Anda di halaman 1dari 14

1

A. PENDAHULUAN
Masalah keluarga bukan masalah kecil dan mudah. Islam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-
kaidah yang arif, guna memelihara kehidupan dari ketidakharmonisasian dan
kehancuran. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah fondasi pertama
dalam membangun sebuah masyarakat muslim, yang merupakan madrasah
imam, yang mencetak generasi-generasi muslim, yang mampu mengangkat
dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi ini.1
Keluarga adalah pijakan pertama pembentukan masyarakat, jika
keluarga baik maka masyarakatnya akan baik, dan jika rusak maka
masyarakatnya pun akan rusak. Oleh karena itu, islam memberikan perhatian
yang besar dan serius dalam membentuk keluarga bahagia, penuh dengan cinta
dan kasih sayang.2
Pada umumnya manusia tentu mendambakan keluarga yang penuh
dengan kebahagiaan, menanti kententraman dan ketenangan jiwa, dan
berusaha menghindari berbagai pemicu gundah gulana serta kegelisahan,
terutama dalam lingkungan keluarga.3 Sebagaimana yang terdapat dalam
(UUP) No. 1 Tahun 1974 Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa: Perkawinan atau
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.4
Dari keluarga tersebut akan melahirkan sebuah generasi seorang anak
yang nantinya, apakah seorang anak akan membuat orang tua bangga atau
sebaliknya? Untuk diketahui bahwa, keluarga sangat mendambakan seorang
anak yang sholeh sejak lahir. Tentunya yang diinginkan tumbuh sehat dan
lucu. Dengan mewujudkan asa tersebut, tidak segan mengeluarkan biaya besar
1
Abu Sahla dan Nurul Nazara, Buku Pintar Pernikahan, (Jakarta:
Belanoor, 2011), hlm. 154
2
Ibid., hlm. 170
3
Ibi., hlm. 204
4
Kementerian Agama RI, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan
Berpolitik: Tafsir Al-quran Tematik, Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-quran, 2019), 343.
2

guna memberinya rezeki yang cukup, agar bisa tumbuh besar serperti yang
diharapkan. Demi mewujudkan harapan ini, dengan rela menguras otak serta
mengerahkan segala upaya guna menggemblengnya menjadi insan yang
cemerlang, dan memberinya berbagai fasilitas agar menjadi sosok yang
berprestasi.
Namun perlu diingat, sebenarnya semua pencapaian itu belum cukup.
Karena seandainya sekarang jika mendapati anak seperti yang diharapkan,
tumbuh sehat dan lucu, juga cerdas dan mampu mengukir banyak prestasi,
akankah semua keberhasilan tersebut bermanfaat bagi dunia maupun akhirat?
Betapa sering telinga ini mendengar orang tua yang dibuat pusing
tujuh keliling dan panik bukan kepalang karena anaknya yang semasa kecil
begitu sehat dan lucu sekarang berubah menjadi biang permasalahan? Betapa
banyak orang tua yang geram karena didurhakai anaknya yang berpretasi luar
biasa? Betapa banyak orang tua yang menangis karena dikibuli anaknya yang
cerdas tidak terkira? Sungguh nasib orang tua ini seperti ungkapan populer
“senjata makan tuan”
Betapa pilu hati ini menyaksikan orang tua yang semasa muda bekerja
keras, peras keringat, dan banting tulang demi masa depan seorang anak.
Kasih sayang tercurah begitu tulus, setulus mentari pagi yang menyebarkan
sinarnya ke seluruh penjuru dunia. Namun apa balasan yang diterima?
Di penghujung usia, saat tubuhnya sudah renta, seorang anak tidak
segan-segan membentaknya bagai membentak seekor binatang yang hina.
Atau bahkan anak itu rela menitipkan tubuh yang tak berdaya itu ke panti
jompo, tanpa perasaan bersalah ataupun dosa. Na’Udzbillah
Akhir-akhir ini media massa di gemparkan bahwa ada kasus anak yang
menggugat ibu kandungan.
PIKIRANRAKYAT.COM_ Masih ingatkan anda, terhadap kasus
anak yang menggugat ibu kandungannya di Garut? Nenek Siti yang
sudah tua renta digugat anaknya sebesar Rp 1,8 miliar. Gugatan
dilayangkan ke pengadilan Negeri Garut oleh anaknya.

