesterol menstruasi)
total dan LDL
Riwayat
Keluarga Resistin Adiponectine
Hormone Hormone
Merokok
Mutasi
genetik Indikasi Sensitivitas
resistensi insulin Insulin Nikotin mengaktivasi
Katekolamin
Gangguan
metabolisme
glukosa
Resistensi Penurunan
Insulin pelepasan insulin
Hiperglikemi
a Riwayat melahirkan
Pra-diabetes bayi >4kg
Prevalensi
DM tipe-2
penyakit
Sumber, Price
Sumber& Wilson,
: Price & Wilson,2005; Syamiyah,
2005, Wahyuni, 2014;2014,
2013, Syamiyah, Fathmi, 2013;
Fathmi, 2013, Perkeni, 2015 Faktor yang diteliti
Variabel Independen
Usia
Variabel Dependen
Riwayat keluarga
Aktivitas fisik Pasien DM tipe-2 pada
wanita
IMT
Hipertensi