File5-Dikonversi
File5-Dikonversi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Narapidana
1. Definisi Narapidana
narapidana menurut kamus Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang
Tahun 1995 (dalam Lubis, dkk, 2014) tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah
Menurut Harsono (dalam Lubis, dkk, 2014), mengatakan bahwa narapidana adalah
seseorang yang dijatuhkan vonis bersalah oleh hakim dan harus menjalani hukuman.
Selanjutnya Wilson (dalam Lubis, dkk, 2014) mengatakan bahwa narapidana adalah
dengan baik. Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena
melanggar norma hukum yang ada sehingga dipisahkan oleh hakim untuk menjalani
hukuman.
biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum yang ada, maka
dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman. Berdasarkan Pasal 1 ayat (7)
tindak kejahatan dan telah dinyatakan bersalah oleh hakim di pengadilan serta
Sebagai salah satu perbuatan yang menyimpang dari norma pergaulan hidup
masyarakat juga.
Menurut Willis (dalam Lubis dkk, 2014) kenakalan remaja yang mengarah
1) Predisposing faktor
remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau oleh kejadian-kejadian ketika
Yaitu faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan
lain.
sehingga membuat anak merasa ragu akan kebenaran yang harus ditegakkan
dalam keluarga.
pendidikan bagi anggota masyarakat berpengaruh pada cara orang tua dalam
mendidik anaknya. Sehingga, orang tua tidakbisa memberi pengarahan atau kontrol
remaja yang terlibat ataupun melibatkan dirinya dalam berbagai tindak pidana yang
beberapa faktor yang mendorong para remaja terlibat tindak pidana antara lain:
a. Tata Nilai
Tata nilai keluarga telah mengalami perubahan yang sedemikian hebat akibat
Dalam sistem tata nilai materialisme, siapa yang memiliki materi dialah yang
mendorong para remaja yang berasal dari keluarga yang lemah secara
Para remaja yang tidak memperoleh didikan budi pekerti yang memadai atau
tidak peduli dengan budi pekerti pasti mengalami kesulitan dalam hal
c. Pengangguran
remaja merasa kehilangan harga diri dan kebanggaan karena menjadi beban
ekonomi bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Tidak adanya kegiatan akibat
d. Putus sekolah
Pada umunya, para remaja yang putus sekolah rentan sekali melakukan tindak
dilakukannya tindak pidana adalah faktor dari dalam individu, faktor yang berasal
dari lingkungan keluarga, dan faktor dari lingkungan masyarakat. Selain itu, tindak
pidana juga dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantarannya adalahtata nilai dalam
yang putus sekolah sehingga mendorong mereka untuk melakukan tindak pidana.
1. Definisi Remaja
karena jika remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak
sesuai dengan umurnya sedangkan jika remaja berperilaku seperti orang dewasa, ia
akan dimarahi karena berperilaku seperti orang dewasa. Selanjutnya Pieget (dalam
Hurlock, 1980) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
banyak aspek afektif, kurang lebih dalam hubungan dengan masa puber, termasuk
didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari
cara berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial
yang dewasa.
transisi, dimana remaja seakan-akan berpijak pada dua kutub, yaitu kutub lama (masa
anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub baru, yaitu masa yang akan dimasuki.
Kondisi ini membuat remaja mengalami keragu-raguan karena berpijak pada dua
disisi lain mereka sudah harus meninggalkan masa yang lama. Akibat dari keragu-
raguan ini, pada umumnya akan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam diri remaja
dan akan muncul kondisi yang tidak seimbang pada diri mereka. Kondisi yang tidak
seimbang ini pada sebagian remaja akan ditunjukkan dengan sikap agresif, pendiam
masa penghubung atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa.
fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah,yang sangat menonjol dalam periode ini adalah
kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja mulai meyakini
berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti
remaja, dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis,
dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa
dimana remaja mengalami keragu-raguan, karena disatu sisi mereka belum siap untuk
memasuki masa dewasa tetapi mereka harus meninggalkan masa anak-anak. Selain
itu remaja disebut juga dengan masa penghubung antara masa anak-anak dengan
Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya
adalah Monks, dkk (2001) yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan
masa remaja akhir. Monks, dkk (2001) membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga
tahap, yaitu:
Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat
pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada saat itu remaja tidak mau dianggap
Selain itu pada masa remaja ini belum tahu apa yang diinginkannya, remaja
sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa.
