Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTEK KERJA

LAPANGAN DI UPTD PUSKESMAS

BILALANG
(11 Januari 2021-15 Februari 2021)

OLEH
KELOMPOK VI (ENAM)
D-III FARMASI 2018

RACHMAT NURKAMIDEN(821318102) FALNI H NIODE (821318104)


SILPANI AYU W YUSUF (821318111) UTAMI I BADERAN (821318000)
SRI MILANA S KUENGO (821318083) INDRIYANI AHMAD (821318089)
WINDA ASTUTI SANAD (821318066) MEISYANI ADAM (821318079)
PRATIWI Y LAWADJI (821318072) NURDIA S DUNGGA (821318085)
FATMAWATI PETASULE (821318087) MAGFIRAWLAMUSA(821318078)
FIRDA WANTI SUMARNO (821318070) NURFIKAH H.YAHYA(821318065)
RAHMAWATI MARJUN (821318108) MERLIN ISHAK (821318106)
PRILIYAWATI D.AS’ALI (821318112) AYU PRASTICAPUCE(821318101)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN
KESEHATAN JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA


LAPANGAN DI UPTD PUSKESMAS
BILALANG
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kurikulum
program studi D3 Farmasi
Jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

Disetujui Oleh
Pembimbing Lapangan

Apt. Hanifa Kalauw,S.Farm


NIP : 198703212011022001
Dosen Pembimbing Akademik I Dosen Pembimbing Akademik II

Dr. Widy Susanti Abdulkadir, S.Si, M.Si.,Apt Muhammad Taupik, M.Sc


NIP : 197112172000122001 NIP : 198906292019031009

Gorontalo, Januari 2021


Megetahui
Ketua Jurusan Farmasi

Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt


NIP : 198002202008012007
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuuh


Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puja dan puji syukur atas kehadirat
allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis
dapat melaksanakan PKL ( Praktik Kerja Lapangan) serta dapat mengerjaan
penyusun laporan PKL ini dengan baik dan lancer.
PKL merupakan bentuk pengaplikasian seluruh kemampuan dan teori
yang sudah dipelajari dan dikuasai di kampus kemudian diterapkam dan di
kembangkan dalam dunia kerja yang nyata. Sehingga banyak sekali keilmuan
yang akan di peroleh serta pengalaman yang akan bertambah dan akan menjadi
wawasan cakrawala keilmuwan yang tidak bisa di dapatkan tanpa adanya praktik
secara langsung. PKL ini juga merupakan salah satu kewajiban yang harus
dipenuhi oleh seluruh mahasiswa tingkat akhir (semester 6) untuk mendapatkan
kelulusan bidang studi yang telah ditempuh selama ini. Penulis telah
melaksanakan PKL ini di UPTD Puskesmas Bilalang 1, dari tanggal 11 Januari
2021 - 15 Februari 2021.
Semua hasil dan rincian kegiatan akan serta dan diuraikan lebih rinci pada
laporan PKL ini. Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian
seluruh rekan- rekan yang telah membantu menyusun laporan PKL ini, sehingga
dapat menghasilkan sebuah laporan yang dapat memberi manfaat kepada pembaca
yang budiman. Untuk itu penulis berharap kepada pembaca untuk selalu bersedia
memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan bagi penulis,

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kotamobagu, Januari 2021

Penulis

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan......................................................2
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan.............................................................3
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan....................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................5
2.1 Puskesmas.........................................................................................5
2.1.1 Definisi Puskesmas...........................................................................6
2.1.2 Tugas Puskesmas..............................................................................6
2.1.3 Fungsi Puskesmas.............................................................................7
2.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas.........................................................7
2.1.5 Sumber Daya Manusia di Puskesmas...............................................11
2.2 Jenis dan Klasifikasi Puskesmas.......................................................12
2.2.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan Yang Diberikan.................................14
2.2.2 Berdasarkan Pengelolaannya............................................................15
2.2.3 Berdasarkan Kapasitas Tempat Tinggal...........................................15
2.2.4 Berdasarkan Status Akreditas...........................................................16
2.3 Instalasi Farmasi Puskesmas.............................................................16
2.3.1 Definisi Intalasi Farmasi Puskesmas................................................17
2.3.2 Tujuan Intalasi Farmasi Puskesmas..................................................17
2.4. Ruang Lingkup Instalasi Farmasi Puskesmas...................................17
2.5 Pelayanan Farmasi Klinik Puskesmas..............................................17
BAB III URAIAN KHUSUS.........................................................................21
3.1 Profil UPTD Puskesmas Bilalang.....................................................21
3.2 Struktur Organisasi Ruang Farmasi...................................................22
3.3 Visi, Misi dan Motto..........................................................................23

