A. PENDAHULUAN
Masalah keluarga bukan masalah kecil dan mudah. Islam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-
kaidah yang arif, guna memelihara kehidupan dari ketidakharmonisasian dan
kehancuran. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah fondasi pertama
dalam membangun sebuah masyarakat muslim, yang merupakan madrasah
imam, yang mencetak generasi-generasi muslim, yang mampu mengangkat
dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi ini.1
Keluarga adalah pijakan pertama pembentukan masyarakat, jika
keluarga baik maka masyarakatnya akan baik, dan jika rusak maka
masyarakatnya pun akan rusak. Oleh karena itu, islam memberikan perhatian
yang besar dan serius dalam membentuk keluarga bahagia, penuh dengan cinta
dan kasih sayang.2
Pada umumnya manusia tentu mendambakan keluarga yang penuh
dengan kebahagiaan, menanti kententraman dan ketenangan jiwa, dan
berusaha menghindari berbagai pemicu gundah gulana serta kegelisahan,
terutama dalam lingkungan keluarga.3 Sebagaimana yang terdapat dalam
(UUP) No. 1 Tahun 1974 Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa: Perkawinan atau
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.4
Dari keluarga tersebut akan melahirkan sebuah generasi seorang anak
yang nantinya, apakah seorang anak akan membuat orang tua bangga atau
sebaliknya? Untuk diketahui bahwa, keluarga sangat mendambakan seorang
anak yang sholeh sejak lahir. Tentunya yang diinginkan tumbuh sehat dan
lucu. Dengan mewujudkan asa tersebut, tidak segan mengeluarkan biaya besar
1
Abu Sahla dan Nurul Nazara, Buku Pintar Pernikahan, (Jakarta:
Belanoor, 2011), hlm. 154
2
Ibid., hlm. 170
3
Ibi., hlm. 204
4
Kementerian Agama RI, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan
Berpolitik: Tafsir Al-quran Tematik, Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-quran, 2019), 343.
2
guna memberinya rezeki yang cukup, agar bisa tumbuh besar serperti yang
diharapkan. Demi mewujudkan harapan ini, dengan rela menguras otak serta
mengerahkan segala upaya guna menggemblengnya menjadi insan yang
cemerlang, dan memberinya berbagai fasilitas agar menjadi sosok yang
berprestasi.
Namun perlu diingat, sebenarnya semua pencapaian itu belum cukup.
Karena seandainya sekarang jika mendapati anak seperti yang diharapkan,
tumbuh sehat dan lucu, juga cerdas dan mampu mengukir banyak prestasi,
akankah semua keberhasilan tersebut bermanfaat bagi dunia maupun akhirat?
Betapa sering telinga ini mendengar orang tua yang dibuat pusing
tujuh keliling dan panik bukan kepalang karena anaknya yang semasa kecil
begitu sehat dan lucu sekarang berubah menjadi biang permasalahan? Betapa
banyak orang tua yang geram karena didurhakai anaknya yang berpretasi luar
biasa? Betapa banyak orang tua yang menangis karena dikibuli anaknya yang
cerdas tidak terkira? Sungguh nasib orang tua ini seperti ungkapan populer
“senjata makan tuan”
Betapa pilu hati ini menyaksikan orang tua yang semasa muda bekerja
keras, peras keringat, dan banting tulang demi masa depan seorang anak.
Kasih sayang tercurah begitu tulus, setulus mentari pagi yang menyebarkan
sinarnya ke seluruh penjuru dunia. Namun apa balasan yang diterima?
Di penghujung usia, saat tubuhnya sudah renta, seorang anak tidak
segan-segan membentaknya bagai membentak seekor binatang yang hina.
Atau bahkan anak itu rela menitipkan tubuh yang tak berdaya itu ke panti
jompo, tanpa perasaan bersalah ataupun dosa. Na’Udzbillah
Akhir-akhir ini media massa di gemparkan bahwa ada kasus anak yang
menggugat ibu kandungan.
PIKIRANRAKYAT.COM_ Masih ingatkan anda, terhadap kasus
anak yang menggugat ibu kandungannya di Garut? Nenek Siti yang
sudah tua renta digugat anaknya sebesar Rp 1,8 miliar. Gugatan
dilayangkan ke pengadilan Negeri Garut oleh anaknya.
Kasus yang sama dan masih hangat diperdengarkan kita adalah kasus
Nenek Cicih yang juga digugat empat orang anaknya yaitu Ai
3
Ini baru di dunia, lantas apa yang terbayang dibenak orang tua terkait
urusan akhirat. Akankah anak memberi manfaat ketika sudah meninggalkan
dunia yang fana ini? Mungkin hari ini orang tua bangga memiliki anak yang
sederet gelar dan segudang prestasi. Akan tetapi, semuanya tidaklah
bermanfaat ketika Malaikat Allah datang untuk memeriksa amal-amal
manusia dimuka bumi.
