Penderita gawat darurat dapat berupa kasus bedah ( misal : trauma gawat
abdomen, dsb. ) atau kasus non bedah ( misal : status asmatikus, stroke, dll. )
Penanggulangan penderita gawat darurat dilakukan pada fase pra rumah sakit, fase
rumah sakit, atau mungkin diperlukan rujukan dari suatu rumah sakit ke rumah sakit
lain yang mempunyai kemampuan tenaga dan fasilitas yang lebih tinggi. Salah satu
factor yang menentukan keberhasilan penanggulangan pasien gawat darurat adalah
faktor Transportasi. Pengertian Transportasi dalam hal ini tidak hanya sekedar
mengangkut penderita ke suatu rumah sakit saja, tetapi bagaimana kita dapat
mengangkut penderita dari tempat kejadian ke rumah sakit yang sesuai dengan cepat
dan aman.
Akses
Komunikasi
Stabilitasi
Sarana transportasi
Respon time
AKSES
Masyarakat di tempat kejadian harus tahu kepada siapa akan minta pertolongan
untuk membawa penderita dari tempat kejadian ke rumah sakit yang sesuai. Untuk
itu masyarakat diharapkan mampu melakukan akses kepada lembaga-lembaga atau
anggota masyarakat yang memiliki fasilitas transportasi. Lembaga-lembaga yang
diketahui memiliki fasilitas transportasi adalah :
KOMUNIKASI
- Melakukan akses
- Komunikasi antara tim gawat darurat ( Ambulan 118 ) dengan rumah sakit
penerima penderita.
- Komunikasi antar lembaga terkait.
Alat komunikasi modern dapat berupa telepon ( umum, rumah tangga, seluler ), radio
komunikasi, pager dsb.
Apabila system pre hospital telah terbentuk, maka tim gawat darurat ( Ambulan 118 )
yang mendatangi penderita gawat darurat ditempat kejadian dapat melakukan
stabilisasi, menentukan rumah sakit penerima penderita dan memberikan informasi
mengenai kondisi penderita kepada rumah sakit yang akan dituju sehingga rumah
sakit tersebut dapat memberikan tenaga dan sarana yang diperlukan.
Stabilisasi
Merupakan tindakan yang harus dilakukan terhadap penderita gawat darurat agar
kondisi penderita ( ABCDE ) tidak semakin buruk atau meninggalkan cacat di
kemudian hari. Didalam penanggulangan penderita trauma, sebelum dilakukan
transportasi maka penderita gawat darurat harus dilakukan stabilisasi agar penderita
selamat selama transportasi sampai ke rumah sakit tujuan dengan kondisi yang stabil (
ABCDE tidak semakin memburuk ). Stabilisasi dilakukan secara optimal sesuai dengan
kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia ditempat kejadian.
Apabila yang datang ke tempat kejadian adalah tim gawat darurat ( Ambulan 118 ),
maka dapat dilakukan :
Sarana transportasi
Sarana transportasi untuk penderita gawat darurat dapat berupa kendaraan darat,
laut, udara sesuai dengan medan dimana penderita gawat darurat ditemukan.
Diutamakan memakai kendaraan ambulan, yang dirancang khusus untuk mengangkut
penderita gawat darurat.
- Kelayakan jalan
- Kelengkapan perlengkapan non medis: air conditioner, radio komunikasi, roda
cadangan ( mobil ) dsb.
- Kelengkapan perlengkapan medis: tempat tidur penderita, kursi perawat/
dokter, tabung oksigen, alat-alat resusitasi, alat-alat monitor, cairan infuse, alat
kesehatan habis pakai, obat-obatan emergency, cervical collar, bidai dsb.
- Selain sopir paling tidak harus disertai paramedic dengan kemampuan
penanggulangan penderita gawat darurat. Lebih baik bila disertai dokter.
Respon time
Merupakan waktu yang diperlukan dalam penanggulangan penderita gawat darurat,
baik dari tempat kejadian sampai ke rumah sakit maupun penanggulangan di rumah
sakit itu sendiri. Stabilisasi penderita gawat darurat pada fase pra rumah sakit harus
dilakukan secara optimal sesuai kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia, tetapi
jangan menunda transportasi penderita ke rumah sakit yang sesuai dan terdekat.
Tetap diperhatikan respon time.