Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN


TINGGI

Disusun Oleh:
Kelompok 1:
1.    Zainal Arifin     NPM : 2021010100018

Dosen Pengampu:
Ach. Khoiri, S. Ag, M.Pd

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEMGETAHUAN


UNIVERSITAS ISLAM MADURA
PAMEKASAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt.  yang telah memberikan
kami kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan
segala pertolongan-Nya penyusun dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan umat-umatnya.
Makalah ini memuat tentang “Landasan Teologis dan Filosofis Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam” yang diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Makalah ini dibuat agar pembaca dapat
memperluas ilmu pengetahuan tentang landasan teologis dan filosofis pengembangan
kurikulum PAI.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Ach. Khoiri, S. Ag, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini
dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada para
pembaca khususnya dalam pembahasan landasan teologis dan filosofis pengembangan
kurikulum PAI. Penyusun sadar, bahwa makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penyusun membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun.

Pamekasan, 08 Oktober 2021

                 Penyusun

ZAINAL ARIFIN
KHOMAISYAH
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C.    Tujuan......................................................................................................................................4
D.   Manfaat.....................................................................................................................................5
E. penelitian..................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A .Pengertian Kurikulum dan Landasan.......................................................................................6
B.  Landasan Teologis Pengembangan Kurikulum PAI...............................................................7
C.    Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum PAI.............................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................10
A.    Kesimpulan.............................................................................................................................10
B.     Saran......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki
pengaruh terhadap seluruh pendidikan. Tanpa adanya Pendidikan Agama Islam proses
pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik, karena dalam pendidikan agama islam
mencetak peserta didik berakhlakul karimah dan mentaati segala peraturan perundang
undangan di indonesia. Mengingat saat ini banyak dari siswa dan mahasiswa yang
bertawuran dan melanggar etika dan juga undang undang Negara, bahkan pelecehan
sekssualpun banyak di lakukan oleh remaja yang tak lain semua itu terdiri dari pelajar dan
mahasiswa maka dianggap penting adanya pendidikan agama islam masuk sebagai kurikulum
dalam pendidikan, khususnya kurikulum PAI di Sekolah, maka penyusunan kurikulum tidak
dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum tersebut sama-sama
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam.Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang
kuat dapat berakibat fatal dalam pendidikan.
Agar tujuan dari suatu kurikulum PAI di sekolah dapat benar-benar tercapai, maka
perlu adanya suatu pengembangan kurikulum yang berdasarkan pada landasan-landasan serta
prinsip-prinsip yang berlaku.Hal ini mengingat bahwa suatu kurikulum tersebut diharapkan
dapat memberikan landasan dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa
secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat serta dapat
menjadi siswa yang beriman dan bertakwa.

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian kurikulum dan landasan?
2.      Bagaimana pengembangan kurikulum PAI?
3.      Bagaimana landasan teologis pengembangan kurikulum PAI?
4.      Bagaimana landasan fisiologis pengembangan kurikulum PAI?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kurikulum dan landasan
2.      Mengetahui pengembangan kurikulum PAI
3.      Mengetahui landasan teologis pengembangan kurikulum PAI
4.      Mengetahui landasan fisiologis pengembangan kurikulum PAI

D.   Manfaat

1. Menambahkan pengetahuan agama bagi manusia


2. Mengurangi pergaulan bebas di kalangan remaja
3. Terbentuknya mahasiswa yang lebih islami

E. penelitian
memberikan landasan pengembangan kepribadian kepada mahasiswa agar menjadi kaum
intelektual yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis
BAB II
PEMBAHASAN

