BANK SYARIAH
Disusun sebagai salah satu Tugas Materi Perkuliahan Bank & Lembagga Keuangan
Lainnya
Disusun Oleh :
1. Agus Gusdiana (3402210059)
2. Dede Widiamansyah (3402210061)
3. Diky Rizwan (3402210057)
4. Fatwa widianti (3402210058)
5. Ilham Nurhidayat (3402210063)
6. Hamdan Ramdani (3402210056)
7. Ridwan siti aisyah (3402210062)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan
kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan
maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga
nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Sejarah Bank Syariah............................................................................................... 3
B. Pengertian Bank Syariah......................................................................................... 4
C. Fungsi Bank Syariah................................................................................................ 4
D. Tujuan Bank Syariah............................................................................................... 4
E. Prinsip Bank Syariah............................................................................................... 5
F. Karakteristik Bank Syariah...................................................................................... 6
G. Macam Macam Akad Syariah dan Penerapannya................................................... 7-8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pembiayaan harus dijalankan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan
dan ditargetkan oleh perusahaan. Namun dalam praktenya banyak sekali pembiayaan
yang tidak sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan atau terjadi gagal bayar atau
terjadinya pembiayaan bermasalah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Bank Syariah?
2. Apa pengertian Bank Syariah?
3. Apa fungsi Bank Syariah?
4. Apa tujuan Bank Syariah?
5. Bagaimana prinsip dan karakteristik Bank Syariah?
6. Apa saja macam-macam akad di Bank Syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Bank Syariah
2. Untuk mengetahui pengertian Bank Syariah
3. Untuk mengetahui fungsi Bank Syariah
4. Untuk mengetahui tujuan Bank Syariah
5. Untuk mengetahui prinsip dan karakteristik Bank Syariah
6. Untuk mengetahui macam-macam akad di Bank Syariah
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
ISI
Konsep teoritis mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun 1940-an,
dengan gagasan mengenai perbankan yang berdasarkan bagi hasil.
Usaha modern pertama untuk mendirikan Bank tanpa bunga dimulai di Pakistan
yang mengelola dana haji pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi usaha ini tidak
sukses. Perkembangan berikutnya usaha pendirian bank syariah yang paling sukses
dan inovatif di masa modern ini dilakukan di Mesir pada tahun 1963, dengan
berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank. Bank ini diterima dengan baik oleh
kalangan petani dan masyarakat pedesaan. Namun sayang, karena terjadi kekacauan
politik di Mesir, Mit Ghamr mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya
diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967.
Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit Ghamr mulai
ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroperasi berdasarkan bunga. Pada 1971,
akhirnya konsep nir-bunga kembali dibankitkan pada masa rezim Sadat melalui
pendirian Naseer Social Bank. Tujuan Bank ini adalah untuk menjalankan kembali
bisnis yang berdasarkan konsep yang telah dipraktikan oleh Mit Ghamr.
Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk
mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di
Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih
mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang
menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di
Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi
tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait.
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank syariah
pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte
pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI
resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-
3
B. Pengertian Bank Syariah
Pada dasarnya fungsi bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional
atau bank umum lainnya, seperti yang tertera dalam UU RI no 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah bahwasannya :
a. Bank Syariah dan UUS ( Unit Usaha Syariah ) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
b. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana social lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf ( nazhir ) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
d. Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional).
4
E. Prinsip dan Karakteristik Bank Syariah
5
F. KARAKTERISTIK BANK SYARIAH
1. Menghindari MAGHRIB.
Dalam UU No 21 tahun 2008 dijelaskan bahwa bank syariah dalam
melaksanakan kegiatannya harus menghindari MAGHRIB, yaitu Maysir,
Gharar, Riba, dan Bathil.
6
G. Macam Macam Akad Syariah dan Penerapannya
Dalam transaksi Islam terdapat akad akad syariah yang diterapkan dalam industri lembaga
keuangan syariah. Simak penjelasan macam-macam akad syariah sebagai berikut.
