Munifah (21106011204)
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt karena atas
pertolongan-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KERAJAAN TURKI UTSMANI” ini yang merupakan tugas mata kuliah
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad saw, keluarga beliau, para sahabat, serta orang orang yang
mengikutinya hingga akhir zaman nanti
Makalah dengan judul “KERAJAAN TURKI UTSMANI” ini merupakan tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM yaitu Ibu Hj. Laila Ngindana Zulfa, M.Pd.I. Mengingat pembahasan di
dalam materi yang kami sajikan dalam makalah ini masih banyak kekurangan maka
kritik dan saran sangat kami harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik
lagi.
Semoga makalah yang kami sajikan ini bermanfaat untuk diri kami pribadi dan
teman teman sekalian.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
E. A.Kesimpulan .........................................................................................
F. B.Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya sejarah. Sejarah merupakan
segala peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang telah terjadi yang dapat
memberikan segala manfaat bagi kehidupan manusia baik itu menjadi sumber
inspirasi, edukatif, maupun sebagai sumber rekreatif bagi setiap manusia.
Khususnya sejarah mengenai peradaban Islam.
Sejarah mengenai peradaban Islam ini memberikan manfaat yang sangat besar
bagi para umat Islam di dunia. Di mana melalui sejarah peradaban Islam terdapat
berbagai cerita atau kronologi mengenai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
agama Islam baik itu pada zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, , pada
masa Khulafaurrasyidin, atau para tabi’in dan tabiuttabi’in.
Salah satu yang dikaji dalam sejarah peradaban Islam ialah mengenai kerajaan-
kerajaan yang berdiri sepeninggalan Rasulullah dan para sahabatnya, diantara
kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Utsmani yang berdiri selama
kurang lebih 7 abad lamanya. Kerajaan Turki Utsmani dipimpin oleh banyak
khalifah karena kerajaan ini berdiri dalam waktu yang lama. Banyak peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Turki Utsmani, baik itu
mengenai konflik intern, ekstern, mengenai kejayaan-kejayaan yang diperoleh, para
pemimpinnya, faktor penyebab kemundurannya dan sebagainya. Sehingga perlu
mempelajari mengenai Kerajaan Turki Utsmani.
Hal inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini untuk mengkaji lebih
dalam mengenai kerajaan Turki Utsmani, baik itu mengenai latar belakang
kemunculannya, para pemimpinnya, kejayaan yang diperoleh serta faktor-faktor
yang menyebabkan keruntuhannya.
1
2
B. RumusanMasalah
C. TujuanPenulisan
1
. Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1, (Jakarta: Logos, 1997), h. 51.
2
. Ibid., h. 52
3
. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), h. 130.
3
4
sebangsanya itu pasukan Saljuq menang atas Romawi. Sultan gembira dengan
kemenangan tersebut dan memberi hadiah kepada Erthogrol wilayah yang
berbatasan dengan Bizantum. Dengan senang hati Erthogrol membangun tanah
perdikan itu dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut dan
merongrong wilayah Bizantium. Mereka menjadikan Sogud sebagai pusat
kekuasaannya. Dinasti Saljuk Rum sendiri sedang surut pada saat itu. Dinasti
tersebut telah berkuasa di Anatholia bagian tengah kurang lebih dua ratus tahun
lamanya, sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang
diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama
untuk kerajaan Turki Utsmani. Erthogrol meninggal tahun 1280. Ustman ditunjuk
untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki
atas persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembira karena pemimpin baru itu
dapat meneruskan kepemimpinan pendahulunya. Sultan banyak memberikan hak
istimewa kepada Ustman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey
di belakang namanya. Ustman juga diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri
dan didoakan dalam khutbah jum’at. Namun demikian, sebagian ahli
menyebutkan bahwa Ustman adalah anak Sauji. Sauji itulah anak Erthogrol,
sehingga Usman adalah cucunya, bukan anaknya. Sauji telah meniggal sebelum
ayahnya meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang sehabis memohon
kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya Erthogrol untuk tinggal menetap di
wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan makanya Erthogrol ketika
menerima berita ini sedih bercampur gembira. Sedih karena anaknya meninggal
dan gembira karena permohonannya untuk menettap di wilayah Saljuq itu
dikabulkan oleh Sultan.[4]
Ketika Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan
dilanjutkan oleh Ustman. Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan
Utsmani. Ustman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana
ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya
4
. Syafiq A. Mughni, Op . Cit., h. 52.
