1. Baku Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulisan menggunakan ejaan yang baku EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah di bakukan. Contoh: Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia bagian timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing (Tidak baku). Perbaikan: Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing (Baku). 2. Denotatif Kata-kata dan istilah yangdigunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda. Contoh: Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai (Tidak lugas). Maksud kalimat diatas tidak jelas karena penerangan mengandung makna ganda yaitu informasi atau listrik Perbaikan: Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh informasi yang memadai. 3. Berkomunikasi dengan Pikiran bukan Perasaan Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional. Contoh: Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (Tidak efektif) Perbaikan: Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (Efisien) 4. Kohesif Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung, seperti kata- kata penunjuk, dan kata-kata penghubung. Contoh: Musim hujan banjir. Hujan turun dengan deras. Sinar matahari berkurang. Langit selalu mendung dan tertutup awan. Baju di jemuran tidak kering dan berbau. (Untuk memperbaikinnya menggunakan kata penghubung) Perbaikan: Di saat musim hujan, banjir selalu datang. Karena hujan turun dengan deras. Sinar matahari berkurang karena langit selalu mendung dan tertutup awan. Sehingga baju di jemuran tidak kering dan berbau. 5. Koheren Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok. Contoh: Buku merupkan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah media elektronik yang banyak didengar di masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan membaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif. (Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak miring). 6. Mengutamakan Kalimat Paif Contoh: Penulis melakukan penilitian ini dilaboratorium. Perbaikan: Penelitian ini dilakukan di laboratorium 7. Konsisten Konsistem dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri. Contoh: Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra. Menjadi: Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang cukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoprasikan semua kendaraan ekstra. 8. Logis Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. Contoh: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap (Tidak logis). Perbaikan: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap. 9. Efektif Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca. Ciri ciri kalimat efektif yaitu, harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa. Contoh: Amara pergi ke seklah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (Tidak efektif) Perbaikan: Amara pergi ke sekolah, kemudia kerumah temannya untuk belajar. (Efektif) 10. Kuantitatif Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Contoh: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam. Perbaikan: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter