Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN PEMODALAN BANK SYARIAH


Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah manajemen operasional bank syariah

Dosen pengampu:

Fatimah, S. Ag., MA.

Disusun oleh :

Muhammad Adamsyah (2016018)

Deni Firzen (2016008)

Nabilah hidayah (2016033)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
JAKARTA
Jl. Taman amir hamzah no.5 jakarta pusat 10430

Telp/fax: (021) 315 6864 / 390 6501


DAFTAR ISI

1) DAFTAR ISI…………………………………………………………i
2) KATA PENGANTAR……………………………………………….ii
3) ABSTRAK…………………………………………………………..iii
4) BAB I PENDAHULUAN…………………………………………....
A. Latar Belakang……………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………..
C. Tujuan Pembahasan………………………………………...
5) BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..
A. Fungsi Modal Bank…………………………..…….……
B. Sumber Pemodalan Bank Syariah……………..………...
C. Kecukupan Modal Bank Syariah………….…………….
D. Penerapan CAR dalam Bank Syariah…………………...
6) BAB III KESIMPULAN………………………………………………
7) DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “manajemen operasional Bank Syariah“. Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan Terima Kasih
kepada :
1) Kedua Orang Tua yang telah mencurahkan kasih sayang tak terhingga dan selalu sabar
dalam mendidik penulis,
2) Ibu Fatimah, S.Ag, M.A selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Operasional
Bank syariah,
3) Bapak/Ibu Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Kaprodi, Dosen Pengampu beserta jajarannya,
4) Rekan-rekan yang selalu memberikan semangat belajar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang sangat membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan untukpenyempurnaan
makalah ini. Semoga adanya makalah ini dapat memenuhi Tugas pada Mata Kuliah
Manajemen Operasional Bank Syariah..
Aamiin..

Tangerang Selatan, 20 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya menghimpun dana
masyarakat, harus memiliki suatu sumber untuk menghimpun dana sebelum di salurkan
kembalikemasyarakat. Oleh karena itu manajemen bank harus menggunakan semua
perangkat operasionalnya dan mampu menjaga kepercayaan masyarakat. Salah satu
perangkat yang sangat strategis dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang
memadai.Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan
bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya bank-bank harus menjaga rasio kecukupan modalnya atau
CAR (Capital Adenquacy Ratio) berdasarkan pasal 29 ayat 2 undang-undang Republik
Indonesia Nomor 10 tahun 1998. Dalam hal ini modal juga merupakan aspek yang sangat
penting untuk menilai kesehatan bank karena ini berhubungan dengan solvabitas
(kemampuan perusahaan/lembaga untuk membayar hutang karena jumlah aktivanya melebihi
hutang-hutang tersebut) bank.
2. Rumusan Masalah
(a) Apa pengertian fungsi modal?
(b) Apa saja sumber permodalan dalam bank syariah?
(c) Apa saja kecukupan modal dalam bank syariah?
(d) Bagaimana cara penerapan CAR dalam bank syariah?
3. Tujuan Pembahasan
(a) Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasional Bank Syariah
(b) Menjawab Rumusan Masalah yang ada
(c) Sarana untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Modal Bank

Menurut Antonio (2004: 146) Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik. Pada
akhir tahun buku, setelah dihitung keuntungannya yang didapat pada tahun tersebut, pemilik
modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang biasa dikenal dengan deviden. Dana
modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan dan sebagainya yang
secara langsung tidak menghasilkan. Selain itu juga modal dapat digunakan untuk hal-hal
yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu
saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

Secara tradisional, Arifin (2006:135) mendefinisikan modal sebagai sesuatu yang


mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal
didefenisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva
dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities)

Modal terbagi kepada 2 macam:

1) Mondal Inti

Modal Inti terdiri dari : Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik,
b) Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham, c) Modal
Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih
nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual), d) Cadangan umum, yaitu
cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS, e)
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas
persetujuan RUPS, f) Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS
diputuskan untuk tidak dibagikan, g) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah
pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS. Jumlah laba tahun lalu hanya
diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti, h) Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum
pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan.
2) Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah
pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal
pelengkap dapat berupa: a) Cadangan revaluasi aktiva tetap, b) Cadangan penghapusan
aktiva yang diklasifikasikan, c) Modal pinjaman mempunyai beberapa ciri yaitu Tidak
dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar
penuh, Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI), d) Mempunyai
kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank -Pembayaran
dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi- , Pinjaman subordinasi (pada perjanjian
ini tertulis antara pemberi pinjaman dengan Bank, Mendapat persetujuan dari BI, Tidak
dijamin oleh bank yang bersangkutan, Minimal berjangka 5 tahun, Pelunasan pinjaman harus
dengan persetujuan BI).

Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi-tinginya 100%
dari jumlah modal inti.Khusus menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank
syariah tidak dapat mengkategorikannya sebagai modal.

Menurut Johnson and Johnson sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad bahwa modal
bank itu mempunyai tiga fungsi:

Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya.


Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian
bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan.
Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit, hal ini adalah
merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk
membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank. Melalui
pembatasan ini bank sentral memaksa untuk melakukan diversifikasi kredit mereka
agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan keredit dari suatu individu debitur.
Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relative untuk mengahasilkan keuntungan. Tingkat
keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan
bersih dengan ekuitas. Para patisipan pasar membandingkan return on investment
diantara bank-bank yang ada(Muhammmad, 2004: 92).

