Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Suprayitno
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya
Abstrak: Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih berorientasi pada guru
(teacher centered) yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan dominasi metode ceramah. Hal ini
mengakibatkan kurang maksimalnya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Tujuan yang ingin dicapai adalah,
mendeskripsikan motivasi belajar siswa, mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa, serta mendeskripsikan kendala yang
dihadapi siswa saat berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share). Metode penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, angket, dan tes. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan
siswa, angket, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif Subjek penelitian
adalah kelas IV SDN Jeruk I/469 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat.
Pada siklus I persentase yang diperoleh sebesar 58,25%, siklus II sebesar 74,64%, dan siklus III sebesar 87,78%. Selain
itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS, Motivasi Belajar Siswa.
Abstract: Based on the observation, indicated that in the learning process was still oriented by teacher (teacher
centered) that dominated by speech method. This case was effect to decrease the student’s learning motivation. The
goals that will reach are to describe the student’s learning motivation during Social Studies, to describe teacher and
student activity and also to describe the constraint that faced by student in learning process with applicate TPS
learning model. The research method that used in this research is CAR (Classroom Activity Research). Data collection
theqnique uses observation, questioner, and test. Research instruments use observation sheet of teacher and student’s
activity, questioner sheet, and test. Technical data analysis used descriptive qualitative and quantitative. The subject of
research was fourth grade of Jeruk I/469 Elementary School of Surabaya. The result of the research showed that there
was an increasing in the student learning motivation with the percentage in first cycle was 58,25%, in second cycle was
74,64%, and in third cycle was 87,78%. In addition, the result also showed that there was an increasing of teacher
activity, student activity, and the result of student learning.
Keywords: Social Studies, Cooperative Learning Model Type TPS (Think Pair Share), Student Learning Motivation..
1
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam Dengan menerapkan model pembelajaran ini, siswa dapat
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan terstimulus untuk ikut aktif dan terlibat dalam proses
global. pembelajaran. Dengan mengembangkan keterampilan-
Dalam pembelajarannya, ada beberapa jenis materi keterampilan memproseskan sesuatu, anak akan mampu
dalam mata pelajaran IPS ini, yaitu materi fakta, konsep menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang
dan generalisasi atau prinsip. Karakteristik yang dimiliki dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses
juga berbeda, serta penyampaiannya dalam pembelajaran balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar
juga berbeda. Dalam menyampaikan jenis-jenis materi siswa aktif (Conny, 1992). Sehingga membuat siswa
tersebut, perlu diperhatikan juga bagaimana kemampuan merasa dihargai dan disayang oleh guru. Hal ini yang
siswa beserta karakteristiknya. Apalagi yang kita ketahui, mampu menstimulus meningkatnya motivasi belajar
pembelajaran IPS adalah terkesan pembelajaran yang siswa.
sangat membosankan bagi siswa. Jadi bagaimana seorang Model pembelajaran kooperatif merupakan salah
guru mampu menciptakan suasana belajar yang tidak satu model pembelajaran yang sangat popular untuk
hanya menyenangkan tetapi juga mampu menarik diterapkan dalam berbagai bidang studi. Pembelajaran
perhatian siswa ke dalam pembelajaran. kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
Hasil observasi diketahui bahwa pembelajaran IPS meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
di kelas IV masih menggunakan model pembelajaran dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
yang masih konvensional yang didominasi dengan keputusan dalam kelompok, serta memberikan
metode ceramah sehingga siswa belum terarahkan untuk kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar
memahami sendiri konsep-konsep dalam IPS yang bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
sedang dipelajari. Model pembelajaran yang Menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto,
konvensional tersebut belum mampu mengembangkan 2007:42) pembelajaran koperatif merupakan sebuah
kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
psikomotorik (keterampilan) seperti yang tertulis dalam bekerja secara kolaborasi untk mencapai tujuan bersama.