ii
3.4 Tata Nilai...........................................................................................23
3.5 Tata Ruang Apotik Puskesmas Bilalang...........................................24
3.6 Alur Pelayanan Apotik......................................................................25
3.7 Pengelolaan Obat di Apotik Puskesmas Bilalang.............................26
3.7.1 Perencanaan.......................................................................................26
3.7.2 Pengadaan..........................................................................................27
3.7.3 Penerimaan........................................................................................27
3.7.4 Penyimpanan.....................................................................................27
3.7.5 Distribusi...........................................................................................28
3.7.6 Stok Opname.....................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................30
BAB V PENUTUP........................................................................................33
5.1 Kesimpulan........................................................................................33
5.2 Saran..................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia
yang senantiasa menjadi priotas dalam pembangunan nasional suatu bangsa,
bahkan kesehatan menjadi salah satu tolak ukur indeks pembangunan manusia
suatu bangsa. Hal ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dari bangsa tersebut. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas
maka akan semakin meningkatkan pula daya saing bangsa tersebut dalam
persaingan global saat ini. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting
bagi semua manusia serta merupakan hal yang dicari oleh semua orang karena
tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan
adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan
hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah satu cara menjaga agar tubuh tetap
dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup yang bersih dan sehat. Mencegah
lebih baik daripada mengobati.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan diperlukan suatu fasilitas untuk
mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pusat.
Tujuan pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

1
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Tujuan tersebut diwujudkan dengan
adanya pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, ataupun
masyarakat. Penyelenggaran pelayanan kesehatan tersebut memerlukan suatu
fasilitas pelayanan kesehatan yang mendukung, salah satunya adalah Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya
pelayanan kesehatan oleh Puskesmas membutuhkan tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan dan kompetensi sesuai bidangnya. Berdasarkan Permenkes
RI nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, tenaga kesehatan
yang dimaksud paling sedikit terdiri atas dokter atau dokter layanan primer,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga
kefarmasian. Salah satu tenaga kesehatan yang sangat berperan adalah tenaga
kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
Pendidikan sarjana farmasi bertujuan mempersiapkan lulusan sarjana yang
dapat mengembangkan diri pada jenjang pendidikan profesi, jenjang pendidikan
akademik lanjut, atau dapat bekerja di bidang kefarmasian. Berdasarkan tujuan
tersebut seorang sarjana farmasi dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan
kefarmasian sehingga dapat memiliki kesiapan menghadapi pendidikan profesi
maupun dunia kerja. Seorang tenaga kefarmasian di Puskesmas harus dapat
menjalankan pelayanan kefarmasian berupa pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.
Mahasiswa farmasi perlu mengetahui perannya pada lingkup pelayanan
kesehatan baik sebagai tenaga teknis kefarmasian atau apoteker apabila

2
melanjutkan ke pendidikan profesi. Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa perlu
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKM) yang merupakan salah satu sarana
bagi calon sarjana farmasi untuk menerapkan teori yang diperoleh dari
perkuliahan ke dalam tempat praktek, mendapatkan pengalaman kerja, gambaran,
pengetahuan, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran tenaga
kefarmasian di lingkup pelayanan kesehatan. Kegiatan PKL dilaksanakan di
Puskesmas sebagai paparan awal mahasiswa agar dapat mengenal pelayanan
kefarmasian di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan Kuliah Magang Mahasiswa bertujuan:
1.2.1 Meningkatkan, memperluas, dan menetapkan keterampilan peserta didik
sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan program pendidikan yang di tetapkan
1.2.2 Mengenal kegiatan program kesehatan masyarakat secara menyeluruh baik
ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun social budaya
1.2.3 Memberikan kesempatan kerja secara terpadu dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas
1.2.4 Memperoleh maskan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo untuk
jurusan farmasi
1.2.5 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersosialisasi di
lingkungan kerja yang sebenarnya
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
1.3.1 Peserta PKL mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan
pengetahuan yang telah diperoleh di kampus dan diterapkan di lapangan
kerja
1.3.2 Peserta PKL mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan dilapangan
1.3.3 Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan maupun
peserta didik yang bersangkutan

