Anda di halaman 1dari 6

MIRISNYA JUMLAH KORBAN PELECEHAN SEKSUAL

TEPAT DI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

ARTIKEL POPULER
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Bahasa Indonesia
yang dibina oleh Baapak Drs. Achmad Taufiq, M.Pd

oleh :
Sabilah Firdaus
180151602134
E8 PGSD

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MEI 2019
MIRISNYA JUMLAH KORBAN PELECEHAN SEKSUAL
TEPAT DI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Pada tanggal 2 mei 2019, Komisi Perlindungan Anak (KPAI)


mengungkapkan jumlah korban pelecehan seksual di lingkungan sekolah. Hal itu
sangat di prihatinkan, dimana tepat hari pendidikan nasional yang seharusnya kita
ungkapkan dengan keceriaan, atau dengan menyebarluaskan banyaknya prestasi
murid di Indonesia, ini malah terdapat berita pelecehan seksual. Hal ini
menyatakan pendidikan di Indonesia masih belum dikatakan “berjalan dengan
mulus”, buktinya masih ada juga kasus di dunia pendidikan.
Sepanjang tahun 2019, KPAI mencatat beberapa kasus anak korban
pencabulan dan pelecehan seksual di sekolah. Kasus tersebut dilakukan oleh guru
dan kepala sekolah, yang terjadi di lingkungan sekolah. Komisioner KPAI Bidang
Pendidikan Retno Listyarti menyebutkan bahwa, 20 siswi dari sebuah SD negeri
di Malang menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum guru honorer.
"Ada juga 14 siswi SD di Kecamatan Lilliaja, Kabupaten Sopeng,
Sulawesi Selatan menjadi korban pencabulan oknum kepala sekolah. Sejumlah
siswi SD di Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan juga menjadi
korban pencabulan oknum guru olahraga," jelas Retno dalam keterangan rilis,
Kamis (2/5/2019).
Korban pencabulan oknum guru olahraga juga terjadi pada satu siswi
SMK di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Hasil temuan KPAI ini merupakan
laporan pengawasan yang dilakukan sepanjang Januari sampai April 2019. Selain
pencabulan dan pelecehan seksual, laporan KPAI menemukan, pelanggaran hak
anak di bidang pendidikan didominasi perundungan. Perundungan meliputi
kekerasan fisik, psikis, dan seksual.
"Anak korban pengeroyokan ada 3 kasus; anak korban kekerasan seksual
sebanyak 3 kasus; anak korban kekerasan fisik sebanyak 8 kasus; anak korban
kekerasan psikis dan bullying ada 12 kasus; anak pelaku bullying terhadap guru
sebanyak 4 kasus," Retno melanjutkan.
Mayoritas kasus tersebut ditemukan dalam jenjang SD/sederajat yaitu
sekitar 67%. Anak yang masih dalam jenjang SD yang mendapat pelecehan
seksual tersebut, kebanyakan mereka mengalami trauma tersendiri terhadap
gurunya. Pelecehan seksual ini adalah jenis trauma yang sangat menyeramkan
karena berdampak pada rasa malu yang terjadi pada korban. Apalagi kalau
korbannya anak-anak. Di usia ini mereka masih terlalu muda untuk tahu
bagaimana harusnya anak mengungkapkan ketakutan dan mencari bantuan. Jika
hal ini tidak ditangani dengan benar, maka bisa menyebabkan Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD), depresi dan kecemasan seumur hidup.
Lantas jika sudah terjadi semacam itu, bagaimana sekolahnya kedepan,
dan bagaimana kehidupannya kelak? Padahal masa depan mereka masih sangat
panjang. Anak di usia SD ini masih taraf tumbuh dan berkembang, mereka sangat
membutuhkan adanya kasih sayang terhadap orang di sekitarnya.
Anak merupakan generasi penerus bangsa, mereka mempunyai hak dan
kewajiban ikut serta membangun negara dan bangsa indonesia. Anak merupakan
subyek dan objek pembangunan nasional indonesia dalam mencapai aspirasi
bangsa, masyarakat yang adil dan makmur. Anak adalah modal pembangunan,
yang akan memelihara dan mempertahankan serta pengembangan hasil
pembangunan bangsa.
Mengingat pentingnya peran anak, hak anak secara tegas telah diatur
didalam undang-undang, bahwa negara menjamin setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Maka dari itu, jika terdapat pelecehan seksual pada
anak dan pelakunya tersebut gurunya sendiri, berarti secara otomatis guru tersebut
sudah menghancurkan hidup muridnya sendiri yang seharusnya anak tersebut
dapat berkembang dengan baik yang nantinya akan menjadi penerus bangsa
Indonesia ini.
Perlakuan seorang guru yang berani melakukan hal tersebut, sangat perlu
dipertanyakan. Mengapa? Karena seorang guru yang pada hakikatnya mendidik
anak muridnya, ini malah melakukan perlakuan seksual. Dimana moral seorang
pendidik, dimana jiwa pendidik mereka yang dulunya harus sekolah tinggi demi
mengabdi kepada negara dengan menjadi seorang guru? Apakah mereka sudah
tidak mempunyai moralnya lagi?
Hemm, kemungkinan moral dan jiwa mereka sudah hilang dikarenakan
semakin majunya teknologi, semakin bebas seseorang melakukan hal yang