Taksonomi Bloom (dalam Gunawan, 2010). Selain itu, Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk
siswa tidak hanya dituntut untuk memiliki hasil akhir bekerjasama dalam menemukan penyelesaian dari suatu
yang bagus, tetapi juga harus memahami bagaimana masalah, dan mereka mengkoordinasikan agar saling
proses dalam pembelajarannya untuk mencapai hasil beriteraksi.
tersebut dengan motivasi belajar yang tinggi. Hal ini Model pembelajaran TPS atau berpikir berpasangan
memicu terjadinya verbalisme pada siswa berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
Pada kondisi ini, siswa hanya menerima segala yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
materi yang diberikan oleh guru dengan tidak siswa. Model TPS ini berkembang dari penelitian belajar
memperhatikan prosesnya, sehingga siswa tidak dapat kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan
maksimal dalam hal pemahaman materi tersebut. Terlihat oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas
jelas ketika pembelajaran berlangsung, 60% siswa tidak Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),
memperhatikan dengan seksama penjelasan dari guru. menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang
Ketika peneliti menanyakan kepada siswa selesai efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
pembelajaran, siswa menjawab bahwa mereka merasa Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
bosan, mengantuk, dan malas ketika mengikuti pelajaran membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
IPS dan mendengarkan materi pembelajaran. Selain itu, secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam
komunikasi antara siswa dengan siswa yang lainnya, TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir,
antara siswa dengan guru juga kurang sekali, hal ini untuk merespon dan saling membantu.
terlihat ketikan pembelajaran berlangsung, tak ada Pembelajaran tipe ini mengajarkan siswa untuk
satupun siswa yang ingin menyampaikan pendapatnya lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang
ataupun bertanya kepada guru. Sehingga bisa peneliti diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya
katakan bahwa komunikasi yang terjalin antara guru diri siswa, serta dapat bekerjasama dengan orang lain
dengan siswa kurang baik. Hal inilah yang mengindikasi dalam kelompok kecil yang heterogen.
bahwa motivasi belajar siswa kelas IV pada pembelajaran Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
IPS sangat kurang. Kooperatif Tipe TPS. Dalam pembelajaran Think Pair
Berdasarkan uraian di atas, ditawarkan kepada guru Share, siswa dikelompokkan secara berpasangan.
kelas IV SDN Jeruk I Surabaya untuk meningkatkan Kelompok berpasangan ini juga mempunyai kelebihan
motivasi belajar siswa dengan menerapkan model dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran TPS: (1)
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share). Meningkatkan partisipasi; (2) Cocok untuk tugas
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
sederhana; (3) Lebih banyak kesempatan untuk kesempatan yang diberikan oleh guru untuk
kontribusi masing-masing anggota kelompok; (4) mendemonstrasikan kemampuan atau pengetahuan yang
Interaksi lebih mudah. Sedangkan kekurangan dimiliki, dan mencari penyelesaian suatu masalah
pembelajaran TPS yaitu: (1) Banyak kelompok yang (memecahkan masalah)
melapor dan perlu dimonitor. (2) Lebih sedikit ide yang Selanjutnya (c) aspek Interpersonal meliputi
muncul. (3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah. indikator: Berperilaku sopan kepada guru, Membantu
Mc. Donald mengatakan (dalam Djamarah, 2008) teman yang kesulitan belajar, Menghargai pendapat orang
bahwa motivation is a energy change within the person lain, Bekerja sama dalam diskusi kelompok, Memberi
characterized by affective arousal and anticipatory goal perlakuan sama kepada semua orang (tidak membeda-
reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energy di bedakan teman), dan Berkomunikasi dengan baik kepada
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya orang lain (guru dan teman). Seluruh indikator di atas
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Adapun akan tertuang dalam angket yang nantinya diisi oleh
pendapat lagi dari Oemar Hamalik (dalam Djamarah, siswa.
2008), mengatakan bahwa perubahan energy dalam diri Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:28), motivasi
seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran
kegiatan fisik. peserta didik. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, dapat terlihat dari indikator motivasi itu sendiri.