3
1.3.5 Menambah perbndaharaan perpustakaan kampus untuk menunjukkan
peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan berikutnya.
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan ke dalam
dunia kerja yaitu puskesmas sehingga mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, serta memiliki pengalaman kerja yang nyata.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional pusat


pengembangan kesehatan masyarakat juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas
mempunyai wewenang dan tangung jawab atas pemeliharaan kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerjanya (Satrianegara, 2014).
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (Permenkes, 2016).
Puskesmas sebagai tulang punggung penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya berperan menyelenggarakan
upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal,
sehingga untuk melaksanakan upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dibutuhkan
manajemen Puskesmas yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
agar menghasilkan kinerja Puskesmas yang efektif dan efisien (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Puskesmas suatu
kecamatan terdapat lebih dari satu, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu
desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). Pusekasmas bertanggung jawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Permenkes, 2016).

5
2.1.2 Tugas Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk


mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes, 2014). Puskesmas
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan ( private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat( public goods )
(Permenkes, 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan dipuskesmas ialah
pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan(promotif), upaya
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan kembali
(rehabilitatif) (Permenkes, 2016).
2.1.3 Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi
yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah.
kerjanya dan Upaya kesehatan mayarakat (UKM) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas berwenang
untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
g. Memantau pelaksanaaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

6
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit. (Permenkes RI No 75 Tahun 2014).
2.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas
Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Dengan adanya permenkes tersebut,
maka seluruh puskesmas harus menjadikannya sebagai acuan dalam penyusunan
struktur organisasi. Jika masih ada puskesmas yang menggunakan struktur yang
lama maka mereka harus merubahnya dan menyesuaikan.
Mungkin masih ada diantara teman-teman yang belum memiliki
permenkes 75 tersebut, atau belum sempat membaca bagian yang mengatur
tentang struktur organisasi puskesmas, maka kali ini kami membagikan pola
struktur organisasi puskesmas sebagaimana yang ada dalam permenkes 75 tahun
2014.
Struktur organisasi puskesmas dalam permenkes 75 tahun 2014 dibagi
menjadi 3 (tiga) macam sesuai dengan kategori puskesmas. Walaupun secara
umum memiliki kesamaan, namun terdapat beberapa bagian yang berbeda dari
masing-masing kategori puskesmas.

a. Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan

Adapun struktur organisasi puskesmas perkotaan adalah sebagai berikut:


1. Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat
pendidikan paling rendah sarjana, memiliki kompetensi manajemen
kesehatan masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun,
dan telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.

7
2. Kasubag Tata Usaha
Membawahi beberapa kegiatan diantaranya Sistem Informasi
Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.

3. Penanggung jawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan


masyarakat
Membawahi:
1. pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
2. pelayanan kesehatan lingkungan
3. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
4. pelayanan gizi yang bersifat UKM
5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
6. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

4. Penanggung jawab UKM Pengembangan


Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas, antara
lain:
1. pelayanan kesehatan jiwa
2. pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3. pelayanan kesehatan tradisional komplementer
4. pelayanan kesehatan olahraga
5. pelayanan kesehatan indera
6. pelayanan kesehatan lansia
7. pelayanan kesehatan kerja
8. pelayanan kesehatan lainnya
5. Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium
Membawahi beberapa kegiatan, yaitu:
1. pelayanan pemeriksaan umum
2. pel ayanan kesehatan gigi dan mulut
3. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
4. pelayanan gawat darurat
5. pelayanan gizi yang bersifat UKP

8
6. pelayanan persalinan
7. pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan pelayanan
rawat inap
8. pelayanan kefarmasian
9. pelayanan laboratorium
6. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan
Membawahi:
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling
3. Bidan Desa
4. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan dan Perdesaan

9
b. Struktur Organisasi Puskesmas Perdesaan
Struktur organisasi puskesmas perdesaan memiliki pola yang sama dengan
puskesmas perkotaan atau tidak ada yang berbeda sama sekali. Jadi, sebagai
acuannya silakan lihat struktur organisasi puskesmas perkotaan.

c. Struktur Organisasi Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil

Struktur organisasi puskesmas terpencil dan sangat terpencil lebih


sederhana karena disesuaikan dengan keterbatasan sumber daya manusia di
Puskesmas kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil.

Pola struktur organisasi Puskesmas yang dapat dijadikan acuan Puskesmas


di kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil adalah sebagai berikut:

1. Kepala Puskesmas; dengan kriteria yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat


pendidikan minimal diploma tiga bila tidak tersedia tenaga kesehatan
dengan pendidikan sarjana, memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah
mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
2. Kepala sub bagian Tata Usaha, yang bertanggung jawab membantu
kepala Puskesmas dalam pengelolaan Sistem Informasi Puskesmas,
kepegawaian, rumah tangga. Bendahara termasuk dalam bagian Tata
Usaha.
3. Penanggungjawab UKM Esensial, UKM Pengembangan dan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat.
4. Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan laboratorium
5. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan, yang membawahi:
• Puskesmas Pembantu
• Puskesmas Keliling
• Bidan Desa
• Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

1
2.1.5 Sumber daya manusia di Puskesmas
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatandan tenaga
non kesehatan. ( pasal 16 ayat 1 ) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga
non kesehatan di hitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk
dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan
pembagian waktu kerja.( pasal 16 ayat 2).
Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas dokter atau
dokterlayanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan,ahli teknologi laboratorium medik,tenaga gizi; dan
tenaga kefarmasian.( pasal 16 ayat 3).
Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatanketatausahaan,
administrasi keuangan,sistem informasi, dan kegiatanoperasional lain di
Puskesmas. ( pasal 16 ayat 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah
minimal Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.( pasal 16
ayat 5).
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai denganstandar
profesi, standard pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
( pasal 17 ayat 1) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus
memiliki surat izin praktik sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.( pasal
17 ayat 2).
2.2 Jenis dan Klasifikasi Puskesmas
Terdapat dua jenis puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2001)
yaitu puskesmas perawatan dan puskesmas non perawatan.
a. Puskesmas Perawatan (Rawat Inap)

1
Dalam rangka mengembangkan layanan kesehatan, Provinsi Jawa Timur
berupaya mengembangkan fungsi layanan puskesmas yakni puskesmas non
perawatan dan puskesmas perawatan (rawat inap). Menurut Setiawan (2012)
upaya Provinsi Jawa Timur tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses
masyarakat dalam perawatan dan pengobatan. Puskesmas rawat inap didefinisikan
pula sebagai puskesmas yang dilengkapi ruangan tambahan dan fasilitas untuk
menyelamatkan pasien gawat darurat dan tindakan yang diberikan adalah tindakan
operatif terbatas dan rawat inap sementara (Effendi, 2009). Rawat inap pasien
dilakukan paling sedikit 24 jam perawatan.
Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang berdasarkan Surat
Keputusan Bupati atau Walikota menjalankan fungsi perawatan dan untuk
menjalankan fungsinya diberikan tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang
sekaligus merupakan pusat rujukan antara (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Puskesmas perawatan (rawat inap) berfungsi sebagai pusat rujukan pasien
yang gawat darurat sebelum dibawa ke rumah sakit. Tindakan operatif terbatas
seperti kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit dan penyakit lain yang
bersifat gawat darurat. Puskesmas perawatan sebagai puskesmas rawat inap
tingkat pertama memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi observasi,
diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dengan tinggal di ruang rawat inap
puskesmas (Kepmenkes nomor 28/MENKES/SK/IX/2008).
b. Puskesmas Non Perawatan
Jenis Puskesmas non perawatan hanya melakukan pelayanan kesehatan
rawat jalan (Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi
Telkom, 2012). Permenkes No.029 tahun 2010 menyebutkan kegiatan di
pelayanan kesehatan rawat jalan yakni observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau
pelayanan kesehatan lainnya tanpa dirawat inap.
2.2.1 Berdasarkan jenis pelyanan yang di berikan
Menurut Levey dan Lomba (1973) ; dalam Azwar (1996)
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi

1
pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.Usaha
Pokok Puskesmas.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
puskesmas ialah pelayanan yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan medik.
Umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.
Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya,
puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan
merata. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan
preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar
diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan
luar gedung di wilayah kerja puskesmas.
2. Pelayanan medic dasar yang labih mengutamakan pelayanan kuratif dan
rehabilitative dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan. Pada kondisi tertentu bila
memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas dapat memberikan
pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk ke rumah
sakit.
Jenis pelayanan kesehatan menurut pendapat Hodgetts dan Cassio (1983)
dalam Azwar (1996) terdiri atas dua yaitu : (1) pelayanan kedokteran dan (2)
pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasarannya ialah
perseorangan atau keluarga sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat tujuan
utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit dan sasaran utamanya masyarakat.

1
2.2.2 Berdasarkan Pengelolaanya
Menurut Azwar (1996) Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama di Indonesia pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada
empat asas pokok yakni :
1. Asas pertanggung jawaban wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan asas pertanggungjawaban wilayah. Artinya Puskesmas harus
bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah
kerjanya. Karena adanya asas yang seperti ini, maka program kerja Puskesmas
tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya sekedar menanti kunjungan
masyarakat ke Puskesmas, melainkan harus secara aktif yakni memberikan
pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat.
2. Asas peran serta masyarakat
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan asas peran serta masyarakat. Artinya, berupaya melibatkan
masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran serta
masyarakat dalam pelayanan kesehatan banyak macamnya. Di Indonesia dikenal
dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
3. Asas Keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya Puskesmas harus
melaksanakan asas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegitan tersebut
bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan
program dari sektor lain (lintas sektoral). Dengan dilaksanakannya asas
keterpaduan ini, berbagai manfaatakan dapat diperoleh. Bagi Puskesmas dapat
menghemat sumber daya, sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah memperoleh
pelayanan kesehatan.
4. Asas rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah

1
kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk
pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit. Sedangkan untuk
pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah pelbagai “kantor”
kesehatan.
2.2.3 Berdasarkan kapasitas tempat tinggal
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan
dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10
tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang
melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau
dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak
lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat daripuskesmas yang
bersangkutan di rumah pasien (Depkes RI, 2009).
2.2.4 Berdasarkan Status Akreditas
Akreditasi puskesmas merupakan salah satu mekanisme regulasi yang
bertujuan untuk mendorong upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan
Puskesmas yang dilakukan oleh lembaga independen dan/atau lembaga yang
dibentuk oleh Kementerian Kesehatan yang diberikan wewenang oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan akreditasi, bagi
puskesmas dilakukan penilaian terhadap manajemen puskesmas, penyelenggaraan
upaya Puskesmas, dan pelayanan klinis dengan menggunakan standarakreditasi
puskesmas, untuk klinik menggunakan standar akreditasi klinik, sedangkan untuk
praktik dokter dan dokter gigi mandiri dengan standar akreditasi pelayanan
praktik mandiri kedokteran yang ditrbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Kunjoro,20160).
Status akreditasi puskesmas dapat dipengaruhi oleh ketersediaan dan
kelengkapan perbekalan kesehatan, sarana, dan prasarana yang mendukung
pelayanan kesehatan di puskesmas itu sendiri. Dalam hal ini, sejumlah puskesmas
yang ada di wilayah Kabupaten simalungun telah menjalankan upaya
pembangunan secara fisik dan pengadaan alat kesehatan guna mendukung proses