disukainya. Misalnya handphone (HP). HP ini sangat canggih, dimana seseorang
dapat mencari apapun yang dibutuhkannya melalui internet. Jika HP ini
digunakan ke hal yang negatif, maka di pergunakan untuk menonton video porno
atau semacamnya yang dapat membuat seorang guru tersebut menjadi nafsu
tinggi, sehingga muridnya sendiri menjadi korban pelecehan seksual.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohanna
Yambise mengatakan penyebab maraknya kekerasan seksual yang terjadi terhadap
anak adalah perkembangan teknologi. Internet disebut mampu menyajikan segala
informasi termasuk hal-hal negatif.
"Sekarang kekerasan seksual ini semakin meningkat. Asumsi saya ini
mungkin karena teknologi-teknologi sekarang, internet, sekarang anak-anak SD
saja dan orangtua membuka situs-situs tidak terpuji dan mereka mungkin ingin
mempraktikkan itu," ujar Yohanna
Kita sebegai pendidik ataupun calon pendidik seharusnya memjaukan
pendidikan bangsa Indonesia ini menjadi lebi baik. Mengingat pada tanggal 2 mei
adalah hari pendidikan nasional, sehrusnya pendidik mengingat perjuangan para
pahlawan dahulu yang memperjuangkan pendidikan dengan mati-mati an.
Sehingga, jika seorang pendidik mengingat hal tersebut, patutnya bersyukur dan
diharapkan lebih semangat dalam memajukan pendidikan di Indonesia ini.
Mentri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono
menjelaskan, dalam rapat yang digelar 1 Maret 2013, dihasilkan sejumlah
keputusan terkait kasus pelecehan anak. Beberapa langkah agar tidak terjadi
pelecehan seksual terhadap anak. Langkah tersebut menyangkut koordinasi
dengan institusi lain dan pemerintah daerah.
Pertama, menurut Agung, adalah penegakan hukum. Siapa pun pelaku
pelecehan, harus dihukum maksimal. Efek jera harus muncul, agar insiden
pelecehan tak terulang lagi.
“Kalau memang ancamannya 10-15 tahun, silakan ambil angka maksimal.
Kita minta ini supaya terusik rasa keadilan masyarakat,” kata Agung saat
berbincang dengan detikcom, Sabtu (2/3/2013).
Kedua, Agung Laksono mengimbau agar masyarakat segera melapor bila
melihat ada insiden pelecehan atau kekerasan anak. Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak siap berada di garda terdepan
untuk membantu korban dan mengawasi proses hukumnya.
“Ini lembaga dibentuk di tiap daerah, di pusat juga ada. Ada di 190
kabupaten dan 27 provinsi,” terangnya.
Ketiga, Agung meminta agar semua instansi memperhatikan kebutuhan
hak anak. Jangan sampai ada orang tua yang tak memberikan perlindungan atau
membiarkan mereka terlantar.
“Kalau ada tetangganya yang mencurigakan, segera laporkan. Tapi jangan
bertindak sendiri,” tegasnya.
Adanya kasus pelanggaran hak anak di dunia pendidikan ini, KPAI
berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama
memperkuat percepatan terwujudnya Program Sekolah Ramah Anak (SRA).
"Kami mendorong Kemendikbud dan Kemenag untuk mewujudkan SRA
di seluruh Indonesia. Jumlah SRA di Indonesia saat ini baru sekitar 13.000-an dari
400.000 sekolah dan madrasah di Indonesia," tutup Retno (Komisioner KPAI
Bidang Pendidikan).
Selain solusi dari pemerintah, seorang pendidik pun juga perlu adanya
solusi. Solusinya yaitu seorang pendidik harus memiliki iman yang kuat.
Penanaman karakter terhadap calon pendidik juga perlu diperhatikan. Dengan
begitu, seorang pendidik sudah siap dalam mendidik muridnya kelak.
Namun, yang paling penting, bagi calon pendidik ataupun pendidik
hendaknya memiliki jiwa orang tua. Anggap saja murid tersebut seperti anaknya
sendiri, sehingga seorang pendidik tersebut mendidik dengan penuh kasih sayang.
Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi berita seorang pendidik melecehkan
muridnya.
Pada akhirnya, calon pendidik maupun pendidik tetaplah ingat dengan
semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” yang artinya “Di depan menjadi contoh, di
tengah berbuat keseimbangan atau penjalaran, di belakang membuat dorongan
atau mendorong.
DAFTAR RUJUKAN

Kompas. 2015. Perkembangan Teknologi Jadi Penyebab Maraknya Kekerasan


Seks Terhadap Anak, (Online), (https://megapolitan.kompas.com/read/
2015/10/07/13551631/Perkembangan.Teknologi.Jadi.Penyebab.Maraknya.
Kekerasan.Seks.terhadap.Anak), diakses 3 Mei 2019.
KPAI. 2013. Ini Langkah Pemerintah Cegah Aksi Pelecehan Anak, (Online),
(http://www.kpai.go.id/berita/ini-langkah-pemerintah-cegah-aksi-
pelecehan-anak), diakses 4 Mei 2019.
Liputan6. 2019. KPAI Ungkap Jumlah Kasus Anak Korban Pelecehan Seksual,
(Online), (https://www.liputan6.com/health/read/3955375/kpai-ungkap-
jumlah kasus-anak-korban-pelecehan-seksual-di-sekolah), diakses 3 Mei
2019.

Anda mungkin juga menyukai