Sekirannya anak-anak tumbuh besar sebagai hamba yang sholeh,
sejatinya itu sudah cukup untuk mengantarkan pada kemuliaan hari akhirat.
Sebab, setiap kali mereka melakukan ibadah atau beramal sholeh maka selalu
akan ada kebaikan yang tercatat di dalam diri. Bukankah orang tua yang
mengajarkan kebaikan kepada mereka? Bukankah orang tua yang
mengajarkan kebaikan kepada anaknya, kemudian orang lain mengikutinya,
maka pahala bagi orang tersebut?
5
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/26/fenomena-
anak-gugat-orang -tua-ke-pengadilan-bukti-lunturnya-moralitas-420181. di akses
pada Selasa, 11 September 2019 Pukul 10.23 WITA.
6
https://jateng.tribunnews.com/2019/08/22/vira-anak-durhaka-tendang-
kepala-ibunya-sikap-sikap-ibu-di-kantor-polisi-bikin-haru-dan-mengecewakan. di
akses pada selasa, 11 September 2019 Pukul 10.26 WITA.
4
7
Abu Ihsan Al-Atsari & Ummu Ihsan, Mencetak Generasi Rabbani
(Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi), (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2014), hlm. 4 .
8
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Majalah Almawaddah
(Majalah untuk Keluarga Muslim Menuju Keluarga Sakinah, Mawadah dan
Rohmah), (Jawa Timur: Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqoni al-Islami, 2010), hlm.
60.
5
A. BATASAN MASALAH
Adapun masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain sebagai
berikut:
1. Apa itu keluarga?
2. Apa fungsi keluarga?
3. Bagaimanakah cara mencetak generasi Rabbani?
4. Bagaimanakah pendidik yang sukses dalam mencetak generasi Rabbani?
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran keluarga dalam mencetak generasi Rabbani?
2. Bagaimanakah upaya keluarga dalam mencetak generasi Rabbani?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mencetak generasi Rabbani.
2. Untuk mengetahui upaya keluarga dalam mencetak generasi Rabbani.
6
D. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga menurut etimologi berarti baju besi yang kuat yang
melindungi manusia dan menguatkannya saat dibutuhkan. Secara
terminologis, keluarga berarti sekolompok orang yang pertama
berinteraksi dengan bayi dan bersama merekalah bayi hidup pada tahun-
tahun pertama pembentukan hidup dan usianya. Bayi itu tumbuh dan
berkembang mengikuti tingkah laku orang tuannya dan orang-orang
sekiranya. Bayi tunduk mengikuti bentuk pendidikan dan pertumbuhan
pada tahun-tahun pertama.9
Adapun pengertian keluarga menurut para ahli antara lain:
Duvall dan Logan (1986) mengatakan keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental dan emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga.10 Departemen Kesehatan RI (1988) mengemukakan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 11 UU No. 10
tahun (1992) mengatakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu
dan anaknya.
9
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Majalah…hlm. 59.
10
https://gurupendidikan.com/9/11/2019/pengertian-keluarga-menurut-
para-ahli-fungsi-ciri-dan-peran/ di akses pada Selasa, 10 September 2019 Pukul
11.35 WITA, hlm. 1.
11
Ibid., hlm. 1
7
12
QS. Ar-Ruum ayat 21.
13
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal
“al-Ahwat al-Muslimat wa Bina” “al-Usrah Alquraniyah” Penerjemah: Kamran
As’ad Irsyady dan Mufliha Wijayati. Membangun Keluarga Qurani” Panduan
untuk Wanita dan Muslimah, (Jakarta: Amzah, 2005), hlm. 5
8
Selain dari pada itu ayat yang menjelaskan tentang keluarga yaitu
QS. At-Tahrim: 6
Dalam ayat ini ada dua perintah Allah SWT: Pertama, melindungi
diri, yaitu dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, dan;
Kedua, melindungi keluarga dengan memerintahkan untuk mengamalkan
kewajiban dan meninggalkan larangan.
Sayyid Qutb menjelaskan bahwa sesungguhnya beban tanggung
jawab seorang mukmin dalam dirinya dan keluarganya merupakan beban
yang sangat berat dan menakutkan. Sebab, ancaman neraka telah menanti
dia besera keluarganya. Hal ini merupakan kewajibannya untuk
membentengi dirinya dan keluarganya dari ancaman api neraka yang
menyala-nyala serta dapat membakar hangus.14
2. Fungsi Keluarga
Fungsi utama keluarga yaitu menjaga fitrah anak yang lurus dan
suci di atas aqidah yang shohih, mengajarkan islam yang berdasarkan
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Meluruskan fitrahnya dan
membangkitkan bakat serta kemampuan positifnya.15 Abu Hurairah
radiallahu ‘anhu berkata (mengutip firman Allah subhanahu wata’ala QS.