1
akreditasi, namun tetap memegang prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Dapat
dipastikan bahwa akreditasi ini akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelayanan di puskesmas. Maka mutu pelayanan puskesmas akan semakin jauh
lebih baik (Antoni, 2016).
2.3 Instalasi Farmasi Puskesmas
2.3.1 Definisi Instalasi Farmasi Puskesmas
Pelaksanan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis yang
didasarkan pada kepentingan pasien, dimana salah satu bentuk pelayanan
informasi obat yang wajib diberikan oleh tenaga farmasis adalah pelayanan
informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional
atas permintaan masyarakat (Anief, 2007). Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 1027 tahun 2004, pelayanan kefarmasiaan (Pharmaceutical
Care)adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
dalam pekerjaan kefarmasiaan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien salah
satu bentuk pelayanan.
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (Permenkes, 2016).
Kejadiaan obat yang merugikan (adverse drug events), kesalahan
pengobatan (medication orrors)dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug
reaction) dalam proses pelayanan kefarmasiaan menempati kelompok urutan
utama dalam keselamatan pasien yang memerlukan pendekatan sistem untuk
dikelolah dengan baik, mengingat kompleksitas kejadian kesalahan proses
farmakoterapi. Terjadinya medication errortinggi karena disebabkan oleh

1
komunikasi yang kurang baik, beban kerja, sistem distribusi dan peran tenaga
farmasi belum maksimal sehingga pengobatan tidak sesuai dapat mencelakakan
pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada dibawah kontrol
praktisi kesehatan (Flowler, 2009).
2.3.2 Tujuan Instalasi Farmasi Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.
2.4 Ruang Lingkup Instalasi Farmasi Puskesmas
Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas sesuai
dengan PMK RI Nomor 30 tahun 2014 mengatur pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai serta mengatur pelayanan farmasi klinik yang didukung oleh
sumber daya manusia serta sarana dan prasarana.
2.5 Pelayanan Farmasi Klinik Puskesmas
Pelayanan Farmasi Klinik Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik di
puskesmas rawat jalan meliputi :
a. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi Obat Kegiatan
pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2) Nama, dan paraf dokter
3) Tanggal resep
4) Ruangan/unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan jumlah obat
3) Stabilitas dan ketersediaan
4) Aturan dan cara penggunaan

1
5) Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat) Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2) Duplikasi pengobatan
3) Alergi, interaksi dan efek samping obat
4) Kontra indikasi
5) Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (Dispensing) dan pemberian informasi obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien. Kegiatan ini meliputi:
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
5) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
6) Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.
c. Konseling Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga

1
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan obat, efek 10 samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan
dan penggunaan obat.
d. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat Merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.
e. Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
f. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang
berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai
ketentuan peraturan perundangundangan. Sumber daya kefarmasian yang
dimaksud meliputi sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.
Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,
yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah
kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien,
baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan
Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1
(satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian
harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk 11 puskesmas,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Semua tenaga

1
kefarmasian di puskesmas melaksanakan pelayanan kefarmasian berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat secara tertulis, disusun oleh
kepala ruang farmasi dan ditetapkan oleh kepala puskesmas.
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi sebagai ruang penerimaan resep,
ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas), ruang
penyerahan obat, ruang konseling, ruang penyimpanan obat dan bahan medis
habis pakai, ruang arsip.

