PENDAHULUAN
1
C. Tujuan Penulisan
a.Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah gizi masyarakat .
Mengetahui kebutuhan nutrisi pada bayi.
b.Tujuan khusus
Untuk mengingatkan serta member pemahaman kepada kita tentang kecukupan zat gizi
yang seharusnya kita berikan kepada bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangan
bayi dengan umur bayi.
Mengidentifikasi kebutuhan gizi pada bayi.
Mengidentifikasi pentingnya Asi bagi bayi.
Mengidentifikasi makanan pendamping Asi (MP-ASI)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi
harus mendapat makanan Makanan tambahan/ pendamping ASI. Banyaknya ASI yang
dihasilkan ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil/menyusui, stress
mental dan sebagainya. Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/ hari. Oleh
karena itu, susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi diberikan 150-
160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi tersebut.
4
Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan : sewaktu menyusui kulit bayi akan
menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan manfaat untuk tumbuh kembang bayi
kelak. Interaksi tersebut akan menimbulkan rasa aman dan kasih sayang.
Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI akan mengalami kenaikan
berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi
obesitas.
Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu
formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena menyusui dengan botol dan dot pada
waktu tidur akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.
Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
3) Bagi Keluarga
Aspek ekonomi : ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit sehingga dapat
mengurangi biaya berobat.
Aspek psikologis : kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah dan mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja serta tidak merepotkan orang lain
4) Bagi Negara
Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta
angka kesakitan dan kematian menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, seperti diare, otitis media, dan infeksi
saluran pernafasan bagian bawah.
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Dengan adanya rawat gabung maka akan memperpendek lama rawat inap ibu dan bayi,
mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan
anak sakit.
Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
5
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan akan
menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli susu formula.
Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
Anak yang dapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus
bangsa akan terjamin.
b. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium laktasi.
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1) Kolostrum : ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
2) ASI transisi : ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari ke sepuluh.
3) ASI mature : ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai dengan seterusnya.
6
b. Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim.
c. Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.
7
d. Ubi, dikukus dan dibuat pure (dihaluskan).
2. Protein
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan tahu. Pilih
sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti telur.
Cara memasak:
a. Telur
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya akan berkurang.
Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau masak cepat menggunakan sedikit
minyak dan bisa dicampur dengan sayuran yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran cap cay, disup,
digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng sejenak menjadi ayam pop. Jangan
lupa, buang kulit ayam karena mengandung minyak jenuh.
c. Daging-dagingan Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi
tidak terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis, karena itu
potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso dan sosis, proteinnya tidak
sebaik daging segar. Selain itu juga mengandung zat aditif sehingga jangan terlalu sering
dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis sebaiknya ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay
dan bihun goreng. Jangan digoreng karena akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.
8
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi garam, angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan batangnya masih
renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah dimasak. Jangan
tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak, dikhawatirkan ada reaksi kimia yang
menyebabkan sayur tidak layak dimakan.
9
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan dan toleransi
daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11. Gaya hidup orang tua
12. Kemiskinan
10
asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi
dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang
biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi
tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya status
gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi
ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta
terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami situasi
darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan
kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan cara
bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila tidak
memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan pengawasan
atau didampingi oleh petugas kesehatan.
11
gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 % adalah status gizi normal, yang digambarkan
oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.
12
yang esensial yang berbentuk cair, yang merupakan priode transisi dari diet janin dalam
kandungan menuju makanan dewasa.
Pencernaan Hidrat Arang. Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut ; selama
mengunyah makanan bercampur dengan saliva yang memberikan kesempatan Amilase untuk
mencerna pati. Meskipun amilase ditemukan pada saliva bayi. Tetapi tidak ada proses
pencernaan hidrat arang dalam mulut atau esophagus selama bulan –bulan kehidupan.
Diperkirakan bayi yang lahir cukup bulan mempuyai aktivitas amilase 10% amilase orang
dewasa, dan agaknya ini adalah aktivitas utama glukoamilase. Informasi sampai saat ini
mengatakan bahwa amilase dari pangkereas tidak disekresi selama 3 bulan pertama usia bayi ;
juga ditemukan hanya dalam kadar sangat rendah atau tidak ada sama sekali, sampai bayi berusia
enam bulan. Namun terdap bukti bahwa bayi dapat mencerna pati sebelum usia 3 bulan, ini
mungkin disebabkan oleh glukomilase, yang pada saat itu tidak aktif, namu dapat diaktifasikan
oleh keberadaan dan sifat bahan makanan atau cairan enzim yang bekerja padanya. Walaupun
belum terdapat bukti pencernaan pati dimungkinkan oleh amilase dari pancreas dari diproduksi
karena adanya pati dalam usus halus.
Bayi muda membutuhkan suatu proses adaptasi untuk dapat mencerna pati, dan ini dapat
berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu dan proses tersebut mungin dapat menjelaskan
mengapa terjadi gangguan pencernaan yang sering timbul terutama diare yang sering diderita
oleh bayi muda yang diberi makan yang mengandung pati.
Diid pati dalam proporsi besar menyebabkan adanya pati yang tidak dapat dicerna, yang
dapat mengakibatkan gangguan nutrien-nutrien lainya dan kemudian bayi mengalami gangguan
pertumbuhan. Pada saat bayi lahir aktivitas disakaridase telah berkembang penuh. Ada 2
disakaridase, yaitu Delta Glukosidase yang menghidrolisis sukrosa dan maltosa dan Beta
Glukosidase yang menghidrolisis laktosa yang pada saat lahir mempunyai kadar aktvitas yang
sama dengan kadar pada bayi yang berusia lebih tua. Dengan demikian, pada usia itu tidak ada
masalah bagi bayi dalam pencernaan dan pemanfaatan gula yang terkandung dalam susu.
Protein. Sekresi asam hidroklorat dan pepsin lambung berkembang baik pada neonatus
cukup bulan, tetapi konsenterasi masih rendah dan akan cepat meningkat pada bulan - bulan
pertama kehidupannya. Pencernaan utama protein adalah berlangsung di usus halus, tetapi
karena bayi muda mempunyai beberapa kesulitan dalam mencerna protein, seperti kasien,
aktivitas lambung bisa menjadi sangat penting sebagai sarana untuk memulai pencernaan karena
13
kapasitas bayi untuk mencerna protein, sebenarnya telah berkembang sempurna sejak lahir.
Sekalipun demikian masukan protein tinggi harus dihindari terutama bayi premature dan yang
masih sangat muda, karena beban ginjal terhadap kepekatan cairan (Renal Solute Lood) yang
sangat berlebihan akan menyebabkan gangguan keseimbangan asam – basa dan menyebabkan
Asidoses Metabolic.
Lemak. Selama priode intrauterine, glukosa merupakan sumber utama untuk
perkembanggan janin. Tetapi setelah lahir lemak menjadi sumber energy utama yang sangat
penting, dekitar 40 – 50 % energy yang terkandung dalam ASI terbentuk sebagai lemak. Pada
bayi baru lahir yang cukup bulan fungsi pangkreas dan fungsi hati belum berkembang dengan
sempurna. Oleh kerena itu konsenterasi lipase pancreas dan garam empedu masih sangat rendah.
Namun bayi muda sanggup mengasorbsi lemak cukup adekwat, terutama dari ASI. Pencernaan
dan penyerapan lemak pada bayi muda ini dipacu oleh adanya aktivitas lipase lingual dan
aktivitas lipase yang terdapat dalam ASI.
Lipase lingual disekresi oleh papil-papil pada bagian posterior lidah yang mulai bekerja
jika sudah dilambung dan produk lipopisisnya (asam lemak dan monogliserida) akan berperan
dalam emulsifikasi campuran lemak tersebut sehingga bayi dapat mengimbangi keadaan garam
empedu yang tersedian masih rendah. Lipopisis praduodenal pada bayi muda akan dilengkapi
oleh lipase yang terdapat dalam ASI. Lipase dalam ASI juga mempunyai aktivitas esterase, hal
ini sangat vital untuk memanfaatkan viatamin A yang berupa ester-ester retinol, yang terdapat
dalam ASI.
Jadi meskipun fungsi hati dan pankreas belum matang, bayi muda telah dilengkapi
dengan kemampuan untuk dapat memanfaatkan, baik lemak dalam ASI, maupun komponen-
komponen ASI yang larut dalam lemak, tetapi pemanfaatan lemak akan kurang efisien jika susu
sapi dan lemak lainnya yang diperkenalkan pada diet bayi muda.
Vitamin dan Mineral. Dalam kehidupan awal bayi tampaknya tidak ada masalah yang
besar dalam pemanfaatan vitamin dan mineral. Absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berhubungan erat dengan absorbsi lemak.
Zat besi absorbsinya jauh lebih tinngi pada bayi dari pada anak dan orang dewasa. Ini
berhubungan erat dengan kebutuhan mineral yang lebih banyak pada awal kehidupan. Nilai
biologis zat besi pada ASI jauh lebih dari pada susu sapi atau zat besi yang ditambahkan dalam
makanan. Nilai biologis zat besi dalam ASI akan menurun dengan drastis apabila makanan
14
pelengkap yang padat dan yang berasal dari sayur – sayuran diberikan pada bayi yang mendapat
ASI.
15
fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi buruk tidak ditangani secara intensif
maka generasi akan cenderung mengalami gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya.
Tapi yang paling berpengaruh adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan
mengalami kebodohan dan isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Untuk itu
16
bayi yang berumur 6 bulan di anjurkan untuk mengkonsumsi bubur tim dengan cara pengolahan
dan ragam sayuran/buah yang telah disebutkan di atas.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak
sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan
gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-
4 tahun.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan agar mengetahui tentang penyelesaian masalah bidan terhadap
intranatal care.
2. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan tindakan secara aman dan mandiri pada saat
menghadapi intranatal care .
17