Kasus yang sama dan masih hangat diperdengarkan kita adalah kasus
Nenek Cicih yang juga digugat empat orang anaknya yaitu Ai
3

Sukawati, Dede Rohayati, Ayi Rusbandi dan Ai Komariah. Mereka


menggugat ibu kandungnya Cici (78) ke Pengadilan Negeri (PN)
Bandung. Cici digugat anak-anaknya terkait persoalan warisan tanah.
Mereka menggugat Cicih secara perdata senilai Rp 1,6 miliar. Gugatan
terhadap nenek Cicih disidang setiap hari Selasa di Pengadilan Negeri
Bandung.5

Beberapa waktu lalu juga digegerkan dibuat geram kelakuan seorang


anak yang injak dan tendang kepala ibunya.
TRIBUNJATENG.COM—Beberapa waktu lalu warganet dibuat
geram kelakuan seorang anak yang injak dan tending kepala ibunya.

Diketahui anak tersebut bernama Andy Prasetyo yang diduga tak


tahan mendengar nasehat orang tuannya.

Insiden pemukulan dan penendangan tersebut diduga terjadi di daerah


Surabaya, namun belum diketahui pasti lokasinya.6

Ini baru di dunia, lantas apa yang terbayang dibenak orang tua terkait
urusan akhirat. Akankah anak memberi manfaat ketika sudah meninggalkan
dunia yang fana ini? Mungkin hari ini orang tua bangga memiliki anak yang
sederet gelar dan segudang prestasi. Akan tetapi, semuanya tidaklah
bermanfaat ketika Malaikat Allah datang untuk memeriksa amal-amal
manusia dimuka bumi.
Sekirannya anak-anak tumbuh besar sebagai hamba yang sholeh,
sejatinya itu sudah cukup untuk mengantarkan pada kemuliaan hari akhirat.
Sebab, setiap kali mereka melakukan ibadah atau beramal sholeh maka selalu
akan ada kebaikan yang tercatat di dalam diri. Bukankah orang tua yang
mengajarkan kebaikan kepada mereka? Bukankah orang tua yang
mengajarkan kebaikan kepada anaknya, kemudian orang lain mengikutinya,
maka pahala bagi orang tersebut?

5
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/26/fenomena-
anak-gugat-orang -tua-ke-pengadilan-bukti-lunturnya-moralitas-420181. di akses
pada Selasa, 11 September 2019 Pukul 10.23 WITA.
6
https://jateng.tribunnews.com/2019/08/22/vira-anak-durhaka-tendang-
kepala-ibunya-sikap-sikap-ibu-di-kantor-polisi-bikin-haru-dan-mengecewakan. di
akses pada selasa, 11 September 2019 Pukul 10.26 WITA.
4

Namun berhentilah berharap banyak dari apa yang tidak diusahakan.


Bertanyalah kepada hatimu: “Sudahkah aku memberikan pendidikan yang
terbaik bagi anakku?’ Tanyakanlah: “Sudahkan aku persiapkan anakku
menjadi mukmin sejati, yang mampu menggenggam dunia dengan hati yang
dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya?”
Pepatah mengatakan:
Mendidik anak membutuhkan kesungguhan!
Mendidik anak memerlukan pengorbanan!
Mendidik anak menuntut keikhlasan dan kesabaran!
Mendidik anak harus dengan ilmu!7

Untuk diketahui sesungguhnya keluarga muslim saat ini mengalami


kesulitan dalam menanggung beban tanggung jawab menyiapkan dalam
membentuk generasi. Kesulitan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain tingginya presentase buta huruf dikalangan orang tua dan buta
pendidikan anak di kalangan intelektual. Juga ketidaktahuan pendidik dalam
menyiapkan generasi mendatang dan membentuk anak yang sholeh, yang
memiliki akhlak dan moral yang baik. Ditambah lagi melemahnya penerapan
norma-norma islam akibat penjajahan intelektual dari kebudayaan Barat di
lingkungan masyarakat muslim.8
Dari paparan di atas, untuk membentuk keluarga dan melahirkan
generasi yang cerdas, kreatif dan memliki akhlak yang baik. Peran keluarga
sangat dibutuhkan untuk membentuk generasi emas baik dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa, Negara, dunia dan akhirat. Maka melalui tulisan
ini Penulis ingin menyampaikan kepada khalayak masyarakat dengan
mengangkat judul “Peran Keluarga dalam Mencetak Generasi Rabbani”.
Generasi yang di cetak oleh keluarga yang peduli dengan rasa kasih sayang,

7
Abu Ihsan Al-Atsari & Ummu Ihsan, Mencetak Generasi Rabbani
(Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi), (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2014), hlm. 4 .
8
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Majalah Almawaddah
(Majalah untuk Keluarga Muslim Menuju Keluarga Sakinah, Mawadah dan
Rohmah), (Jawa Timur: Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqoni al-Islami, 2010), hlm.
60.
5

sehingga generasi tersebut menjadi generasi yang bisa dibanggakan oleh


kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.

A. BATASAN MASALAH
Adapun masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain sebagai
berikut:
1. Apa itu keluarga?
2. Apa fungsi keluarga?
3. Bagaimanakah cara mencetak generasi Rabbani?
4. Bagaimanakah pendidik yang sukses dalam mencetak generasi Rabbani?

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran keluarga dalam mencetak generasi Rabbani?
2. Bagaimanakah upaya keluarga dalam mencetak generasi Rabbani?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mencetak generasi Rabbani.
2. Untuk mengetahui upaya keluarga dalam mencetak generasi Rabbani.
6

D. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga menurut etimologi berarti baju besi yang kuat yang
melindungi manusia dan menguatkannya saat dibutuhkan. Secara
terminologis, keluarga berarti sekolompok orang yang pertama
berinteraksi dengan bayi dan bersama merekalah bayi hidup pada tahun-
tahun pertama pembentukan hidup dan usianya. Bayi itu tumbuh dan
berkembang mengikuti tingkah laku orang tuannya dan orang-orang
sekiranya. Bayi tunduk mengikuti bentuk pendidikan dan pertumbuhan
pada tahun-tahun pertama.9
Adapun pengertian keluarga menurut para ahli antara lain:
Duvall dan Logan (1986) mengatakan keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental dan emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga.10 Departemen Kesehatan RI (1988) mengemukakan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 11 UU No. 10
tahun (1992) mengatakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu
dan anaknya.

9
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Majalah…hlm. 59.
10
https://gurupendidikan.com/9/11/2019/pengertian-keluarga-menurut-
para-ahli-fungsi-ciri-dan-peran/ di akses pada Selasa, 10 September 2019 Pukul
11.35 WITA, hlm. 1.
11
Ibid., hlm. 1
7

Dari beberapa pendapat para ahli di atas keluarga merupakan


sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan yang menjadi suami istri,
yang di dalamnya terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan saling
ketergantungan.
Kemudian pengertian keluarga yang paling sederhana adalah
keluarga inti yang terdiri atas suami istri dan anak-anak yang biasanya
hidup bersama dalam suatu tempat tinggal. Dengan ikatan ini lahirlah rasa
tenteram dan tenang dalam kebahagiaan hidup dalam suasana saling
memahami, tolong-menolong dan saling nasihat-menasihati.
Keluarga dalam konsep Islam yaitu penggabungan fitrah antara
kedua jenis kelamin. Namun, bukannya untuk menggabungkan antara
sembarang pria dan sembarang wanita melainkan untuk mengarah
penggabungan tersebut ke arah pembentukan keluarga. Seperti dalam
firman Allah QS. Ar-Rum: 21
       
       
     
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.12(QS. Ar-
Ruum:21)

Ayat di atas merupakan suatu tujuan untuk mencapai kualitas hidup


dalam berkeluarga agar meraih kebahagiaan, yaitu dengan mendapatkan
ketentraman dan kasih sayang antara satu sama lainnya.13

12
QS. Ar-Ruum ayat 21.
13
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal
“al-Ahwat al-Muslimat wa Bina” “al-Usrah Alquraniyah” Penerjemah: Kamran
As’ad Irsyady dan Mufliha Wijayati. Membangun Keluarga Qurani” Panduan
untuk Wanita dan Muslimah, (Jakarta: Amzah, 2005), hlm. 5
8

Selain dari pada itu ayat yang menjelaskan tentang keluarga yaitu
QS. At-Tahrim: 6
      
      
        

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:6)

Dalam ayat ini ada dua perintah Allah SWT: Pertama, melindungi
diri, yaitu dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, dan;
Kedua, melindungi keluarga dengan memerintahkan untuk mengamalkan
kewajiban dan meninggalkan larangan.
Sayyid Qutb menjelaskan bahwa sesungguhnya beban tanggung
jawab seorang mukmin dalam dirinya dan keluarganya merupakan beban
yang sangat berat dan menakutkan. Sebab, ancaman neraka telah menanti
dia besera keluarganya. Hal ini merupakan kewajibannya untuk
membentengi dirinya dan keluarganya dari ancaman api neraka yang
menyala-nyala serta dapat membakar hangus.14

2. Fungsi Keluarga
Fungsi utama keluarga yaitu menjaga fitrah anak yang lurus dan
suci di atas aqidah yang shohih, mengajarkan islam yang berdasarkan
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Meluruskan fitrahnya dan
membangkitkan bakat serta kemampuan positifnya.15 Abu Hurairah
radiallahu ‘anhu berkata (mengutip firman Allah subhanahu wata’ala QS.
Ar-Ruum:30)

14
Sayyid Qutb, TAfsir Fi Zilalil-Quran, (Daru as-Syruq: 1992), Jilid 6, hlm. 3617.
15
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Majalah…hlm. 59.
9

        


         
      
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168].16” (QS.
Ar-ruum:30)

Fungsi selanjutnya adalah menciptakan lingkungan yang penuh


dengan kasih sayang, lemah lembut, dan saling mencintai agar anak itu
memiliki kepribadian normal yang mampu melaksanakan kewajiban dan
memberikan sumbangsinhnya.
Keluarga memiliki fungsi yang sangat penting dalam memberikan
informasi tentang pendidikan dan kebudayaan masyarakat, bahasa, adat
istiadat, dan norma-norma sosial yang tidak bertentang dengan syari’at
agar anak dapat mempersiapkan kehidupan sosialnya dalam masyarakat.

3. Peran Keluarga
Peran keluarga dalam rumah tangga sangat dibutuhkan teruntuk
bagi seorang anak. Sehingga anak tersebut merasakan kasih sayang kedua
orang tuannya. Peran keluarga untuk mencetak seorang anak menjadi anak
yang kelak menjadi kebanggaan kedua orang tua yaitu bersikap adil
terhadap semua anak, kecukupan dan kasih sayang dan berikat sambutan
hangat.17
a. Bersikap adil terhadap semua anak
Tentu harus diingat bahwa kisah saudara-saudara Yusuf ‫ﷺ‬,
ketika melihat kecenderungan dan kecintaan yang lebih dari ayahnya
16
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu
hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, Mencetak Generasi


17

Rabbani (Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi), (Jakarta: Pustaka Darul
Ilmi, 2010), hlm 130-134.
10

kepada Yusuf. Mereka membuat tipu daya besar, hingga mereka


berusaha untuk membunuh dan menghabisinya. Kisah ini mengandung
banyak pelajaran, bahwa orang tua selaku pendidik dituntut berlaku
adil terhadap semua anak. Karena Rasulullah ‫ ﷺ‬berpesan kepada kita
“Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-
anakmu”18
Sikap adil orag tua akan mencegah timbulnya kecenderungan
dan kebencian, mendatangkan kecintaan dan keharmonisasian bagi
kanak-anak, membatu mereka untuk berbakti kepada orang tua dan
berdoa untuk keduannya.
b. Kecupan kasih dan sayang
Kecukupan atau ciuman mempunyai pengaruh yang sangat
efektif dalam menggerakkan perasaan dan kejiwaan anak. Demikian
juga ia mempunyai peran yang besar dalam menenangkan gejolak
amarahnya. Di samping itu, akan lahir pula rasa keterikatan yang erat
dalam mengokohkan hubungan cinta antara orang tua dan anaknya.
c. Berikan sambutan Hangat
Awalilah perjumpaan dengan memberikan sambutan hangat,
penuh keceriaan, kecintaan dan canda ria. Demikian pula ketika
hendak melepas mereka pergi. Ini harus selalu kita usahakan. Sebab
sambutan yang baik pada saat pertama kali berhadapan akan
melapangkan melapangkan dada anak dan menggembirakan jiwanya.

4. Pendidikan Sukses dalam Mencetak Generasi Rabbani


Sebelum membahas tentang pendidikan dalam mencetak generasi
Rabbani. Terlebih dahulu membahas, apa itu generasi Rabbani? Generasi
Rabbani adalah generasi yang sukses, yang posisinya selalu berada dalam
garis ajaran islam. Ali bin Abi Thalib ra, mendefinisikan rabbani sebagai
generasi yang memberikan santapan rohani bagi manusia dengan ilmu
(hikmah) dan mendidik mereka atas dasar ilmu. Sementara Ibnu Abbas ra

18
Hadits Riwayat Al-Bukhari (2587).
11

dan Ibnu Zubair mengatakan, “rabbaniyun adalah orang yang berilmu dan
mengajarkan ilmunya.”19
Adapun pendidikan sukses untuk mencetak generasi Rabbani yaitu:
ikhlas, bertakwa, berilmu, bertanggung jawab, dan sabar dan tabah.
1. Ikhlas
Rawat dan didiklah anak dengan ketulusan hati dan niat yang
ikhlas, semata-mata mengharapkan keridhaan Allah. Allah tidak akan
menerima suatu amal sholeh tanpa ada keikhlasan di dalam jiwa
pelakunya, sebagaimana di tegaskan dalam firman-Nya:
       
     
   
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus[1595]20, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah:5).21

Ingatlah hadits Rasulullah ‫ﷺ‬: yang artinya “Sesungguhnya amal


perbuatan tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan
sesuai yang ia niatkan.”22

Niat yang ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala


Allah, akan meneguhkan hati kita pada saat ujian yang menimpa.23
2. Bertakwa
Ini adalah sifat terpenting yang harus dimiliki pendidik. Yaitu
takwa yang didefinisikan para ulama yaitu mengerjakan segala yang
Dia peintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Hiasilah diri dalam
kehidupan keluarga dengan ketakwaan. Sebab. Orang pendidik adalah

19
Kitab Zaadul Masir fi Ilmi at-Tafsir, karya Ibnu Jauzi, 1/298
20
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh
dari kesesatan.
21
QS. Al-BAyyinah ayat 5.
22
Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim.
23
Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, Mencetak Generasi…hlm. 48.
12

contoh dan panutan sekaligus penganggung jawab pertama dalam


pendidikan anak.24
3. Berilmu
Suatu keharusan bagi pendidik antara lain berbekal ilmu yang
memadai. Mengetahui hal yang halal dan haram, prinsip-prinsip etika
dalam Islam, serta memahami kaidah-kaidah syariat Islam. Maka dari
itu, untuk mendidik generasi Rabbani pendidik harus membekali diri
dengan segala ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan metode-metode
pendidikan yang sesuai.25
4. Bertanggung Jawab
Seorang pendidik harus memiliki rasa tanggung jawab yang
besar dalam pendidikan anak, baik aspek keimanan maupun tingkah
laku kesehariannya, yakni dalam pembentukkan karakter anak dari sisi
jasmani maupun rohaninnya, dan dalam mempersiapkan kepribadian
anak dari sisi mental maupun sosialnya.26