2
2
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Profil UPTD Puskesmas Bilalang
UPTD Puskesmas Bilalang beralamat di JL. Amok Raya, Desa Bilalang 1,
Kecamatan Kotamobagu Utara, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara. Puskesmas
adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang membina juga berperan serta kepada masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
diwilayah Bilalang Satu dalam bentuk kegiatan Poli dan Programyang dibuat oleh
Puskesmas. Puskesmas pun mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat yang berada di wilayah Bilalang Satu.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di Puskesmas Bilalang antara
lain Instalasi Gawat Darurat (IGD), Ruangan Rawat Inap, Instalasi Farmasi
(Apotek), Laboratorium dan Poliklinik. Adapun tenaga kesehatan yang terdiri dari
Dokter, Perawat, Bidan, Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Laboran dll,
Poliklinik memberikan pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Layanan poliklinik yang ada di Puskesmas Bilalang yaitu Poliklinik Umum, Poli
KIA, dan Poli Gigi.
Hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi
syarat yang ada dan memiliki sarana yang cukup baik untuk sebuah apotek dan
gudang yang digunakan sebagai sarana kefarmasian. Obat yang terdapat digudang
di simpan secara terpisah dari obat golongan Psikotropik dan Narkotik, khususnya
untuk obat yang tergolong dalam golongan obat Psikotropika dan Narkotika
disimpan didalam lemari khusus obat tersebut dan terkunci di dalam Apotek.
Untuk tempat penyimpanan obat yang terdapat di Puskesmas Bilalang
berdasarkan alfabetis yaitu berurutan dari huruf A sampai Z, dan untuk bentuk
sediaan seperti sediaan padat berupa tablet dan kaplet, kemudian sediaan cair
berupa sirup, dan suspensi di simpan dilemari yang berbeda. Serta untuk
penggunaan topikal, yaitu sediaan semi padat seperti salep dan krim disimpan di
lemari yang terpisah dengan sediaan padat dan sediaan cair. Hal ini dilakukan agar
menghindari kesalahan yang tidak diinginkan pada saat pengambilan obat nanti.

2
Dalam pelayanan resep hal yang di lakukan pertama yaitu Skrining resep
yang meliputi Skrining administratif, Farmasetis dan Klinis. Adapun pemeriksaan
kelengkapan administratif resep meliputi pemeriksaan kelengkapan administratif
resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), paraf dokter, tanggal
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur
pasien, alamat pasien dan jenis kelamin pasien. Kedua pemeriksaan kesesuaian
farmasetik yaitu berupa bentuk sediaan, dosis, cara dan lama penggunaan obat,
dan setelah pemeriksaan resep dilakukan peracikan yang dimintakan di resep,
kemudian yang ketiga pemeriksaan klinis dilakukan pemeriksaan kembali tepat
dosisnya, memiliki aturan, cara, dan lama penggunaan obat yang jelas dan
penyerahan obat kepada pasien atau keluarga pasien yang menebus obat tersebut.
Untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian, apotek juga memiliki
apoteker dalam menunjang pelayanannya, melayani dan memberikan informasi
obat kepada pasien sehingga pasien dapat menggunakan obat tersebut sesuai
aturan penggunaan dan indikasi obat tersebut. Puskesmas Bilalang tidak melayani
atau menerima pelayanan obat tanpa resep dokter. Menjadi apoteker tidak hanya
ahli dalam meracik obat dan mengenal nama-nama obat beserta indikasinya, akan
tetapi seorang apoteker juga harus mampu memberikan pelayanan yang sangat
baik kepada konsumen atau pasien, agar pasien merasa puas dengan pelayanan
yang ada di apotek.
3.2 Struktur Organisasi Ruang Farmasi
Kepala Puskesmas : dr. Eka Budiyanti
Penanggung Jawab UKP : dr. Meidy Amelia Rori
Apoteker Penanggung Jawab : Apt. Dewi P. Makalalag, S.Si.
Apt. Hanifah Kalauw. S.Farm
Tenaga Teknis Kefarmasian : Ni Putu Sastrawati Kuti, Amd. Farm
Aditya S. Kadamong, Amd. Farm
Pelaksanaan PKL
Tanggal pelaksanaan : 22 Januari – 2 Februari 2021
Hari Pelaksanaan : Senin – Jumat
Waktu Pelaksanaan : 08.00 – 11.00 WITA

2
3.3 Visi, Misi dan Motto
Visi :
Terwujudnya masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bilalang
yang sehat, mandiri, dan berdaya guna menuju Kota Kotamobagu Sehat.
Misi
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga
secara berkesinambungan
4. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sector
5. Mewujudkan tertib administrasi
Motto
“ ANDA SEHAT KAMI PUAS”
3.4 TATA NILAI “Pasti
Bila” PASTI
P : Profesional “Mengerjakan pekerjaan sesuai standar dan
wewenang”
A : Amanah “Dapat dipercaya dalam melaksanakan tugas serta penuh
tanggung jawab”
S : Siap “Siap melayani masyarakat pada jam kerja sesuai ketentuan
berlaku”
T : Tepat “Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
cermat, cepat,tepat, penuh ketelitian”
I : Indah “Mengatur tempat kerja dengan rapih sehingga masyarakat
dan petugas nyaman”
BISA
B : Bersih “Menjaga kebersihan diri dan tempat kerja baik di dalam
maupun di luar puskesmas”
I : Inovasi “Kreatifitas petugas dalam menata pelayanan dan
pelaksanaan program/kegiatan”

