Bab Ii Keterlibatan Notaris Selaku Pejab
Bab Ii Keterlibatan Notaris Selaku Pejab
Perkara pidana atau disebut juga peristiwa pidana adalah sebagai terjemahan
dari istilah bahasa Belanda “Strafbaar feit29” atau “delict30”. Menurut KUHPidana
29
Simons sebagaimana dikutip oleh Moeljatno menerangkan bahwa strafbaar feit adalah
kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan
dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab. sedangkan Van
Hamel merumuskan strafbaar feit adalah kelakuan orang (menslijke gedraging) yang dirumuskan
dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (straf waardig) dan dilakuklan dengan
kesalahan. (Moeljatno, 2000, Azas-Azas Hukum Pidana, cetakan ke enam, PT Rineka Cipta, Jakarta),
(blogmhariyanto.blogspot.com), tanggal 09 Januari 2010
30
Delict dalam hukum Romawi, sebuah kewajiban untuk membayar denda karena kesalahan
telah dilakukan. Tidak sampai ke-2 dan ke-3 Masehi adalah kejahatan publik dipisahkan dari
kejahatan pribadi dan dipindahkan ke pengadilan pidana; dari waktu itu, tindakan sipil tetap menjadi
obat untuk pelanggaran pribadi. Dalam penggunaan modern di negara-negara hukum mereka yang
berasal dari Romawi, hal melanggar peraturan berarti yang salah dalam aspek sipil, sesuai dengan
gugatan dalam hukum Anglo-Amerika., (dictionary.reference.com), tanggal 09 Januari 2010
31
Bambang Nurdiansyah,. Advocat, Wawancara, tanggal 10 Januari 2010
disitu ada api, tanpa mempelajari sebab terjadinya kejahatan akan terasa sulit untuk
mengerti mengapa suatu kejahatan telah terjadi, dan apalagi untuk menentukan
di atas, maka secara garis besar, pembeda dari sebab terjadinya perkara pidana yakni
32
Gerson W Bawengan., Pengantar Psikologi Kriminil, Pradnya Paramita, Jakarta, Hal. 34-
42
Ruang lingkup pelaksanaan jabatan Notaris yaitu membuat alat bukti yang
diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan alat bukti
tersebut berada dalam tataran hukum perdata, bahwa Notaris membuat akta karena
permintaan dari para penghadap, dan tanpa ada permintaan dari penghadap, Notaris
tidak akan membuat akta apapun, dan Notaris membuat akta yang dimaksud
berdasarkan alat bukti, keterangan dan pernyataan para penghadap.33 Notaris juga
yang akan dituangkan dalam akta nantinya. 34 Apapun yang akan dituangkan
nantinya merupakan kehendak dari para pihak yang datang menghadap dan bukan
berasal dari keinginan dari Notaris secara pribadi yang tidak bertentangan dengan
Hal tersebut di atas juga terdapat dalam Pasal 16 ayat 1 huruf d UUJN yakni :
33
Roosmidar, Notaris, Wawancara, tanggal 06 Januari 2010
34
Tjong, Deddy Iskandar, Notaris, Wawancara, tanggal 04 Januari 2010
menolak untuk memberikan bantuan apabila hal itu diminta kepadanya oleh orang
yang membutuhkan jasa Notaris, kecuali dalam hal terdapat alasan yang berdasar
untuk itu.35
1. Notaris sakit atau berhalangan, karena sudah ada janji terlebih dahulu
dengan pihak lain;
2. Penghadap tidak dikenal oleh Notaris, identitasnya tidak ada, dan Notaris
merasa ragu-ragu terhadap akibat pembuatan akta tersebut;
3. Notaris tidak dapat memahami keterangan penghadap yang akan
dituangkan ke dalam akta;
4. Kehendak para pihak bertentangan dengan UU, ketertiban umum dan
kesusilaan;
5. Permintaan bantuannya itu ada kaitannya dengan Pasal 52 dan Pasal 53
UUJN, yaitu Notaris ada hubungan keluarga dekat dengan para
penghadap, atau akta yang akan dibuat itu ada kaitannya dengan suatu
keuntungan kepada Notaris atau saksi atau keluarga mereka.36
atau orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris baik
35
Yanti Sulaiman Sihotang,. Notaris/PPAT, Wawncara, tanggal 05 Januari 2010
36
Sutrisno, Diktat Komentar UU Jabatan Notaris Buku I, Op. Cit, Hal. 452
Pasal 53 UUJN
saksi, baik hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa
ketiga.”
yang dipersalahkan oleh para pihak penghadap atau pihak-pihak yang merasa
kesengajaan (culpa) atau kelalaian (alpa), sehingga Notaris diperiksa oleh penyidik
Kepolisian karena telah melakukan turut serta atau membantu melakukan perkara
pidana dengan cara membuat keterangan palsu dalam akta yang dibuat atau segala
Seseorang yang berbuat dengan sengaja itu, harus dikehendaki apa yang
diperbuat dan harus diketahui pula atas apa yang diperbuat. Tidak termasuk
perbuatan dengan sengaja adalah suatu gerakan yang ditimbulkan oleh reflek,
orang lain, lalu menembakkan pistol dan pelurunya meletus ke arah sasaran, maka
perbuatan menembak itu dikehendaki oleh si pembuat, akan tetapi akibatnya belum
37
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hal. 171
38
Memorie van Toelichting (Memori Penjelasan) ini adalah penjelasan atas rencana Undang-
undang pidana, yang diserahkan oleh Menteri Kehakiman (Belanda) bersama dengan Rencana
Undang-undang itu kepada Tweede Kamer (Parlemen) Belanda. Nama KUHP ini adalah sebutan lain
dari W.v.S untuk Hindia Belanda (lihat pasal VI UU No. 1 Tahun 1946 yo. UU No. 73 Tahun 1958).
Hukum Pidana, nennysitohang.wordpress.com/2008/10/13/hukum-pidana, tanggal 09 Januari 2010
39
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hal. 171
40
Yuli Dian Fisnanto, Kesalahan dalam Bentuk Kesengajaan dan Kealpaan, dan Pembagian
Bentuk-Bentuk Lainnya, wawasanhukum.blogspot.com/2007/06/kesalahan-dalam-bentuk-
kesengajaan-dan.html, tanggal 09 Januari 2010
(voorstellen) bahwa akibat perbuatannya itu akan timbul. Akibat mati seperti itu
tidak tergantung pada kehendak manusia, dan oleh Prof. Moeljanto,S.H bahwa
sesuatu itu, lagi pula kehendak merupakan arah, maksud atau tujuan, hal mana
perbuatannya.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hal. 173
41
42
Berlin Nainggolan, Kuliah Hukum Pidana I, Tanggal 04 Nopember Tahun 1999, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
dilarang, jadi kalau akibat ini tidak ada, maka ia tidak akan berbuat
A.
Bewustzijn)
43
Berlin Nainggolan, Ibid.
Opzet).
44
Berlin Nainggolan, Ibid
45
Berlin Nainggolan, Ibid
maksud. Dan merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan, dan ini juga telah
melanggar UUJN dan kode etik Notaris yakni melanggar sumpah jabatan
sebagaimana termaktub dalam UUJN Pasal 4 angka 2 dan Kode Etik Notaris Pasal 3
angka 4 yakni : Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab,
B.2. Kelalaian
Sering juga disebut kurang hati-hati, alpa, tidak sengaja. Di dalam undang-
undang tidak ditentukan apa arti kesalahan ini, suatu tindak pidana itu tidak selalu
terjadi karena kesengajaan, tetapi dapat pula disebabkan karena kelalaian atau kurang
diperlukan/kurang hati-hati
mencegahnya
Menurut M.v.T (Memorie van Toelichting) kealpaan pada diri si pelaku terdapat :
46
Berlin Nainggolan, Kuliah Hukum Pidana I, Tanggal 04 Nopember Tahun 1999, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
kita lihat dari ancaman hukuman untuk delik kelalaian. Kelalaian dipidana penjara
maksimal 1 tahun kurungan, dan minimal 1 hari. Hanya dalam delik tertentu saja
ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun, misalnya Pasal 359, 360 KUHPidana.
Ada dua faktor Notaris terlibat dalam peristiwa hukum yakni : Faktor Internal
yakni yang berasal dari notaris sendiri, baik sadar ataupun tidak sadar, contoh
: “Ada notaris yang sedang mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham
Perseroan Terbatas, rapat belum selesai notaris mendapat panggilan dari
orang terdekatnya yang mengabari bahwa anaknya jatuh sakit, mendengar hal
itu Notaris meninggalkan rapat tanpa meminta skorsing. Padahal dalam rapat
itu masih ada empat agenda yang belum dibicarakan dan notaris harus
menyaksikan langsung semua urutan peristiwa RUPS dari awal sampai akhir
tanpa meninggalkan tempat kecuali meminta skorsing”. Inilah salah satu
kecerobohan notaris. Dan hal ini dapat menimpa siapa saja, tidak peduli
notaris senior mapun yang junior, dan notaris rawan terkena jerat hukum
karena tidak mematuhi prosedur, tidak menjalankan etika profesi dan
sebagainya.
Notaris juga dihadapkan pada masalah beredarnya surat identitas palsu seperti
KTP, Surat Keterangan Keluarga, Sertipikat, Perjanjian Jual Beli, dan lain
sebagainya. Padahal dokumen tersebut mengandung konsekuensi hukum begi
pemiliknya. Notaris mengacu pada dokumen-dokumen ini dalam melakukan
pelayanannya sebagai pejabat umum yang ditunjuk mewakili Negara dengan
membuat akta otentik. Kalau dokumen palsu berarti akta dan pengikatan yang
dibuat juga palsu dan batal demi hukum. Inilah faktor yang datang di luar
kemauan notaris sendiri.47
Akibat hukum di atas berasal dari kelalaian Notaris sendiri yang telah
meninggalkan RUPS tanpa skorsing akibat anaknya yang sakit, karena tidak
jabatannya selaku pembuat akta otentik. Pembuatan akta Berita Acara Rapat RUPS,
47
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia Pustaka,
Jakarta, 2008, Hal. 225-227
awal hingga akhir rapat, Notaris harus tetap hadir.48 Namun terhadap pemalsuan
dokumen yang dibawa penghadap apakah dapat dikategorikan sebagai kelalaian jika
aparatur kepolisian.
Akta ini dibuat atas kehendak pihak-pihak. Jadi umpamanya yang menghadap
itu orang yang masih di bawah umur yakni 15 tahun. Tetapi waktu
menghadap kepada notaris mengaku berumur 22 tahun, dan membawa
keterangan dari lurah memang umurnya 22 tahun. Anak itu menjual
rumahnya, akta dibuat. Baru kemudian diketahui, bahwa anak itu beumur 15
tahun. Akta itu otentik, apa yang dikatakan dalam akta itu benar tetapi yang
melakukan perbuatan hukum belum cakap. Dan oleh pengadilan akta ini
dapat dibatalkan.49
Jika Notaris dalam persidangan dapat membuktikan bahwa akibat yang telah
mengakibatkan kerugian dari salah satu penghadap berasal dari bukan dari Notaris,
dan Notaris tidak pernah mengetahui atau menduga niat tidak baik dari para
penghadap. Dalam hal ini Notaris tidak memiliki unsur sengaja atau kelalaian.
menurut ketentuan yang berlaku. Kesengajaan dan kealpaan dapat timbul akibat
pengaruh yang berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar pelaku
48
Roosmidar,. Notaris/PPAT, Wawncara, tanggal 22 Maret 2010
49
A. Kohar, Notaris Berkomunikasi, Alumni, Bandung, 1984, Hal.20-21
perkara pidana.
1. Kondisi fisik
yang baik, ditandai kebugaran jasmani yang memuaskan, jauh dari sakit
dari segi fisik tidak apa-apa, tetapi terpengaruh oleh kondisi kejiwaan.52
kualitas makan yang baik, istirahat yang cukup, akan berpengaruh besar
sehari-hari Notaris itu sendiri, dan keadaan fisik Notaris yang tidak sehat
50
Setiawan Siregar,. Dosen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara, Wawancara, tanggal
30 Januari 2010
51
Edi Yunara., Advocat,. Wawncara, tanggal 30 Januari 2010
52
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1991,
Hal. 41-51
53
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, Ibid.
Keadaan fisik Notaris, baik sadar atau tidak hanya Notaris sendiri
yang tahu. Apakah Notaris yang selama 6 (enam) bulan belum pernah
menerima orderan, mau menolak membuat akta autentik dan saat yang
seperti ini dapat menimpa siapa saja, baik Notaris yang baru dilantik,
2. Kondisi Mental/kejiwaan
kehidupan sehari-hari.54
54
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, PT. Pradnya Paramita,Ibid.
kepribadian yang baik, dengan pandangan dan tujuan hidup yang matang,
akan jauh dari sumber ketegangan, sumber frustasi dan mampu menerima
pernah tahu mengenai kejiwaan dari Notaris itu, apakah rohaninya dalam
keadaan sehat atau tidak, karena pasti setiap orang beranggapan bahwa
semua Notaris adalah seorang sarjana yang dapat dipercaya dan mampu
55
Bambang Nurdiansyah,. Advocat, Wawancara, 09 Januari 2010
56
istilah ini pertama kali diperkenalkan pada thn 1905 oleh seorang psikiater bernama
ferdinand dupré. mythomania adalah kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk
menipu/mengelabuhi orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini
kebohongannya sendiri. berbeda dengan seorang pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah
berbohong dan mampu membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, seorang mythomaniac
tdk sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong. ia tidak mampu membedakan antara
'kenyataan' yg berasal dari imaginasinya dan kenyataan yang sebenarnya. kebohongan-kebohongan
yang dilakukan olehnya cenderung 'di luar ' kesadaran, yang artinya adalah dia tidak tahu/tidak sadar
bhw orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena yang terpenting baginya
adalah dirinya mendapat pengakuan oleh sekelilingnya, pengakuan terhadap 'kenyataan' yang ingin ia
wujudkan demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia terima, dengan tanpa
rasa menderita. (initea.multiply.com), tanggal 09 Januari 2010
Setiap orang mencapai usia dewasa selayaknya punya status dan biasa
hal ini bisa terjadi suasana konflik, suasana bimbang untuk menentukan
58
Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil, Kelompok Studi Hukum
dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1998, Hal. 41-44
59
Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil, Ibid.
60
Onny Medeline., Dosen Universitas Panca Budi Medan, Wawancara, tanggal 23 Januari
2010.
61
Onny Medeline., Dosen Universitas Panca Budi Medan, Wawancara, Ibid
kebudayaan luar sudah sedemikian bebasnya dan hal ini juga bisa
lingkungannya.63
kedua orang itu menjadi jahat akibat pengaruh keturunan dan bukan
62
Surya Adinata., Advocat., Wawancara, tanggal 23 Januari 2010
63
Onny Medeline., Dosen Universitas Panca Budi Medan, Wawancara, Op. Cit
64
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, Op.Cit., Hal. 42-43
65
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, Ibid
pola asuh yang tentunya tidak sengaja telah diterapkan kepada anak.66
1. Barangsiapa.
perdata.
1. Barangsiapa.
4. Keterangan itu harus palsu (tidak benar) dan kepalsuan ini diketahui oleh
pemberi keterangan.
5. Keterangan itu dapat diberikan dengan lisan maupun tulisan dan dapat
diberikan oleh orang itu sendiri atau orang yang khusus diberi kuasa
untuk itu.
68
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
1. Barangsiapa.
2. Yang diartikan surat adalah segala surat yang ditulis tangan, dicetak,
3. Surat yang palsu itu harus suatu surat yang dapat menerbitkan suatu hak,
peristiwa.
seolah-olah asli.
1. Barangsiapa.
3. Bahwa surat yang dipalsukan itu terdiri dari surat autentik, yang bersifat
1. Barangsiapa.
itu benar.
1. Barangsiapa.
2. Hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak.
72
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
jabatannya.
3. Atau dengan sengaja diambil atau digelapkan oleh orang lain “membantu
melakukan”.
pemeriksaan administrasi.
73
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
74
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
3. Suatu barang yang diperuntukkan untuk tanda bukti atau keterangan bagi
Untuk lebih memperjelas ada tidaknya perkara pidana yang dapat melibatkan
Notaris, di bawah ini menceritakan beberapa pristiwa hukum yang benar keadaannya
75
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
263 ayat 1 jo Pasal 55 ayat 1 dan 2 KUHPidana dan menahan bukti hak atas tanah
seperti yang tercantum dalam Pasal 4 angka 8 Kode Etik Notaris. Serta
ada di Medan pada umumnya yakni untuk cek bersih sertipikat dan pembuatan akte
perjanjian jual beli kurang lebih sebesar Rp.300.000,- (tiga ratus ribu Rupiah) namun
sebagaimana termaktub dalam Pasal 266 ayat 1 jo Pasal 55 ayat 1 dan KUHPidana.
Nyata Notaris telah memihak salah satu penghadap dan tidak mengindahkan syarat-
syarat formal dalam pembuatan akta yakni akte yang dibuat tidak sesuai dengan surat
yang diperjanjikan melainkan apa yang disepakati,81 juga Notaris telah membuka
rahasia akte dengan cara mengizinkan orang yang tidak berwenang menandatangani
Baik Tengku M. Djoefri Al Rasyid selaku kuasa dari para ahli waris
maupun Tamin Sukardi selaku saksi penjual yang telah mengetahui bahwa
tanah tersebut telah dijual atau telah beralih haknya kepada So Peh Sui
(Suriadinata) dalam akta notaris nomor 22 namun mereka tidak
memberitahukan, baik kepada Nyonya Oei Soei Lian sebagai pembeli
maupun kepada Notaris K Ongko karena tidak adanya informasi mengenai
akta Notaris nomor 22, maka Notaris K Ongko kemudian membuat akta
notaris nomor 101 yang berisikan perjanjian jual beli tanah warisan dari ahli
waris Harun Al Rasyid kepada Nyonya Oei Soei Lian.
So Peh Sui (Suriadinata) setelah mendengar tanah yang telah
dibelinya dengan akta notaris nomor 22, dijual lagi kepada Nyona Oei Soei
Lian, dengan akta notaris nomor 101, maka So Peh Sui (Suriadinata) merasa
dirinya dirugikan dan melaporkan peristiwa ini kepada pihak kepolisian
setempat. Pihak kepolisian kemudian mengusut peristiwa ini. Berita Acara
Pemeriksaan atas terdakwa Tengku M. Djoefri Al Rasyid dipisahkan dengan
terdakwa Tamin Sukardi (keduanya dituntut secara terpisah).
Selanjutnya dalam persidangan Jaksa Penuntut umum menuntut
terdakwa dalam perkara terpisah berdasarkan Pasal 266 ayat 1 juncto Pasal 55
ke 1 KUHPidana “menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu
akta otentik mengenai suatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh
Dalam peristiwa hukum di atas, para Notaris dalam perkara di atas hanya
sebagai saksi, keterlibatan Notaris akibat kehendak dari salah satu penghadap, dan
Notaris tidak menyadarinya karena pengikatan jual beli pada mulanya diawali
dengan photokopi sertipikat dan tidak menyerahkan aslinya. Namun apakah ini
merupakan salah satu kelalaian dari Notaris, hal ini harus berdasarkan pertimbangan
Majelis Hakim.
Bahwa dalam pembuatan suatu akta Notaris, apabila ada upaya untuk
memasukkan keterangan palsu ke dalamnya, maka dalam hal ini akibat hukum yang
akan ditimbulkan adalah keberadaan akta Notaris itu akan batal demi hukum dan hal
ini tentu akan merugikan para pihak itu sendiri. Dalam putusan perkara di atas kedua
terdakwa dipidana penjara selama enam bulan dan Notaris selaku pejabat umum
Perbuatan terpidana tersebut diatur dan diancam dalam Pasal 372 KUHPidana.
Contoh kasus V :
83
www.hukumonline.com/berita/baca/hol14089/majelis-pengawas-notaris-mulai-iunjuk-gigi,
tanggal 12 Januari 2010