5. Sabar dan Tabah


Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebagai
orang tua mampu mendidik anak dengan sebaik-baiknya, yaitu di sela-
sela sekian tugas dan tanggung jawab kita yang lain. Menghadapi
semua tantang serta ujian tersebut, tidak boleh menaggaalkan
ketabahan dan kesabaran.27
Dari sini dapat kita lihat dengan jelas di antara hikmah pujian
Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Asyaj Abdul Qais: “Sesungguhnya pada dirimu
terdapat dua sifat yang disukai Allah, yaitu ketabahan dan ketelitian.

E. KESIMPULAN

24
Ibid., hlm. 49.
25
Ibid., hlm. 50
26
Ibid., hlm. 52.
27
Ibid., 52-53.
13

1. Peran keluarga dalam mencetak generasi Rabbani adalah dengan


menumbuhkan kembangkan rasa bersikap adil, memberikan kecukupan
kasih sayang, belaian kasing sayang, memberi sambutan yang hangat
bermain dan bercanda bersama anak, menghindari mencela dan mencaci
anak. Karena anak adalah amanah Allah. Hatinya masih suci ibarat
mutiara yang putih polos. Mutiara itu siap diukir dan akan cenderung
kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika anak dibiasakan berperilaku
baik dan diajari yang baik-baik, niscaya akan tumbuh menjadi anak yang
baik.
2. Upaya peran keluarga dalam mencetak generasi Rabbani ialah orang tua
merupakan seorang pendidik bagi anak-anaknya. Maka dari itu, orang tua
bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anaknya. Upaya keluarga
dalam mencetak generasi rabbani yaitu mendidik anak dengan penuh
ikhlas, bertakwa, berilmu, bertanggung jawab, sabar dan tabah dan lemah
lembut dan tidak kasar. Sehingga nantinya biji yang kita tanam akan dapat
menikmati hasilnya.

F. DAFTAR PUSTAKA
Sahla, Abu & Nazara, Nurul. Buku Pintar Pernikahan. Jakarta: Belanoor,
2011.
Kementerian Agama RI. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik:
Tafsir Al-quran Tematik, Edisi yang Disempurnakan. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-quran. 2019.
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/26/fenomena-anak-
gugat-orang -tua-ke-pengadilan-bukti-lunturnya-moralitas-420181. di
akses pada Selasa, 11 September 2019 Pukul 10.23 WITA.
https://jateng.tribunnews.com/2019/08/22/vira-anak-durhaka-tendang-kepala-
ibunya-sikap-sikap-ibu-di-kantor-polisi-bikin-haru-dan-
mengecewakan. di akses pada selasa, 11 September 2019 Pukul 10.26
WITA.
Al-Atsari, Abu Ihsan & Ihsan, Ummu Mencetak Generasi Rabbani (Mendidik
Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi). Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I. 2014.
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Majalah Almawaddah (Majalah
untuk Keluarga Muslim Menuju Keluarga Sakinah, Mawadah dan
Rohmah). Jawa Timur: Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqoni al-Islami.
2010.
14

https://gurupendidikan.com/9/11/2019/pengertian-keluarga-menurut-para-
ahli-fungsi-ciri-dan-peran/ di akses pada Selasa, 10 September 2019
Pukul 11.35 WITA.
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal “al-
Ahwat al-Muslimat wa Bina” “al-Usrah Alquraniyah” Penerjemah:
Kamran As’ad Irsyady dan Mufliha Wijayati. Membangun Keluarga
Qurani” Panduan untuk Wanita dan Muslimah. (Jakarta:
Amzah.2005.
Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary. Mencetak Generasi Rabbani
(Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi). Jakarta: Pustaka Darul
Ilmi. 2010.
Kitab Zaadul Masir fi Ilmi at-Tafsir, karya Ibnu Jauzi, 1/298
Sayyid Qutb, TAfsir Fi Zilalil-Quran. Daru as-Syruq: 1992.

Anda mungkin juga menyukai