Anda di halaman 1dari 47

TUGAS PELAYANAN KEFARMASIAN

EPILEPSI

OLEH
KELOMPOK 4

1. ULFADHILA YULFI 2030122070


2. WAHYU SUCI WULANDARI 2030122072
3. WELY DAFRIANI 2030122073
4. WIDYA YOLANDA.H 2030122074
5. WINDI WILDANINGSIH 2030122075
6. YOGA RAMADHANA 2030122076
7. YOSI YENDRIANA 2030122077
8. YULIANA 2030122078
9. YULIANIS ALI PERMATASARI 2030122079
10. YUSTIKA TRISNA 2030122080

Dosen pengampu : apt. khairil Armal, S.Si, SpFRS

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2021
Patofiologi dan Status Epilepsi
1.1 Patofisiologi

Patofisiologi epilepsi berupa proses iktogenesis atau proses terjadinya


serangan epileptik. Proses ini berawal dari eksitabilitas satu atau sekelompok
neuron akibat perubahan pada membran sel neuron. Perubahan pada kelompok
neuron tersebut menyebabkan hipereksitabilitas. Proses timbulnya eksitabilitas
berbeda pada tiap fokus epilepsi. Asal timbulnya eksitabilitas dapat berasal dari:
 Neuron individual, yaitu neuron epileptik memiliki konduktansi Ca2+
yang lebih tinggi yang disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi pada
reseptor membran post sinaptik
 Lingkungan mikro neuronal, perubahan kadar kation dan anion
ekstraselular berupa peningkatan kadar K+ menyebabkan depolarisasi
neuron dan pengeluaran yang berlebihan
 Populasi sel epileptik, perubahan fisiologis neuronal secara kolektif
menyebabkan produksi eksitabilitas yang progresif[2]
Peran Neurotransmiter
Patofisiologi epilepsi erat kaitannya dengan peranan neurotransmiter
karena kebanyakan obat antiepilepsi bekerja mengikuti fungsi dari
neurotransmiter. Mekanisme peran neurotransmitter dalam epilepsi meliputi:
 Kadar neurotransmitter γ-aminobutyric acid A (GABA) menurun pada
fokus epileptik dan pada epilepsi terjadi penurunan inhibisi terhadap
reseptor GABA dan peningkatan metabolisme GABA post sinaptik
 Glutamat: sinaps glutamatergik berperan penting dalam fenomena epilepsi.
Aktivasi reseptor metabotropik dan ionotropik glutamat post sinaptik
bersifat pro konvulsi. Pada pasien dengan serangan absans, kadar glutamat
plasma ditemukan meningkat
 Katekolamin: didapatkan penurunan kadar dopamin pada fokus epilepsi
sementara pemberian antidopamin mengeksaserbasi serangan epileptik
1.2 Status Epileptikus
Status Epileptikus Konvulsif
Pengelolaan sebelum sampai di Rumah Sakit
Pemberian benzodiazepine rectal/midazolam buccal merupakan terapi yang utama
selama diperjalanan menuju rumah sakit. Segera panggil ambulans pada kondisi
berikut:
 Bangkitan berlanjut 5 menit setelah obat emergensi diberikan
 Penderita memiliki riwayat sering mengalami bangkitan serial/bangkitan
konvulsivus.
 Terdapat kesulitan monitor jalan napas, pernapasan, sirkulasi, atau tanda
vital lain.
Terapi OAE harus diberikan bersama sama dengan terapi emergensi. Pilihan obat
tergantung dari terapi sebelumnya, tipe epilepsi, dan klinis. Apapun OAE
yangdigunakan sebelumnya, harus dilanjutkan dengan dosis penuh. Bila phenitoin
atauPhenobarbital telah diberikan pada terapi emergensi, dosis rumatan dapat
diberikansecara oral atau intravena dengan monitor kadar obat dalam serum. OAE
rumatan laindapat diberikan dengan dosis loading peroral. Bila pasien sudah bebas
bangkitan selala12-24 jam dan terbukti kadar obat dalam plasma adekuat, maka
obat anestesi dapatditurunkan perlahan.
Protokol penanganan status epileptikus konvulsif
OAE untuk status epileptikus konfulsif
Tinjauan Farmakoterapi Epilepsi dan Status Epileptikus
2.1 Tujuan Farmakoterapi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang epilepsi
dapat hidupnormal dan tercapai kualitas hidup optimal untuk penyandangmental
yang dimilikinya.Harapannya adalah bebas bangkitan, tanpa efek samping‖. Untuk
tercapainya tujuantersebut diperlukan beberapa upaya, antara samping/dengan
efek samping yangminimal, menurunkan angka kesakitan dan kematian.
2.2 Pilihan Farmakoterapi
A. Tinjauan Farmakologi Epilepsi
Monografi Obat

1. FENITOIN
Indikasi : terapi pada semua jenis epilepsi, kecualipetit mal; status
epileptikusPeringatan: hati-hati pada gangguan fungsi hati(dosis diturunkan),
hindari pemutusan obatdengan tiba-tlba, hindari pada porifiria.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: D
Kategori risiko ibu menyusui: terdapat dalamair susu ibu (ASI). Sebaiknya
dihindari.
Efeksamping: gangguan saluran cema, pusing,nyeri kepala, tremor, insomnia,
neuropati perifer,hipertrofi gingival, ataksia, bicara tak jelas,nistagmus,
penglihatan kabur, ruam, akne,hirsutisme, demam, hepatitis, lupus
eritematosus,eritema multiform, efek hematologi(leucopenia,trombositopenia,
agranulositosis).
Dosis: oral: dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150-300 mg/hari, dosis tunggal
atau terbagi 2 kalisehari. Dapat dinaikkan bertahap. Dosis lazim:300-400
mg/hari, maksimal 600 mg/hari. Statusepileptikus: i.v. lambat atau infus, 15
mg/kg,kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading dose).
Dosis pemeliharaan sekitar 100 mg diberikansesudahnya, interval 6-8 jam.
Monitor kadarplasma. Pengurangan dosis berdasar beratbadan.
ANAK: 5-8 mg/kg/hari, dosis tunggal/terbagi 2kali sehari.

2. KARBAMAZEPIN
Indikasi : epilepsi semua jenis, kecuali petit mal,neuralgia trigeminus;
propilaksis pada manikdepresif.
Peringatan : gangguan hati atau ginjal, hamil,menyusui, hindari pemutusan
obat mendadak,riwayat penyakit jantung, glaukoma, riwayat
reaksihematologik terhadap obat lain.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: D
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusidalam air susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan.
Efek samping: biasanya dihubungkan denganhipermagnesemia, mual, muntah,
haus, flushingkulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi nafas,ngantuk, bingung,
hilang refleks tendon, lemahotot, kolik, dan diare pada pemberian oral.
Dosis:Penanganan bangkitan: dosis untuk dewasa dananak diatas 12 tahun
adalah 200 mg 2 kali sehariatau 100 mg, 4 kali sehari. Dosis dinaikkan
sampai200 mg, 3-4 kali sehari.
Penanganan neuralgia trigeminus: dosis awal100 mg, 2 kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkanmenjadi 200 mg setiap hari dengan peningkatan100 mg
setiap 12 jam untuk tablet ataupeningkatan 50 mg, 4 kali sehari sampai
rasasakit hilang.
ANAK: penanganan bangkitan: 6-12 tahun adalah100 mg, 2 kali sehari atau
50 mg, 4 kali sehari.dosis untuk anak di bawah 6 tahun adalah 10-20mg/kg
berat badan dalam 2-3 dosis terbagi.
3. ASAM VALPROAT
Indikasi : epilepsi
Peringatan : riwayat penyakit hati, gangguanginjal berat, hamil, menyusui,
hindari pemutusanobat mendadak, pemberian bersama
antikoagulanmempengaruhi fungsi platelet, SLE.
Kategori risiko ibu hamil: keamananpenggunaan asam valproat pada masa
kehamilanbelum diketahui dengan past!, namun, obatantikonvulsan tidak
boleh dihentikan jika obat in!digunakan untuk mengatasi "major seizure"
yangmengarah ke status epileptikus yang mengancamjiwa
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusidalam air susu ibu (ASI), sehingga
penggunaanobat pada wanita menyusui harus diperhatikan.
Pengaruh terhadap bayi yang disusui belumdiketahui.
Efek samping: iritasi lambung, anoreksia, mual,muntah; sedasi, ataksia,
tremor; nafsu makanmeningkat; dapat terjadi hepatitis, edema,trombositopeni,
hambatan agregrasi platelet,ruam. Jarang: pangkreatitis, leukopeni,
hypoplasiasel darah merah.
Dosis: dosis awal: 300-600 mg/hari terbagi dalam2 dosis, setelah makan,
dapat dinaikkan 200mg/hari tiap selang waktu 3 hari, dosis maksimum:2,5
g/hari, daiam dosis terbagi. Dosispemeiiharaan biasanya; 12 g/hari (20-
30mg/kg/hari)
ANAK: sampai 20 kg (sekitar 4 th): dosis awai 20mg/kg/hari, daiam dosis
terbagi. Dapat bertahapdinaikkan sampai 40 mg/kg/hari. Lebih dari 20kg;
dosis: awai 400 mg/hari biasanya 20-30 mghari, maksimai 35 mg/kg/hari.

4. FENOBARBITAL
Indikasi : sebagai antikonvuisi, fenobarbitaldigunakan daiam penanganan
bangkitan tonik-kionik (grand mal) dan bangkitan parsial.Fenobarbitai dapat
digunakan daiam pengobatanawal, baik untuk bayi maupun anak-anak.
Peringatan : efek samping serius jarang terjadidengan fenobarbitai. Bila
diberikan secara oraluntuk mengatasi epilepsi, efek samping utamaberupa
kantuk atau sedasi; sehingga pada anakmenimbuikan paradoxical excitement
danhiperaktif atau perburukan hyperkinetic behavioryang sudah ada sehingga
kadang diperlukanpenggantian dengan obat barbiturate lain atauantikonvuisan
lain. Pasien usia lanjut seringkalimengalami excitement, bingung atau
depresi.Fenobarbitai menyebabkan beberapa reaksi kulitpada sekitar 1-3%
dari seluruh pasien; tetapireaksi ini biasanya berupa makulopapular
ringan,morbiliform atau scarianitiform yang segera hilangbila obat dihentikan.
Sangat jarang, dermatitiseksfollatif, ehtema multiform atau sindromastevens-
johnson telah terjadi. Fenobarbital harusdiberikan dengan sangat hati-hati
pada paslendengan nefritis.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: •
Pengaruh terhadap kehamilan: ada bukti positifrisiko kematian janin, tetapi
jika manfaatpemberian melebihi risiko yang dapat ditimbulkanterhadap ibu
hamil, maka dapat digunakan (misal:jika obat dibutuhkan pada keadaan
yangmengancam jiwa atau untuk penyakit yang seriusdan tidak ada obat lain
yang lebih aman untukdigunakan).
Kategori risiko ibu menyusui: tidakdirekomendasikan untuk ibu menyusui
karenafenobarbital didistribusikan dalam air susu.
Efek samping: mengantuk, kelelahan, depresimental, ataksia, dan alergi kulit,
paradoxicalexcitement restlessness, bingung pada orangdewasa dan
hiperkinesia pada anak; anemiamegalobalstik (dapat diterapi dengan asam
folat)
Dosis: oral: 60-18- mg (malam). Injeksi i.m./i.v.50-200 mg, ulang setelah 6
Jam bila perlu,maksimal 600 mg/hari. Encerkan dalam air 1:10untuk i.v. status
epileptikus (tersedia di ICU): i.v.kecepatan tak lebih dari 100 mg/menit,
sampai
bangkitan teratasi atau sampai maksimal 15mg/kg/hari tercapai.
Anak: 5-8 mg/kg/hari.

5. GABAPENTIN
Indikasi: terapi tambahan untuk epiiepsi parsialdengan atau tanpa kejang
umum, yang tidakdapat dikendalikan dengan anti epiiepsi lain.
Peringatan: hindari pemutusan obat mendadak(bertahap sekurang-kurangnya 1
minggu); epilepsicampuran dengan petit mal (yang mungkinkambuh). usia
lanjut (kurangi dosis), gangguanginjal (kurangi dosis), hamil dan menyusui.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusi dalamair susu ibu (ASI), gunakan
dengan hati-hati.
Efeksamping: somnolens, pusing, ataksia, lesu,nistagmus, nyeri kepala,
tremor, diplopia, mualdan muntah, rinitis, ambliopia, kejang,
faringitis,disartri, dispepsi, amnesia, gugup, batuk.
Dosis: Hari ke1: 300 mg, kemudian 300 mg 2kali sehari pada hari ke2,
kemudian 300 mg 3kali sehari pada hari ke3. Selanjutnya dinaikkansesuai
respons, sampai mencapai 1,2 g/hari terbagi dalam 3 dosis. Bila perlu
dinaikkan lagibertahap 300 mg/hari (dalam 3 dosis terbagi),sampai maksimal
2,4 g/hari. Dosis lazim: 0,9-1,2g/hari; periode diantara dosis tak boleh
melebihi12 jam.
Anak: tidak dianjurkan.

6. DIAZEPAM
Indikasi: pemakaian jangka pendek pada ansietasinsomnia, tambahan pada
putus alkohol akut,status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
Peringatan: dapat mengganggu kemampuanmengemudi atau mengoperasikan
mesin, hamil,menyusui, bayi, usia lanjut, penyakit hati danginjal, penyakit
pernafasan, kelemahan otot/miastenia, gravis, riwayat penyalahgunaan
obatatau alkohol, kelainan kepribadian yang nyata,kurangi dosis pada usia
lanjut dan yang sudahtidak mampu melakukan aktifitas, hindaripemakaian
jangka panjang, peringatan khususuntuk injeksi i.v., porfiria.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui:
Kategoririsikoibumenyusui:terdistribusidalam air susu ibu (ASi), hindari jika
mungkin.
Efeksamping: efek samping pada susunan sarafpusat: rasa lelah, ataksia, rasa
malas, vertigo,sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efeklain;
gangguan pada saluran pencernaan,konstipasi, nafsu makan berubah,
anoreksia,penurunan atau kenaikan berat badan, mulutkering, salivasi, sekresi
bronkial atau rasa pahitpada mulut.
Dosis: oral: ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika periudapat dinaikkan menjadi 15-
30 mg sehari dalamdosis terbagi; lansia (atau yang sudah tidakmampu
meiakukan aktivitas) setengah dosisdewasa. Insomnia yang disertai ansietas,
5-15mg sebelum tidur. Untuk ansietas akut berat,pengendalian serangan panik
akut, penghentianalkohol akut, dosis awal 5 -10 mg i.v. (ke dalamvena besar
dengan kecepatan tidak lebih dari 5mg/menit), jika perlu uiangi setelah 4 jam.
Dosismaksimal : 30 mg. Catatan: rute i.m hanyadigunakan jika rute oral dan
i.v tidak mungkindiberikan.
ANAK: night teror dan somnambulisms, 1-5 mgsebelum tidur.

7. TOPIRAMAT
Indikasi: sindroma Lennox-Gastaut, migrain,epilepsi.
Peringatan: dapat mengganggu kemampuanmengemudi atau mengoperasikan
mesin, hamil,menyusui, bayi, penyakit hati dan ginjal, Minumair dalam
jumiah yang banyak untuk mengurangirisiko terjadinya batu ginjal, monitor
serumbikarbonat dalam darah pada awal terapi dansecara teratur selama
penggunaan topiramat.
Hindari penghentian obat mendadak; turunkandosis secara perlahan, lOOmg
dalam selangwaktu 1 minggu. Segera konsultasi ke dokterapabila mengalami
pandangan mata kabur atausakit mata (eye pain).
Kategori risiko ibu hamii dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusidalam air susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan.
Dosis:Monoterapi:
Dewasa: Bangkitan parsial dan tonik-klonik: dosisawal monoterapi: pada
minggu pertama, 25mgsehari dua kali (pagi dan sore); pada minggukedua,
50mg sehari dua kali; pada minggu ketiga,75mg sehari dua kali; pada minggu
keempat,100mg sehari dua kali; pada minggu kelima,150mg sehari dua kali;
pada minggu keenam(dosis maksimum) 200mg sehari dua kali.Anak = 17
tahun: Bangkitan tonik^klonik: dosisawal monoterapi: pada minggu pertama,
25mgsehari dua kali (pagi dan sore); ^ada minggukedua, 50mg sehari dua kali;
pada minggu ketiga,75mg sehari dua kali; pada minggu keempat,lOOmg
sehari dua kali; pada minggu kelima,150mg sehari dua kali; pada minggu
keenam(dosis maksimum) 200mg sehari dua kali.
Kombinasi terapi:
Dewasa dan anak = 17 tahun: Bangkitan parsialdan tonik-klonik: dosis awal
kombinasi terapi:mulai dengan 25mg-50mg per hari; dosis dapatditingkatkan
25mg-50mg per hari dalam selangwaktu 1 minggu hingga mencapai dosis
200-400mg per hari dalam dosis terbagi 2.
ANAK 2-16 tahun:
Bangkitan parsial dan tonik klonik: dosis awalkombinasi terapi: pada minggu
pertama, 1-3mg/kgberat badan/hari (= 25mg) diminum malam harisebelum
tidur; dosis dapat ditingkatkan 1-3mg/kgberat badan/hari dalam selang waktu
1-2 mingguhingga mencapai dosis 5-9mg/kg berat badan/hari.

8. KLONAZEPAM
Indikasi: epilepsi, semua jenis, termasuk petitmal, mioklonus, status
epileptikus.
Peringatan: gangguan hat! dan ginjal, penyakitpernapasan, usia lanjut, debil,
pemutusan obatmendadak, hamil, menyusui.
Kategori risiko ibu hamit dan menyusui: D
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusl daiamair susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan.
Kontraindikasi: depresi pernapasan, insufisiensipulmoner akut, porfiria.
Efek samping: letih, mengantuk, pusing, hipotoniotot, gangguan koordinasi
gerak; hipersaiivasipada bayi; agresi, iritabel dan perubahan mental;jarang
gangguan darah, abnormalitas fungsi hati.
Dosis Epilepsi:
Dewasa: dosis awal 1 mg (USIA LANJUT: 500mikrogram) malam hari,
selama 4 hari. Dosisdapat dinaikkan secara bertahap daiam waktu
24mingguhinggamencapaidosispemeliharaan4-8mg/hari,dalamdosisterbagi.
Dosismaksimum20mg/hari. ANAK 1-5 tahun: 250 mikrogram/hari,dapat
dinaikkan bertahap daiam 2-4 mingguhingga mencapai dosis 1-3 mg/hari.
Anak 5-12tahun: 500 mikrogram maiam hari seiama 4 hari,dapat
ditingkatkan secara bertahap daiam waktu2-4 minggu hingga mencapai dosis
3-6 mg/hari.
Dosis maksimum: 200mikrogram/kg beratbadan/hari.
Status epileptikus:Dewasa; infus atau injeksi 1mg diberikan dalamwaktu
sedikitnya 2 menit, jika periu dosis dapatdiuiang.
Anak: infus atau injeksi 500 mikrogram diberikandalam waktu sedikitnya 2
menit, jika periu dosisdapat diuiang.

9. LAMOTRIGIN
Indikasi: monoterapi dan terapi tambahan untukepilepsi parsiai dan epiiepsi
umum, tonik-klonik.
Peringatan: pemantauan ketat (faal hati, ginjaidan pembekuan darah); dan
pertimbangkan untukmenghentikan obat bila terjadi ruam, demam,gejaia-
gejala seperti influensa, mengantuk, ataumemburuknya pengendaiian kejang,
terutamapada bulan pertama pengobatan; kombinasidengan obat anti epiiepsi
lain mungkin terkaitdengan perburukan penyakit secara progresifdengan status
epiieptikus, disfungsi muiti organ,disseminated intravascular coagulation
dankematian; hindari pemutusan obat mendadak(bertahap dalam 2 minggu
atau lebih); gangguanginjal; hamil dan menyusui.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusi dalamair susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan (AAP).
Kontraindikasi: gangguan hati

Efek samping: demam, malaise, gejalamirip influenza, mengantuk, jarang:


disfungsi hati,limfadenopati, leukopenia, dan trombositopenia,dilaporkan
dalam hubungan dengan mam;angioedema, sindrom Stevens Johnson,
nekrolisis epidermal toksik, dan fotosensitivitas. Diplopia,pandangan kabur,
pusing, mengantuk, insomnia,nyeri kepala, ataksia, kelelahan, gangguan
salurancerna, iritabilitas, agresi, tremor, agitasi, bingung.

Dosis;Monoterapi:
Dewasa: dosis awal 25 mg/hari selama 14 hari,kemudian 50 mg/hari untuk 14
hari berikutnya;peningkatan dosis maksimum 50-1 OOmg denganinterval
waktu 1-2 minggu hingga mencapai dosispemeliharaan 100-200 mg/hari
sebagai dosistunggal atau dosis terbagi dua.
USIA LANJUTtidak dianjurkan.
Anak > 12 tahun: dosis awal, dosis tunggal 25mgselama 2 minggu kemudian
dilanjutkan dengandosis tunggal 50mg selama 2 minggu, dan
dapatditingkatkan maksimum 50-1 OOmg setiap 1-2minggu hingga mencapai
dosis 100-200mgsebagai dosis tunggal atau dosis terbagi.
Anak= 12 tahun: tidak direkomendasikan.
Kombinasi terapi dengan valoroat:
Dewasa: dosis awal 25 mg, selang sehari selama14 hari, kemudian 25 mg/hari
setiap hari untuk14 hari berikutnya, dosis dapat ditingkatkan
maksimum 25-50mg setiap 1-2 minggu hinggamencapai dosis 100-200mg
sebagai dosis tunggaiatau dosis terbagi 2.
Anak >12 tahun: dosis awal 150 mikrogram/kgberat badan/hari untuk 14 hari,
kemudian 300mikrogram/kg berat badan /hari untuk 14 hariberikutnya, dosis
dapat ditingkatkan maksimum300 mikrogram/kg berat badan setiap 1-2
mingguhingga mencapai dosis 1-5 mg/kg berat badansebagai dosis tunggai
atau dosis terbagi 2.
ANAK yang beratnya kurang dari 25 kg; dosisawal 5 mg, selang sehari, untuk
14 hari pertama.
Dosis pemeliharaan: 1-5 mg/kg berat badan/harisebagai dosis tunggai atau
dosis terbagi 2.
Kombinasi terapi dengan okskarbazepin:
Dewasa: dosis awal 25 mg, sekali sehari selama14 hari, kemudian 50 mg
sekali hari untuk 14 hariberikutnya, kemudian dosis ditingkatkanmaksimum
50-1 OOmg setiap 1-2 minggu hinggamencapai dosis 100-200mg sebagai
dosis tunggal atau dosis terbagi 2,
USIA LANJUT tidakdianjurkan.
Kombinasi terapi dengan OAE penqinduksi enzim(bukan valproat):
Dewasa: dosis awal 50 mg, sekali sehari selama14 hari, kemudian 50 mg dua
kali sehari untuk14 hari berikutnya, kemudian dosis ditingkatkanmaksimum
lOOmg setiap 1-2 minggu hinggamencapai dosis 200-400mg dalam dosis
terbagi2, USIA LANJUT tidak dianjurkan.Gangguan fungsi hati: gangguan
fungsi hatisedang (Chlld-Pugh category B): kurangi 50%dosis; gangguan
fungsi hati berat (Child-Pughcategory C): kurangi 75% dosis.
10. PRIMIDON
Indikasi: semua jenis epiiepsi kecuali petit mal.Juga dipakai untuk tremor
esensial.
Peringatan; Kontraindikasi dan Efek samping:lihat Fenobarbital. Mengantuk,
ataksia, mual,gangguan pengiihatan, dan ruam, biasanyareversibei meski obat
diteruskan.Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: D
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusi dalamair susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan (AAP).
Dosis:
Dewasa dan anak > 8 tahun: dosis awal 100-125mg/hari menjelang tidur
selama 3 hari, kemudianditingkatkan 100-125 mg dalam dosis terbagisetiap 3
hari hingga mencapai dosis 250mg tigakali sehari. Dosis maksimum: 2
gram/hari.
Anak = 8 tahun: dosis awal 50mg menjelang tidurselama tiga hari, kemudian
50mg/hari ditingkatkansetiap tiga hari hingga mencapai dosis 125-250mg(10-
25 mg/kg berat badan) tiga kali sehari.
Anak < 2 tahun: dosis pemeliharaan 250-500mgper hari.