5
5
. Badri Yatim, Op. Cit., h. 130.
6
. Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1, (Jakarta: Logos, 1997), h. 53.
6
Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang
dari tiga puluh delapan sultan, yang sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi
menjadi lima periode.
a. Periode pertama
Periode ini dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai
kehancuran sementara oleh serangan Timur. Sultan-sultannya adalah sebagai
berikut:
a. Usman I 1299-1326
b. Orkhan (putera Usman I) 1326-1359
c. Murad ((putera Orkhan) 1359-1389
d. Bayazid I Yildirim (Putera Murad) 1389-1402. [7]
Sebagaimana telah disebutkan di atas, Ustman mendapatkan
kekuasaannya setelah meningglanya Sultan Saljuq Rum, Ala ad-Din II.
Kerajaannya diperkuat dengan menambah wilayah-wilayah yang
dirampasnya dari Bizanthium. Untuk negeri-negeri yang belum ditaklukan di
wilayah Asia Kecil, Ustman mengirim surat kepada mereka untuk memilih
dari tiga piliha, yakni tunduk dan memeluk agama islam, membayar jizyah,
atau diperangi. Banyak dari mereka yang tunduk dan memeluk agama islam,
sebagian yang lain mau membayar jizyah, tetapi ada pula yang menentang
dan bersekutu dengan tentara Tartar untuk melawannya.
Ustman pun tidak gentar menghadapinya, disiapkan pasukan pilihan
untuk melawan sekutu Tartar yang akhirnya dapat dikalahkannya.[8] Setelah
Ustman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Ustman (raja besar
keluarga Ustman) tahun 699 H setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Dia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai
ibu kota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan 1326 M kerajaan Turki Utsmani dapat
menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M),
7
. Ibid., h. 53.
8
. Ibid., h. 54.
7
Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galli poli (1356 M). Daerah ini
adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani.[9]
Ketika Murad I berkuasa (1359-1389 M) selain memantapkan
keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia
dapat menaklukkan Adrionopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh
wilayah bagian Utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi
kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah bessar
pasukan Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani. Pasukan ini
dipimpin oleh Sijisman , raaja Honggaria. Namun Sultan Bayazid 1 dapat
mengahancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.[10]
Sultan Bayazid naik tahta tahun 1389 dan mendapat gelar Yaldirin dan
Yaldrum, yang berarti kilat karena terkenal dengan serangan-serangannya
yang cepat terhadap lawannya. Ia menaklukkan wilayah-wilayah yang belum
ditundukkan oleh para pendahulunya. Di masanya terjadi perang besar antara
pasukan Utsmani dengan ntentara sekutu Eropa. Bayazid tidak gentar
menghadapi pasukan sekutu di bawah anjuran Paus dan bahkan
menghancurkan pasukan salib.[11]
Ekspansi kerajaan Usmani sempta terhenti beberapa lama. Ketika
ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur
Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara
tahun 1402 M. Tentara Turki Utsmani mengalami kekalahan. Bayazid
bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turrki
Utsmani. Penguasa-penguasa Seljuq di Asia Kecil melepaskan diri dari
genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga
memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera Bayazid saling
berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
9
. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), h. 131.
10
. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h.
196.
11
. Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1, (Jakarta: Logos, 1997), h. 55.
8
b. Periode Kedua
Periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya
pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultannya adalah:
a. Muhammad I (Putera Bayazid I) 1403-1421
b. Murad II (Putera Muhammad I) 1421-1451
c. Muhammad II Fatih (Putera Murad II) 1451-1481
d. Bayazid II (Putera Muhammad II) 1481-1512
e. Salim I (Putera Bayazid II) 1512-1520
f. Sulaiman I Qanuni (Putera Salim I) 1520-1566.[13]
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol
dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-peteranya yang satu sama lain saling
berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk
melepaskan diri. Namun pada saat ittu juga terjadi perselisihan antara putera-
putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun
perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan
saudara-saudarnya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri.[14]
Muhammad baru diakui seluruh wilayah Ustman setelah berjuang kurang
lebih sepuluh tahun. Ia mempunyai strategi yang berbeda untuk menghadapi
semua lawannya.ia membuat perjanjian damai dengan raja-raja Eropa dan
menaklukkan wilayah-wilayah yang menentang satu demi satu. Akirnya
wilayah Ustman dapat disatukan satu demi satu. Integrasi wilayah ini
tampaknya mengejutkan Eropa karena mereka sama sekali tidak menduga
bahwa Usman akan bangkit kembali karena sudah berantakan akibat serangan
12
. Badri Yatim, Loc. Cit., h. 131.
