Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRITIS

“HEMODIALISA”

Disusun oleh:

Febi Tribawanti (0118016)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Dalam system peredaran darah yang ada dalam tubuh kita, darah mengalir
melalui pembuluh darah dari jantung ke seluruh tubuh dan melewati ginjal untuk
disaring. Proses penyaringan ini memisahkan zat-zat yang bersifat racun atau tidak
dapat dihancurkan dan dihancurkan oleh tubuh sehingga harus dibuang bersamaan
dngan urin dan zat-zat yang diperlukanm oleh tubuh. Ginjal sebagai organ yang
berfungsi dalam proses penghasilan urin melalui proses filterasi, reasorbsi dan
augmentasi. Apabila fungsi terganggu maka zat-zat racun yang tidak dapat
dihancurkan dan digunakan oleh tubuh akan mengendap. Sedangkan zat-zat yang
bermanfaat seperti glukosa dapat terbuang sehingga urin terasa manis. Kasus ini
sering disebut dengan istilah DM atau kencing manis. Ginjal yang tidak berfungsi
dengan normal sering dengan istilah gagal ginjal. Kasus ini dapat terjadi akibat kerja
ginjal akibat ginjal yang terlalu berat sehingga terganggu funginya. Selain itu, gagal
ginjal dapat juga diakibatkan oleh keturunan
berbagai upaya kuratif yang telah dilakukan dalam dunia kedokteran seperti
cangkok ginjal dapat membantu kerja ginjal yang sangat berat. Manusia normal
memiliki dua ginjal yang bekerja bersama. Ketika salah satunya rusak atau tidak
berfungsi cangkok ginjal dapat dilakukan untuk m,enggantikan salah satu ginjal yang
rusak tadi sehingga dapat bekerja dalam proses penyaringan dan menghasilkan urin
yang normal. Alternative lain yang saat inisedang berkembang adalah hemodialisis.

b. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep teori Hemodialisa ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Hemodialisa ?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori Hemodialisa.
2. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Hemodialisa.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI HEMODIALISA
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah
buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau
pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M.
Nurs, 2006)
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane
yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak
dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa
bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001)
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer.
Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan
ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula
arteriovenosa) melalui pembedahan.

B. ETIOLOGI

Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari :

 Azotemia
 Simtomatis berupa enselfalopati
 Perikarditis
 Uremia, hiperkalemia berat.
 Kelebihan cairan yang tidak response dengan diuretic
 Asidosis yang tidak bisa diatasi
C. PATOFISIOLOGI
Ginjal adalah organ penting bag hiupi manusia yang mempunyai fungsi utama
untuk menyaring atau membersuhkan darah. Gangguan ginjal bisa terjadi karena
sebab primer atau sebab sekunder dari penyakirt lain. Gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagaglan fungsi ginjal dalam menyaring
atau membersihksan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal
ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialysis meupakan salah satu modalitas pada
penangan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak seemua gagal giunjal memerlukan
dialysis. Dialysis sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagaal ginjal akut yang
tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk idikasi tunggal seperti
hyper kalemia . factor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui
hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta
dan kebiasaan pasien . waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan
gejala-gejala, hemodialisis bisa dimulai ketika bersihan keratin menurun dibawah
10ml/menit yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL
namun demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium absolute adalah
terdapatnya gejala-gejala uremia.
D. PATWAYS

E. INDIKASI
a) Indikasi Segera Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer,
hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau
anuria.
b) Indikasi Dini Gejala uremia, mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang,
gangguan pertumbuhan dan perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup,
laboratorium abnormal, asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea
Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %, TKK : 5 ml/menit
c) Frekuensi Hemodialisa Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya
fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa
sebanyak 3 kali/minggu.
d) Program dialisa dikatakan berhasil jika:
 Penderita kembali menjalani hidup normal
 Penderita kembali menjalani diet yang normal
 Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
 Tekanan darah normal

F. Tujuan
 Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolismee dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang
lain.
 Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
 Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
 Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

G. Peralatan Haemodialisa
1) Arterial – Venouse Blood Line (AVBL) AVBL terdiri dari :
- Arterial Blood Line (ABL) Adalah tubing tubing/line plastic yang
menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser,
disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
- Venouse Blood Line Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari
dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai
dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume
adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen
dialiser.
- Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung
runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble
trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
2) Dializer /ginjal buatan (artificial kidney) Adalah suatu alat dimana proses dialisis
terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
 Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
 Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat. Kedua kompartemen
dipisahkan oleh membran semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu
dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk
dialisat.
3) Air Water Treatment Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur
dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM
dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment”
sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of Medical
Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang
pasien adalah sekitar 120 Liter. 
4) Larutan Dialisat. Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam
komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan
dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam
yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk
bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam
air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap
pakai).
5) Mesin Haemodialisis  Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan
merek nya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan
dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan
bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan
seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program
ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.

H. Proses Haemodialisa
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam
ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke
dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan
selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk
proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat
keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis
akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter. AV
fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih
aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD),
perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien
layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang badan
untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi.
Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan
memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses
untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam
tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada
proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan
hanya melalui selang darah dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan
dari komputer dan pompa, dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan
memonitor aliran darah, tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan
yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan
dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan
racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk
mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam
tubuh.

I. Pemeriksaan Diagnostik
 Kaji hasil laboratorium
o Pemeriksaan darah : Hb, Bun, Kreatinin, Kalium, Natrium, Albumin,
Asam urat, Magnesium.
 EKG
 Thorax fhoto

J. Komplikasi Hemodialisa
1. Kram otot Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume
yang tinggi.
2. Hipotensi Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik,
dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa. .
4. Hipoksemia Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
5. Perdarahan Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
6. Gangguanpencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
7. Pembekuan darah Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin
yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
2. Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, nomor register, dan tanggal masuk rumah sakit.
3. Keluhan utama : mual, muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi
mental), kadar serum yang meningkat,edema gagal jantung
4. Riwayat penyakit sekarang pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium
terminal).
5. Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan riwayat DM,HT,Riwayat penyakit ginjal.Riwayat obat-obatan Pasien
yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan
cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari susunan terapi
dialysis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi
dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat
dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang
sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama
hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner &
Suddarth, 2001: 1401)
6. Psikospiritual

Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta
impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. (Brunner
& Suddarth, 2001: 1402)

Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama
kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267).

7. Nutrisi
Pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan masuk untuk
meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal
jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan
mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan
gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)
8. Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
9. Aktivitas : Dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang
diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk
melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu
yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
10. Pemeriksaan fisik

BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.

TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan tekanan
darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat prosedur
selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur. (Muttaqin, 2011: 268)
B2 :

a) Kepala : Retinopati, Konjunktiva anemis , Sclera ikteric dan kadang – kadang


disertai mata merah (red eye syndrome) ,
b) Rambut rontok : kering dan rapuh
c) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering bersisik
d) Oral : halitosis/ factor unemic, pendarahan gusi
e) Leher : Vena jugularis meningkat/tidak , Pembesaran kelenjar/tidak
f) Dada : a) Gerakkan napas kanan/kiri seimbang/simetris
b) Ronckhi basah/kering

g) Abdomen : a) Ketegangan
b) Ascites
c) Kram perut
d) Mual/muntah

11. Pemeriksaan Penunjang

Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan,
dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
2. Devisit nutrisi (D.0019)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)

C. INTERVENSI

N DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


O
1 Pola nafas tidak Setelah Dengan criteria hasil Manajemen jalan nafas
efektif (D.0005) dilakukan (L.01004) (I.01011)
tindakan  Tekanan Observasi
keperawatan ekspirasi  Monitor pola
selama 1x24 meningkat. nafas
jam maka  Dispnea  Monitor bunyi
Status pola menurun nafas
nafas  Penggunaan Terapeutik
membaik otot bantu nafas  Pertahankan
(L.01004) menurun kepatenan jalan
 Frekuinsi nafas nafas
membaik  Posisikan semi
fowler
 Lakukan
fisioterapi dada
Edukasi
 Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator.
2 Devisit nutrisi Setelah Dengan criteria hasil I.03111
(D.0019) dilakukan
tindakan (L03030) Observasi
keperawatan  Kekuatan otot  Monitor asupan
selama 1x24 pengunyah dan keluarnya
jam maka meningkat makanan dan
Status Nutrisi  Kekuatan otot cairan serta
meembaik menelan kebutuhan
(L.03030) meningkat kalori
 Verbalisasi Terapeutik
keinginan untuk  Timbang berat
meningkatkan badan secara
nutrisi rutin
meningkat  Diskusikan
 Pengetahuan perilaku makan
tentang standar dan jumlah
asupan nutrisi aktifitas fisik
yang tepat  Berikan
meningkat penguatan
 Makanan atau positif terhadap
minuman sesuai keberhasilan
dengan tujuan target dan
kesehatan perubahan
membaik perilaku
 Frekuensi Edukasi
makanan  Ajarkan
Nafsu makan pengaturan diet
membaik yang tepat

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target
berat bedan dan kalori
pilihan makanan
3 Risiko Setelah Dengan criteria hasil Manajemen Cairan
ketidakseimbangan dilakukan (L.03020) (I.03098)
cairan (D.0036) tindakan  Asupan cairan Observasi
keperawatan meningkat  Monitor status
selama 1x24  Edam menurun dehidrasi
jam maka  Asites menurun  Monitor berat
Status  Tekanan darah badan harian
keseimbangan membaik  Monitor hasil
meningkat  Berat badan pemeriksaan
(L.03020) membaik laboratorium
Terapeutik
 Catat intake-
output dan
hitung balans
cairan 24 jam
 Berikan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
diuretic,
Daftar Pustaka

Anonim. Akses Pembuluh Darah, diakses tanggal 20 juni 2018,melalui <


https://www.sahabatginjal.com/penting-bagi-anda/hemodialisis>

Bayhakki. 2013. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: EGC
Heardman. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC: Jakarta

Huddak and Gallo 2010, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling
Terhadap Self Care Dan Status Cairan Pada Pasien Hemodialisa, Tesis, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Ika 2015.Laporan Pendahuluan “Chronic Kidney Disease (CKD)”dilihat 4 Mei 2018, melalui
<http://repository.lppm.unila.ac.id/1391/1/49-54-IKA-A.pdf>

Joy et al (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishig

Kirana 2015. Laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Disease diakses pada tanggal 4 mei 2018 melalui
https://www.academia.edu/31553378/CHRONIC_KIDNEY_DEASES

Anda mungkin juga menyukai