Anda di halaman 1dari 2

BAB II

MEMAHAMI AGAMA KRISTEN1

A. Apa itu Agama Kristen?


Secara ringkas kita menjawab bahwa Agama Kristen adalah “respons percaya terhadap Allah
yang menyatakan diri-Nya didalam Yesus Kristus dan Roh Kudus” Rumusan ini membedakan agama
Kristen dari agama-agama lain. Agama Kristen adalah suatu respons percaya. Semua agama
merupakan respons percaya namun yang membedakan bahwa respons percaya itu diungkapkan
terhadap Allah yang menyatakan diri-Nya didalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Oleh sebab itu
agama Kristen tidak sama dengan agama Yahudi dan Islam. Agama Yahudi mengakui Yesus sebagai
seorang rabi saja. Agama Islam mengakui Yesus sebagai seorang nabi saja. Jadi kepercayaan kepada
Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus itulah yang membedakan
agama Kristen dengan agama lain.
Istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang kita pakai sekarang itu diambil alih dari Gereja-
Gereja Protestan di Amerika, yaitu Christian Education atau Christian Religious Education. Istilah
Pendidikan berasal dari bahasa Inggris “Education”, yang berarti menumbuhkan atau meningkatkan,
melatih, mengajar dan memberi instruksi. Di lihat dari kata Education itu, maka pendidikan juga
berarti pengembangan dalam pengetahuan, kemampuan, keterampilan, maupun sifat dengan jalan
pengajaran, latihan, belajar dan pengalaman. Bila kata pendidikan ditinjau dari sudut kata Educere,
maka pendidikan juga berarti mengeluarkan atau pengembangan apa yang ada dalam diri manusia

1. Arti Pendidikan Agama Kristen (PAK)


Menurut beberapa ahli Pendidikan Agama Kristen (PAK) ada beberapa arti, yaitu sebagai berikut :

1.1 Menurut I.H. Enklaar dan E.G.Homrighausen


Keduanya mengatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen (PAK), ialah:
“Dengan menerima Pendidikan itu, maka pelajar (anak, remaja/pemuda dan orang dewasa)
memasuki Persekutuan Iman yang hidup dengan Tuhan itu sendiri. Dengan Dia dan oleh Dia, mereka
termasuk pula dalam persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya di
segala waktu dan tempat”.

1.2 Menurut Marthen Luther


Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah ”Pemupukan akal orang percaya dan anak-anak
mereka dengan Firman Tuhan di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar
yang dilaksanakan oleh Gereja. Sehingga diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang
berkesinambungan yang diwujudnyatakan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah
Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan melalui tindakan kasih terhadap sesamanya.

1.3 Definisi Pendidikan Agama Kristen (PAK)


Sehingga definisi Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah : “Segala usaha yang bermaksud
atau bertujuan mengembangkan seluruh potensi (kemampuan anak didik yang terdiri dari anak,
pemuda dan orang dewasa) kepada ketaatan bagi Allah dan Firman-Nya sesuai dengan ajaran
Agama Kristen berdasarkan Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Ketaatan dan
pengabdian ini diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari – hari baik di dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja,gereja atau jemaat maupun di dalam masyarakat padanya umum.

2. Teori Pendidikan
Di dalam dunia Pendidikan dikenal dengan sebutan Teori Pendidikan. Teori ini mengatakan :
“Manusia belajar sejak ada di dalam kandungan ibu dan selesai belajar ketika masuk ke dalam
liang kubur.
Teori ini mengatakan bahwa proses belajar itu sebenarnya terjadi sejak anak itu ada di dalam
kandungan ibu, anak belajar tentang baik buruknya hidup dari kedua orangtuanya.. Sehingga
walaupun ia ada di dalam kandungan, proses belajar itu sudah terjadi. Proses belajar itu akan terus
terjadi ketika anak lahir sampai dewasa dan baru akan berhenti ketika manusia itu meninggal, maka
terhenti pulalah proses belajar itu.