13
. Syafiq A. Mughni, op. Cit., h. 58.
14
. Badri Yatim, Loc. Cit., h. 132.
9
Timur Lenk. Sultan meninggal tahun 1421 M dan digantikan oleh putranya
Murad II.
Sultan Muran II naik tahta ketika beliau berumur muda sehingga tidak
dihiraukan oleh raja-raja Eropa. Banyak tantangan yang dia hadapi. Yang
paling penting adalah bersatunya pasukan Eropa di bawah komando negeri
Honggaria dengan Huynade sebagai pemimpinnya. Serangan-serangan
terhadap dunia Islam membuahkan kemenangan, yang memaksa Murad II
untuk berdamai dengan mereka. Perdamaian dengan sumpah di bawah kitab
suci masing-masing agama itu Injil dan al-Qur’an dikhanati oleh pihak
Kristen. Mereka bernafsu menyerang kembali Ustman tanpa menghiraukan
perjanjian yang telah dibuat belum lama berselang. Sultan Murad yang
semula mengundurkan diri dari panggung politik bangkit keembali guna
menghadapi penghinatan itu. Akhirnya dengan semangat yang tinggi dan
serangan yang dahsyat pasukan Huynade dapat dilumpuhkan dan ia lari ke
Eropa. Sultan Murad II meninggal setelah itu, pada tahun 1451 M, dan
digantikan oeh putranya, Muhammad II.[15]
Sultan Muhammad II naik tahta pada tahun 1451 M dengan mewarisi
kerajaan yang luas. Ia terkenal dengan nama Al-Fatih, sang penakluk atau
pembuka, karena pada masanya Konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium
berabad-abad lamanya dapat ditundukkan. Hal itu terjadi pada tahu 1453 M.
Pasukan Utsmani memblokade kota berbenteng kat itu dari segala penjuru
yang akhirnya kota itu dapat ditaklukkan. Gereja Aya Sophia yang terkenal
itu diubah menjadi mesjid dan kebebasan beragama dijamin. Ibu kota Usmani
dipindahkan ke kota itu dari Edirne.[16] Telah berulang kali pasukan muslim
sejak masa Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu
gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu. Dengan terbukannya kota
Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat keerajaan Bizanthium,
lebih memudahkan arus ekspansi Turki Utsmani ke benua Eropa. Dan
wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Utsmani. Karena
15
. Syafiq A. Mughni, Loc. Cit., h. 58-59.
16
. Ibid., h. 59.
10
ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini bahkan sampai ke pintu
gerbang kota Wina, Austria.[17]
Sultan Muhammad mengembangkan wilayahnya lebih lanjut setelah
penaklukan yang dinanti-nanti oleh umat Islam. Sultan meninggal tahun 1481
dan diganti oleh putranya Bayazid II.
Berbeda bengan ayahnya Bayazid II lebih memnetingkan kehidupan
tasawuf daripada perang di medan laga. Kelemahannyaa di bidang
pemerintahan yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan
Sultan itu tidak begitu ditaati oleh rakyatnya, termasuk putera-puteranya.
Bahkan terjadi perselisihan yang panjang antara mereka. Akhirnya Sultan
Bayazid II mengundurkan diri dari pemerintahan tahun 1512 dan digantikan
oleh puteranya Salim I.
Berbeda dengan ayahnya Sultan Salim I memiliki kemampuan
memerintah dan memimpin peperangan. Maka pada saat pemerintahannya
wilayah Ustman bertambah luas hingga menembus Afrika Utara. Syria dapat
ditaklukan dan Mesir yangg diperintah oleh kam Mamalik ditundukkan pada
tahun 1517 M. Gelar khalifah yang disandang oleh al-Mutawakkil ‘ala Allah,
salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat daris serangan bangsa
Mongol 1235 M dan pada saat itu yang berada di bawah proteksi Mamluk,
diambil alih oleh Sultan. Dengan demikian sejak masa Sultan Salim para
sultaan Utsmani menyandang juga gelar khalifah. Walaupun sangat sebentar
sekali berkuasa Sultan Salim sangat berjasa membentangkan wilayahnya
hingga mencapai Afrika Utara, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh
para pendahulunya. Ia meninggal tahun 1520 dan digantikan oleh anaknya
Sulaiman I.[18]
Pada masa Sultan Sulaiman I ini terjadilah zaman keemasan bagi
kerajaan Turki Utsmani. Wilayahnya mencapai kawasan yang luas, meliputi
daratan Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga Aljazair dan
17
. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h.
196.
18
. Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1, (Jakarta: Logos, 1997), h. 59.
11
Asia hingga ke Persia. Serta meliputi lautan Hindia, laut Arabia, laut Merah,
Lut Tengah dan Laut Hitam. Ia menyebut dirinya sebagai Sultan dari segala
Sultan, raja diraja, pemberi anugrah mahkota bagi raja-raja dan bayang-
bayang Allah di muka bumi. Ia membuat dan memberlakukan Undang-
undang di wilayahnya sehingga ia disebut al-Qanuni, pembuat Undang-
undang. Orang Barat menyebutnya sebagai Sulaiman yang agung, The
Magnificent. Ia wafat taahun 1566 dan digantikan oleh putranya Salim II. Di
masa anaknya inilah mulai tampak kemunduran kerajaan Utsmani sedikit
demi sedikit.
c. Periode Ketiga
Periode ini ditandai dengan kemampuan Utsmani untuk
mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya Hungaria. Namun
kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran Turki Utsmani setelah
Sulaiman terdapat beberapa Sultan yang berkuasa berturut-turut sebagai
berikut:
a. Salim II (Putera Sulaiman I) 1566-1573
b. Murad III (Putera Salim II) 1573-1596
c. Muhammad III (Putera Murad III) 1596-1603
d. Ahmad I (Putera Muhammad III) 1603-1617
e. Mustafa I (Putera Ahmad I) 1617-1618
f. Usman II (Putera Ahmad I) 1618-1622
g. Mustafa I (Yang kedua kalinya) 1622-1623
h. Murad IV (Putera Ahmad I) 1623-1640
i. Ibrahim I (Putera Ahmad I) 1640-1648
j. Muhammad IV (Putera Ibrahim I) 1648-1687
k. Sulaiman III (Putera Ibrahim I) 1687-1691
l. Ahmad II (Putera Ibrahim I) 1691-1695
m. Mustafa II (Putera Muhammad IV) 1695-1703.[19]
19
. Ibid., h. 60.
12
abad ke-13 dan ke-14 tidak seluruhnya lenyap. Pada tahun 1599 muncul
gerakan Qara Yaziji dan Urfa, pada tahun 1606 pemberontakan Qalender
Oghlu di Sharukhan, yang sempat beberapa tahun menguasai wilayah yang
luas di Anatolia Barat, sampai dihancurkan oleh Murad Pasya; pada tahun
1623-1628 terjadi pemberontakan Abaza yang melawan Janissari. Di
Anatolia timur ada gerakan pemisahan diri di bawah seorang Kurdi bernama
Janbulat di Syiria Utara.[20]
d. Periode Keempat
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya kekuatan
kerajaan dan pecahnya wilayah di tangan para penguasa wilayah. Sultan-
sultannya adalah sebagai berikut:
a. Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730
b. Mahmud I (Putera Mustafa II) 1730-1754
c. Usman III (Putera Mustafa II) 1754-1757
d. Mustafa III (Putera Ahmad III) 1757-1774
e. Abdul Hamid (Putera Ahmad III) 1774-1788
f. Salim III (Putera Mustafa III) 1789-1807
g. Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I) 1807-1808
h. Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II) 1808-1839. [21]
20
. Ibid., h. 62
21
. Ibid., h. 63.
14
ini pula terjadi perkembangan literatur yang pesat diluar lingkaran ulama’.
Kelas baru sastrawan muncul yang menjadi cikal bakal lahirnya kelas
menengah intelektual yang bermula pada awal abad ke-19. Demikian juga
lahir pelukis-pelukis baru sejak tahun 1727. Kelas baru dari fungsionaris ini
adalah budak-budak sultan. Hanya di bawah Muhammad II posisi mereka
diatur dengan cara yang lebih liberal.dalam situasi pemerintahan itu Janissari
dan Sipahi yang disisplin mereka sekarang mengedor beberapa kali
memberontak. Pemberontaka Janissari yang dipimpin oleh Patrona Khalil
pada tahun 1730 yang menyebabkan hilangnya tahta Ahmad III, tampaknya
lebih ditujkan untuk melawan aristokrasi baru itu.
Setelah Ahmad III kehidupan di istana menjadi lebih tenang. Kelas
penguasa dan para sultan mulai menyadari kelemahan kerajaan dan berusaha
mengatasinya dengan cara memperkenalkan pembaharuan militer. Salim III
melaksanakan pembaharuan militer, tetapi sangat sedikit yang
mendukungnya. Intitisi pasukan baru yang menyebabkan pemberonrakan
Janissari yang didukung oleh para ulama’. Mahmud II akhirnya
mempertimangkan reformasi yang lebih terencana. Ia akhirnya mengambil
kesimpulan bahwa tidak ada jalan lain dalam melaksanakan pembaharuan
selain melakukan pembunuhan massal terhadap Janissari, tindakan itu benar-
baenar terjadi di Konstantinopel pada 16 Juni 1826.[22]
Pada saat yang sama tarekat Bektassyyiyah ditindas. Lemahnya kerajaan
pusat telah menjadi karakterr kerajaan Usmani pada abad ke-18. Aljazair,
Tunisia, dan Tripoli diperintah oleh para Bey secara turun-temurun. Mesir
diambil alih oleh Ali Bey. Di Anattholia pada tahun 1739 ada pemberontakan
yang berbahaya dari Syari Beg Oghlu. Di Mesopotamia dan Iraq kondisinya
juga demikian. Di syiria kaum Druze memiliki amirnya sendiri dan daerah
pantai dikuasai oleh Jazzar Pasya dari Akka.
22
. Ibid., h. 64-65
15
e. Periode Kelima
Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari
negara di bawah pengaruh ide-ide barat. Sultan-sultanya adalah:
a. Abdul Majid I (Putera Mahmuud II) 1839-1861
b. Abdul Aziz (Putera Mahmud II) 1861-1876
c. Murad V (Putera Abd. Majid I) 1876-1876
d. Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I) 1876-1909
e. Muhammad V (Putera Abd. Majid I) 1909-1918
f. Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-1922
g. Abdul Majid II (1922-1924), hanya bergelar khalifah, tanpa sultan yang
akhirnya diturunkan pula dari jabatan khalifah. Turki Usmtani di hapus
oleh Kemal Attaturk dan Turki menjadi negara nasiona Republik Turki.[23]
Pada periode ini muncul gerakan pembaharuan yang kurang lebih
merupak aplikasi dari Tanzimat. Namun demikian tantangan Barat terus
berlanjut sehingga secara bertahap wilayah Usmani semakin berkurang. Pada
tahun 1865 Turki kehilangan Serbia, dan dua kerajaan kecil di Danube. Pada
tahun 1878 Serbia, Montonegro dan Rumania lepas dari Usmani, sedang
Bulgaria menjadi semiindependen. Di kawasa Caucasia Turki kehilangan
Qars dan Batum. Inggris mencaplok Cyprus dan Mesir. Burgaria merdeka dan
Bosnia dan Herzegovina diambil oleh Austria. Kemudian Tripoli jatuh
ketangan Italia.
Selama abad ke-19 hubungan Turki dengan Persia berjalan baik.
Namun, karena keterlibatan Turki dalam perang Dunia menyebabkan
kehilangan beberapa wilayah di Asia. Konstantinopel sendiri diduduki oleh
pasukan sekutu. Kemunduran politik ini pada akhirnya mengentarkan
turunnya sultan Muhammad VI pada tahun 1922 dan kemudian hilangnya
kerajaan Usmani.[24]
23
. Ibid., h. 66.
24
. Ibid., h.67.
16
25
. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h.
200.
17
kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negara-
negara non-muslim.[26]
Di samping Jenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau militer
Thaujjah. Angkatan lautpun dibenahi, karena ia memiliki peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani. Pada abad ke-16 angkatan
laut Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer Turki
Utsmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang
sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya
jaringan pemerintah yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang
luas, sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-
A’zham (perdana mentri) yang membawahi Pasya (gubernur). Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Az-
Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati). Untuk mengatur urusan pemerintahan
negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitan undang-undang
(qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi
pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di
ujung namannya ditambah gelar Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Kemajuan
dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan ini membawa Dinasti Turki
Usmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani pada masa
kejayaannya.[27]
26
. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 134.
27
.Samsul Munir Amin, Op. Cit.,h. 201.
18
3. Bidang kebudayaan
Dinasti Utsmani di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi
peradaban yang cukup maju. Pada zaman kemajuannya. Dalam bidang
kebudayaan Turki Utsmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti
yang terlihat pada abad ke-16, 17, dan 18. Antara lain abad ke-17, muncul
penyair yanitu Nafi’ (1582-1636 M). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya
dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang mendapat tempat di
hati para Sultan.
Di antara penulis yang membawa pengaruh Persia ke dalam istana
Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1721 M), ia muncul sebagai juru tulis bagi
Musahif Mstafa, salah seorang menteri Persia dan ilmu-ilmu agama. Dalam
bidang sastra prosa Kerajaan Utsmani melahirkan dua tokoh terkemuka
yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari smeua penulis
adalah Mustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi dan Haji
Halife (1609-1657 M). Ia menulis buku bergambar dalam karya terbesarnya
Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-Funun. Selain itu terdapat salah
seorang penyair yang paling terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang
28
. Ibid., h. 202.
29
. Badri Yatim, op. Cit., h. 136.
19
4. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politk. Masyarakat digolong-golongkan
berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat
sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan
masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang
memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi
masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan bisa tidak
berjalan.
Pada masa Turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat
yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua
tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi
mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari,
sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi. Sementara tarekat
Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi
Jenissari Bektasyi.[32]
30
. Samsul Munir Amin, Op. Cit.,h. 202.
31
. Badri Yatim, Op. Cit., h. 136.
32
. Ibid., h. 136.
20
33
. Samsul Munir Amin, Op. Cit., h. 204.
34
. Badri Yatim, Op. Cit., h. 137-138.
21
terdiri dari angkatan lau Spanyol, Bundukia, Sri Paus dan sebagian kapal para
pendeta Malta yang dipimpn oleh Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini
Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut
musuh. Baru pada masa sultan berikutnya Sultan Murad III, Tunisia dapat direbut
kembali.[35] Pada masa Sultan Murad III (1574-1595) Kerajaan Usmani pernah
berhasil menyerbu Kaukasia dan menguasai Tiflis di laut Hitam (1577 M),
merampas kembali Tibris, ibu kota kerajaan Safawi, menundukkan Georgia,
mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan gubernur Bosnia
pada tahun 1593 M.
Namun karena kehidupan moral Sultan yang kurang baik menyebabkan
timbulnya kekacauan dalam negeri. Apalagi ketika pemerintahan dipegang oleh
para sultan yang lemah seperti Sultan Muhammad III, dalam siatuasi yang kurang
baik itu, Austria berhasil memukul kerajaan Utsmani. Sesudah Sultan Ahmad I
(1603-1617 M) situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I. Karena
gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam,
mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II.
Pengganti Sultan Mustafa III adalah Sultan Abdul Hamid seorang Sultan
yang lemah. Pada masa Sultan Hamid mengadakan perjanjian dengan Catherine
II dari Rusia yang diberi nama perjanjian Kinarja, isinya yaitu kerajaan Utsmani
harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di laut Hitam kepada Rusia dan
memberi izin kepada armada Rusia untuk melintas selat yang menghubungkan
Laut Hitam dan laut puith, dan kerajaan Utsmani mengakui kemerdekaan
Kirman.[36]
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di kerajaan Utsmani selama
dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Tidak ada tanda-
tanda membaik sampai abad ke 19 M. Oleh karena itu satu persatu negeri-negeri
di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya
35
. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h.
205.
36
. Ibid., h. 206.
22
37
. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 166.
23
38
. Ibid., h. 167.
39
. Samsul Munir Amin, op.cit., h. 209.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25