11. OKSKARBAZEPIN
Indikasi: epilepsi umum, tonikklonik primer danepilepsi parsial dengan atau
tidak dengangeneralisasi sekunder.
Peringatan: Wanita hamil, menyusui. Pantaukadar Na dalam serum; disfungsi
ginjal berat,pemutusan obat jangan mendadak, alergi silangdengan
karbamazepin. Hati-hati mengemudi danmenjalankan mesin.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusi dalamair susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan.
Kontraindikasi: AV block
Efek samping: rasa lelah, kadang mengantuk,sel darah putih berkurang,
hiponatremia. Jarang:depresi, psikis labil, trombositopenia,
pansitopenia,sindrom StevensJohnson.
Dosis:Monoterapi:
Dewasa: dosis awal 300 mg/hari dua kali sehari,kemudian dosis ditingkatkan
500 mg/hari setiap3 hari hingga mencapai dosis 1200mg/hari.
Anak 4-16 tahun: dosis awal 8-10mg/kg beratbadan dalam dosis terbagi dua;
kemudian dosisditingkatkan menjadi 5 mg/kg berat badan/harisetiap tiga hari
hingga mencapai 600-900mg/hariuntuk anak dengan berat badan 20kg;
9001200mg/hariuntukanakdenganberatbadan30kg; 900-1500mg/hari untuk
anak dengan beratbadan 35-40kg; 1200-1500mg/hari untuk anakdengan berat
badan 45kg; 1200-1800mg/hariuntuk anak dengan berat badan 50-55kg; 1200-
2100mg/hari untuk anak dengan berat badan 60-70kg.
Kombinasi terapi:
Dewasa; dosis awal 300 mg/hari dua kali sehari,kemudian dosis ditingkatkan
GOOmg/hari denganinterval waktu satu minggu hingga mencapaidosis
1200mg/hari.
Anak 4-6 tahun: dosis awal 8-10mg/kg beratbadan/hari hingga mencapai dosis
yangdirekomendasikan sesuai dengan berat badandalam waktu 2 minggu.
Dosis maksimum;1800mg/hari (untuk anak dengan berat badan39kg).
Anak 2 - < 4 tahun: dosis awal 8-10mg/kg beratbadan/hari dalam dosis terbagi
dua hinggamencapai dosis yang direkomendasikan sesuaidengan berat badan
dalam waktu 2-4 minggu.
Dosis maksimum: 60 mg/kg berat badan/haridalam dosis terbagi dua. Untuk
anak denganberat badan < 20kg: dosis awal 16-20mg/kg/hari.
Konversi terapi dari monoterapi OAE lain menjadimonoterapi okskarbazepin:
Dewasa: dosis awal 300 mg/hari dua kali sehari,kemudian dosis ditingkatkan
GOOmg/hari denganinterval waktu satu minggu hingga mencapaidosis
2400mg/hari dalam waktu 2-4 minggudisertai dengan penurunan dosis OAE
lain hinggapenghentian terapl OAE lain tersebut dalam waktu3-6 minggu.
Anak 4-16 tahun: 8-10mg/kg berat badan dalamdosis terbagi dua, kemudian
dosis ditingkatkanlOmg/kg berat badan/hari dengan interval waktusatu
minggu hingga mencapai dosis yangdirekomendasikan sesuai dengan berat
badananak dalam waktu 2-4 minggu disertai denganpenurunan dosis OAE lain
hingga penghentianterapi OAE lain tersebut dalam waktu 3-6 minggu.

12. VIGABATRIN
Indikasi: epilepsi yang tidak dapat diatasi dengananti epilepsi lain secara
memuaskan, monoterapipenatalaksanaan spasme infantil (West'ssyndrome)
Peringatan: gangguan ginjal; usia lanjut;pemantauan ketat fungsi syaraf;
hindaripemutusan obat mendadak (bertahap dalam 24minggu) riwayat
psikosis atau masalah perilaku
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: belumditentukan (kontraindikasi-
pabrik farmasi)
Kategori risiko ibu menyusui: tidak diketahui(kontraindikasi-pabrik farmasi).
Kontraindikasi: Wanita hamil dan menyusui
Efek samping: mengantuk, kelelahan, pusing,gugup, iritabilitas, agitasi,
depresi, sakit kepala,nistagmus, ataksia, tremor, paraesthaesia,konsentrasi
menurun; efek samping jarang tetjadi:yaitu bingung, agresi, psikosis, mania,
gangguansaluran cema, alopesia, ruam, urtikaria; eksitasidan agitasi pada
anak; kadang-kadang frekuensiserangan meningkat (terutama jika
mioklonik),enzim hati menurun, haemoglobin sedikitmenurun, juga
dilaporkan kerusakan areapenglihatan, potofobia dan gangguan retinal. Hati-
hati dalam pemakaian vigabatrin (perhatikandosis dan lama pemberian) karena
vigabatrindapat menyebabkan kehilangan penglihatanpermanen.
Dosis:Kombinasi terapi:
Dewasa: dosis awal 1gram/hari dalam dosistunggal atau terbagi 2, kemudian
ditingkatkanbertahap 500 mg dengan waktu seminggu sesuaidengan respons.
Dosis maksimum: 3 gram/harisebagai dosis tunggal atau dosis terbagi dua.
Anak: dosis awal 40mg/kg berat badan per hari.
Dosis pemeliharaan disesuaikan dengan beratbadan anak: 10 - 15 kg: 0,5 - 1
gram/hari; 15 -30 kg: 1-1,5 gram/hari; 30 - 50 kg: 1,5-3gram/hari; >50kg: 2-3
gram/hari sebagai dosistunggal atau dosis terbagi dua.
13. LEVETIRASETAM
Indikasi: Terapi tambahan pada pengobatan
bangkitan parsial pada pasien epilepsi dewasaPeringatan: Penghentlan
dilakukan secarabertahap untuk meminimalkan potensipeningkatan frekuensi
bangkitan. Perhatian dosispada pasien gagal ginjal dan pasien yang
sedangmenjalani dialysis. Tumnkan dosis levetirasetamdan berikan dosis
tambahan pada pasien setelahdialisis.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusidalam air susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan.
Efek samping: Anoreksia, astenia, ataksia,pusing, sakitkepala, infeksi, gugup.
nyeri, faringitis,rinitis.mengantuk, vertigo.Efek samping pada penggunaan
dengan OATlain : astenia, pusing, infeksi, mengantuk.
Dosis:Dewasa dan anak =12 tahun: dosis awal 500mgsehari dua kali,
kemudian dosis ditingkatkanlOOOmg dalam dosis terbagi dua setlap 2
mingguhingga tercapai dosis 3 gram/hari. Penggunaandosis lebih darl 3.000
mg/hari tidak terbuktimeningkatkan efek.
Anak 4 - <16 tahun: dosis awal lOmg/kg beratbadan, kemudian dosis
ditingkatkan 20mg/kgberat badan /hari dalam dosis terbagi dua setiapdua
minggu hingga maksimum SOmg/kg beratbadan/hari dalam dosis terbagi
dua.Pada pasien dengan gagal ginjal perlu diberikandosis secara individual
sesuai kondisi ginjalnya.

14. FELBAMAT
Indikasi: obat alternative untuk Atyplkal absence,myokionik, atonik
Peringatan: Gunakan hati-hati pada pasiendengan gaga! ginjal. Turunkan dan
pelihara dosis50% dari biasa (waktu paruh lebih lama 9-15jam).
Kategori risiko ibu hamii dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: belum diketahui
Efek samping: anoreksia, kehilangan beratbadan, mual, muntah, rash,
insomnia, sakit kepala,pusing, mengantuk, diplopia.
Dosis:Monoterapi:
Dewasa dan anak = 14 tahun: dosis awal 1200mg/hari dalam dosis terbagi 3
atau 4 kali,kemudian dosis ditingkatkan 600mg/hari setiap2 minggu hingga
mencapai dosis 2400 mg/hari.
Anak 2-14 tahun: dosis awal 15 mg/kg beratbadan/hari dalam dosis terbagi 3
atau 4, kemudiandosis ditingkatkan 15 mg/kg berat badan/harisetiap minggu.
Dosis maksimum: 45 mg/kg beratbadan/hari.
Konversi terapi dari monoterapi OAE lain meniadimonoterapi felbamat:
Dewasa dan anak =14tahun: dosis awal 1200 mg/hari dalam dosisterbagi 3
atau 4 kali disertai dengan penurunandosis OAE pertama sekitar 20%-33%.
Padaminggu ke-2, dosis felbamat ditingkatkan menjadi2400 mg/hari disertai
dengan penurunan dosIsOAE pertama sebesar 33% dosis lag! (dosis
OAEpertama tinggai 33% bagian dosis mula-muia).Pada minggu ke-3, dosis
feibamat ditingkatkanmenjadi 3600 mg/hari disertai dengan penurunandosis
OAE pertama sebesar 33% dosis lagi (OAEpertama dihentikan
pemakaiannya).
Kombinasi terapi:
Dewasa: dosis feibamat yang ditambahkan1200mg/hari dalam dosis terbagi 3
atau 4 disertaidengan pengurangan dosis OAE pertama sebesar20%, kemudian
dosis feibamat ditingkatkan1200mg/hari setiap minggu hingga mencapaidosis
3600mg/hari.
Pasien anak dengan Lennox-Gastaut danumur2-14tahun:
Minggu 1: Feibamat 15 mg/kg/hari dalam 3-4 kali dosis terbagi. Turunkan
antikonvulsanlain sampai 20-30%
Minggu 2: Feibamat 30 mg/kg/hari dalam 3-4 kail dosis terbagi. Turunkan
antikonvulsanlain sampai 33%
Minggu 3: Feibamat 45 mg/kg/hari dalam 3-4 kail dosis terbagi. Turunkan
antikonvulsanlain sampai dosis yang diperlukan.
Pasien anak >14 tahun dan dewasa :
Minggu 1: Feibamat 1200 mg/hari. Turunkanantikonvulsan lain sampai 20-
33%
Minggu 2 : Feibamat 2400 mg/hari. Turunkanantikonvulsan lain sampai
33%Minggu 3: Felbamat 3600 mg/hari. Turunkanantlkonvulsan lain sampai
dosis yangdiperlukan.

15. TIAGABIN
Indikasi: sebagai terapi bangkitan parsial padapasien dewasa dan anak diatas
12 tahun
Peringatan: Pada pasien tanpa epilepsi, tiagabindapat menimbulkan onset
bangkitan baru danstatus epileptikus. Jangan hentikan obat ini tiba-tiba.
Karena klirens tiagabin berkurang padapasien dengan penyakit hati,
penurunan dosisatau perpanjangan interval dosis mungkindiperlukan pada
pasien tersebut.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: terdistribusidalam air susu ibu (ASI), tidak
direkomendasikan.
Efek samping: nyeri abdominal, luka kecelakaan,amblyopia, astenia, ataxia,
bingung, batuk,depresi, diare, sulit konsentrasi, sulit mengingat,pusing.
Dosis:
Hal yang perlu diperhatikan :
• Tiagabin diberikan secara oral dan digunakanbersama makanan.
• Jangan lakukan loading dosis tiagabin
Dewasa: dosis awal 4 mg sekali sehari, dapatditingkatkan 4-8 mg/hari dalam
interval mingguanhingga mencapai respon klinik yang diinginkanatau dosis 56
mg/hari dalam dosis terbagi 2-4.
Anak <12 tahun: tidak direkomendasikan.
Kombinasi terapi dengan OAE penginduksi enzim:
Anak 12-18 tahun: dosis awal 4 mg/hari seiama7 hari, kemudian dosis
ditingkatkan 4 - 8mg/haridalam interval mingguan hingga dosis maksimal32
mg/hari daiam dosis terbagi 2-4.
16. ZONISAMID
Indikasi: Terapi tambahan pada pengobatanbangkitan parsiai pada pasien
epilepsi dewasa
Peringatan: monitor fungsi ginjai secara periodik.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: beium diketahui
Efek samping: iritabiiitas, anoreksia, pusing,sakit kepaia, nausea dan
mengantuk.
Dosis:
Dewasa dan anak =16 tahun: dosis awai 50 -ICQ mg/hari daiam dosis terbagi
2, dosis dapatditingkatkan lOOmg/hari setiap 2 minggu hinggamencapai dosis
efektif 1 GO - 400 mg/hari sebagaidosis tunggai atau dosis terbagi 2.
Zonisamiddapat digunakan bersama atau tanpa makanan.
Anak <16 tahun: tidak direkomendasikan.Gangguan fungsi hati berat:
tidakdirekomendasikan.

17. PREGABALIN
Indikasi: Terapi tambahan pada pasien dewasadengan bangkitan onset parsial.
Peringatan: Penghentian obat secara tiba-tibadapat menimbulkan insomnia,
nausea, sakitkepala, diare. Hentikan dosis pregabalin secarabertahap seiama
minimum 1 minggu. Gunakanhati-hati pada pasien dengan gagai
jantungkongestif.
Kategori risiko ibu hamil dan menyusui: C
Kategori risiko ibu menyusui: beium diketahui
Efek samping: pusing, mengantuk
Dosis:
Dewasa: dosis awal tidak lebih dari 75mg seharidua kaii atau 50mg sehari tiga
kali. Dosismaksimal: 600mg/hari dalam dosis terbagi 2-3.
Anak: tidak direkomendasikan.

B. Terapi Status Epileptikus


OAE pilihan utama status epileptikus adalahbenzodiazepin yang diberikan
secara i.v. bila tidakmemungkinkan dapat diberikan melalui i.m., rectal,buccal,
atau endotracheal. Identifikasi penyebabstatus epileptikus dilakukan segera
setelah bangkitanberhenti.Bila bangkitan tidak berhenti dalam 30 menit,
atautonik-kionik tidak berhenti secara otomatis makapenatalaksanaan status
epileptikus mengikutialgoritma dibawah ini.
Interaksi Antar Obat Anti Epilespi
Interkasi Obat Anti Anti Lepsi Dengan Obat Lain
EPILEPSI PADA KONDISI KHUSUS

A. EPILEPSI PADA PEREMPUAN


Penggunaan kontraseptif oralmaupun suntikan, dan terapi sulih hormon/
hoiwonreplacement therapy (HRT).
1. Epilepsi pada masa pubertas
Penggunaan asam valproat pada masaharus diwaspadai karena
berisikoterjadinya sindroma ovarium polikistik. Sindromini mempunyai ciri-ciri
hirsutisme, anovulasi kronis,amenorea, oligomenorea, pendarahan
uterusdisfungsional, infertilltasj obesitas,hiperinsulinemia, dan resistensi terhadap
insulin.
2. EpiLepsi yang berkaitan dengan mensturasi(epilepsi katamenial)
Terapi epilepsi katamenial:
a) Tambahan OAE yang bekerja cepat, dengan
Dosis penuh secara intermiten di luar OAEyang biasa digunakan.
Pemberian obat inidilakukan beberapa haii sebelum dan sesudahmensturasi.

b) Kiobazam atau klonazepam dapat digunakansebagai pilihan terapi.


Kiobazam dapatdiberikan 20-30 mg/hari dalam 2-4 harisebelumnya.Obat
lain di luar CAE yang dapat diberikansebagai obat tambahan adalah
asetazoiamid 8- 30 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi, yangdiberikan 5-
10 hari sebelum dan sesudahmenstruasi. Dosis maksimal asetazoiamid:
375-1000 mg/hari. Jika diberikan dalam bentukkombinasi dengan obat anti
konvuisi yang lain,dosis yang diberikan sekali sehari 250 mg.
3. Epilepsi pada kehamlian
Pedoman tatalaksana epilepsi pada kehamilan
a) Sebelum hamil: Strong Evidence (Class I)
Terapi yang optimal dengan dosis serendahmungkin hams
diberikan sebelum konsepsi.Bila memungkinkan perubahan terapi
CAEyang mempunyai efek teratogenik minimaldilakukan sekurang-
kurangnya 6 bulansebelum konsepsi. Pilihan CAE selamakehamilan,
antara lain: lamotrigin, vigabatrin,levetirasetam, topiramat, tiagabin.
Diberikan asam folat (1-4 mg/hari)selama masa reproduksi dan
dilanjutkanselama kehamilan.
• Pada pasien yang menggunakankarbamazepin, natrium divalproat atau
asam vaiproat perlu dilakukan:
(i)Pemeriksaan kadar alpha-fetiprotein dalamplasma (minggu 14-16
kehamilan),
(ii)Pemeriksaan ultrasonografi level II(struktural) (minggu 16-20
kehamilan), p)Amnionsintesis untuk pemeriksaan kadaralpha-fetoprotein
dan asetiikolinesterasedalam'cairan amnion.
b) Saat hamil: Weaker Evidence (Class III)
Dilakukan pemantauan kadar OAEyang tidak terikat protein. Untuk
pasienyang stabil, kadar obat diperiksa sebelumkonsepsi, dan setiap bulan
selama
hamil. Penyesuaian dosis dilakukanberdasarkan konsentrasi OAE dalam
plasma. Juga dapat dipantau bilaada indikasi (misalnya setelah bangkitan
atau bila ragu dengan kepatuhan minumobat).
Diberikan vitamin KID mg/hari per oraldalam bulan terakhir (mulai
bulankedelapan) untuk mencegah risiko perdarahanneonatal pada
penggunaan OAE yang bersifatpenginduksi enzim, misalnya
karbamazepin,fenitoin, fenobarbital.
c) Setelah kehamilan/ persallnan: Strong evidence(Class I)
• ASI tetap diberikan
• DIperhatlkan apakah ada kesulitanminum dan efek sedasi pada bayi,
terutamapada penggunaan benzodlazepin(diazepam, lorazepam),
karbamazepin,fenobarbital.
d) Setelah kehamilan: Weaker Evidence (ClassIII)
• Kadar OAE dipantau sampai minggu 8pasca persalinan, terutama bila
dosis OAEdinaikkan selama kehamilan untukmenghindari toksisitas.

4. Epilepsi pada persalinan


a) Persalinan harus dilakukan di klinik ataurumah sakit dengan fasilitas untuk
perawatanepilepsi dan unit perawatan intensif untukneonates
b) Persalinan dapat dilakukan secara normal/per vagina0. Selama persalinan,
OAE harus tetapdiberikan, apabila perlu pasien dapat diberikandosis
tambahan dan atau obat parenteralterutama apabila terjadi partus lama.
c) Terapi kejang saat melahirkan sebaiknyamenggunakan lorazepam,
diazepamatau fenitoin intravena. Aturan pemberian dosis sebagai beiikut:
(i) dosis lorazepam 0,07 mg/kgBB, jika perlu dapat diulangi setelah 10
menit,atau (ii) kombinasi dosis tunggal diazepam10 mg i.v dan fenitoin
15-20 mg/kg BB diikutidosis fenitoin 8 mg/kg BB/hari dalamdosis terbagi
2 secara intravena atauoral. Pernah dilaporkan dalam satu kasuspemakaian
premedikasi fenitoin dengan dosis100 mg i.v.e. Vit K 1 mg i.m diberikan
pada neonatus saatdilahirkan oleh ibu yang menggunakan
OAEpenginduksi enzim untuk mengurangi risikoterjadinya pendarahan.
Pemberian ulanganvit K 2 mg oral pada neonatus dilakukanpada akhir
minggu pertama, dan akhir mingguke-4.

5. Epilepsi pada masa menyusui


Urutan ratio ikatan obat protein dari yangpaling besar adalah: asam
valproat (90-95%) fenitoin(90%)-karbamazepin(40-90%)-fenobarbital (50%) -
lamotrigin (40-50%) -topiramat (15%) - levetirasetam (<10%) -gabapentin (0%).
Ratio ikatan obat proteinyang tinggi menyebabkan kadar OAE dalamplasma
rendah sehingga kadar OAE dalam ASIjuga rendah.

6. Epilepsi pada menopause


OAE penginduksi enzim sitokrom P450(fenobarbital, fenitoin,
karbamazepin) umumnyamasih digunakan pada perempuan menopause,namun
dapat mempengaruhl metabollsmekalslum dan menekan sintesis vitamin D
aktiftubuh sehingga akan meningkatkan risikogangguan pada tulang seperti
osteoporosis,osteopeni, osteomalasia dan fraktur. Saat inisudah tersedia OAE
yang bukan penginduksienzim, misalnya benzodiazepin, gabapentin,felbamat,
topiramat.
7. OAE pada penggunaan kontrasepsi oral dansuntikan
penginduksi enzim sitokrom P450, sepertikarbamazepin, fenitoin,
fenobarbital dapatmenurunkan efektivitas kontrasepsi oral. Olehkarena itu
diperlukan (i) konsentrasi kontrasepsioral yang lebih tinggi, yaitu sediaan yang
mengandung 50 mikrogram etinilestradiol ataumenggunakan OAE alternatif,
misalnyabenzodiazepin, dan gabapentin ataumenggunakan metoda kontrasepsi
alternative(nonhormonal); (ii) dan interval pemberiansuntikan (progesteron
sintetik) dianjurkan lebihpendek, yaitu diulangi setiap 10 minggu dari
yangbiasanya setiap 12 minggu. Penggunaankontrasepsi suntikan (sediaan Depo)
dilaporkandapat mengurangi bangkitan, terutama padaperempuan dengan
bangkitan katamenial (masamenstruasi).

8. Epilepsi pada penggunaan Terapi SulihHormon (Hormon replacement therapy,


HRT)
Pada masa menopause terjadi penurunanhormon estrogen dan progesteron.
Beberapaefek pasca menopause dapat dikurangidengan pemberian terapi sulih
hormon. Terapisulih hormon dapat berupa estrogenatau sebaiknya dikombinasi
denganprogesteron. Penggunaan OAE penginduksienzim dapat mempengaruhi
kadarhormonesehingga dibutuhkan dosis hormonal yanglebih besar. Selain
penggunaan terapisulih hormon, orang yang menderita gangguanepilepsi
dianjurkan untuk mengkonsumsivitamin D dan suplemen kalsium, olah
raga,menghindari alkohol dan rokok sehingga dapatmeminimalkan kehllangan
massa tulang(osteopeni) dan osteoporosis.
9. Efek samping kosmetik
Efek OAE panting pada perempuan. Fenitoindapat menimbuikan hirsutism
dan hyperplasiaginggiva. Valproat dapat merontokkan rambut.Peningkatan berat
badan dapat disebabkan olehvaiproat, pregabalin, gabapentin dankarbamazepin.
Fenobarbital dan fenitoin berefekpada jaringan ikat wajah dan menjadikan
tampiianwajah menjadi kasar.

B. EPILEPSI PADAANAK

Terapi pada anak ditekankanuntuk mengendalikan bangkitan secepat


mungkinuntuk menghindari gangguan perkembangan otakdan kognitif. Dosis obat
ditingkatkan cepat danperubahan frekuensi pada regimen dimaksimalkanuntuk
pengendalian bangkitan (terapi agresif). Karenakecepatan metabolisme OAE anak
tinggi maka dosisOAE dalam mg/kg BB biasanya lebih tinggidibandingkan dosis
OAE orang dewasa. Monitoringkonsentrasi obat dalam plasma dilakukan
secaraekstensif untuk memperoleh pengobatan yangadekuat.Orang tua sangat
berperan dalam proses terapi baikdalam hal kepatuhan minum obat maupun
aspekpsikososial.

C. EPILEPSI PADA LANJUT USIA


OAE pilihan utama untuk epilepsypada lansia antara lain termasuk
karbamazepin,asam valproat, okskarbazepin, gabapentindan lamotrigin.
Penatalaksanaan epilepsi pada lansia hendaknyalebih berhati-hati mengingat pada
lansia telahterjadi penurunan fungsi organ tubuh dan
penurunan kecepatan metabolisms basalsehingga sering terjadi penyakit lainnya
secarabersamaan dengan keluhan epilepsinya.
Dalam pemilihan obat pada epilepsylansia pertu diperhatikan beberapa hal
sebagai
berikut:
a. Pemilihan obat berdasarkan jenis epiiepsinya.
b. Pada pasien iansia yang sering mengalamikesuiitan menelan maka disarankan
pemakaian obat dalam bentuk sirup.
c. Pada lansia sering ditemukan gangguan fungsiorgan yang memerlukan terapi,
sehinggapemilihan OAE hendaknya dipilih yang tidakberinteraksi dengan obat-
obatan tersebut.
d. Pemberian OAE pada lansia kadangmemerlukan waktu lebih dari 3 tahun
bahkan
seumur hidup, karena epilepsi pada lansiaumumnya bersifat simtomatik.

2.3 Monitoring dan Evaluasi Hasil Terapi


1. Tipe dan jumlah bangkitan
Tim medis perlu mengedukasi pasien untuk memantau efektivItas dan
ROTD DAE. Pasien diminta mencatat beberapa hal dalam buku kesehatannya,
antara lain:
(i) jenis bangkitan,
(ii) lama/waktu terjadinya bangkitan,
(iii) jumlah bangkitan, dan
(iv) pemicu/pencetus bangkitan.
2. Konsentrasi obat dalam plasma
Monitoring konsentrasi kadar obat dalam plasma sangat membantu dalam
individualisasi dan pengaturan dosis, kepatuhan penggunaan obat,doksisitas,
kemungkinan terjadinya interaksiobat, kegagalan terapi. Pengambilan sampel
minimal dilakukan sebelumdan sesudah perubahan dosis. Waktupengambilan
sampel umumnya dilakukan segerasebelum dosis berikutnya setelah OAE
diminumselama 5 kali waktu paruh untuk mengetahuikadar tunak dalam plasma,
kecuali pada kasusyang dicurigai menimbulkan toksisitas makapengambilan
sampel langsung dilakukan padasaat itu.

3. Kondisi komorbid (penyakit penyerta)


Munculnya gejala bam yang menyertai selamaterapi
4. Adaptasi sosial
Pasien epilepsi mampu melakukan aktifitassehari-hari misalnya olahraga
ataupunbersosialisasi walaupun masih diperlukanpendamplngan untuk kasus
tertentu. Pilihanjenis olah raga yang sesuai untuk pasien epilepsyadalah;
• Olah raga yang dilakukan di lapangan/gedung olah raga
• Olah raga yang dilakukan di jalan umum(balap, lari maraton dll).
• Pilihan jenis olah raga yang sebaiknyadihindari atau yang memerlukan
pengawasankhusus, antara lain:
 olah raga di ketinggian(naik gunung, panjat tebing dll),
 renang

5. Munculnya ROTD
Identifikasi munculnya ROTD balk yang akutmaupun kronik. Kepatuhan
berobatDihitung jumlah obat sisa, jadwal kunjungan,waktu minumnya, dosis,
jumlah obat yangdiminum, konsistensi nama obat.

7. Toksisitas
Identifikasl munculnya toksisitas jika perlu lakukan TDM
3. Analisis DRP

Kasus: Seorang pasien perempuan berusia 35 thun dibawa IGD rumah sakit
dengan keluhan kejang berulang sejak tadi pagi kejang pada seluruh tubuh, pada
saat pasien masih dalam keadan kejang keluarga pasien menjelaskan bahwa
pasien sudah menggunakan obat epilepsi sejak usia 8 tahun. Obat yang digunakan
adalah Fenitoin yang diminum 2 kali sehari 200 mg, dan sejak satu minggu yang
lalu psien berhenti minum obat dengan alasan tidak sempat kontrol. Selain itu
pasien masih dalam pengobatan TB paru dan sedang menggunakan obat TB paru
nya. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, laju
pernafasan 40 x/menit, Nadi 100x/menit, suhu tubuh 36 C. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas normal.

Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan kejang (status epileptikus) dan


memberikan terapi berupa : Diazepam 10 mg iv, setelsh diulang 3 kali baru kejang
pasien teratasi. Selanjutnya pasien diberikan 100 mg iv bolus. Dan dikirim
keruangrawat inap.

Di ruang rawat inap pasien diberi terapi sebagai berikut :

- Fenitoin kapsul 200 mg 3 kali sehari per oral


- Carbamazepin 300 mg 2 kali sehari per oral
- Rifampisin 450 mg 1 kali sehari per oral
- Isoniazid 300 mg 1 kali sehari
- Pyrazinamid 500 mg 2 kali sehari
- Ethambutol 500 mg 2 kali sehari
Tabel 1. Analisa Pasien

Data pasien Seorang pasien perempuan berusia 35


tahun
Riwayat penyakit Epilepsi dan TB paru
Keluhan pasien Kejang
Riwayat pengobatan Obat yang digunakan adalah Fenitoin
yang diminum 2 kali sehari 200 mg,
dan sejak satu minggu yang lalu psien
berhenti minum obat dengan alasan
tidak sempat kontrol. Selain itu pasien
masih dalam pengobatan TB paru dan
sedang menggunakan obat TB paru nya
Hasil pemeriksaan fisik  tekanan darah 120/80 mmHg
 laju pernafasan 40 x/menit
 Nadi 100x/menit
 suhu tubuh 36 C.
Hasil laboratorium didapatkan dalam batas normal

Tabel 2. Analisis DRP

No Permasalahan Penilaian Drug- Komentar/cacatan


Releted
problem
1. Hubungan Apakah ada obat Tidak ada Tidak ada
antara terapi tanpa indikasi masalah
obat dan medis?
masalah medis Apakah ada obat Dibutuhkan Tidak ada
yang tidak dikenal/ informasi
obat tidak berlabel lebih banyak
sebelum
masuk/kunjungan
klinik yang tidak
diketahui
masuk/kunjungan
klinik yang tidak
diketahui?
2. Pemilihan obat Apakah ada kondisi Tidak ada Tidak ada
yang sesuai medis yang tidak masalah
diobati? Apakah
membutuhkan terapi
obat?
Apakah manfaat Tidak ada Tidak ada
komparatif dari obat masalah
yang dipilih?
3. Kegagalan Apakah terapi yang Tidak ada Tidak ada
terapi diberikan kepada masalah
pasien mengalami
kegagalan karena
kesalahan system
atau
ketidakpatuhan?
Adakah factor Tidak ada Tidak ada
penghambat dalam masalah
mencapai efektivitas
terapi mencapai
efektivitas terapi?
4. Dampak Apakah obat yang Tidak ada Tidak ada
keuangan dipilih hemat dari masalah
segi biaya?
Apakah biaya terapi Tidak ada Tidak ada
obat mewakili masalah
kesulitan keuangan
bagi pasien?
5. Pengetahuan Apakah pasien Ada masalah Pasien tidak
pasien tentang mengerti tentang mengetahui bahwa
terapi tujuan Obat anti epilesi
tidak boleh
pengobatannya
diberikan bersaman
bagaimana cara dengan obat TBC
pemakaiannya dan karena masing-
masing obat
efek samping
tersebut akan saling
terapi? mempengaruhi
efek atau kinerja
dari obat lain, oleh
karena itu
pemberian obat
TBC di jarakan
waktu minum obat
minimal 3 jam.

Apakah ada manfaat Dibutuhkan Tidak terdapat


bagi pasien terhadap informasi informasi
edukasi? lebih banyak mengenai edukasi
terhadap pasien
6. Alergi obat atau Apakah pasien Dibutuhkan Tidak terdapat
intoleransi mempunyai alergi informasi informasi
atau intoleransi lebih banyak mengenai alergi
pada obat? obat atau
intoleransi perlu
dikonfirmasi
kembali ke pasien
Apakah pasien Dibutuhkan Tidak terdapat
diberikan layanan informasi informasi
apabila terjadi alergi lebih banyak mengenai
oleh penyedia pelayanan alergi
layanan kesehatan? oleh penyedia
layanan kesehatan
7. Interaksi obat Apakah ada Ada masalah Dilihat pada tabel 3
dengan obat interaksi antara
Interaksi obat obat?
dengan Apakah ada Dibutuhkan Tidak terdapat
makanan interaksi obat informasi informasi
Interaksi obat dengan makanan lebih banyak mengenai makanan
dengan tel labor yang dikonsumsi
pasien
Apakah ada Tidak ada Tidak ada
interaksi antara obat masalah
dengan tes labor
8. Penyalahgunaan Apakah ada Tidak ada Tidak ada
obat-obatan/sen masalah tentang masalah
yawa kimis penyalahgunaan
obat-obatan/senyaw
a kimia
Bisakah Ada masalah Kejang yang
penghentian disebabkan pasien
penggunaan obat- tidak meminum
obatan/senyawa obat epilepsinya
kimia lainnya selama seminggu
berhubungan karena lupa kontrol
dengan gejala
pasien
9. Regimen obat Apakah dosis yang Tidak ada Tidak ada
diresepkan dan masalah
frekuensi dosis
sesuai dalam
kisaran terapi yang
biasa dan atau
dimodifikasi untuk
factor pasien?
Apakah cara Tidak ada Tidak ada
penggunaan obat maslah
yang dikonsumsi
pasien sudah tepat?
Apakah dosis yang Tidak ada Tidak ada
dijadwalkan untuk masalah
memaksimalkan
efek terapi dan
kepatuhan dan
untuk
meminimalisir ES,
IO dan
kompleksitas
rejimen

Tabel 3. Rekomendasi

Obat Efek Manajemen


Rifampisan + Pirazinamid dapat -Tidak ada tindakan yang
pirazinamid menurunkan kadar perlu dilakukan.
rifampisin dalam serum -Kombinasi obat tetap
darah dapat diberikan.
-perlu dipertimbangkan
untuk meningkatkan dosis
rifampisin apabila
dicurigai
terjadinyainteraksi obat.
Pirazinamid + isoniazid Kombinasi isoniazid dan -penggunaan pirazinamid
pirazinamid dapat dan isoniazid dapat
meningkatkan efek diberikan.
hepatotoksik -pengobatan tambahan
tidak diperlukan.
-Akan tetapi perlu
dilalukan monitoring
fungsi hati terutama
pasien dengan riwayat
gangguan fungsi hati.
Isoniazid + Vitamin B6 Mekanisme terjadinya Pemberian kedua obat
interaksi obat antara tersebut dapat diberikan
isoniazid dan vitamin karena efek yang
tidak spesifik sehingga dihasilkan ringan.
tidak dapat dikategorikan
dalam mekanisme
farmakokinetik maupun
farmakodinamik
Rifampisin + isoniazid Penggunaan bersamaan -pemantauan fungsi hati
rifampisin dan isoniazid diperlukan untuk melihat
secara umum digunakan tingkat keparahan reaksi.
dalam teraupetik. Adanya -mempertimbangkan
rifampisin dapat penghentian salah satu
meningkatkan insiden obat atau keduanya jika
hepatotoksik terutama terjadi perubahan fungsi
asetilator isoniazid lambat hati.
yang memungkinkan -memberikan selang
perubahan dalam waktu pemberian obat
metabolism isoniazid.
Karbamazepin + Isoniazid dapat Monitor simtom toksisitas
isoniazid meningkatkan konsentrasi karmazepin (pusing,
karbamazepin dalam ngantuk, mual, muntah,
plasma pada banyak ataxia, sakit kepala,
penderita : kemungkinan pandangan buram) kalau
akan terjadi simtom memungkinkan monitor
toksisitas karbamazepin, konsentrasi karbamazepin
terutama pemakaian yang turun apabila
isoniazid >200mg/ hari isoniazid dihentikan atau
toksisitas karbamazepin dikurangi dosisnya.
akan terjadi pada hari 1-2
setelah terapi isoniazid
Fenitoin + isoniazid Isoniazid dapat - Kalau perlu dosis
meningkatkan fenitoin diturunkan.
konsentrasifenotoin -bila isoniazid dihentikan
dalam serum. dosis fenitoin dinaikkan
Kemungkinan terjadi sesuai dengan kebutuhan.
toksistas fenitoin. Slow
metabolizers Isoniazid
resikonya lebih besar.
Pirazinamid Dapat menyebabkan nyeri Dapat diberikan aspirin
sendi
Rifampisin Dapat menyebabkan tidak Obat diminum malam
ada napsu makan, mual, sebelum tidur
sakit perut
Tabel 4. Rencana asuhan/ pelayanan kefarmasian
Pharmacotherape Recommendatio Monitorin Desired Monitor
utic Goal ns for therapy g Endpoint( ing
Paramete s) Frequen
r cy
Pemantau Fenitoin dan Kejang Tidak Untuk
terjadinya kejang karbamazepin terjadi kasus
kejang akut
pemanta
u kejang
dilakuka
n setiap
menit
atau
setiap
jam yaitu
pada
status
epileptik
us, untuk
kasus
setelah
terkontro
l kejang
di pantau
setiap
jam
Mengobati TBC Rifampisin, Membunu Tidak Efek
isoniazid, h bakteri mengalami terapi
pirazinamid, micobakter TBC obat
etambutol ium dipantau
tuberkolosi setiap 6
s (TBC) bulan
sedangka
n efek
samping
obat
dipantau
setiap 1
satu kali
semingg
u atau
satu kali
sebulan.
Rekomendasi Monitoring
Layanan Tujuan Rekomendas Parameter Frekuensi
Kesehatan Farmakote i untuk yang Monitoring
rapi Terapi dimonitr
Menjaga Menjaga Berikan obat Frekuensi Untuk kasus
atau terjadinya fenitoin kejang, tipe yang akut
memantau kejang kapsul 200 kejang, dan pemantau an
terjadinya pasien mg 3x sehari lama kejang. dalam hitungan
kejang pada peroral. menit atau jam
pasien yang Karbamazepi misalnya pada
menderita n 300 mg status
epilepsi 2x sehari per epileptikus.
oral. Untuk kasus
setelah
terkontrol
kejang maka di
pantau setiap
jam.
Menjaga Membunuh Rifampisin Efek terapi, Efek terapi
efek terapi bakteri 300mg 1x efek samping dipantau 1x 6
dan efek mikobakteri sehari, obat bulan sedangkan
samping um pirazinamid efe samping
obat pada tuberkolosis 500mg 2x obat di pantau
pasien TBC (Terapi sehari, setiap 1x
TBC ) etambutol seminggu atau
500mg 2x 1x sebulan.
sehari

Tabel 5. Rencana Pemantauan Efek samping


Manifestasi efek Nama obat Regimen dosis Cara mengatasi
samping obat efek samping
obat
Kesemutan dan Isoniazid 300 mg 1 kali Diberikan vitamin
rasa terbakar pada sehari B6
kaki atau telapak
tangan
Nyeri pada sendi Pirazinamid 500 mg 2 kali Diberikan aspirin
sehari

Dapat Rifamfisin 450 mg 1 kali Obat diminum


menyebabkan sehari per oral malam sebelum
tidak ada napsu tidur
makan, mual, sakit
perut
Gangguan Etambutol 500 mg 2 kali
penglihatan sehari

Gangguan Karbamazepin 300 mg 2 kali Perlu dipantau dan


pembentukan sel sehati hitung kadar darah
darah. Dan untuk
Gangguan kadar gangguan kadar
natrium yang natrium perlu
dapat dipantau kadar
menyebabkan natrium .
hiponatremia

Tabel 6. Rencana Edukasi pasien


Uraian Rekomendasi
Efek samping rifamfisin sekresi cairan tubuh berwarna merah,
pasien tidak perlu takut dan cemas
karena itu tanda obat tsb bekerja

Obat epilepsy 1.Tidak boleh penghentian obat epilepsi


secara mendadak tanpa rekomendasi
dari dokter
2.pasien harus minum obat secara
teratur pada waktu yang sama setiap
hari.
3. hindari akvitas yang memerlukan
kewaspadaan terhadap fisik dan mental
seperti mengendarai kendaraan
bermotor atau mengoperasikan mesin.
4. adanya interaksi obat epilepsi dengan
vitamin D, asam folat, dan vitamin K
sehingga kadar obat dalam darah
berkurang.
5. jangan gunakan obat kantuk dengan
obat anti epilepsy secara bersamaan
karena akan menyebabkan efek
mengantuk.
6. segera sikat gigi setiap selesai makan
karena efek samping karmazepin dan
fenitoin dapat menyebabkan
hyperplasia gusi.
Obat TBC Pasien harus meminum obat TBC
dengan patuh karena ketika terputus
meninum obatnya ,pengobatan kembali
keawal.
Kebersihan dan keselamatan pasien  Pisahkan barang yang di pakai
bersama oleh pasien keluarga
untuk mencegah penularan.
 Di sarankan pasien tidak
mengemudi, mencegah kambuh
nya epilepsi ketika mengemudi

Rencana pemantauan terapi Epilepsi


 Pantau data EEG (Elektroensefalogram ) pasien yang merupakan
pemeriksaan terpenting pada suatu bangkitan epileptic.
 Pemeriksaan Laboratarium
Darah: hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit, apus darah tepi,
elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium), kadar gula, fungsi hati
(SGOT, SGPT, Gamma GT, aikali fosfatase), ureum, kreatinin, dan
lainnya atas indikasi Cairan cerebrospinal: Bila dicurigai ada infeksi SSP .
 Tipe dan jumlah bangkitan
Tim medis perlu mengedukasi pasien untuk memantau efektivitas obat.
Pasien diminta mencatat beberapa hal dalam buku kesehatannya, antara
lain: jenis bangkitan, lama/waktu terjadinya bangkitan, jumlah bangkitan,
dan pemicu/pencetus bangkitan.
 Konsentrasi obat dalam plasma
Pengambilan sampel minimal dilakukan sebelum dan sesudah perubahan
dosis. Waktu pengambilan sampel umumnya dilakukan segera sebelum
dosis berikutnya setelah OAE diminum selama 5 kali waktu paruh untuk
mengetahui kadar tunak dalam plasma, kecuali pada kasus yang dicurlgai
menimbulkan toksisitas maka pengambilan sampel langsung dilakukan
pada saat itu.
DAFTAR PUSTAKA

Rogers SJ, Cavazos JE. 2008. Epylepsy. In: Dipiro JT,Talbert RL, Yee GC,
Matzke GR, Wells BG, Posey LM. Pharmacotherapy a pathophysiologyc
approach 7th ed. China: McGraw-Hill.

Goodman & Gilman's. 2006. The Pharmacological Basic ofTherapeutics, Edition,


Mc Graw Hill.

Utama, H, Gan, V. 2007. Antiepilepsi dan Antikonvulsi.Dalam Farmakologi dan


Terapi. Edisi 5 BagianFarmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : Gaya Baru.

Neal MJ. 2002. Medical Pharmacology at a glance. 4th ed. Blacwell Sciende Ltd.

LF. Charles, AL. Lora, GP Morton, LL. Leonard. 1996. Drug information
Handbook, 14th Edition. North American Edition.

Dhillon, S. 2003. Epilepsy. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Third Edition.

Bertram G. Katzung. MD.Phd. 2006. Basic & Clinical Pharmacology. Tenth


edition.

Anda mungkin juga menyukai