1. Murabahah
Murabahah adalah akad transaksi dimana penjual menyatakan harga beli produk kepada
pembeli dan pembeli membeli dengan harga lebih sebagai perolehan laba penjual.
Contoh penerapan akad murabahah pada kredit rumah syariah, pembelian aset bangunan,
pembiayaan kendaraan bermotor, dan investasi lainnya.
2. Mudharabah
Murabahah merupakan jenis akad syariah berbentuk kerjasama usaha antara pihak pemilik
modal dan pihak pengelola modal dengan kesepakatan tertentu.
Besaran pembagian laba ditentukan di awal perjanjian. Sedangkan apabila terjadi kerugian,
maka pemilik modal akan menanggung sepenuhnya dengan catatan pengelola tidak
melakukan kesalahan atau kelalaian disengaja atau melanggar kesepakatan.
Dalam istilah syariah, pemilik modal disebut sebagai shahibul maal, bank syariah, dan malik.
Sedangkan pihak pengelola modal yaitu nasabah, amil, atau mudharib.
3. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah. Akad ini memiliki pengertian sama dengan akad mudharabah,
yaitu akad kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola.
Bedanya dengan akad mudharabah, jika akad mudharabah muqayyadah terdapat ketentuan
yang disyaratkan oleh pemilik modal terkait obyek usaha. Sehingga pengelola dana harus
menjalankan usaha sesuai ketetapan dari pemodal. Biasanya akad Mudharabah Muqayyadah
digunakan dalam bisnis berprospek tinggi.
4. Wadiah
Wadiah merupakan akad transaksi dengan skema penitipan barang/uang antara pihak pertama
dan pihak kedua. Sehingga pihak pertama sebagai pemilik dana/barang telah mempercayakan
asetnya kepada pihak kedua sebagai penyimpan aset. Oleh sebab itu, pihak kedua (lembaga
keuangan syariah) harus menjaga titipan nasabah dengan selamat, aman, dan utuh.
Contoh penerapan akad wadiah pada rekening tabungan dan giro. Sehingga tidak heran para
pemuda yang belum berpenghasilan memilih rekening berakad wadiah, karena tidak terdapat
biaya administrasi setiap bulan.
5. Musyarakah
Musyarakah merupakan akad berbentuk kerja sama usaha dimana masing-masing pihak
menyetorkan dana sebagai modal dengan porsi sesuai kesepakatan. Sehingga modal dari
berbagai pihak disatukan untuk menjalankan suatu usaha. Kemudian usaha tersebut dikelola
oleh salah satu dari pemodal atau meminta bantuan pihak ketiga sebagai pegawai.
6. Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Mutanaqisah adalah akad kerja sama antar pihak untuk membeli suatu produk
atau aset. Nantinya, salah satu pihak akan membeli produk secara utuh dengan melakukan
pembayaran bertahap pada pihak lain.
Dalam lembaga keuangan syariah, akad Musyarakah Mutanaqisah biasa digunakan pada
pembiayaan proyek dengan nasabah. Pihak nasabah akan mencicil modal pokok kepada
perbankan syariah, tetapi pengelolaan usaha tetap beraktivitas dengan modal tetap.
7
7. Salam
Salam adalah akad transaksi dimana pembeli memesan produk dan melakukan pembayaran
terlebih dahulu kepada pembeli, kemudian pembeli akan memproses produk sesuai
permintaan pembeli dengan syarat dan jangka waktu tertentu. Penerapan akad salam dapat
dilihat dari sistem pembelian secara pre-order.
8. Istisna’
Istisna’ yaitu jual beli produk dengan sistem pemesanan terlebih dahulu kepada penjual
berdasarkan syarat dan kriteria tertentu, kemudian pihak penjual baru melakukan proses
pembuatannya. Sekilas mirip dengan akad salam, perbedaannya adalah produk akad istishna'
diproduksi sesuai permintaan pembeli.
