Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Sifat-sifat ragam bahasa


1. Baku
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu
dalam ragam tulisan menggunakan ejaan yang baku EYD, dan dalam ragam lisan
menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan
kalimat yang baku atau sudah di bakukan.
Contoh:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya,
maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia bagian timur kita
terpaksa serahkan kepada pengusaha asing (Tidak baku).
Perbaikan:
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan
kepada pengusaha asing (Baku).
2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yangdigunakan haruslah bermakna lugas, bukan
konotatif dan tidak bermakna ganda.
Contoh:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh
penerangan yang memadai (Tidak lugas).
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena penerangan mengandung makna ganda
yaitu informasi atau listrik
Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh
informasi yang memadai.
3. Berkomunikasi dengan Pikiran bukan Perasaan
Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau
hemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau
tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai
seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (Tidak efektif)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (Efisien)
4. Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat
maupun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea
yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-
kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
Contoh:
Musim hujan banjir. Hujan turun dengan deras. Sinar matahari berkurang.
Langit selalu mendung dan tertutup awan. Baju di jemuran tidak kering dan
berbau. (Untuk memperbaikinnya menggunakan kata penghubung)
Perbaikan:
Di saat musim hujan, banjir selalu datang. Karena hujan turun dengan
deras. Sinar matahari berkurang karena langit selalu mendung dan tertutup awan.
Sehingga baju di jemuran tidak kering dan berbau.
5. Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau
ide pokok.
Contoh:
Buku merupkan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu
pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media
pembelajaran audovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas
dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol
dengan makna. Radio adalah media elektronik yang banyak didengar di
masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan membaca tidak akan
tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan.
Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.
(Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat
yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak miring).
6. Mengutamakan Kalimat Paif
Contoh:
Penulis melakukan penilitian ini dilaboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium
7. Konsisten
Konsistem dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah,
singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
Contoh:
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,
pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
Menjadi:
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,
telah disiapkan kendaraan yang cukup. Pengusaha angkutan dihimbau
mengoprasikan semua kendaraan ekstra.
8. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah
dapat diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap (Tidak
logis).
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap.
9. Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh
penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca. Ciri ciri kalimat
efektif yaitu, harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam
pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Amara pergi ke seklah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk
belajar. (Tidak efektif)
Perbaikan:
Amara pergi ke sekolah, kemudia kerumah temannya untuk belajar.
(Efektif)
10. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu
meter

Anda mungkin juga menyukai