Adapun ciri-ciri khas dari remaja awal antara lain: 1) Lebih dekat dengan
namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan
dan etis. Sebagian besar remaja usia remaja tengah sudah mulai lepas dari
melewati masa ini dijalur yang sesuai, remaja yang tidak mampu
Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri,
pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
Adapun ciri-ciri khas dari remaja akhir antara lain: 1) Pengungkapan identitas
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa batasan usia pada remaja dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu remaja awal (12 tahun-15 tahun), remaja
pertengahan (15 tahun-18 tahun) dan remaja akhir (18 tahun-21 tahun).
sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka
panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada
penting.
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan
yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa anak-anak ke masa
kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk
Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik
menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada lima
perubahan tubuh, minat dan peran, perubahan pada nilai-nilai yang dianut,
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu.
dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri,
Menurut Erikson, identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang
suami atau ayah? Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras
Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal? Salah satu cara
Anggapan streotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,
yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,
terhadap perilaku remaja yang normal. Menerima stereotip ini dan adanya
menimbulkan banyak pertentangan dengan orang tua dan antara orang tua dan
anak terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-
cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja memiliki ciri-ciri
yang dapat membedakan dengan periode sebelumnya antara lain: masa remaja
sebagai periode penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai
periode perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja sebagai masa
mencari identitas diri, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa
remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan masa remaja sebagai ambang masa
dewasa.
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
lainnya
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebayanya baik pria maupun wanita,
mencapai peran sosial pria dan wanita, remaja sebaiknya menerima keadaan fisiknya
sosial yang bertanggung jawab, dan mencapai kemandirian emosional dari orang tua
C. Kenakalan Remaja
melanggar norma sosial sehingga tidak dapat diterima secara sosial, melawan hukum
Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas,
dari tingkahlaku yang tidak dapat diterima secara sosial misalnya bersikap berlebihan
perbuatan yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain dan melanggar nilai-nilai
remajaadalah suatu perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu
orang lain, tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat. Hurlock
(1994) kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
remaja yang selalu melakukan kejahatan, dimotivasi untuk mendapat perhatian, status
adalahperbuatan antisosial yang dilakukan oleh anak remaja bilamana dilakukan oleh
melanggar hukum yang dilakukan oleh anak khususnya remaja. Selanjutnya Willis
tingkahlaku, perbuatan atau tindakan antisosial yang melanggar norma sosial, agama,
(2011) yang menyatakan segala sesuatu yang behubungan dengan tingkah laku yang
tingkahlaku yang dilakukan oleh remaja yang bersifat antisosial yang bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan melawan hukum, dimana
menurut Simandjuntak (dalam Utomo, 2014) yang berpendapat bahwa secara garis
besar munculnya perilaku kenakalan pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal.
nilai yang dianut, sikap negatif terhadap sekolah, serta kondisi emosi remaja
yang labil.
a. Faktor internal yang meliputi krisis identitas atau konsep diri dan kontrol diri
yang lemah.
b. Faktor eksternal yang meliputi keluarga, teman sebaya yang kurang baik dan
(dalam Hurlock, 1980) yang menyatakan identitas diri yang dicari remaja
dapat menjadi seorang suami atau ayah, apakah ia mampu percaya diri
sekalipun latar belakang rasa tau agama atau nasionalnya membuat beberapa
gagal.
anak bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
perilaku kenakalan ada pada usia 15-19 tahun dan setelah umur 22 tahun
daripada gang anak perempuan, sebab anak perempuan pada umumnya lebih
banyak jatuh ke limbah pelacuran, promiskuitas (bergaul bebas dan seks bebas
dengan banyak pria) dan menderita gangguan mental, serta perbuatan minggat
efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat memicu timbulnya kenakalan
remaja.
banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang rendah. Mereka mungkin saja
merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara
mempengaruhi kenakalan remaja terdiri dari faktor internal yang terdiri dari krisis
identitas atau konsep diri, kontrol diri yang lemah dan faktor eksternal yang terdiri
dari keluarga, teman-teman sebaya dan lingkungan sosial yang kurang baik.
aspek yaitu:
pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara
c. Tindakan pelanggaran berat yang merujuk pada semua tindakan kriminal yang
obat terlarang.
pendapatnya mengenai aspek kenakalan remaja yang terdiri dari tiga aspek yaitu:
terdiri dari beberapa bagian seperti kenakalan yang menimbulkan korban fisik,
a. Anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut selalu
b. Anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab dirumah maupun
disekolah.
c. Anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mengalami masalah yang tidak
d. Anak yang mengalami phobia, dan gelisah dalam bentuk melewati batas yang
maupun dirumah.
g. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik
karakteristik ciri tingkahlaku yang sangat berbeda dengan remaja yang tidak nakal,
remaja yang normal, namum jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang
berbeda, biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai yang lebih tinggi untuk
Remaja nakal kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius pada umumnya
menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari
diri sendiri.
Remaja yang nakal ini lebih idiot secara moral dan memiliki perbedaan ciri
Remaja yang nakal ini memiliki sifat kepribadian khusus yang menyimpang
seperti:
bersenang-senang dan pas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
e) Pada umumnya remaja nakal sangat implusif dan suka tantangan dan
bahaya.
memikirkan masa depan, dan remaja nakal memiliki perbedaan ciri dengan remaja
yang normal seperti, perbedaan intelektual, perbedaan fisik dan psikis, srta perbedaan
karakteristik individual.
mendefinisikan konsep diri adalah gambaran mental diri seseorang. Hurlock (dalam
Ghufron dan Risnawati. 2010) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran
seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Selanjutnya
Burn (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan
terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri
sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain dan pendapatnya tentang
hal-hal yang dicapai. Definisi lain dikemukakan oleh Rahmat (dalam Ghufron dan
Risnawati, 2010) konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, melainkan juga
sebagai perasaan, pandangan, dan penilaian individu mengenai dirinya yang didapat
dari hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Hurlock (1999) konsep
diri adalah pandangan individu mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua
komponen, yaitu konsep diri sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran
mengenai diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran individu
Persepsi mengenai diri sendiri dapat bersifat psikis, sosial, dan fisik. Konsep diri
diri yang dimiliki individu relatif stabil sepanjang masa keremajaan. Selanjutnya
Hurlock (1999) mengatakan bahwa konsep diri bertambah stabil pada periode masa
remaja. Konsep diri yang stabil sangat penting bagi remaja karena hal tersebut
merupakan salah satu bukti keberhasilan pada remaja dalam usaha untuk
memperbaiki kepribadiannya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan suatu
penilaian, gambaran individu terhadap dirinya sendiri yang didapat dari lingkungan
sekitarnya. Konsep diri sangat penting bagi remaja untuk mengetahui siapakah
a. Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang hampir
b. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan
c. Kepatutan Seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar
namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada
cemoohan.
e. Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota
g. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan
identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya,
remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola
individualitas.
h. Cita-cita
kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-
daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri
yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
individu. Gambaran mental yang dimiliki oleh individu memiliki tiga aspek yaitu
dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian mengenai diri sendiri, Calhoun
a. Pengetahuan
tentang dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti
usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang
merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati,
b. Harapan
juga memiliki satu aspek pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi
individu.
c. Penilaian
sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri
sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa
yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Apakah bertentangan dengan
(1) “siapakah saya”, pengharapan bagi individu; (2) “seharusnya saya menjadi
c. Aspek moral, meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan
sendiri.
dimiliki setiap individu terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, harapan
mengenai diri sendiri, penilaian mengenai diri sendiri, aspek fisik, aspek sosial, aspek
Konsep diri memiliki beberapa jenis, menurut Calhoun dan Acocella (1999),
dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep
diri negatif.
Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu
kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil
dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu
yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah
dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain.
yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar
Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang
tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan,
evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan
Menurut Calhoun dan Acocella (1999) membagi konsep diri negatif menjadi
2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini
Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri yang negatif terdiri dari 2
tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbagi menjadi
dua jenis yaitu konsep diri positif yang dapat memahami tentang dirinya, dapat
merancang tujuan yang akan dicapai, dan konsep diri negatif yaitu individu yang
Konsep diri terbagi menjadi dua jenis yaitu konsep diri positif dan konsep
diri negatif, kedua jenis konsep diri tersebut memiliki ciri-ciri antara lain:
Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Rakhmat (dalam Pratiwi,
masyarakat.
Menurut Brook dan Emmer (dalam Pratiwi, 2010) adalah sebagai berikut:
Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah.
3) Sikap hiperkritis
Orang ini menganggap orang lain sebagai musuhnya, sehingga tidak dapat
Orang ini tidak ingin untuk bersaing dengan orang lain dalam berprestasi
merugikan dirinya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri konsep diri positif
disenanginya dan berusaha merubahnya, dan merasa setara dengan orang lain,
Pujijogjanti (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) mengatakan ada tiga peranan
batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang tidak seimbang atau
bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologis yang tidak
inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat harapan dan
menetapkan titik harapan yang rendah. Titik tolak yang rendah menyebabkan
konsep diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap terhadap
pendapat terhadap dirinya, dan pendapat mengenai hal-hal yang telah dicapai individu
yang didapat dari interaksi lingkungan sosialnya, sehingga individu dapat mengambil
tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Penilaian yang positif yaitu individu
dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sedangkan
penilaian yang negatif yaitu individu yang tidak mengenal dirinya sehingga individu
tersebut tidak dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan
gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi
yang mereka capai. Burn (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap
diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri,
pendapat tentang gambaran diri dimata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal
yang dicapai. Definisi lain dikemukakan oleh Rahmat (dalan Ghufron dan Risnawati,
pandangan dan perasaan mengenai diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri dapat
bersifat psikis, sosial, dan fisik. Konsep diri dapat berkembang menjadi konsep diri
bahwa konsep diri yang dimiliki individu relatif stabil sepanjang masa keremajaan.
Menurut Gunarsa (1981) konsep diri pada hakikatnya merupakan suatu pengalaman
individu yang sifatnya subyektif yang diperoleh individu dari hasil interaksi individu
dengan individu yang lain. Pada kenyataannya, tidak setiap remaja dapat memenuhi
kebutuhan akan konsep dirinya, sehingga konsep diri remaja tersebut menjadi negatif.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2014) yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja.
Artinya semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah kenakalan remaja. Konsep
diri sangat mempunyai peranan penting dimana remaja mulai mencari jati dirinya
sehingga konsep dirinya belum begitu jelas atau masih labil. Menurut Santrock
karena remaja gagal menemukan identitas dirinya, remaja tidak mampu untuk
dengan konsep diri negatif akan menunjukkan kondisi psikis dan sosial yang negatif
merugikan dirinya sendiri atau orang lain dan melanggar nilai-nilai moral maupun
nilai-nilai sosial. Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja mengacu pada suatu
rentang yang luas, dari tingkahlaku yang tidak dapat diterima secara sosial misalnya
bersikap berlebihan di sekolah, tidak tahan dikritik oleh orang disekitarnya yang
membuat remaja marah dan melakukan prilaku yang menyimpang seperti mencela,
sampai pada tindak kriminal, pelanggaran status seperti melarikan diri, hingga tindak
sangat berperan penting bagi remaja dimana masa remaja adalah masa pencarian
identitas diri, remaja yang gagal dalam mencari identitas dirinya akan memiliki
perkembangan konsep diri yang negatif, dan remaja yang memiliki konsep diri
negatif akan menunjukkan kondisi psikis dan sosial yang negatif pula, dari kondisi
Narapidana Remaja
Kenakalan Remaja
Konsep Diri Jensen (dalam Sarwono, 2011) kenakalan remaja menjadi empa
Ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kenakalan remaja pada
narapidana, dengan asumsi semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah
kenakalan remaja, begitu juga sebaliknya semakin rendah konsep diri maka akan