Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sahrul Efendi

Nim : 200514632026

1. Aplikasi DAC
Perangkat Lunak Sistem Akuisisi Data Menggunakan Delphi
Sistem akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk
mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data hingga memprosesnya untuk
menghasilkan data yang dikehendaki. Jenis serta metode yang dipilih pada umumnya
bertujuan untuk menyederhanakan setiap langkah yang dilaksanakan pada keseluruhan
proses.

Gambar 1 Diagram blok sistem akuisisi data 48 kanal


Pada Gambar 1 dijelaskan kartu pendukung (PCLD-789 / 789D) dikonfigurasi secara
cascade agar jumlah kanal masukan dapat diperoleh sampai dengan 48 kanal . Dalam
pemasangannya, dibuatkan kotak khusus dari aluminium tipis serta dibuatkan udukan
untuk masing-masing kartu pendukung. Pada disisi depan kotak dipasang jumper 8 pin
sebanyak 6 buah sebagai media penghubung antara Data Acquisition Card dengan
termokopel. Proses pemrograman perangkat lunak akuisisi data dapat digambarkan
menjadi bentuk flowchart seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Diagram alir program akuisisi data


Perangkat lunak akuisisi data terdiri dari tampilan monito ring yang menampilkan
omor kanal, nilai pengukuran parameter di lapangan dan mode grafik serta memiliki
mode kendali yang mudah dan familiar untuk dioperasikan. Menu perangkat lunak
akuisisi data ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kendali ( Control) dan
kelompok monitoring.

Gambar 3 Tampilan setup sistem akuisisi data


Pada Gambar 3 dijelaskan kelompok kendali (Control) terdiri atas perintah-perintah:
Type untuk memilih jenis kartu DAC yang akan digunakan; Load Configuration untuk
menampilkan konfigurasi yang telah di setting sebelumnya; Default Configuration
untuk mengembalikan setting konfigurasi ke kondisi awal; Confirm untuk menuju ke
tampilan monitoring (Gambar 4 dan Gambar 5); I/O Port Base Address untuk memilih
alamat dasar inisialisasi yang telah diketahui sebelumnya; Analog Input Range untuk
memilih range tegangan input DAC; Number of Amp-Mux Board untuk menentukan
jumlah daughter board yang akan digunakan (maks 9); Amplifier’s Gain untuk memilih
besaran Gain berdasarkan jenis termokopel yang digunakan; CJC Analog Output
Channel untuk memilih kanal keluaran sesuai JP1 (CJC Output) pada daughter board;
Signal Analog Output Channel untuk memilih kanal keluaran sesuai JP2 (Amplifier
Output) pada daughter board; Amp Mux Board untuk menampilkan setting sesuai
nomor Board yang dipilih. Kelompok monitoring terdiri dari bagian-bagian yang berisi
angka besaran hasil pengukuran, keterangan parameter sampling seperti yang terlihat
pada Gambar 6.

Gambar 4 Tampilan Monitoring Sistem Akuisisi Data


Dari Gambar 4 dapat dijelaskan kelompok ini terdiri dari kotak-kotak yang berisi angka
besaran hasil pengukuran yang diberi keterangan dari parameter dan satuan yang
diakuisisikan yang terdiri dari 16 kanal. Selain itu terdapat juga pengaturan interval
waktu sampling yang diinginkan mulai dari orde detik, menit sampai jam; Tab
Smoothing data untuk meredam noise dengan cara melakukan perhitungan rata-rata;
Sampling Number adalah besaran jumlah pencuplikan yang diinginkan dan Amp Mux
Board untuk melihat pembacaan kanal-kanal pengukuran di board selanjutnya.

Gambar 5 Kurva temperatur terhadap pengukuran termokopel


Kelompok monitoring menampilkan bentuk grafik data hasil pengukuran secara
realtime dengan pembacaan kurva temperatur 16 kanal sekaligus serta dibedakan
berdasarkan warna seperti yang terlihat pada Gambar 5. Pada bagian atas program
disediakan fasilitas print grafik dan pengaturan model axis, sedangkan pada bagian
bawah program disediakan fasilitas status bar yang menampilkan keterangan-
keterangan waktu, temperatur, nomor data dan nomor kanal. Fitur untuk melakukan
zooming grafik disediakan untuk memudahkan pembacaan yang lebih detail. Perangkat
lunak driver akuisisi data yang disertakan pada saat pembelian Data Acquisition Card
didalamnya sudah terdapat perintah-perintah dasar pengoperasian seperti : inisialisasi
divais, proses konversi dan perintah menampilkan ke monitor. Agar perangkat lunak
yang dikembangkan dapat mengakses kartu akuisisi data, perlu dilakukan inisialisasi
dan penentuan parameter-parameter kartu. Alamat inisialisasi untuk melakukan proses
inisialisasi berbeda-beda pada setiap PC. Oleh karena itu disediakan rentang alamat
yang cukup lebar antara 180hex sampai dengan E800hex. Selanjutnya setelah alamat
dasar inisialisasi diketahui, perintah-perintah dasar pengoperasian tersebut
dikombinasikan dengan perangkat lunak tampilan akuisisi data yang dibuat dengan
paket program Delphi seperti yang terlihat pada Gambar 6. Proses pembuatan aplikasi
ini menggunakan Borland Delphi 7. Adapun alasan menggunakan Borland Delphi 7
adalah selain mempunyai desain yang user friendly terhadap para programmer
beginner, jumlah komponen yang dimiliki sangat banyak juga aplikasi yang dihasilkan
sangat komplek dan realistis. Selain itu Borland Delphi 7 mempunyai kecepatan
kompilasi yang cepat sehingga memudahkan penulis dalam melakukan modifikasi
perangkat lunak.
Gambar 6 Inisialisasi dan parameter-parameter akuisisi
Pengujian peralatan dan kalibrasi dilakukan untuk mengetahui keakuratan hasil
pengukuran seperti yang terlihat pada Gambar 7. Dari sini didapatkan informasi bahwa
nilai y = 0.998x-0.4665. Ini menandakan kinerja peralatan cukup baik karena paling
mendekati nilai sebenarnya yaitu y = x.

Gambar 7 Grafik hubungan antara termometer dan termokopel


1. Aplikasi ADC
TERMOMETER 8 KANAL
ADC 0808 adalah ADC yang memiliki 3 bit multiplekser sehingga dapat
menerima sebanyak 8 input dengan konversi masing-masing input dilakukan secara
satu persatu sesuai dengan pengaturan ketiga bit multiplekser tersebut. Ketelitian dan
kestabilan proses konversi ADC dapat diatur melalui tegangan referensi dan clock yang
dikenakan pada ADC tersebut. Perubahan tiap bit output dari ADC dapat ditentukan
dengan melihat input yang masuk ke dalam ADC, hal ini berkaitan erat dengan resolusi
dari ADC. Besarnya resolusi dan tegangan referensi sangat berkaitan erat. Besarnya
tegangan referensi dapat diatur berdasarkan resolusi yang diinginkan. Besarnya
tegangan referensi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Clock yang dikenakan pada ADC adalah clock yang dibangun dari rangkaian
multivibrator astabil. Multivibrator astabil dapat dibangun menggunakan IC NE 555.
Rangakain multivibrator astabil menggunakan IC NE 555 dapat dilihat pada Gambar 1.

Untuk mempermudah perancangan maka dibuatlah diagram dari system secara


keseluruhan seperti pada Gambar 2.
Dari blok diagram tersebut dapat dijelaskan satu-persatu blok rangkaian
tersebut. Tegangan yang dibutuhkan oleh keseluruhan sistem adalah sebesar 5 Volt.
Tegangan ini diperoleh dengan sebuah rangkaian catu daya seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.

Dioda 1N 4002 yang dipasang pada kaki 2 IC regulator 7805 digunakan untuk
menambah tegangan keluaran dari IC regulator. Tanpa dioda ini keluaran IC regulator
hanya sebesar 4,4 – 4,6 volt. Tambahan tegangan yang diberikan diode tersebut adalah
sebesar tegangan majunya yaitu sekitar 0,4 – 0,6 volt. Rangkaian transduser LM35
dapat dilihat pada Gambar 4. LM35 mendapatkan catu daya sebesar 5 volt.

ADC 0808 adalah komponen pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital 8
bit. Kelebihan yang dimiliki ADC 0808 adalah multiplekser yang menjadikan ADC ini
dapat diberikan input hingga 8 buah input. ADC ini mempunyai 8 kanal saklar analog
multiplekser yang diatur oleh Address Latch and Decoder di mana multiplexer ini akan
meneruskan sinyal analog tersebut ke bagian konversi tegangan. Multiplekser tersebut
akan memberikan suatu pilihan bagi ADC untuk mengkonversi salah satu input sesuai
pengaturan pada multiplekser. Multiplekser tersebut terdiri dari 3 bit yaitu ADO A,
ADO B dan ADO C.
Untuk mendapatkan kinerja yang baik maka rangkaian ADC harus disesuaikan
dengan parameter standar yang ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
ADC diantaranya adalah clock dan tegangan referensi. Kecepatan konversi dapat diatur
dengan menentukan besarnya clock pada ADC (pin 10) menggunakan rangkaian
mutivibrator astabil dengan IC 555 seperti Gambar 5. Sedangkan ketelitian konversi
dapat dilakukan dengan mengatur tegangan referensinya. Pada rangkaian termometer 8
kanal tegangan konversi diatur menggunakan rangkaian Op-Amp 741. Rangkaian Op-
Amp tersebut adalah jenis voltage follower dengan gain sebesar 1. Rangkaian tersebut
berfungsi untuk mempertahankan tahanan sumber agar tidak dipengaruhi oleh tahanan
beban.
Karena setiap perubahan 1 ºC memberikan perubahan tegangan 10 mV pada
output LM 35 maka setiap perubahan 10 mV harus memberikan perubahan 1 bit pada
output ADC. Untuk mendapatkan nilai tersebut maka yang harus diatur adalah tegangan
referensi pada ADC. Besarnya tegangan referensi adalah sebesar 2,55 volt, tegangan
ini sesuai perhitungan sebagai berikut:

Pada mode terkontrol, proses konversi dilakukan setelah perintah start yaitu
logika 1 pada kaki START diberikan. Kecepatan konversi tergantung dari frekuensi
clock yang diberikan oleh rangkaian eksternal. Sedangkan hasil konversi dikirimkan ke
Tri State Output Latch Buffer yang kompatibel dengan level TTL, yaitu sebuah buffer
penahan yang bersifat tiga tingkat di mana tingkat pertama terjadi pada saat data hasil
konversi masuk ke input dari bagian ini. Tingkat kedua saat data tersebut di latch
(terjadi secara otomatis dalam IC ini setiap kali konversi) ke dalam buffer internalnya
dan tingkat ketiga saat sinyal OE yang berlogika 1 diberikan ke kaki OE IC ini sehingga
data yang ada dalam buffer internal dikirim ke bagian output (D0….D7).
Selama kaki OE masih berlogika 0 maka jalur output (D0…D7) bersifat high
impedance (impedansi tinggi) dan belum mengeluarkan hasil konversi. Proses konversi
mulai terjadi saat sinyal ALE dan Start muncul. Sinyal analog di kanal sesuai yang
ditunjukkan berdasarkan kaki A0, A1 dan A2 akan dikonversi menjadi digital. Akhir
proses konversi terjadi dengan adanya perubahan dari logika 0 ke logika 1 pada kaki
EOC. Data hasil konversi akan muncul di Data Bus (D0…D7) saat sinyal OE berlogika
1 muncul. Gambar rangkaian ADC dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar rangkaian mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 7. Port 0 (P0)
digunakan sebagai output ke LCD, sedangkan untuk mengontrol LCD digunakan Port
2 (P2.6 sebagai Reset dan P2.7 sebagai Enable untuk LCD). Port 1 (P1) digunakan
sebagai masukan dari output rangkaian ADC 0808. Untuk mengontrol proses konversi
pada ADC digunakan port 3 (P3.3 sebagai START, P3.4 sebagai OE dan P3.5 sebagai
EOC). Proses kontrol multiplekser ADC dikendalikan juga oleh port 3 (P3.0 sebagai
ADO A, P3.1 sebagai ADO B dan P3.2 sebagai ADO C). Untuk mendapatkan
kinerjayang baik dan memudahkan dalam perhitungan waktu pada program
mikrokontroler maka mikrokontroler menggunakan sebuah kristal (X-TAL) sebesar 12
MHz.
Pada perancangan instrumen ini mikrokontroler digunakan sebagai pengendali
keseluruhan sistem. Meskipun ADC 0808 dapat bekerja secara free running, namun
pada instrumen ini proses konversi ADC dikendalikan oleh mikrokontroler. Kontrol
kedelapan input dilakukan melalui 3 bit multiplekser ADC yang dikontrol melalui
mikrokontroler dengan bantuan sebuah keypad. Data paralel yang diterima dari ADC
pada port 1 akan diperhitungkan melalui program yang selanjutnya akan ditampilkan
kedalam display. Pembacaan parameter dilakukan secara bergantian secara acak sesuai
keinginan pemakai.

Anda mungkin juga menyukai