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam Mengukur motivasi belajar dapat diamati dari sisi-sisi
belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. berikut: (1) Durasi belajar, yaitu tinggi rendahnya
Maslow (dalam Djamarah, 2008) berpendapat ia sangat motivasi belajar dapat diukur dari seberapa lama
percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan penggunaan waktu peserta didik untuk melakukan
diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti belajar, (2) Sikap terhadap belajar, yaitu motivasi belajar
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, siswa dapat diukur dengan kecenderungan perilakunya
aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan terhadap belajar apakah senang, ragu, atau tidak senang,
estetik. Kebutuhan-kebutuhan itulah yang menurut (3) Frekuensi belajar, yaitu tinggi rendahnya motivasi
Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. belajar dapat diukur dari seberapa sering kegiatan belajar
McClelland (dalam Ratumanan, 2004:99) itu dilakukan peserta didik dalam periode tertentu, lalu
memperkenalkan teori prestasi ini. menurutnya, (4) Konsistensi terhadap belajar, yaitu tinggi rendahnya
seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena motivasi belajar peserta didik dapat diukur dari ketetapan
adanya kebutuhan dan untuk berprestasi. Dalam hal ini, dan kelekatan peserta didik terhadap pencapaian tujuan
misalnya saja siswa berusaha agar dapat menyelesaikan pembelajaran, (5) Kegigihan dalam belajar, yaitu tinggi
tugas dengan baik, menginginkan nilai yang diperolehnya rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat diukur
baik, menginginkan mendapat peringkat di kelas, dsb. dari keuletan dan kemampuannya dalam mensiasati dan
Dalam penelitian ini, indikator dalam mengukur memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan
motivasi belajar siswa didasari oleh teori-teori motivasi pembelajaran, (6) Loyalitas terhadap belajar, yaitu tinggi
belajar yang meliputi: (1) teori Maslow atau kebutuhan, rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat diukur
(2) teori dorongan, (3) teori intensif atau tujuan, (4) teori dengan kesetiaan dan berani mempertaruhkan biaya,
motivasi berprestasi, (5) teori motivasi kompetensi, dan tenaga, dan pikirannya secara optimal untuk mencapai
(6) teori psikoanalistik (id atau ego) yang secara lebih tujuan pembelajaran, (7) Visi dalam belajar, yaitu
lengkap yaitu: (a) Aspek Sikap belajar meliputi indikator: motivasi belajar siswa dapat diukur dengan target belajar
Senang/antusias dalam proses pembelajaran, yang kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan, (8)
memperhatikan guru pada saat menyampaikan Achievement dalam belajar, yaitu motivasi belajar peserta
materi/informasi, menunjukkan rasa ingin tahu, dan tekun didik dapat dengan prestasi belajarnya.
mengerjakan tugas. Menurut De Decce dan Grawford (dalam
Selanjutnya (b) Aspek Partisipasi dalam proses Djamarah, 2008) ada empat fungsi guru sebagai pengajar
pembelajaran meliputi indikator: sering bertanya pada yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan
saat proses pembelajaran, menjawab pertanyaan dari penigkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus
guru, menyampaikan pendapat saat berdiskusi, dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan
menanggapi pendapat atau jawaban teman, yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan
mempresentasikan hasil kerja kelompok, mengerjakan perilaku anak didik kea rah yang menunjang tercapainya
rugas-tugas yang diberikan guru, menyimpulkan materi tujuan pengajaran.
bersama-sama dengan guru, bersaing untuk mendapatkan Sesuai dengan latar belakang dan rumusan
skor atau nilai sebanyak-banyaknya, menggunakan masalah, maka tujuan peneliti ini adalah Mendeskripsikan
3
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216
aktivitas guru dalam pembelajaran IPS dengan (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70. Dan ketuntasan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di secara klasikal 80%.Batas ketuntasan tersebut
kelas IV SDN Jeruk I Surabaya. Mendeskripsikan ditetapkan sesuai dengan KKM di sekolah tersebut.
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan Kendala-kendala yang terjadi dapat teratasi dengan baik
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di dan semakin berkurang.
kelas IV SDN Jeruk I Surabaya. Mendeskripsikan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas IV SDN Jeruk I Surabaya. Mendeskripsikan kendala Dalam penelitian ini, hasil data yang diperoleh adalah
yang terjadi dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan data motivasi belajar siswa dari observasi dan angket,
model pembelajaran kooperatif tipe TPS di kelas IV SDN aktivitas guru, aktivitas siswa, dan juga akan terpapar
Jeruk I Surabaya. hasil belajar siswa. Data keseluruhan yang diperoleh dari
penelitian selama tiga siklus ini bisa dilihat pada tabel
berikut:
METODE Tabel 1. Data Keseluruhan hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Susilo (2007:16), PTK Persent ase t iap Siklus
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan (%)
secara kolaborasi oleh peneliti dan guru dengan No Aspek yang diukur
menekankan pada penyempurnaan atau meningkatkan I II III
praktik dan proses belajar.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus untuk 1. M ot ivasi belajar 58,25 74,64 87,78
mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah siswa (hasil angket )
menerima pelajaran IPS dengan menggunakan model 2. M ot ivasi belajar 51,25 75,00 91,25
pembelajaran TPS. Sasaran dari penelitian ini adalah siswa (hasil
siswa kelas IV SDN Jeruk I Surabaya. Prosedur yang observasi)
digunakan dalam penelitian ini adlah penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan tahapan sebagai berikut (1) Sehingga dari siklus I hingga siklus III mengalami
perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi. peningkatan dan dapat disajikan dalam diagram dibawah
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ini:
Observasi untuk menggali data mengenai aktivitas guru 100
dan siswa serta motivasi belajar siswa, angket untuk 80
menggali data mengenai motivasi belajar siswa yang 60
Siklus I
tidak bisa diamatai dalam observasi, tes untuk mengukur 40
hasil belajar siswa, dan wawancara untuk menggali data 20 Siklus II
mengenai kendala-kendala yang dihadapi selama 0 Siklus III
pembelajaran. SiklusSiklus Sklus
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah (1) I II III
data aktivitas guru dan siswa; (2) data motivasi siswa (3)
kendala-kendala selama pembelajaran. Serta, Instrumen Diagram 1
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen Motivasi belajar siswa dari hasil angket
observasi, instrumen angket instrumen tes, dan instrumen Dengan menerapkan model pembeajaran kooperatif
wawancara. tipe TPS. Persentase Motivasi belajar siswa pada siklus I
Indikator keberhasilan digunakan pada penelitian ini yaitu 58,25%. Motivasi belajar siswa pada siklus II
untuk penentu berlanjut atau tidaknya siklus adalah dari mendapat persentase sebesar 74,64%. Serta pada siklus III
data: Ketercapaian aktivitas guru dikatakan berhasil jika mencapai persentase 87,78%. Sehingga motivasi belajar
mencapai ≥ 80%. Aktivitas siswa juga dikatakan berhasil siswa ini mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
jika mencapai ≥ 80%. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang sangat
Arikunto (2010:35) yang menjelaskan bahwa pelaksanaan bagus dan sudah melampaui target ketuntasan yang telah
pembelajaran mendapat kriteria sangat baik jika ditentukan. Msehingga siklus I-III mengalami
peningkatan dan hasil tersebut bisa terlihat pada diagram
memperoleh persentase 80%. Motivasi belajar siswa
berikut:
jug dikatakan berhasil jika mencapai persentase 80%.
Siswa dinyatakan tuntas jika telah memperoleh nilai KKM
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
100 100
80 80
60 60
Siklus I 40 Siklus I
40
Siklus II 20 Siklus II
20
0
0 Siklus III Siklus III
SiklusSiklus Sklus
I II III
Diagram 2 Diagram 4
Motivasi beajar siswa dari hasil observasi Rata-rata Hasil belajar siswa Siklus I sampai siklus III
Dari kedua hasil data untuk motivasi belajar siswa Persentase tersebut sudah melampaui ketuntasan
yaitu dari angket dan observasi, maka dapat disajikan ke yang telah ditentukan dengan kategori sangat baik.
dalam matriks berikut: Dari persentase yang telah dihitung pada setiap siklus,
Tabel 2 maka hal ini menunjukkan bahwa angka keberhasilan
Matriks peningkatan hasil motivasi belajar siswa yang didapat pada setiap siklus selalu mengalami
Persentase peningkatan yang bagus. Sehingga dapat disajikan juga
ketuntasan klasikal dalam bentuk diagram berikut:
No Instrumen
Siklus I Siklus Siklus III
II
1 Lembar 51,25% 75% 91,25% 100
observasi 80
2 Angket 58,25% 74,64% 87,78% 60
40 Siklus I
20
Hasil tersebut kemudian disajikan ke dalam bentuk Siklus II
0
diagram sebagai berikut: Siklus III
100 91 87
75 74
80
58
60 51 siklus I
Diagram 5
Ketuntasan Klasikal Pembelajaran Siklus I, II dan
40 siklus II
Siklus III
20 siklus III
0
Hasil Observasi Hasil Angket
Ketuntasan belajar secara klasikal pada pembelajaran
IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
Diagram 3 tipe TPS mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada
Perbandingan hasil angket dan observasi motivasi belajar
siklus I ketuntasan klasikal mencapai 51,30%. Hasil ini
siswa
belum mencapai target ketuntasan klasikal yaitu 80%,
Dari diagram tersebut, terlihat bahwa selalu ada maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II untuk
peningkatan hasil baik dari angket maupun observasi melakukan upaya perbaikan. Hasil ketuntasan klasikal
terhadap motivasi belajar siswa. yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan
yaitu 82,05%. Hasil tersebut sudah mencapai target
Pada siklus III, siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan klasikal yaitu 80%. Namun untuk lebih
KKM yaitu 70 sebanyak 35 siswa, dan 4 siswa belum mengakuratkan signifikansi peningkatannya, maka
tuntas. Hasil belajar siswa dalam pada siklus I, III dan penelitian ini dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Pada
siklus III dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut: siklus III persentase ketuntasan klasikal yaitu sebesar
89,74%. Hasil tersebut membuktikan bahwa terjadi
peningkatan kembali pada setiap siklusnya.
Pada pembahasan akan dibahas tentang hasil
penelitian pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dihubungkan
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216
dengan teori-teori para ahli yang mendasari penelitian ini. teori ini, perilaku seseorang didorong ke arah tujuan
Pembahasan ini meliputi peningkatan motivasi belajar tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan ini
siswa, aktivitas guru dan siswa, serta kendala-kendala menyebabkan adanya dorongan internal yang membuat
yang dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung. seseorang berupaya melakukan sesuatu tindakan yang
Terjadinya peningkatan dari aktivitas guru dan siswa mengarah pada tercapainya tujuan tersebut. Sebagai
ini sangatlah bagus dan berpengaruh pada tercapainya contoh, siswa ingin memperoleh nilai atau hasil belajar
tujuan belajar yang ingin dicapai. Kemudian peningkatan yang baik, dalam hal ini siswa akan terdorong untuk
motivasi belajar siswa yang terjadi dalam penelitian ini belajar, bertanya jika dia mengalami kesulitan dalam
juga berpengaruh langsung pada tercapainya hasil belajar memahami meteri pelajaran, memecahkan masalah yang
siswa yang kian meningkat juga. ditemui dalam belajar, dan lain sebagainya agar ia bisa
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa mencapai tujuannya tersebut.
model pembelajaran yang digunakan sangat Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori ini,
mempengaruhi motivasi belajar siswa, aktivitas guru, karena motivasi yang sangat berpengaruh pada diri
aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Karena penelitian seseorang dan bisa bertahan lama adalah motivasi yang
ini telah mencapai indikator keberhasilan yang telah muncul dari dirinya sendiri. Hal ini bisa terlihat dalam
dientukan, maka penelitian ini dinyatakan telah berhasil. berbagai dorongan, misalnya siswa ingin memperoleh
Selain itu, penelitian ini juga dinyatakan berhasil karena nilai bagus maka dia akan belajar dengan tekun, dan
salah satu teori Uno (2006) menyatakan bahwa jika sebagainya.
motivasi belajar meningkat, maka hasil belajar juga (3)Teori Intensif. Ahli teori ini adalah Skinner (dalam
meningkat terbukti dengan naiknya persentase tiap siklus. Ratumanan, 2004:96). Menurut teori Intensif ini, adanya
Tetapi masih memerlukan perbaikan pada beberapa aspek suatu karakteristik tertentu pada tujuan dapat
yang masih kurang. Kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan terjadiny perilaku ke arah tujuan tersebut.
dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran siklus I Tujuan yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut
sampai siklus III dapat dijadikan suatu bahan refleksi disebut Intensif. Dengan demikian, intensif merupakan
untuk lebih meningkatkan aktivitas guru agar ke hal-hal yang disediakan oleh lingkungan (dalam hal ini
depannya menjadi lebih baik dan mendapatkan hasil yang guru) dengan maksud membuat siswa agar lebih tekun
optimal. Selain itu, ada beberapa teori yang sudah belajar. Sesuai dengan fungsinya, intensif dapat
terbukti dengan hasil dari penelitian ini, antara lain: (1) meningkatkan motivasi siswa. Misalnya pemberian
Teori Maslow. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan hadiah, beasiswa bagi siswa yang berprestasi, dsb. Teori
(needs). Kebutuhan yang dimaksud adalah mencakup ini juga memperkuat hasil dari penelitian ini, karena
kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa dalam pembelajaran pada seluruh siklus, peneliti juga
aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan memberikan intensif kepada siswa, seperti reward kepada
dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. siswa yang aktif atau siswa yang mendapat nila bagus.
Teori Maslow ini dalam diterapkan dalam berbagai Hal paling kecil yang biasa peneliti lakukan adalah
aspek kehidupan manusia. Dalam pendidikan, teori ini memberikan reward secara verbal kepada siswa.
dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta Meskipun hanya berupa ungkapan penghargaan, namun
didik agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal hal ini sangat berpengaruh pada rasa ingin dihargai yang
dan sebaik mungkin. Misalnya, guru dapat memahami dimiliki oleh siswa yang secara tidak langsung juga
keadaan peserta didik secara perorangan, memelihara berpengaruh kepada motivasi belajar siswa sendiri.
suasana belajar yang baik, keberadaan peserta didik (rasa (4) Teori Motivasi Berprestasi. McClelland (dalam
aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa Ratumanan, 2004:99) memperkenalkan teori prestasi ini.
cemas) dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya menurutnya, seseorang mempunyai motivasi untuk
tempat belajar yang menyenangkan, bebas dari bekerja karena adanya kebutuhan dan untuk berprestasi.
kebisingan atau polusi, tanpa gangguan dalam belajar Dalam hal ini, misalnya saja siswa berusaha agar dapat
(dalam Uno, 2007:6). menyelesaikan tugas dengan baik, menginginkan nilai
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori ini, karena yang diperolehnya baik, menginginkan mendapat
jika seorang guru mampu menciptakan suasana belajar peringkat di kelas, dsb.
yang menyenangkan serta bisa membuat siswa merasa Teori motivasi berprestasi juga memperkuat hasil
aman di dalam maupun di lar kelas, maka hal tersebut penelitian ini, hal ini sejalan dengan hasil angket yang
dapat menstimulus munculnya motivasi pada diri siswa. diisi oleh siswa selama tiga siklus yang mana di dalam
(2)Teori Dorongan (Drive Theory). Istliah dorongan angket terdapat poin indikator yang menyatakan bahwa
dalam kaitannya dengan motivasi pertama kali digunakan siswa ingin mendapat nilai yang bagus, siswa tekun
oleh Woodworth ( dalam Ratumanan, 2004:94). Menurut dalam mengerjakan tugas guru, dan siswa bersemangat
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
7
JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216