Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang

Pola makan yang salah dapat mempengaruhi gizi pada remaja dimana juga

akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh remaja yang berguna untuk

pertumbuhan remaja dan perkembangannya. Jumlah makanan yang cukup sesuai

dengan kebutuhan remaja akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup pula bagi

remaja guna menjalankan kegiatan fisik yang sangat meningkat. Pada kondisi normal

diharuskan untuk makan 3 kali dalam sehari dan keseimbangan zat gizi diperoleh

apabila hidangan sehari dimana terdiri dari 3 kelompok bahan makanan, (Mourbas,

2012). Fenomena yang terjadi di SMP Negeri 21 Surabaya dimana didapatkan siswa-

siswi mengalami, obesitas atau kelebihan gizi dan kurus atau kekurangan gizi.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 21 Surabaya di

dapatkan jumlah seluruh siswa-siswi sebanyak 1.184 orang, terdiri dari siswa-siswi

laki-laki sebanyak 537 orang dan perempuan sebanyak 647 orang. Menurut World

Health Organization (WHO, 2013). Di Inggris prevelensi gizi lebih dialami oleh

remaja pria, 22% dan 23% pada wanita, Di Amerika Serikat, prevalensi gizi lebih

pada remaja usia 13-15 tahun adalah 20,5%. Indonesia prevalensi gizi kurang pada

remaja usia 13-15 tahun sebesar (11,1%) dan prevalensi gizi lebih (10,8%). Prevalensi

gizi seimbang sebesar (9,4%). Provinsi Jawa Timur termasuk Provinsi dengan

prevalensi gemuk di atas, nasional pada remaja usia 13-15 tahun. Prevalensi kurus

relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan prevalensi kurus naik (0,4%) sebaliknya

prevalensi gemuk naik dari (1,4%) pada tahun 2007 menjadi (7,3%) pada tahun 2013.

Di Kota Surabaya merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki prevalensi
kurus (1.0%), seimbang (5,5%), lebih (7,7%) pada usia 13-15 tahun yang dilihat

berdasarkan IMT/U, (Riskesdas, 2013).

Didapatkan remaja kurang memiliki pemahaman terhadap cara mengatur pola

makan dan pola istirahat dengan baik, dan juga remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor

yaitu proses belajar, faktor bermain dengan teman-teman sehingga remaja kurang

mengatur pola makan dan pola istirahatnya sehingga kurang memiliki kebutuhan gizi

yang baik, salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas adalah gizi, terutama

untuk peningkatan gizi remaja. Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan

perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi pangan dengan

kecukupan gizi yang dianjurkan. Salah satu masalah gizi pada remaja adalah gizi lebih

yaitu ditandai dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan

usia atau tinggi badan remaja, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang

berlebihan dalam jaringan lemak tubuh, (Hariyani, 2011).

Pola makan terdiri dari jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi

makanan, pola makan yang benar sangat mempengaruhi pertumbuhan remaja, budaya

hidup sehat dengan rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan makanan sangat

penting untuk dilakukan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat

menakjubkan pada diri kita, baik secara fisik, mental maupun sosial. Perubahan ini

perlu ditunjang oleh kebutuhan zat gizi yang tepat dan memadai. Masa remaja

merupakan masa yang rawan akan gizi, banyak remaja yang tidak memenuhi gizinya

karena takut gemuk dan ada juga yang malas atau tidak berselera dengan makanan-

makanan yang bergizi, (Prastiwi, 2010).

Pokok masalah yang mempengaruhi status gizi adalah keterbatasan ekonomi,

kurang pendidikan, dan kurang ketrampilan, sedangkan masalah yang mempengaruhi

status gizi adalah krisis ekonomi langsung. (Tinneke, 2012). Pengetahuan adalah salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada remaja walaupun secara tidak

langsung. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka remaja akan bersikap positif

untuk memilih alternatif yang terbaik dan cenderung memperhatikan hal-hal yang

penting tentang pencegahan status gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu

pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengkonsumsi makanan. Semakin baik

pengetahuan tentang pola makan maka seseorang akan semakin memperhatikan

kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya, (Sediaoetama, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO, 2007), remaja didefinisikan

sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa dengan batasan usia 12

sampai 24 tahun yang merupakan tahapan seseorang dimana berada di antara fase

anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis,

dan emosi. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahap perkembangan pada

remaja dibagi atas tiga tahap yakni: remaja awal (10-14 tahun), remaja tengah (15-16

tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun), (BKKBN, 2010).

Remaja membutukan gizi yang baik umumnya disebabkan oleh satu sumber

utama yaitu: Pola makan yang kurang tepat, dapat mempengaruhi gizi pada remaja,

secara garis besar dipengaruhi dua hal, antara lain faktor lingkungan dan faktor

personal atau individu dari remaja itu sendiri. Remaja harus bisa menjaga pola makan

dan pola istirahat sehingga kebutuhan gizi pada remaja dapat terpenuhi dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, makan peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai hubungan pola makan dan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP

Negeri 21 Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pola makan dan status gizi pada remaja usia 13-15
tahun di SMP Negeri 21 Surabaya.?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola makan dan status gizi remaja usia 13-15
tahun di SMP Negeri 21 Surabaya

1.3.2 Tujuan Kusus

1. Mengidentifikasikan pola makan pada remaja usia 13-15 tahun di SMP


Negeri 21 Surabaya.

2. Mengidentifikasikan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun di SMP Negeri
21 Surabaya.

3. Menganalisis hubungan pola makan dan status gizi pada remaja usia 13-15
tahun di SMP Negeri 21 Surabaya.

2. Menganalisis hubungan pola makan dan status gizi pada remaja usia 13-15

tahun di SMP Negeri 21 Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan gizi pada remaja khususnya yang berkaitan dengan kebiasaan pola

makan dan status gizi.


1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan

dalam penerapan teori-teori yang sudah diperoleh di bangku kuliah.


2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru yang bisa

digunakan sebagai pemecahan masalah yang ada kaitannya dengan hubungan

pola makan dan status gizi pada usia remaja.


3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan pengetahuan mengatur pola makan

baik bagi masyarakat dan dilanjutkan bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan hubungan pola makan dan status gizi pada usia remaja.

Anda mungkin juga menyukai