Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus mengetahui sifat-sifat-Nya, baik itu sifat-sifat wajib,
jaiz, atau mumkin, atau dapat juga dilakukan dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang tertuang dalam
Alquran atau hadis.
Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa malaikat itu benar-benar ada.
Seorang muslim mesti meyakini adanya malaikat kendati tidak pernah melihat wujudnya, mendengar
suaranya, atau menyentuh zatnya.
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab
kepada utusan-Nya. Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk kebenaran dan kebahagiaan, baik itu di
dunia maupun akhirat. Dengan beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara
mutlak bahwa kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran yang wajib diikuti
dan dilaksanakan.
Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah benar-benar
menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat tertentu untuk menyampaikan ajaran-Nya.
Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan memperoleh hidayah dan petunjuk. Sebaliknya, yang
mengingkari Rasul-Nya akan tersesat.
Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari kehidupan di semesta akan
musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari kubur, dikumpulkan di padang mahsyar, dan
diputuskan ke surga atau neraka.
Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir
manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik.Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang
tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala
sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi
qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang
memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik,
maupun takdir yang buruk.
Dengan beriman kepada qada dan qadar, seorang muslim tetap harus berikhtiar, berusaha, dan
mengupayakan potensinya agar dapat terwujud, serta produktif di kehidupan sehari-hari.
6. Aqidah berhubungan erat dengan keyakinan, kepercayaan, atau keimanan. aqidah adalah tali
pengikat batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah dan
Pencipta serta Pengatur alam semesta ini.
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31)
syariah merupakan tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan
Allah SWT. Seperti yang dirumuskan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syara ayat 13 yang artinya “Dia telah
mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatan kepada Ibrahim Musa dan Isa”
Syariah secara istilah dapat diartikan sebagai suatu sistem atau aturan yang bisa jadi mengatur
hubungan antara manusia dengan Allah, atau hubungan manusia dengan manusia
Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-Maidah ayat 48 berbunyi: “Likulli ja’alna minkum syir’atan
wa minhajaa,”. Yang artinya: “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang,”.
Akhlak merupakah tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu waktu saja. Secara istilah akhlaq berarti sesuatu yang
melekat pada jiwa manusia yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui
proses pemikiran pertimbangan atau penelitian.
Kedudukan akhlak dalam agama ini sangat tinggi sekali. Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau
mengatakan:
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل اللَّـ ِه ُأس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َمن َكانَ يَرْ جُو اللَّـهَ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر اللَّـهَ َكثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap
pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-
Ahzab[33]: 21)
tujuan 2 insan menikah dan menjalin bahtra rumah tangga adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang terdiri dari kebutuhan biologis, saling membutuhkan, dll. Menikah jugaDengan menikah
seorang muslim bisa terhindar dari dosa zina serta dapat meningkatkan ibadah kepada Allah misal,
berkasih sayang antara yang berbeda mahram adalah dosa, namun jika dilakukan dalam mahligai
perkawinan, maka akan dicatat sebagai pahala di sisi Allah SWT.
َ ِق لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ ِإ َّن فِي ٰ َذل
ك َ َت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون ََو ِم ْن آيَاتِ ِه َأ ْن خَ ل
ٍ آَل يَا
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.” (QS Ar-rum ayat 21)
Di dalam islam melaksanakan pernikahan memiliki hukum yang disesuaikan dengan kondisi atau situasi
orang yang akan melakukan pernikahan jadi bisa berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing
orang. hukum pernikahan menurut islam :
1.Wajib, jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk meinkah dan jika tidak menikah ia bisa
tergelincir perbuatan zina (baca zina dalam islam)
2.Sunnah, berlaku bagi seseorang yang memiliki kemampuan untuk menikah namun jika tidak menikah
ia tidak akan tergelincir perbuatan zina
3.Makruh, jika ia memiliki kemampuan untuk menikah dan mampu menahan diri dari zina tapi ia tidak
memiliki keinginan yang kuat untuk menikah. Ditakutkan akan menimbulkan mudarat salah satunya
akan menelantarkan istri dan anaknya
4.Mubah, jika seseorang hanya menikah meskipun ia memiliki kemampuan untuk menikah dan mampu
menghindarkan diri dari zina, ia hanya menikah untuk kesenangan semata
C. Bagaimana konsekuensi dari pernikahan
1. Suami itu harus memberikan Nafkah; nafkah lahir seperti makan dan minum, belanja perabotan
rumah tangga, biaya sekolah, biaya mondok, dan belajar anak-anaknya. Di samping itu juga, suami harus
memberikan nafkah batin, baik hubungan seksual yang baik dan layak, maupun hubungan psikologis
dalam rumah tangga itu yang juga baik dan layak.
2. Suami harus juga memberikan mu’nah. Yang dimaksud dengan mu’nah itu adalah segala sesuatu di
luar kewajiban-kewajiban nafkah tersebut, atau bahasa lain adalah segala biaya tak terduga, seperti
biaya-biaya pengobatan jika sakit, biaya yang dengan perhiasan istri, biaya untuk istri bersolek dan lain-
lain.
3. Suami juga wajib memberikan biaya kiswah, dalam hal ini suami harus memenuhi biaya pakaian Istri
(secukupnya dan seperlunya).
1. Isteri wajib taat kepada suaminya terhadap segala apa saja perintah suami, selagi dalam hal yang
dihalalkan menurut perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
2.
Istri tidak boleh keluar rumah, kecuali atas izin dan ridla suaminya.
3. Seorang istri harus bersungguh-sungguh mencari ridla suaminya, karena ridla Allah berada didalam
ridla suaminya dan marahnya Allah berada di dalam marah suaminya.
6.
Istri tidak berkhianat, atau menyimpang ketika suaminya tidak ada di rumah. Baik terkait urusan ranjang
atau tempat tidur, maupun urusan harta suaminya.
7. Seorang Istri sebaiknya selalu berpenampilan menarik di depan suaminya, baunya selalu harum dan
wangi, menjaga bau mulutnya.
8. Istri juga sebaiknya selalu menjaga performanya, berpenampilan menarik di depan suaminya.