Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Teosofi


Tahapan Maqamat yang berisi : Zuhud, At taubah, Al wara, dan Kekafiran Dan
Perbedaannya dengan Hal
Dibimbing oleh : Miftahudin Azmi,M.HI
Disusun oleh :
M. Abdul Faqih Sapsuha (200202110121)
Nisya Ayu Ariska (200202110135)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhanu wata’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan
nikmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah belajar dengan
materi “Tahapan Maqamat yang berisi : Zuhud, At taubah, Al wara, dan Kekafiran” yang
insyaallah telah kami selesaikan dengan sebaik mungkin.
Shalawat beriring salam tak lupa pula kita sanjungkan kepada Baginda Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang mudah-mudahan kita sebagai umatnya
mendapat syafa’atnya di yaumul akhir kelak.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai pancasila, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Malang, 01 Desember 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Maqamat
B. Macam Macam maqamat
C. Perbedaan Maqamat dan Hal

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlak mulia.
Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan
diri serta mengamalkan secara benar.
Tinjauan analitis terhadap tasawuf menunjukkan bahwa para sufi dengan berbagai
aliran yang dianutnya memiliki suatu konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju Allah. Jalan
ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniah (riyadah), lalu secara bertahap menempuh
berbagai fase, yang dikenal dengan maqam (tingkatan) dan hal (keadaan), dan berakhir
dengan mengenal (ma’rifat) kepada Allah.
perjalanan menuju Allah untuk memperoleh pengenalan (ma’rifat) yang berlaku di
kalangan sufi sering disebut sebagai sebuah kerangka ‘Irfani.
Lingkup ‘Irfani tidak dapat dicapai dengan mudah atau secara spontanitas, tetapi melalui
proses yang panjang. Proses yang dimaksud adalah maqam-maqam (tingkatan atau stasiun)
dan ahwal (jama’ dari hal). maqam dan hal tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antar
keduanya dapat dilihat dalam kenyataan bahwa maqam menjadi prasyarat menuju Tuhan dan
dalam maqam akan ditemukan kehadiran hal. Hal yang telah ditemukan dalam maqam akan
mengantarkan seseorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya. Dua persoalan ini harus
dilewati oleh orang yang berjalan menuju Tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari maqamat?
2. Apa saja macam macam maqamat?
3. Apa perbedaan dari maqamat dan hal?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian Maqamat
b. Mengetahui Macam macam maqamat
c. Mengetahui perbedaan maqamat dan Hal
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Maqamat
Secara harfiah, maqamat merupakan jamak dari kata maqam yang berarti tempat
berpijak atau pangkat mulia. Dalam Bahasa Inggris maqamat dikenal dengan
istilah stages yang berarti tangga. Sedangkan dalam ilmu Tasawuf, maqamat berarti
kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan samping itu, maqamat berarti jalan
panjang atau fase-fase yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin
dengan Allah.
Maqam dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan
sejumlah kewajiban yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang hamba tidak
akan mencapai maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam sebelumnya.[2]

B.      Macam-Macam Maqamat

a. At Taubah
Tahapan awal yang harus dilewati seorang filsuf adalah taubat. Taubat
adalah memohon ampun atas segala dosa yang disertai dengan penyesalan dan berjanji
dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan dibarengi
dengan melakukan kebajikan yang dianjurkan oleh Allah.
Berkaitan dengan maqam taubat, dalam al qur’an terdapat banyak ayat yang
menjelaskan masalah ini. Yaitu firman Allah (Q.S. Ali Imran, 3:135) dan (Q.S An nur, 24:31)
َ‫َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَا ْال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
... Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung. (Q.S An nur, 24:31)
Dalam ajaran tasawuf, konsep tobat dikembangkan dan mendapat berbagai pengertian.
Tobat dibedakan menjadi tobat dalam syariat biasa ialah tobat orang awam dan maqom taubat
ialah orang khawas. Dalam hal ini ulama sufi Dzu Al-Nun Al-mishir mengatakan : “tobatnya
orang-orang awam (sekadar) tobat dari dosa-dosa, sedangkan tobat orang khawas ialah tobat
dari ghofla (lalai mengingat tuhan)”.
Taubah kan oleh para salikin merupakan tindakan permulaan dalam peraturan ajaran
tasawuf. Pada tahap tobat ini, seorang sufi membersihkan dirinya (tazkiyah AnNafs) dari
perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa bersalah. Tobat juga merupakan sebuah terma
yang dikembangkan oleh para salikin (orang- orang menuju tuhan )untuk mencapai maqomat.

b. Zuhud
Zuhud adalah meninggakan dunia dan kehidupan materi. Kehidupan dunia dipandang
hanya sebagai alat untuk tujuan yang hakiki, yaitu dekat kepada Allah SWT. Zuhud
merupakan tahapan pemantapan taubat yang telah dilalui pada tahapan pertama. Zuhud
termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari
pengaruh kehidupan duniawi.

c. Wara’
Setelah selesai dari zuhud, calon sufi memasuki tahapan wara’. Secara harfiah, al-
wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung
arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dalam pengertian sufi wara’ adalah meninggalan
segala yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat). ini sejalan
dengan (H.R. Bukhori),
“barang siapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia telah bebas dari
yang haram”.
              Ulama sufi membagi wara’ kedalam beberapa tingkatan. Yahya bin ma’adz berkata,
wara itu itu dua tingkatan wara segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak, kecuali untuk
ibadah pada Allah, dan wara batin, yakni agar tidak masuk dalam hatimu, kecuali Allah.

d. Fakir
Fakir secara etimologi artinya membutuhkan atau memerlukan. Kata fakir
mengandung pengertian miskin terhadap spiritual atau hasrat yang sangat besar terhadap
pengosongan jiwa untuk menuju kepada Allah. Dalam sufi pengertian fakir menunjukan
kepada seseorang yang telah mencapai akhir “lorong spiritual”. Jika maqam fakir telah
sampai pada puncaknya, yaitu mengosongkan seluruh hati dari ikatan dan keinginan terhadap
apa saja selain Tuhan, maka maqam itu merupakan perwujudan penyucian hati secara
keseluruhan terhadap apa yang selain-Nya.

D. Perbedaan Maqamat dan Hal


Perbedaan antara Maqamat dan Hal adalah sebagai berikut :
1. Hal bukan di peroleh atas usaha manusia, tetapi diperdapat sebagai anugrah dan
rahmat dari Tuhan.
2. Hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi seorang sufi dalam perjalanannya
mendekati Tuhan
3. Hal sifatnya  lebih statis, karena ia merupakan anugerah Allah yang timbulnya secara
spontan pada diri individu.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dalam ilmu Tasawuf, maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah
berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui riyadhah,
ibadah, maupun mujahadah. Di samping itu, maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase
yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Maqam
dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan sejumlah
kewajiban yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang hamba tidak akan
mencapai maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam sebelumnya.
Berkaitan dengan macam-macam maqamat yang harus ditempuh oleh seorang salik untuk
berada sedekat mungkin dengan Allah, para sufi memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Dalam pada itu Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din mengatakan bahwa
maqamat itu ada delapan, yaitu al-taubah, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla. Sedangkan al-
tawaddlu, al-mahabbah, dan al-ma’rifah oleh mereka tidak disepakati sebagai maqamat.
Sementara itu Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah
maqamat hanya tujuh , yaitu al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqr, al-tawakkal dan al-ridla.
Sedangkan menurut Muhammad al-Kalabazy, maqamat terdiri dari sepuluh tingkatan,
yaitu taubat, zuhud, sabar, faqr, tawadhu’, takwa, tawakkal, ridha,
mahabbah, dan ma’rifat.dan untuk pembahasan yang di atas yaitu mengenai taubat,zuhud,
wara dan faqr.
hal adalah keadaan rohani seorang hamba ketika hatinya telah bersih dan
suci. Hal berlainan dengan maqam, hal tidak menentu datangnya, terkadang datang dan
perginya berlangsung cepat, yang disebut lawaih dan ada pula yang datang dan perginya
dalam waktu yang lama, yang disebut bawadih
DAFTAR PUSTAKA

Amin,Samsul Munir .2012.Ilmu Tasawuf.Jakarta:Amza.


Margiono. 2011. Akidah Akhlak Kelas 11 MA.Bogor : Yudhistira. Tim Guru MGPK
Mulyadi kartanegara, menyelami lubuk tasawuf, PT.Gelora Aksara Pratama,2006 (hlm 184-
199) (Q.S. An-Nur,24:31)
Ris’an Ruli, tasawuf dan torekat, PT Raja grafinndo, persada, 2013, (hlm: 55)
http://santoson111.blogspot.com/2015/02/maqamat-dalam-tasawuf.html

Anda mungkin juga menyukai