B. Sumber Permodalan

Pada dasarnya, jika dilihat dari sumbernya, permodalan dana bank Syariah bersumber
dari :

Modal (Sumber utama dana bank syariah adalah modal inti (core capital) dan
kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang
terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba
ditahan.Sedangkan ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-
rekening bagi hasil (mudharabah).
Titipan (Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobolisasi
dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan, dalam hal ini akad yang di
gunakan adalah akad wadi'ah (yaitu memberikan kekuasaan kepada orang lain
untuk menjaga hartanya atau barangnya yang setiap saat dapat diambil jika
pemiliknya menginginkan). akad wadi'ah dibagi menjadi 2 yaitu : Wadi’ah ah yad
al-Amanah (akad penitipan barang/uang dimana pihak pertama tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak
bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang diakibatkan
perbuatan atau kelalaian penerima titipan), Wadiah yad adh-Dhamamah (akad
penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin
pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus
bertanggungjawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.Semua
manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang tersebut
menjadi hak penerima titipan).

C. Kecukupan Modal Bank Syariah

Tingkat kecukupan modal pada bank syariah dapat diukur dengan cara :

a. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga

Jika dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal
dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat
pada bank. Perhitungannya merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga
(giro, deposito dan tabungan)sebagai berikut:

Modal dan Cadangan= 10%Giro+Deposito+Tabungan

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan cukup dengan 10%
dan dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat.Rasio antara modal dan simpanan
masyarkat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang mengandung risiko.Oleh
karena itu modal harus dilengkapi oleh berbagai cadangan sebagai penyagga modal, sehingga
secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

b. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko

Untuk ukuran kedua ini merupakan kesepakatan BIS (bank for International Settlements)
yaitu organisasi bank sentral dari negra-negara maju yang disponsori oleh Amerika Serikat,
Kanada, Negara-negara Eropa dan Jepang.Kesepakatan tentang ketentuan permodalan dicapai
pada tahun 1998 dengan menetapkan CAR yaitu rasio minimum yang mendasarkan kepada
perbandingan antara modal dengan dengan aktiva berisiko.

D. Penerapan CAR dalam Bank Syariah


Capital Adequacy Ratio menurut Lukman Dendawijaya adalah Rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai dari dana modal sendiri
bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari
masyarakat, pinjaman, dan lain–lain.

Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suharjdhono Capital Adequacy Ratio adalah rasio
kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi
oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi
maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas.

Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia pada periode 2006-
2014 dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan adalah CAR.
Data yang digunakan dalam penjelasan makalah CAR ini diperoleh dari Laporan Keuangan
Publikasi Bank Umum tahun 2006 hingga 2014 yang diterbitkan oleh masing-masing Bank
yang bersangkutan. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan untuk masing-masing rasio keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional di Indonesia. Bank Umum Syariah lebih baik kinerjanya dari segi rasio
LDR dan ROA, sedangkan Bank Umum Konvensional lebih baik kinerjanya dari segi rasio
CAR, NPL, dan BOPO. dari analisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antara bank kriteria
bank syariah dan bank konnvensional dalam proses penerapan CAR berbeda, mengenai
penerapan CAR ini bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR
sebesar 11,943%, lebih kecil dibandingkan dengan mean rasio CAR Bank Umum
Konvensional sebesar 16,915%.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Modal utama pertama sebuah lembaga keuangan adalah kepercayaan, yakni kepercayaan
pihak pihak yang dihubungkannya. Dengan kata lain, modal pertama lembaga keuangan ialah
kredibilitas dimana para nasabah atau masyarakat luas. Sedangkan modal utama kedua
sebuah lembaga keuangan adalah profesionalitas, yakni profesionalitas dalam mengelola
uang atau dana titipan yang diamantkan kepadanya. ringkas kata, kedua modal utama inilah-
yakni kredibitas dan profesionalitas yang ditawarkan dan dijual oleh setiap lembaga
keuangan. Dengan kredibitas dan profesionalitas itulah keberadaan dan kelangsungan sebuah
lembaga keuangan di pertaruhkan Dalam hal pengumpulan modal ada beberapa cara yang
dilakukan yaitu dengan modal sendiri dari pemilik bank itu sendiri bisa juga dengan sistem
titipan dari para nasabah dan bisa berbentuk wadi’ah. Modal dapat dipergunakan untuk
menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang
berasal dari dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai
penghasil keuntungan harus serentak dibarengi dengan pertimbangan resiko yang mungkin
timbul guna melindungi kepentingan para pemilik dana.

CAR(Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi


menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR
maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh
aktiva yang berisiko.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank. Jakarta : Alfabeta.

Baridwan, Zaki. 2004. Asa Dan Tujuan Aktiva Dalam kinerja Dunia Usaha, (Semarang:
Delta 7).

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor : Ghalia Indonesia.

Dyckman et al. 1999. Teknik Manajemen Keuangan, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo,).

Faishol, Ahmad. 2007. Sumber-Sumber Dana Bank Syariah. Jakarta : Gramedia.

George H. Hempel, Alan B.Coleman and Donald G.Simonson (1986)

Antonio, Muhammad Syafii. 2004. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.

Arifin,Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, Cet 4. Jakarta:
Pustaka

Alvabet. Dumairy. 2006. Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman, Yogyakarta: Ekonisia.

Ilyas,Rahmat. 2015. Konsep pembiayaan Dalam perbankan syari’ah. Jurnal Penelitian.Vol.


9, No. 1.

Karim,Adiwarman A. 2004.Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada.

Muhammad. 2002.Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN. __________.


2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Perwataatmadja Karnaen & Muhammad Syafii Antonio. 1992. Apa& Bagaimana Bank
Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa.

Rivai, Veithzal & Arviyan Arifin. 2010.Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara. Rivai, Veithzal dkk. 2007.Bank and Financial Institution
Management: Conventional & Sharia Sistem.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai