Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STUDI ISLAM INDONESIA

“OVERVIEW DAN PENGANTAR ISLAM DAN BUDAYA NUSANTARA ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam Indonesia

Dosen Pengampu :Neny Muthiatul Awaliyah, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Nurita Parera (53010200120)

Danang Abdan Lutfi M(53010180057)

Faqih Ahmad (53010200207)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021/2022
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
Latar Belakang......................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
Pengantar studi islam............................................................................................................................6
Batasan studi islam................................................................................................................................6
B. Sejarah Tradisi studi Islam...........................................................................................................7
Ruang Lingkup studi Islam..................................................................................................................8
Budaya Nusantara...............................................................................................................................10
Sejarah Budaya Nusantara.................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun. Tidak lupa pula kami
haturkan sholawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW, teladan bagi kita semua.

Makalah yang berjudul “OVERVIEW DAN PENGANTAR ISLAM DAN BUDAYA


NUSANTARA ” pembahasan isi dari makalah ini akan diuraikan lebih lanjut. Penulisan makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah studi Islam Indonesia yang diberikan oleh Bapak
Neny Muthiatul Awaliyah, M.Ag. selaku dosen pengampu dari mata kuliah studi Islam
Indonesia. Kami sampaikan kepada beliau terima kasih atas arahan dan bimbingan yang
diberikan untuk penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih untuk para
penyusun artikel maupun buku-buku yang digunakan sebagai sumber untuk penyusunan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan. Dalam
penyusunan makalah ini masih kurang dari kata baik maupun sempurna. Kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Sehingga di waktu
lain kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik dan semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Sekian

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat kompleks, misalnya
tentang sejarah dan perkembangan awal Islam. Penulisan sejarah Indonesia di awali oleh
golongan orientalis yang berusaha untuk meminimalisasi peran Islam, di samping usaha para
sarjana muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur. Kedatangan Islam ke
Indonesia dilakukan secara damai.

Islam disebarkan oleh para pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para Da’i dan para
pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam dakwah pertama itu tidak bertendensi apa pun selain
bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu
saja. Karena wilayah Indonesia sangat luas dan perbedaan kondisi dan situasi maka wajar kalau
terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang ke
Indonesia.

Indonesia sebagai bangsa yang besar yang terdiri dari suku, agama maupun ras yang beragam,
tentu juga mempunyai beragam tradisi dan kebudayaan yang beragam pula. Berbagai tradisi dan
kebudayaan ini tentu ada sejarah sendiri.

Mulai dari kapan di mulainya, siapa yang mengawalinya sampai pesan apa yang terdapat dalam
sejarah tradisi atau budaya yang telah ditinggalkan oleh para leluhur kita. Salah satu kebudayaan
yang ada di Indonesia ialah budaya Islam yang sudah menjadi tradisi sendiri bagi masyarakat
Indonesia.

Hal ini sangat diperlukan agar kelak ketika kita sudah tua nanti masih bisa menceritakan dan
menjelaskan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan sejarah tradisi dan budaya yang ada di
nusantara ini bagi generasi selanjutnya. Terutama, sebagai rakyat Indonesia yang beragama
Islam tentu sangatlah banyak sejarah tradisi dan budaya Islam yang mana sampai saat ini masih
diteruskan oleh generasi umat Islam sekarang hingga nanti.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan batasan studi islam?

2. Menjelaskan Sejarah dan tradisi studi islam?

3. Menjelaskan Ruang lingkup studi islam?

4. Menjelaskan Budaya Nusantara?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk lebih memahami mengenai studi islam.

2. Untuk lebih memahami mengenai tradisi studi islam.

3. Untuk mengetahui ruang lingkup studi islam.

4. Untuk mengetahui budaya nusantara.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar studi islam


Ketika umat Islam berada dalam problem ketidakberdayaan dan keterbelakangan yang
total, hanya satu yang bisa dibanggakan, yaitu teks suci itu. Pilihannya adalah apakah teks
suci itu harus ditinggalkan atau bagaimana? Bukankah orang lain bisa bangkit tanpa teks,
walaupun sebenarnya modernisme barat pun sebetulnya merujuk pada teks Yunani kuno
sebagai acuan pengembangan dan penyesuaiannya.

B. Batasan studi islam

Islam sebagai ajaran menjadi topik yang menarik dikaji, baik oleh kalangan intelektual
muslim sendiri maupun sarjana-sarjana barat, mulai tradisi orientalis sampai dengan
Islamolog (ahli pengkaji keislaman). Pendekatan yang dikaji di sini merupakan pendekatan
yang telah digunakan oleh para orientalis sebagai outsider (pengkaji dari luar penganut
Islam) dan insider (pengkaji dari kalangan muslim sendiri). Pada tahap awal, kajian
keislaman dikalangan intelektual muslim lebih mengutamakan pola transmisi, sementara
kajian keislaman orientalis lebih mengedepankan kajian kritis atas ajaran, masyarakat, dan
institusi yang ada di dunia Islam.

Kajian keislaman lebih merupakan usaha kritis terhadap teks, sejarah, doktrin,
pemikiran dan institusi keislaman dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu
yang secara popular di kalangan akademik dianggap ilmiah. Menurut Jacques
Waardenburg dalam bukunya yang berjudul Islamic Studies dikatakan bahwa Studi Islam
adalah kajian tentang agama Islam dan aspek-aspek dari kebudayaan dan masyarakat
muslim. Berbeda dengan kajian yang biasa dilakukan dalam perspektif pemeluk Islam pada
umumnya, Islamic Studies menurutnya tidak bersifat normatif. Dalam hal ini, Islam
dipandang sebagai ajaran suatu agama yang sudah membentuk komunitas dan budaya,
dilepaskan dari keimanan dan kepercayaan. Dengan demikian, Islamic Studies menjadi
kajian kritis dan menggunakan analisis yang bebas sebagaimana berlaku dalam tradisi
ilmiah tanpa beban teologis atas ajaran dan fenomena keagamaan yang dikajinya. Sayyed
Hossen Nasr mengatakan dalam bukunya
C. Sejarah Tradisi studi Islam

yang berjudul Islamic Studies: Essays on Law and Society, the Sciences, and Philosophy
and Sufism : “Islam bukan hanya sekedar sebuah agama dalam pengertian yang biasa,
tetapi juga sebuah kerangka sosial politik, pandangan keduniaan, dan pandangan hidup,
yang mencakup semua aspek fisik, mental, dan spiritual manusia. Islam lebih jauh lagi
merupakan sebuah tradisi yang walaupun esensinya bersifat tunggal, meliputi berbagai
pengertian dan derajat pelaksanaan.” Berdasarkan paparan di atas, pada dasarnya Islamic
studies adalah tradisi kajian Islam yang dikembangkan atas dasar kecenderungan ilmiah
modern ala barat, khususnya dalam lapangan ilmu sosial dan kemanusiaan.

Pendidikan Islam pada zaman permulaan Islam dilaksanakan di masjid-masjid.


Mahmud Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekkah dan
Madinah (Hijaz), Basrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat
(Mesir). Madrasah Mekkah dipelopori oleh Muadz bin Jabal; madrasah Madinah
dipelopori oleh Abu Bakar, Umar, dan Utsman; madrasah Basrah dipelopori oleh Abu
Musa al Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kufah dipelopori oleh Ali bin Abi
Thalib dan Abdullah bin Mas’ud; madrasah Damaskus dipelopori oleh Ubadah dan Abu
Darda; sedangkan madrasah Fistat dipelopori oleh Abdullah bin Amr bin ‘Ash. Tradisi
kajian keislaman ala barat berakar pada sejarah yang sangat panjang, paling tidak sejauh
hubungan Kristen dengan Islam.

Tidak bisa dielakan bahwa sebab utama dari pertumbuhan kajian keislaman itu
adalah alasan teologis untuk menunjukan dan mempertahankan keabsahan ajaran
Kristen, dibanding dengan Islam. Islamic studies (kajian Islam) mulai berkembang pada
abad ke-19 sebagai bagian dari kajian masalah ketimuran. Berdasarkan perkembangan
kajian keislaman ala barat dapat diidentifikasikan ke dalam 3 tahap : (1)tahap teologis,
(2) tahap politis, (3) tahap scientific). Kemunculan kajian keislaman dalam tradisi barat
dimulai dari kalangan gereja. Kajian keislaman oleh St.John memperlihatkan sikap
teologisnya sebagai seorang Kristen yang menganggap Islam sebagai ajaran murtad
(Christian heresy), seperti tertulis dalam karyanya yang berjudul The Fount of
Knowledge. Tokoh Kristen lainnya yang mendalami kajian keislaman adalah Peter the
Venerable dan Robert of Ketton yang menerjemahkan teks-teks al-Qur’an, hadist,
sejarah nabi dan manuskrip arab lainnya. Tokoh penting lainnya adalah St.Thomas
Aquinas yang mengklasifikasikan dalam ajaran kafir (unbelief ).

Memasuki abad ke 12 telah terjadi sedikit perubahan dalam memperkenalkan


kajian keislaman yang tidak lagi didominasi pandangan teologis namun pandangan atau
dimensi lain. Pada abadke-13 karya-karya pemikir Islam seperti filsuf Ibnu Sina telah
banyak diterjemahkan dan menjadi rujukan dunia barat. Begitu pula pada abad
berikutnya komentar-komentar Ibnu Rusyd tentang pemikiran Aristoteles telah
dijadikan rujukan kaum orientalis, bahkan Ibnu Rusyd mendapat julukan “The
commentator” atau sang komentator, berkaitan dengan analisa tajamnya terhadap
pemikiranAristoteles.

D. Ruang Lingkup studi Islam

Pembahasan studi keislaman mengikuti wawasan dan keahlian para pengkajinya,


sehingga terkesan ada nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya. Secara material,
ruang lingkup kajian keislaman dalam tradisi barat meliputi pembahasanmengenai
ajaran, doktrin, pemikiran,teks, sejarah dan institusi keislaman. Pada awalnya
ketertarikansarjana barat terhadap pemikiran Islam lebih karena kebutuhan akan
penguasaan daerah koloni.

Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah negara-negara yang banyak


didiami warga muslim, sehingga mau tidak mau mereka harus memahami tentang
budaya local. Contoh kasus dapat dilihat pada perang Aceh, dimana Snouck Hurgronje
telahmempelajari Islam terlebih dahulu sebelum diterjunkan di lokasi dengan asumsi ia
telah memahami budaya dan peradaban masyarakat Aceh yang mayoritas beragama
Islam. Islam dipelajari oleh Hurgronje dari sisi landasan normatif maupun praktik bagi
para pemeluknya, kemudian dibuatlah rekomendasi kepada para penguasa colonial
untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam.
Setelah mengalami keterpurukan, dunia Islam mulai bangkit melalui para
pembaru yang telah tercerahkan. Dari kelompok ini munculah gagasan agar umat Islam
mengejar ketertinggalannya dari dunia barat. Muhammad Abduh (1849-1905) pemikir
dari Mesir, menghembuskan ide-ide pembaharuan di dunia Islam. Pemikiran Abduh
diilhami oleh pemikiran gurunya, Jamaludin al-Afghani (1838-1897) seorang pemikir di
bidang politik. Namun dalam skala global sebenarnya pemikiran para pembaharu Mesir
diawali oleh pemikir besar sebelumnya, yaitu Rifa’ah al-Thathawi (1801-1873).

Peran Islam Dalam Kehidupan Manusia Islam sebagai sebuah agama telah
memberikan peran yang cukup signifikan, tidak hanya apa yang diajarkan Islam ke
seluruh manusia tetapi juga terhadap proses kehidupan dari manusia itu sendiri.
Kelompok manusia yang kerap disebut masyarakat, menurut pendapat Emile Durkheim,
seorang sosiolog dari Perancis dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Masyarakat mekanis (pra industri)

b. Masyrakat organis (modern).

Pada masyarakat mekanis, semua peran atau fungsi manusia diturunkan dari satu
generasi kepada generasi lainnya dengan mengusahakan agar tidak terjadi perubahan
yang drastis. Namun pada masyarakat organis, para manusianya tidak lagi hanya
meneruskan sesuatu (perintah, larangan, hukum dan lain-lain) dari generasi sebelumnya
tanpa adanya tinjauan kritis. Pada masyarakat ini sikap inovatif menjadi suatu
“hambatan” tersendiri bagi pemahaman agama yang menurut Durkheim cenderung
kepada sesuatu yang statis dan sulit untuk berubah. Pembagian 2 kategori di atas,
setidaknya mewakili pemahaman sempit dan kerdil dari para ilmuwan barat yang justru
memandang Islam sebagai suatu agama yang lebih menghendaki adanya “status quo”.
Mungkin pemahaman kerdil inilah yang menjadi salah satu alasan dari ungkapan Ernest
Renan, 1862 : “Islam merupakan pengingkaran total terhadap Eropa….. Islam merupakan
penghinaan terhadap ilmu pengetahuan, penindasan terhadap civil society; Islam adalah
bentuk kesederhanaan spirit bangsa Semit (Yahudi) yang mengerikan, membatasi
pemikiran manusia, menutupnya terhadap ide-ide yang sulit, sentiment yang beradab, dan
penelitian rasional, untuk membuatnya tetap menghadapi sebuah tautology yang abadi :
Tuhan adalah Tuhan”. Hal senada diungkapkan pula oleh Lord Cromer dalam Modern
Egypt : “Sebagai agama Islam adalah ajaran monoteisme yang luhur, tetapi sebagai
sebuah sistem sosial, Islam telah gagal total. Islam membiarkan wanitadalam posisi serba
rendah.

Ia menyatukan agama dan hukum ke dalam sistem yang tidak bisa dipisahkan dan
tidak bisa diubah, sehingga tidak ada elastisitas terhadap sistem sosial. Islam
mengizinkan perbudakan dan secara umum cenderung tidak toleran dengan agama lain.
Islam tidak merangsang pengembangan kekuatan berfikir rasional. Dengan demikian
kaum muslim tidak memiliki harapan untuk mengatur diri atau memperbaharui mereka
sendiri”. Dua pendapat di atas sesungguhnya adalah sebuah “kenyataan” yang senantiasa
diangkat oleh para masyarakat yang anti terhadap Islam. Sebagai muslim, wajib
hukumnya bagi kita semua untuk dapat mematahkan anggapan tersebut, tentunya dengan
argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional maupun akademik.
Dalam konteks pembahasan peran atau fungsi, maka prinsip teori fungsional menyatakan
bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi atau berperan akan lenyap dengan sendirinya.
Dengan kata lain, setiap agama memiliki fungsi. Konsekuensinya, setiap yang tidak
berfungsi atau berperan akan hilang atau sirna. Karena sejak dulu hingga sekarang agama
dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti agama mempunyai dan memerankan
sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Perintah yang sangat mendasar yang terdapat
dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan larangan untuk melakukan syirik.
Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan meskipun keduanya sangat
berbeda.

E. Budaya Nusantara

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai banyak


keanekaragaman budaya yang sangat menarik dan unik. Keaneragaman budaya
Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan asset yang tidak terniali harganya,
sehingga harus tetap di pertahankan dan dilestariakan. Selain keberagaman kebudayaan
Indonesia, juga dikenal sebagai negara dengan lingkungan sosial budaya. Hal ini
ditandai dengan nilai-nilai kehidupan yang ramah, orang-orang memegang sopan
santun, dan juga masyarakat yang damai.

Unsur kebudayaan tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat istiadat


(kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks
sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan).
Wulandari (2011:190-191) menjelaskan bahwa kebudayaan mengandung dua
kemampuan sekaligus, yaitu kemampuan untuk melestarikan dan kemampuan untuk
mengembangkan. Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami
perubahan. Perubahan ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan
perubahan kebudayaan, atau karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam
kebudayaan Indonesia.

F. Sejarah Budaya Nusantara

Dadang Kahmad , mengemukakan bahwa di bidang kebudayaan spiritual adalah


gagasan-gagasan yang lahir dari paduan berimbang dan harmonis antara tradisi Hindu-
Budha India dengan anasir keagamaan pribumi Jawa. Di dalam kerangka berpikir yang
demikian itu, tertib duniawi mencerminkan dan mewujudkan yang surgawi.Raja
dipandang sebagai dewa, raja beserta kerajaannya merupakan titik kosmos yang
menjaga keseimbangan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Islam bukan hanya sekedar sebuah agama dalam pengertian yang bias, tetapi juga kerangka
sosial-politik, pandangan keduniaan dan pandangan hidup yang mencakup semua aspek fisik,
mental, dan spiritual manusia.

Islam lebih jauh lagi ,merupakan yang walaupun esensinya bersifa tunggal, meiputi
berbagai tingkat pengertian dan derajat pelaksana.

Warisan kolonial tampak kebanyakan pelajaran Islamic studies sehingga dari sudut pandang nilai
budaya barat memiliki tekanan yang sangat kuat.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Metodologi Studi Islam, Dr.Jamali Sahrodi, Pustaka Setia, Bandung 2008.

W.F.S. pickering, Durkheim`s sociologyof religion, London: roudledge and kegan paul, 1984

Ilyas supeno dan m. fauzi, dekonstruksi dan rekontruksi hokum islam. Yogyakarta: gama media,
2002

Moch. Nur ichwan meretas kesarjanaan kritis al-quran teori hermenutika .,Jakarta:
TERAJU,2003

Anda mungkin juga menyukai