B. Pentingnya Pendidikan Agama Kristen dalam Kehidupan bergereja


Pengajaran Agama Kristen mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan bergereja. Sebab
melalui pengajaran tersebut seorang warga gereja memperoleh pembinaan dan pendidikan dalam hal-

1
Bahan kuliah PAK Semester I Fakultas Hukum Uncen Kelas Reguler dan Ekstensi Semester I, T.A.2020/2021
oleh Herman Swom, M.Pd.K.
1
hal yang berhubungan dengan agamanya, sehingga dia diharapkan akan lebih matang, lebih tahu dan
lebih dalam menghayati akan kebenaran Iman Kristen itu.

Dalam Alkitab istilah pengajaran (katekhein) Serta berhubungan istilah “pemberitaan”


(kerusein). Dalam perintah agung Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya untuk memberitahkan Injil
Tuhan Yesus antara lain memberi perintah agar mereka yang telah dibaptis dalam nama Bapa, Anak
dan Roh Kudus, harus diajar untuk melakukan segala perintah Tuhan Yesus: “ajarlah mereka
melakukan segala yang Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:19). Disini tugas pengajaran Iman
termasuk dalam perintah memberitahkan Injil. Dengan demikian pengajaran agama Kristen
merupakan salah satu bentuk pemberitaan Firman Tuhan. Dr. J. L. Ch. Abineno mengatakan bahwa
pengajaran agama Kristen atau Katekisasi adalah tidak lain dari pemberitaan Firman Tuhan secara
didaktis metodis.

Tujuan pengajaran agama Kristen dalam Alkitab Perjanjian Baru terdapat dalam Efesus 4:12-14

C. Pendidikan Agama Kristen dalam Pendidikan Nasional


Sila Ketuhan Yang Maha Esa memberikan dasar bagi kehidupan agama dalam pembangunan
bangsa Indonesia. Dengan kata lain bahwa sila pertama itu bukan saja memberikan hak bagi
kebebasan beragama tetapi juga kewajiban bagi agama untuk berperan dalam rangka menumbuhkan
kehidupan manusia yang bertanggung jawab. Salah satu bentuk tanggung jawab itu adalah dalam
sektor pendidikan dimana lembaga keagamaan diikut sertakan untuk menyelenggarakan pendidikan,
terutama yang berkaitan dengan fungsi edukatif dari agama itu sendiri. Agama mendidik manusia
khususnya para pemeluknya untuk lebih mengetahui, menghayati dan mengamalkan keimanannya,
sehingga mereka benar-benar menjadi pemeluk agama yang taat dan saleh.
Dalam tujuan pendidikan yang dirumuskan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 4 ditegaskan bahwa tujuan
pendidikan Nasional adalah “mencerdaskan kehidupan dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya”. Yang dimaksud dengan “Manusia Indonesia seutuhnya” adalah manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur.

Tujuan Pendidikan Nasional tersebut lengkapnya berbunyi sebagai berikut:


“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani, dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II, Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 2.

Dengan memahami rumusan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional ini, maka Pendidikan Nasional
tidak hanya bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa saja tetapi terutama manusia Indonesia yang
beriman dan takwa kepada Tuhan. Manusia Indonesia yang ideal yang dinginkan adalah manusia
Indonesia yang seutuhnya yaitu yang memiliki pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang hebat,
kesehatan jasmani dan rohani, kesadaran sosial yang tinggi tetapi lebih dari itu manusia yang beriman
dan taat kepada Tuhan.

Bagaimana praktek dari rumusan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional ini dalam kehidupan
bernegara? Departemen pendidikan atau Kemeterian Riset, Teknologi dan Pendidikan di Indonesia
memberikan ruang penyelenggaraan pendidikan agama dilembaga pendidikan lembaga pendidikan
tinggi dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu didalam penyelenggaraan
pendidikan Agam Kristen di perguruan tinggi.

2
.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf (Senin, 2 Oktober 2017)

Anda mungkin juga menyukai