Biasanya akad ini terjadi pada pemesanan barang dalam jumlah besar, seperti souvenir.
9. Ijarah
Pembiayaan dengan sistem sewa antara kedua belah pihak disebut sebagai akad ijarah. Salah
satu pihak sebagai penyewa membayar kepada pihak lain (pemilik produk) untuk
mendapatkan manfaat atau hak guna atas produk yang dipinjam tanpa memindahkan
kepemilikan barang tersebut.
10. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik
Berbeda dengan akad ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah jenis akad syariah dimana
penyewa membayarkan sejumlah dana untuk memperoleh manfaat atas produk tersebut,
tetapi pihak penyewa dapat mengambil opsi pemindahan hak milik produk tersebut di akhir
transaksi.
Contoh penerapannya pada transaksi lembaga keuangan syariah. Nasabah membayar
angsuran sewa beserta cicilan pokok sebuah rumah. Pada akhir perjanjian, pihak penyewa
berkesempatan untuk membeli rumah tersebut dengan membayar harga lebih rendah atau sisa
dari angsuran awal.
11. Wakalah
Wakalah termasuk akad akad syariah dengan sistem perwakilan antara salah satu pihak
kepada pihak lain. Akad ini banyak diterapkan pada transaksi pembelian barang luar negeri
atau impor untuk menyusun Letter of Credit atau meneruskan permintaan pembeli.
12. Kafalah
Kafalah yaitu akad penjaminan salah satu pihak kepada pihak lain.Akad kafalah biasa
dijumpai pada pembelian produk beserta garansi. Pada bidang jasa, akad ini digunakan dalam
menyusun garansi atas suatu proyek, advance payment bond, hingga partisipasi dalam tender.
13. Hawalah
Akad ini merupakan perjanjian atas pemindahan utang/piutang dari satu pihak ke pihak lain.
Contoh penerapannya pada layanan Post Dated Check pada perbankan syariah. Pihak
lembaga keuangan syariah memberikan kesempatan kepada nasabah untuk menjual
produknya kepada pembeli lain dengan jaminan pembayaran berbentuk giro mundur.
14. Rahn
Rahn merupakan perjanjian dalam pegadaian suatu barang atau aset dari pihak satu kepada
pihak lain. Jadi nasabah meminjam uang kepada lembaga keuangan syariah dengan
memberikan jaminan berupa aset atau barang berharga, tetapi pihak perbankan syariah hanya
membebankan biaya pemeliharaan aset kepada nasabah.
15. Qardh
Terakhir, macam macam akad syariah adalah Qardh. Sistem transaksi syariah dimana
nasabah meminjam dana talangan yang dibutuhkan segara dalam periode singkat. Sehingga
uang tersebut akan dikembalikan secepatnya kepada bank.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehadiran Bank Syariah sangat lah diperlukan terutama sebagai penunjang dalam
melakukan kegiatan transaksi perekonomian yang berbasis hukum hukum islam
Dimana fungsi bank syariah ini sangatlah penting untuk mewujudkan transaksi yang
terbebas dari bunga riba,yang mana itu dilarang dalam agama islam
Dengan banyaknya transaksi yang berhukum islami,nasabah sudah tidak khawatir lagi
akan dosa dosa mengenai perbankan,yang identik dengan ribawi seperti bank
konvensional
B. SARAN
Dalam praktiknya Bank Syariah harus menyeleksi lebih ketat lagi bilamana ada
nasabah yang ingin mengajukan kreditur,sebab agar arus uang yang berjalan
lancar,sebab bilamana usaha yang dibantu bukan merupakan usaha halal yang potensial
dan berpotensi mengalami kerugian maka akan berdampak juga pada bank syariah
tersebut.Karna dalam akad transaksinya baik untung maupun rugi akan ditanggung
secara bersamaan
9
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan S. Harahap dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, Cetakan ketiga, (Jakarta: LPFE
Usakti, 2007), hlm. 1
10