Ar-Ruum:30)
14
Sayyid Qutb, TAfsir Fi Zilalil-Quran, (Daru as-Syruq: 1992), Jilid 6, hlm. 3617.
15
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Majalah…hlm. 59.
9
3. Peran Keluarga
Peran keluarga dalam rumah tangga sangat dibutuhkan teruntuk
bagi seorang anak. Sehingga anak tersebut merasakan kasih sayang kedua
orang tuannya. Peran keluarga untuk mencetak seorang anak menjadi anak
yang kelak menjadi kebanggaan kedua orang tua yaitu bersikap adil
terhadap semua anak, kecukupan dan kasih sayang dan berikat sambutan
hangat.17
a. Bersikap adil terhadap semua anak
Tentu harus diingat bahwa kisah saudara-saudara Yusuf ﷺ,
ketika melihat kecenderungan dan kecintaan yang lebih dari ayahnya
16
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu
hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Rabbani (Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi), (Jakarta: Pustaka Darul
Ilmi, 2010), hlm 130-134.
10
18
Hadits Riwayat Al-Bukhari (2587).
11
dan Ibnu Zubair mengatakan, “rabbaniyun adalah orang yang berilmu dan
mengajarkan ilmunya.”19
Adapun pendidikan sukses untuk mencetak generasi Rabbani yaitu:
ikhlas, bertakwa, berilmu, bertanggung jawab, dan sabar dan tabah.
1. Ikhlas
Rawat dan didiklah anak dengan ketulusan hati dan niat yang
ikhlas, semata-mata mengharapkan keridhaan Allah. Allah tidak akan
menerima suatu amal sholeh tanpa ada keikhlasan di dalam jiwa
pelakunya, sebagaimana di tegaskan dalam firman-Nya:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus[1595]20, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah:5).21
19
Kitab Zaadul Masir fi Ilmi at-Tafsir, karya Ibnu Jauzi, 1/298
20
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh
dari kesesatan.
21
QS. Al-BAyyinah ayat 5.
22
Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim.
23
Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, Mencetak Generasi…hlm. 48.
12
E. KESIMPULAN
24
Ibid., hlm. 49.
25
Ibid., hlm. 50
26
Ibid., hlm. 52.
27
Ibid., 52-53.
13
F. DAFTAR PUSTAKA
Sahla, Abu & Nazara, Nurul. Buku Pintar Pernikahan. Jakarta: Belanoor,
2011.
Kementerian Agama RI. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik:
Tafsir Al-quran Tematik, Edisi yang Disempurnakan. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-quran. 2019.
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/26/fenomena-anak-
gugat-orang -tua-ke-pengadilan-bukti-lunturnya-moralitas-420181. di
akses pada Selasa, 11 September 2019 Pukul 10.23 WITA.
https://jateng.tribunnews.com/2019/08/22/vira-anak-durhaka-tendang-kepala-
ibunya-sikap-sikap-ibu-di-kantor-polisi-bikin-haru-dan-
mengecewakan. di akses pada selasa, 11 September 2019 Pukul 10.26
WITA.
Al-Atsari, Abu Ihsan & Ihsan, Ummu Mencetak Generasi Rabbani (Mendidik
Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi). Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I. 2014.
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Majalah Almawaddah (Majalah
untuk Keluarga Muslim Menuju Keluarga Sakinah, Mawadah dan
Rohmah). Jawa Timur: Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqoni al-Islami.
2010.
14
https://gurupendidikan.com/9/11/2019/pengertian-keluarga-menurut-para-
ahli-fungsi-ciri-dan-peran/ di akses pada Selasa, 10 September 2019
Pukul 11.35 WITA.
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal “al-
Ahwat al-Muslimat wa Bina” “al-Usrah Alquraniyah” Penerjemah:
Kamran As’ad Irsyady dan Mufliha Wijayati. Membangun Keluarga
Qurani” Panduan untuk Wanita dan Muslimah. (Jakarta:
Amzah.2005.
Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary. Mencetak Generasi Rabbani
(Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi). Jakarta: Pustaka Darul
Ilmi. 2010.
Kitab Zaadul Masir fi Ilmi at-Tafsir, karya Ibnu Jauzi, 1/298
Sayyid Qutb, TAfsir Fi Zilalil-Quran. Daru as-Syruq: 1992.