Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Kelompok II
1. Mohammad Jafar (201010083)
2. Farhan (201010090)
3. Haidatul Hamrah. H (201010080)
4. Nur Intan Avionita (201010078)
Makalah ini juga disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Kalam”.selain
itu,kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.namun kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu,kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian akidah itu ?
2) Apa itu akidah pokok dan akidah cabang ?
B. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian akidah
2) Untuk mengetahui akidah pokok dan cabang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah
Pengertian Aqidah (iman) menurut bahasa adalah percaya, amanat atau
titipan. Percaya adalah suatu pengakuan atau keyakinan seseorang terhadap
sesuatu.1 Secara etimologis akidah berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu- ‘uqdatan-
‘aqidatan. Artinya simpul, ikatan atau perjanjian. Jadi aqidah adalah keyakinan
yang tersimpul kuat didalam hati bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Para ulama’ mendefinisan aqidah sebagai“sesuatu yang terikat kepadanya hati dan
hati nurani.” Dalam Al-qur’an kata “aqidah” diartikan sebagai : “wahai orang-
orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” Sedangkan secara terminologi
akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh
orang yang mempercayainya. dan dalam hal ini Allah SWT telah mejelaskan
melalui firman-Nya dalam surah Al-Ikhas ayat satu dan dua. Yang artinya “
Katakanlah Dia-Lah Allah, Yang Maha Esa. Allah Adalah Tuhan Yang
Bergantung Kepada-Nya Segala Sesuatu.” QS Al-Ikhlas ([112]: 1-2)2
Menurut Hasan al-Banna aqa‟id (jama‟ akidah) adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
Sedangkan M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah pondasi yang di
atasnya dibangun hukum syariat. Syariat merupakan perwujudan dari akidah.
Tidak ada akidah tanpa syariat dan tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada
akidah.
1
Lulu Ulaeni, Dkk, 2015. Islam Adalah Aqidah (Iman) dan Amal.
http://luluulaeni01.blogspot.com/2015/12/makalah-aqidah-pokok-dan-cabang.html. Diakses
pada tanggal 22 Maret 2022
2
Iaind, 2014. Aqidah-aqidah Pokok dan Cabang.
https://iandadonara.blogspot.com/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2022
2
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan akidah adalah keyakinan didalam hati dalam memegang teguh
sebuah kepercayaan islam, dan keyakinan adalah keimanan. Jadi antara akidah
dan keimanan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan pengertiannya dan
pembahasannya.3
ِ َوتُْؤ ِمنَ بِ ْالقَد،م اآْل ِخ ِرaِ ْ َو ْاليَو، َو ُر ُسلِ ِه، َو ُكتُبِ ِه، َو َماَل ِئ َكتِ ِه،َِأ ْن تُْؤ ِمنَ بِاهلل
َر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه
3
Dede Ridwan, 2016. Macam-Macam Akidah Pokok dan Cabang. (Sambas:IAIS Sambas) Hlm.4
4
Ibid
5
Al-Utsaimin. Hal. 85
3
maupun Afan-Nya. Dalam mengenal Allah SWT, manusia hanya mampu sampai
batas mengetahui bahwa zat Tuhan Yang Maha Esa itu ada (wujud) dan tidak
lebih dari itu. Untuk lebih lanjut manusia memerlukan wahyu sebagai petunjuk
dari Tuhan. Sebab itulah, Tuhan mengutus para Rasul atau Nabi-Nya untuk
menjelaskan apa dan bagaimana Tuhan itu dengan petunjuk wahyu.
Meskipun demikian, Nabi hanya menjelaskan bentuk sifat-sifat Allah yang
maha kuasa dengan bukti keberadaan, keesaan, dan kekuasaan-Nya. Nabi sendiri
dalam salah satu hadisnya menyatakan tidak diperkenankan-Nya memikirkan zat
Allah, sebab tidak akan mencapai hakikat yang sebenarnya. Seorang mukmin
hanya perlu berpikir mengenai apa yang telah diciptakan-Nya dan menghayati
sepenuhnya akan keberadaan zat Allah Yang Maha Esa . Dengan demikian,
keimanan seseorang mukmin kepada Allah terhimpun dalam persepsi yang sama.6
4
7. Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat
segala amal baik manusia ketika hidup.
8. Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala
perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.
9. Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.7
5
rasul. Meskipun demikian kita wajib meyakini keduanya.9 Diantara para Rasul
yang tersebut nama mereka dalam Quran adalah: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih,
Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Luth, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun,
Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakariyah, Yahya, Isa dan
Muhammad ‘alaihimus-shalatu wassalam. Seperti yang telah di jelaskan oleh
Allah SWT dalam firman-Nya, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul (QS Ali Imran:
144)”10
9
Lulu Ulaeni, Dkk, 2015. Islam Adalah Aqidah (Iman) dan Amal.
http://luluulaeni01.blogspot.com/2015/12/makalah-aqidah-pokok-dan-cabang.html. Diakses
pada tanggal 22 Maret 2022
10
Iaind, 2014. Aqidah-aqidah Pokok dan Cabang.
https://iandadonara.blogspot.com/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2022
11
Ahdin Mara, 2012. Tugas Studi Islam: Aqidah Pokok Dan Aqidah Cabang.
http://hiasanhatiqu.blogspot.com/2012/12/aqidah-pokok-dan-aqidah-cabang_16.html. Diakses
22 Maret 2022
6
manusia untuk bangkit dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai
kehendak yang diinginkan.12
Firman Allah SWT :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah .
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Q.s Ar –
Rad: 11)
Dalam persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya
meyakini adanya ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada
dialam semesta ini.
12
Ibid
13
Iaind, 2014. Aqidah-aqidah Pokok dan Cabang.
https://iandadonara.blogspot.com/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2022
7
a. Masalah Tuhan
Dalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan
dengan sifat-sifat bentuk jasmani atau fisik. Sedangkan dalam masalah sifat Tuhan
juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal
ini muncul 2 golongan yang berpendapat berbeda:
Pertama : Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa.
Mereka meng-EsakanTuhan dengan mengkosongkan Tuhan dari
berbagai sifat-sifat.
Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diwakili oleh golongan
Ay’ariyah dan Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat
yang sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan
dengan sifat-sifat kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-Esaan-Nya.
b. Masalah Kitab-kitab
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-
Qur’an itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan
Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah Qadim bukan makhluk
(diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak
Qadim karena Al-Qur’an itu makhluk (diciptakan).
8
jasmani dan rohani, dan pendapat kedua mengatakan bahwa yang dibangkitkan
adalah rohnya saja.
e. Masalah Taqdir
Dalam masalah taqdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya
ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini.
Namun berbeda dalam memahami dan memperaktekkannya.
Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun
buruk semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak
mempunyai sangkut pautnya dalam hal ini karena Allah telah
menyerahkan kodratnya kepada manusia. Allah akan memberi pahala
kepada orang yang telah berbuat baik, karena dia telah menggunakan
kodrat yang diberikan Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang
berbuat jahat maka Allah akan menyiksanya karena kodrat yang
diberikan digunakn untuk jalan keburukan.
Kedua : Kaum Jabariyyah mempunyai I’tiqod yang bertolak belakang dengan
I’tiqod kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak
punya daya apa-apa karena segalanya telah ditentukan oleh Allah.
Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar sebab seluruhnya yang
menentukan adalah Allah.
Pendapat Jabariyyah ini dianggap menyimpang oleh golongan
Ahlussunnah Waljama’ah. Memang semuanya ini ditentukan oleh
Allah tetapi Allah juga telah menciptakan usaha dan ikhtiar manusia.
Oleh karena itu manusia mempunyai keharusan untuk berusaha.
Ketiga : Sebenarnya I’tiqod Ahlussunnah Waljama’ah merupakan perpaduan
dari I’tiqod Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu dialam
ini memang telah ditentukan oleh Allah, namun manusia diberi
kewenangan untuk melakukan ikhtiar terlebih dahulu.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akidah berarti simpulan atau ikatan, secara istilah dapat kita artikan
sebagai sesuatu keyakian yang mengakar didalam hati seseorang dalam meyakini
Allah, akidah disebut juga dengan iman.
Akidah pokok adalah akidah yang nilai-nilainya masih tidak mengalami
perubahan sejak zaman Nabi. Dimana pada masa itu persoalan masalah akidah
masih sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dipecah belahkan.
Adapun yang dimaksud dengan akidah pokok adalah 6 aspek yang
kesemuanya merupakan rukun Iman. Adapun keenam aspek tersebut adalah :
Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-Kitab Allah,
Iman kepada Rasul-Rasul Allah, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadar.
Akidah cabang adalah perbedaan pemahaman dalam memahami masalah
akidah atau keimanan dalam keompok-kelompok atau aliran dalam Islam.
Sehingga munculah cabang-cabang dan perbedaan dalam memahami rukun iman
yang 6 tersebut.
Akidah cabang ini lahir dari perpecahan umat islam mulai terjadi setelah
berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab. Kemudian muncul
permasalahan yang menimbulkan terjadinya pembunuhan khalifah Ustman bin
affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak
puas dengan kebijakan politiknya. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi
mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya
B. Saran
Dalam makalah ini kami berkeinginan pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun,agar kami dapat menulis makalah yang
lebih baik lagi di masa mendatang
10
DAFTAR PUSTAKA
11