Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh  seorang Bayi
karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri bayi yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada bayi.
Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang
sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi bayi pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya
memberikan makan yang enak kepada bayinya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung
gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang
mengandung banyak gizi.

B.       Rumusan Masalah


1.      Apakah definisi bayi itu sendiri?
2.      Sebutkan macam-macam  makanan bagi bayi!
3.      Apa saja prinsip gizi seimbang bagi bayi?
4.      Bagaimana cara pengelolaan makanan untuk bayi?
5.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pada bayi!
6.      Apa pengaruh status gizi seimbang bagi bayi?
7.      Bagaimana sistem pencernaan bayi?
8.      Apa saja dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi?

1
C.     Tujuan Penulisan
a.Tujuan Umum
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah gizi masyarakat .
 Mengetahui kebutuhan nutrisi pada bayi.
b.Tujuan khusus
 Untuk mengingatkan serta member pemahaman kepada kita tentang kecukupan zat gizi
yang seharusnya kita berikan kepada bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangan
bayi dengan umur bayi.
 Mengidentifikasi kebutuhan gizi pada bayi.
 Mengidentifikasi pentingnya Asi bagi bayi.
 Mengidentifikasi makanan pendamping Asi (MP-ASI)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Bayi


Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim
seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama,
terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun
memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga
harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi
berumur 1 tahun. Sedangkan pengertian bayi baru lahir  adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram. Bayi baru lahir dapat dilahirkan melalui 2 cara, secara normal melalui vagina atau melalui
operasi cesar. Bayi baru lahir harus mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru karena
setelah plasentanya dipotong maka tidak ada lagi asupan makanan  dari ibu selain itu kondisi
bayi baru lahir masih rentan terhadap penyakit. Karena itulah bayi memerlukan perawatan yang
insentif. Jagalah kebersihan bayi dan berikan nutrisi yang cukup kepada bayi melalui ASI.
Selain pengertian bayi baru lahir, akan diberikan ciri-ciri bayi baru lahir normal dan
sehat. Berikut ini ciri-ciri bayi baru lahir sehat:
1.      Berat badan 2500 – 4000 gram
2.      Panjang badan 48 – 52 cm
3.      Lingkar dada 30 – 38 cm
4.      Lingkar kepala 33 – 35 cm
5.      Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6.      Pernafasan ±  60 - 40 kali/menit
7.      Genitalia, pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada
bayi laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada
8.      Memiliki 3 gerak reflek bayi yaitu : reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak
memeluk bila dikagetkan dan reflek graps atau menggenggam.

3
B.       Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi
harus mendapat makanan Makanan tambahan/ pendamping ASI. Banyaknya ASI yang
dihasilkan ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil/menyusui, stress
mental dan sebagainya. Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/ hari. Oleh
karena itu, susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi diberikan 150-
160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi tersebut.

C.      Macam – Macam  Makanan Bagi Bayi


Makanan bayi beraneka ragam macamnya yaitu :
1.      ASI (Air Susu Ibu)
Yang paling baik untuk bayi baru lahir adalah ASI. ASI mempunyai keunggulan baik ditinjau
segi gizi, daya kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi dan sebagainya.
a.       Manfaat ASI
1)      Bagi Ibu
         Aspek kesehatan ibu : isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan mencegah terjadi perdarahan post
partum. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan post partum mengurangi prevalensi
anemia zat besi. Selain itu, mengurangi angka kejadian karsinoma mammae.
         Aspek keluarga berencana : merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan kehamilan.
Menurut penelitian, rerata jarak kehamilan pada ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan
yang tidak 11 bulan.
         Aspek psikologis : ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena dapat
menyusui.
2)      Bagi Bayi
         Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi : mengandung lemak, karbohidrat, protein, garam
dan mineral serta vitamin.
         Mengandung zat protektif : terdapat zat protektif berupa laktobasilus bifidus,laktoferin,
lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibodi, imunitas seluler dan tidak
menimbulkan alergi.

4
         Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan : sewaktu menyusui kulit bayi akan
menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan manfaat untuk tumbuh kembang bayi
kelak. Interaksi tersebut akan menimbulkan rasa aman dan kasih sayang.
         Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI akan mengalami kenaikan
berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi
obesitas.
         Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu
formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena menyusui dengan botol dan dot pada
waktu tidur akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.
         Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot. 
3)      Bagi Keluarga
Aspek ekonomi : ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit sehingga dapat
mengurangi biaya berobat.
Aspek psikologis : kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah dan mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja serta tidak merepotkan orang lain
4)      Bagi Negara
         Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta
angka kesakitan dan kematian menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, seperti diare, otitis media, dan infeksi
saluran pernafasan bagian bawah.
         Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Dengan adanya rawat gabung maka akan memperpendek lama rawat inap ibu dan bayi,
mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan
anak sakit.
         Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.

5
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan akan
menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli susu formula.
         Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
Anak yang dapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus
bangsa akan terjamin.
b.      Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium laktasi.
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1)      Kolostrum      : ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
2)      ASI transisi    : ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari ke sepuluh.
3)      ASI mature    : ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai dengan seterusnya.

c.       Kecukupan ASI


Untuk mengetahui kecukupan ASI dapat dilihat dari :
1)      Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-kurangnya akhir  minggu setelah lahir dan
selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih 10 %.
2)      Kurve pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan berat badan pada :
a)      Triwulan ke 1  : 150-250 gr setiap minggu,
b)      Triwulan ke 2  : 500-600 gr setiap bulan,
c)      Triwulan ke 3  : 350-450 gr setiap bulan,
d)     Triwulan ke 4  : 250-350 gr setiap bulan atau berat badan naik 2 kali lipat berat badan waktu
lahir pada umur 4-5 bulan dan 3 kali lipat pada umur satu tahun.
3)      Bayi lebih banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari.
4)      Setiap kali menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan tertidur.
5)      Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui.

2.      MP ASI (Makanan Pendamping ASI)


Makanan pendamping ASI (MPASI) diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.
Jenis MP ASI diantaranya :
a.       Buah-buahan yang dihaluskan/ dalam bentuk sari buah. Misalnya pisang Ambon, pepaya ,
jeruk, tomat.

6
b.      Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim.
c.       Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.

Tujuan pemberian makanan tambahan pendamping ASI adalah :


a.       Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.
b.      Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan
berbagai rasa dan bentuk.
c.       Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
d.      Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI :


a.       Perhatikan kebersihan alat makan.
b.      Membuat makanan secukupnya.
c.       Berikan makanan dengan sebaik-baiknya.
d.      Membuat variasi makanan.
e.       Ajak makan bersama anggota keluarga lain
f.       Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan
g.      Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama.

D.      Cara Pengelolaan Makanan Bayi


Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan ASI, namun seiring dengan tumbuh kembang
diperlukan makanan pendamping ASI.
Berikut cara pengolahan makanan bagi bayi usia 6 bulan
1.      Karbohidrat
Jangan terpaku pada nasi putih saja. Biasakan anak konsumsi beragam sumber karbohidarat,
seperti beras merah, kentang, ubi, singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak: 
a.       Beras putih, ditanak atau ditim, yang penting, beras dimasak sampai matang dengan air
secukuppnya agar tergelatinasi sempurna (pulen).
b.      Beras merah sebaiknya dicampur dengan beras putih agar pulen, karen beras merah lebih keras.
c.       Jagung direbus dengan sedikit air sekitar 10 menit, kemudian diolesi mentega, garam dan gula.

7
d.      Ubi, dikukus dan dibuat pure (dihaluskan).

2.      Protein
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan tahu. Pilih
sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti telur.
Cara memasak:
a.       Telur
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya akan berkurang.
Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau masak cepat menggunakan sedikit
minyak dan bisa dicampur dengan sayuran yang diiris halus.
b.      Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran cap cay, disup,
digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng sejenak menjadi ayam pop. Jangan
lupa, buang kulit ayam karena mengandung minyak jenuh.
c.       Daging-dagingan Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi
tidak terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis, karena itu
potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso dan sosis, proteinnya tidak
sebaik daging segar.  Selain itu juga mengandung zat aditif sehingga jangan terlalu sering
dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis sebaiknya ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay
dan bihun goreng. Jangan digoreng karena akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.

3.      Vitamin Dan Mineral


Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau waran sayuran, makin banyak
vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna daging buah, vitaminya semakin kaya. 
Cara memasak sayur :
a.       Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel, daun singkong, kangkung, kacang panjang,
katuk, sawi, jagung) larut dalam lemak. Jika dimasak bersama minyak goreng, seperti ditumis,
jangan terlalu lama sebab vitaminnya akan habis.
b.      Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong, katuk, melinjo, sawi, kentang,
seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat) larut dalam air, karena itu jika direbus atau disup,
jangan terlalu lama sebab vitamin akan habis.

8
c.       Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi garam, angkat.
d.      Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan batangnya masih
renyah.
e.       Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah dimasak. Jangan
tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak, dikhawatirkan ada reaksi kimia yang
menyebabkan sayur tidak layak dimakan.

4.      Cara mengolah buah:


a.       Agar vitamin utuh sebaiknya buah dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan hilang, jika
disetup, vitamin berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es buah baik, tetapi kadar gula
menjadi tinggi.
b.      Beberapa buah akan lebih banyak vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya, seperti apel, pir
dan anggur. Tetapi jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida pada kulit apel, sebaiknya dikupas
saja.

E.         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pada Bayi


Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi dan anak dapat
berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1.      Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak mampu makan sendiri.
Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu yang tegang, cemas, mudah marah
merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan makan pada anak.
2.      Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme yang
normal, untuk pertumbuhan, menciptakan hubungan lekat ibu dan anak, mengurangi resiko
terjadinya hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan azotemia.
3.      Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur keperluan akan makanan.
Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4.      Peran ayah dan anggota keluarga lain.

9
5.      Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6.      Umur.
7.      Berat badan.
8.      Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9.      Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10.  Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis  makanan dan toleransi
daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11.  Gaya hidup orang tua
12.  Kemiskinan

Faktor penyebab masalah gizi pada bayi


Sylva, Lestari (2015). Dalam penelitianya Ia menyatakan bahwa ada pengaruh tentang
pendapatan kepala keluarga dengan asupan makan dan status gizi pada balita.
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait. Terdapat dua
faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan penyakit
infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah
penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya
kesehatan lingkungan. 
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI eksklusif. Faktor penyebab
langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit
menular terutama diare dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup
sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan
perilaku hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga, khususnya
pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi
seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola

10
asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi
dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang
biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi
tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya status
gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi
ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta
terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami situasi
darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan
kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan cara
bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila tidak
memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan pengawasan
atau didampingi oleh petugas kesehatan.

F.       Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi


Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh adalah masukan makanan (diet), sinar
matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Pemberian makanan
yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat
tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan badan,
karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan
gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS.
Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda
dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan baku. Diatas kurve 100 % adalah status

11
gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 % adalah status gizi normal, yang digambarkan
oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

G.      Sistem Pencernaan Bayi


Selama periode intrauterine janin “di beri makan” melalui sirkulasi plasenta
memindahkan semua nutrient dari darah ibu langsung masuk ke sirkulasi janin, berupa bahan
makanan yang siap untuk langsung digunakan. Sehingga janin tidak perlu mencerna dan
mengabsorbsi, begitu pula dengan sistem pembuangan belum diperlukan kerena bahan sisa yang
terbentuk, semua akan kembali ke dalam sirkulasi darah ibu.
Menjelang bayi dilahirkan, fungsi-fungsi saluran cerna dan ginjal berkembang sangat
cepat. Pada akhir masa kehamilan janin menunjukan gerakan-gerekan menelan dan meminum
cairan amonion begitu pula untuk kemampuan memproduksi dan mengkekskresi urine, walaupun
ginjal janin masih berkembang dan belum memainkan peran vital.
Setelah bayi lahir, bayi harus memasukan makanan dari mulut, mencerna dan
mengabsorbasinya, memfungsikan ginjal untuk mengeluarkan limbah metabolic,
mempertahankan air dan hemeostatis elektrolit. Namun karena alat pencernaan dan sistem
ekskresi belum berkembang sempurna, sehingga batas toleransi terhadap air, mineral
keseluruhan dan spesifik sangat sempit dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua, karena
pada saat lahir sampai dengan beberapa bulan ginjal belum mampu mengkonsentersikan urine
untuk mengeluarkan mineral yang memadai.
Pada saat bayi yang normal sanggup menghisap ASI. Bayi dapat menempatkan ASI di
mulut bagian belakang dan kemudian menelannya. Fungsi menghisap dan menelan merupakan
kemampuan yang vital bagi neonatus dan bayi selama bulan – bulan pertama kehidupannya. Jika
makanan padat atau semi padat dimasukan kedalam mulut bayi biasanya secara sepontan akan
ditolak. Sampai usia 4 -6 bulan gerakan lidah yang mendorong atau efleks menjulurkan lidah
telah hilang dan bayi sudah dapat mengatur makanan semi padat. Selanjutnya usia 7 -9 bulan,
gerakan gigitan yang ritmis mulai terlihat dan pada sat bersamaan dengan pertubuhan gigi
pertama shehingga perkemangan kemampuan mengunyah dimualai.
Jadi, usia 4 -6 bulan pertama dalam kehidupan bayi normal merupakan tingkat
perkembangan fungsional yang memberikan kesempatan pada bayi untuk dapat menerima diet

12
yang esensial yang berbentuk cair, yang merupakan priode transisi dari diet janin dalam
kandungan menuju makanan dewasa.
Pencernaan Hidrat Arang. Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut ; selama
mengunyah makanan bercampur dengan saliva yang memberikan kesempatan Amilase untuk
mencerna pati. Meskipun amilase ditemukan pada saliva bayi. Tetapi tidak ada proses
pencernaan hidrat arang dalam mulut atau esophagus selama bulan –bulan kehidupan.
Diperkirakan bayi yang lahir cukup bulan mempuyai aktivitas amilase 10% amilase orang
dewasa, dan agaknya ini adalah aktivitas utama glukoamilase. Informasi sampai saat ini
mengatakan bahwa amilase dari pangkereas tidak disekresi selama 3 bulan pertama usia bayi ;
juga ditemukan hanya dalam kadar sangat rendah atau tidak ada sama sekali, sampai bayi berusia
enam bulan. Namun terdap bukti bahwa bayi dapat mencerna pati sebelum usia 3 bulan, ini
mungkin disebabkan oleh glukomilase, yang pada saat itu tidak aktif, namu dapat diaktifasikan
oleh keberadaan dan sifat bahan makanan atau cairan enzim yang bekerja padanya. Walaupun
belum terdapat bukti pencernaan pati dimungkinkan oleh amilase dari pancreas dari diproduksi
karena adanya pati dalam usus halus.
Bayi muda membutuhkan suatu proses adaptasi untuk dapat mencerna pati, dan ini dapat
berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu dan proses tersebut mungin dapat menjelaskan
mengapa terjadi gangguan pencernaan yang sering timbul terutama diare yang sering diderita
oleh bayi muda yang diberi makan yang mengandung pati.
Diid pati dalam proporsi besar menyebabkan adanya pati yang tidak dapat dicerna, yang
dapat mengakibatkan gangguan nutrien-nutrien lainya dan kemudian bayi mengalami gangguan
pertumbuhan. Pada saat bayi lahir aktivitas disakaridase telah berkembang penuh. Ada 2
disakaridase, yaitu Delta Glukosidase yang menghidrolisis sukrosa dan maltosa dan Beta
Glukosidase yang menghidrolisis laktosa yang pada saat lahir mempunyai kadar aktvitas yang
sama dengan kadar pada bayi yang berusia lebih tua. Dengan demikian, pada usia itu tidak ada
masalah bagi bayi dalam pencernaan dan pemanfaatan gula yang terkandung dalam susu.
Protein. Sekresi asam hidroklorat dan pepsin lambung berkembang baik pada neonatus
cukup bulan, tetapi konsenterasi masih rendah dan akan cepat meningkat pada bulan - bulan
pertama kehidupannya. Pencernaan utama protein adalah berlangsung di usus halus, tetapi
karena bayi muda mempunyai beberapa kesulitan dalam mencerna protein, seperti kasien,
aktivitas lambung bisa menjadi sangat penting sebagai sarana untuk memulai pencernaan karena

13
kapasitas bayi untuk mencerna protein, sebenarnya telah berkembang sempurna sejak lahir.
Sekalipun demikian masukan protein tinggi harus dihindari terutama bayi premature dan yang
masih sangat muda, karena beban ginjal terhadap kepekatan cairan (Renal Solute Lood) yang
sangat berlebihan akan menyebabkan gangguan keseimbangan asam – basa dan menyebabkan
Asidoses Metabolic.
Lemak. Selama priode intrauterine, glukosa merupakan sumber utama untuk
perkembanggan janin. Tetapi setelah lahir lemak menjadi sumber energy utama yang sangat
penting, dekitar 40 – 50 % energy yang terkandung dalam ASI terbentuk sebagai lemak. Pada
bayi baru lahir yang cukup bulan fungsi pangkreas dan fungsi hati belum berkembang dengan
sempurna. Oleh kerena itu konsenterasi lipase pancreas dan garam empedu masih sangat rendah.
Namun bayi muda sanggup mengasorbsi lemak cukup adekwat, terutama dari ASI. Pencernaan
dan penyerapan lemak pada bayi muda ini dipacu oleh adanya aktivitas lipase lingual dan
aktivitas lipase yang terdapat dalam ASI.
Lipase lingual disekresi oleh papil-papil pada bagian posterior lidah yang mulai bekerja
jika sudah dilambung dan produk lipopisisnya (asam lemak dan monogliserida) akan berperan
dalam emulsifikasi campuran lemak tersebut sehingga bayi dapat mengimbangi keadaan garam
empedu yang tersedian masih rendah. Lipopisis praduodenal pada bayi muda akan dilengkapi
oleh lipase yang terdapat dalam ASI. Lipase dalam ASI juga mempunyai aktivitas esterase, hal
ini sangat vital untuk memanfaatkan viatamin A yang berupa ester-ester retinol, yang terdapat
dalam ASI.
Jadi meskipun fungsi hati dan pankreas belum matang, bayi muda telah dilengkapi
dengan kemampuan untuk dapat memanfaatkan, baik lemak dalam ASI, maupun komponen-
komponen ASI yang larut dalam lemak, tetapi pemanfaatan lemak akan kurang efisien jika susu
sapi dan lemak lainnya yang diperkenalkan pada diet bayi muda.
Vitamin dan Mineral. Dalam kehidupan awal bayi tampaknya tidak ada masalah yang
besar dalam pemanfaatan vitamin dan mineral. Absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berhubungan erat dengan absorbsi lemak.
Zat besi absorbsinya jauh lebih tinngi pada bayi dari pada anak dan orang dewasa. Ini
berhubungan erat dengan kebutuhan mineral yang lebih banyak pada awal kehidupan. Nilai
biologis zat besi pada ASI jauh lebih dari pada susu sapi atau zat besi yang ditambahkan dalam
makanan. Nilai biologis zat besi dalam ASI akan menurun dengan drastis apabila makanan

14
pelengkap yang padat dan yang berasal dari sayur – sayuran diberikan pada bayi yang mendapat
ASI.

H.      Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Bayi


Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan obesitas,
sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan zat
gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan
hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat
pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus (gizi
kurang/buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat gizi tersebut. Misalnya
xeroftalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D).
Jika dikaji secara mendalam penyakit kekurangan gizi disebabkan karena tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya
ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan penyakit
infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut maupun kronik.
Adapun penyakit yang dimaksud adalah:
1.      Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi terhadap
kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi yang
dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan salah satu
dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai statuz gizi
buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga berdampak serius
terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan mental anak,serta berpengaruh pada penurunan IQ.

2.      Gangguan pertumbuhan


Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu dibahas seperti mental,

15
fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi buruk tidak ditangani secara intensif
maka generasi akan cenderung mengalami gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya.
Tapi yang paling berpengaruh adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan
mengalami kebodohan dan isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.

3.      Kurang Energi Kronis (KEK)


KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan Ibu hamil (bumil). Tentunya selang waktu dari KEK
ini cukup lama. Karena mulai dari usia subur dengan status gizi buruk akan berdampak pada
rahimnya kemudian berdampak pada kehamilannya dan akhirnya berdampak pada janinnya,
masa persalinan sampai bayi dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan
disertai gangguan dan hambatan.
4.      Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stres
menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah terserang infeksi
seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini akan mengakibatkan kematian.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan 
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Untuk itu

16
bayi yang berumur 6 bulan di anjurkan untuk mengkonsumsi bubur tim dengan cara pengolahan
dan ragam sayuran/buah yang telah disebutkan di atas.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak
sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan
gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-
4 tahun.

B.     Saran
1.      Mahasiswa diharapkan agar mengetahui tentang penyelesaian masalah bidan terhadap
intranatal care.
2.      Mahasiswa diharapkan dapat melakukan tindakan secara aman dan mandiri pada saat
menghadapi intranatal care .

17

Anda mungkin juga menyukai