A .Pengertian Kurikulum dan Landasan


Kata “kurikulum” berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam bidang
olahraga.Yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam
kegiatan berlari mulai dari start hingga finish.Pengertian ini kemudian diterapkan dalam
bidang pendidikan.Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni
jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang
kehidupannya.Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh
pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap serta nilai-nilai.[1]
Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani
kuno, yang berasal dari kata curir  yang artinya pelari, dan  curere yang artinya tempat
berpacu atau tempat berlomba. Jadi kurikulum disini berarti suatu jarak untuk perlombaan
yang harus ditempuh oleh para pelari.Perkembangan selanjutnya kurikulum dipakai dalam
dunia pendidikan dan pengajaran.
Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi,
tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu pihak ada yang
menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan pada
proses atau pengalaman belajar.
Pengertian lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata
kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran atau mata kulih di sekolah atau perguruan tinggi,
yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, juga keseluruhan pelajaran
yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan (Nasution, 1982).Demikian definisi yang
tercantum dalam UU Sisdiknas Nomor 2/1989. Definisi kurikulum yang tercantum dalam UU
Sikdinas Nomor 20/2003 dikembangkan ke arah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
ada tiga komponen yang bermuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran,
serta cara pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.[2]
Definisi yang dikemukakan oleh Kamil dan Sarhan menekankan pada sejumlah
pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh sekolah bagi
para peserta didiknya di dalam luar sekolah, dengan maksud mendorong mereka untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Definisi yang senada yang dikemukakan oleh
Saylor dan Alexander, bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah atau perguruan tinggi
yang bisa menghasilkan atau menimbulkan hasil-hasil belajar yang dikehendaki, apakah di
dalam situasi-situasi sekolah ataupun di luar sekolah atau perguruan tinggi.Demikian Olivia
yang mendefinisikan kurikulum sebagai rencana atau program yang menyangkut semua
pengalaman yang dihayati peserta didik di bawah pengarahan sekolah atau perguruan tinggi.
[3] Menurut R. Ibrahim (2005), kurikulum dikelompokkan dalam 3 dimensi, yaitu: kurikulum
sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Selain itu,
Nana Syaodih Sukmadinata (2005), mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari 3
dimensi, yaitu kurikulu sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebaga
rencana. Sementara Said Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki 4 dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya
saling  berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
1.    Kurikulum sebagai suatu ide atau gagasan
2.    Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide.
3.    Kurikulum sebagai suatu kegiatan atau relita atau Implementasi kurikulum.
4.    Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konskekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan.

B.  Landasan Teologis Pengembangan Kurikulum PAI


Hadis Nabi SAW merupakan sumber kedua ajaran Islam sesudah kitab suci al-Qur’an.
Semua ayat al-Qur’an diterima oleh para sahabat dari Rasulullah SAW secara mutawatir,
ditulis dan dikumpulkan sejak zaman Nabi SAW masih hidup baik fi as-suthur (dalam
tulisan) maupun fi ash-shudur (melalui hafalan), serta dibukukan secara resmi sejak zaman
Abu Bakar Ash-Shiddiq RA (W.13H), karena itu al-Qur’an bersifat Qath’i al-subut.
Sedangkan Hadis Nabi SAW sebagian besarnya tidak diriwayatkan secara
mutawatir.Pembukuannya secara resmi baru dilakukan pada zaman Khalifah ‘Umar bin
‘Abdul Aziz al-Umawiy (99/717-101/720), oleh karena itu Hadis bersifat dhann al-
wurud.Tentunya untuk mengetahui orisinalitas dan kualitas sebuah Hadis, membutuhkan
ilmu Hadis, baik ilmu Hadis Riwayah maupun Ilmu Hadis Dirayah.
Hadis sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, merupakan sarana
fungsionalis untuk menggali konsep kurikulum pendidikan Islam.Kurikulum merupakan
salah satu komponen yang sangat menentukan dalam sistem pendidikan, karena kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pendidikan pada semua jenjang tingkat pendidikan.Kurikulum yang baik dan relevan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integral dan komprehensif
serta menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dalam penyusunannya.
Dalam mengembangkan kurikulum selain berlandaskan pada al-Qurán dan Hadits juga
berlandaskan pada Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Di Indonesia
menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing individu.Dalam kehidupan,
dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat terbina kehidupan
yang rukun dan damai.

C.    Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum PAI


Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan
pendidikan, siapa pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses
interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban
yag mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan” (love of wisdom).
Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak.
Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis,
dan mendalam. Pemikiran demikian dalam berfilsafat sering disebut sebagai pemikiran
radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar).Filsafat mencakup
keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat segala yang ada ini sebagai satu
kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.Sering
dikatakan dan sudah menjadi terkenal dalam dunia keilmuan bahwa filsafat merupakan ibu
dari segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah yang menentukan tujuan umum pendidikan.
Berdasarkan luas lingkup yng menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi dalam dua
cabang besar, yaitu filsafat umum atau filsafat murni dan filsafat khusus atau terapan,
sedangkan filsafat umum juga terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu :
1.      Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi metafisika umum atau
ontology, dan metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi
(hakikat ketuhanan) dan antropologi filsafat (hakikat manusia).
2.      Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode
mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan) dan hakikat
penalaran (deduktif dan induktif).
3.      Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan
estetika (hakikat keindahan).
Dalam aspek filosofis pendidikan agama Islam telah memberikan landasan filosofis 
antara lain  secara  epistimologis dan  aksilogis.
Pendidikan Agama Islam pada taran filosofis adalah kajian filosofis terhadap hakekat
pendidikan agama Islam yang dibahas dalam bidang ilmu filsafat pendidikan Islam, yang
dibahas secara mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh serta universal
yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk pemikiran atau konsepsi sebagai suatu
sistem.
Pendidikan Agama Islam pada tataran epistimologis ialah kajian ilmiah terhadap
konsep dan teori Pendidikan Islam yang dibahas dalam bidang  ilmu pendidikan Islam yang
membahas tentang seluk-beluk pendidikan Islam
Pendidikan Agama Islam pada tataran aksiologis sebagaimana Muhaimin mengutip
dari Tafsir (2004), ialah pendidikan agama Islam (PAI) yang dibakukan sebagai nama
kegiatan mendidik agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama
Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam, bukan pendidikan agama Islam. Namun
kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikan agama Islam disebut sebagai PAI. Karena
“pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Karena pada tataran
aksiologis, realitas keberadaan pendidikan agama Islam di sekolah umum di Indonesia
dilaksanakan di bawah kontrol kebijakan politik pemerintah, maka tujuan  pendidikan agama
Islam dirancang oleh pemerintah untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yang
disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan sosio-politik dan dinamika perkembangan
budaya dan keberagamaan masyarakat Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kurikulum adalah semua kegiatan yang dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pengertian ini jauh lebih luas karena mencakup seluruh kegiatan  intern dan
ekstren siswa, baik yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran maupun kegiatan-
kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Adapun pengertian
landasan Menurut Hornby c. s. dalam “The anvance leaner’s dictionari of current
English” mengemukakan definisi landasan sebagai berikut :“faoundation …. that on which
an idea or belief rest an underlying principle’s as the foundations of religious belief the basis
or starting point…”. Jadi menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan
yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari sesuatu.
2.      Proses yang mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan
kurikulum PAI yang lebih baik.
3.      Dalam mengembangkan kurikulum selain berlandaskan pada al-Qurán dan Hadits juga
berlandaskan pada Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Dalam
kehidupan, dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-
pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat
terbina kehidupan yang rukun dan damai.
4.      Dalam aspek filosofis pendidikan agama Islam telah memberikan landasan filosofis  antara
lain  secara  epistimologis dan  aksilogis.Pendidikan Agama Islam pada taran filosofis adalah
kajian filosofis terhadap hakekat pendidikan agama Islam yang dibahas dalam bidang ilmu
filsafat pendidikan Islam, yang dibahas secara mendalam, mendasar, sistematis, terpadu,
logis, menyeluruh serta universal yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk
pemikiran atau konsepsi sebagai suatu sistem.

B.     Saran
1.      Untuk meningkatkan pemahaman tentang pengertian kurikulum dan landasan penyusun
menyarankan agar pembaca mencari lebih lanjut rujukan yang dipakai oleh penyusun.
2.      Untuk meningkatkan pengembangan kurikulum PAI, penyusun menyarankan agar pembaca
tidak hanya mengetahui teorinya saja tetapi pembaca disarankan agar
mengimplementasikannya ke dalam kegiatan belajar mengajar.
3.      Untuk menambah wawasan pemahaman landasan teologis pengembangan kurikulum PAI,
penyusun menyarankan agar pembaca memperdalam tujuan pendidikan dalam kehidupan
beragama yang berlandaskan pada Qur’an dan Hadits.
4.      Untuk menambah wawasan pemahaman tentang landasan filosofis pengembangan kurikulum
PAI, penyusun menyarankan agar pembaca memperdalam tujuan pendidikan agama Islam
secara epistemologis dan aksiologis serta mengimplementasikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmansyah.2009.Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi.Palembang: Grafindo


Press.
Al-Fandi,Haryanto.2011.Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis.Jogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
Arifin, Zainal. 2013.Konsep Model Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin.2012.Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali Pers.
Rusmaini. 2011.Ilmu Pendidikan. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Tafsir, Ahmad. 2002.Metodologi Pengajaran Agama Islam.Bandung: Remaja Rosdakarya.

[1] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers,


2012),hlm. 1.
[2]Ibid.,hlm. 2.
[3]Ibid.,hlm. 3.
[4] Zainal Arifin, Konsep Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm 8-12.
[5] Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: CV. Grafika Telindo, 2011), hlm. 128.
[6] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm.53.
[7] Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, cet. Ke-1,
(Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011), hlm.218
[8] Abdurrahmansyah, Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi, cet. Ke-2, (Palembang:
Grafindo Press, 2009), hlm. 39-40

Anda mungkin juga menyukai