2
S : Sederhana “memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
penampilan petugas yang sesuai dan prosedur yang mudah di
pahami”
A : Adil “ memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tidak
membedakan status sosial”
3.5 Tata Ruang Apotek di Puskesmas Bilalang
Apotek di Puskesmas Bilalang, memiliki tata ruang seperti :
1. Loket penerimaan resep dan penyerahan obat
2. Lemari obat generik
3. Lemari obat cair dan topikal
4. Lemari obat psikotropik
5. Tempat peracikan obat
6. Administrasi Apotik
7. Ruang tunggu pasien
3.6 Alur Pelayanan Apotek

RESEP

RESEP DI BERI NOMOR

TIDAK JELAS TIDAK JELAS

SKRINING

SKRINING

HUBUN PASIEN LENGKAP HUBUN


GI PUYER PENGAMBILAN
GI
HITUNGRESEP OBAT DAN
DOSIS, RACIK PEMBERIAN
PEMBERIAN ETIKET
ETIKET

2
OBAT DIPERIKSA
KEMBALI, NAMA, UMUR,
ALAMAT, NOMOR
TELEPON DAN JENIS
PENANDAAN

PASIEN PULANG

3.7 Pengelolaan obat di apotek Puskesmas Bilalang

Perencanaan

Pengadaan

Instalasi Farmasi Kota Kotamobagu

Berdasarkan Alfabetik

Penyimpanan Berdasarkan Golongan Obat

Berdasarkan Bentuk Sediaan

Berdasarkan FIFO dan FEFO

Distribusi

Stok Opname

Pencatatan dan Pelaporan

2
3.7.1 Perencanaan

Proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan


farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi. Dalam
hal perencanaan ini, mempertimbangkan hal hal antara lain :
1. Daftar obat esensial nasional (DOEN) atau formularium Puskesmas
2. Data catatan medik
3. Anggaran yang tersedia
4. Penetapan prioritas
5. Siklus penyakit
6. Sisa stok
7. Data pemakaian periode lalu
8. Perencanaan pengembangan
3.7.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, dan dalam hal ini sistem pengadaan yang
digunakan di Puskesmas Bilalang dilakukan dengan melakukan permintaan pada
Instalasi Farmasi Kota Kotamobagu melalui Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO).
3.7.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan. Dalam hal ini Puskesmas Bilalang menerima
perbekalan farmasi dari Instalasi Farmasi Kota Kotamobagu yang disesuaikan
dengan LPLPO.
3.7.4 Penyimpanan
Penyimpanan bahan obat di Puskesmas Bilalang ini dilakukan pada
beberapa titik yakni Gudang dan Apotek. Penyimpanan dilakukan berdasarkan:

2
a. Bentuk sediaan; misalnya bentuk sediaan liquida (potio, tetes mata,
inhealer), bentuk sediaan semisolid (salep, krim, gel, ointment) dan bentuk
sediaan solida (tablet, kaplet, kapsul).
b. Berdasarkan abjad/alphabetis
c. Berdasarkan prinsip FIFO dan FEFO; FIFO (First In First Out) adalah
penyimpanan obat berdasarkan obat yang masuk lebih dulu dan
dikeluarkan lebih dulu. FEFO (Fisrt Expired First Out) yaitu penyimpanan
obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih cepat
maka dikeluarkan lebih dulu.
d. Berdasarkan suhu; obat-obat yang membutuhkan suhu tertentu seperti
sediaan suppositoria, dll, disimpan dibawah suhu kamar atau di dalam
lemari pendingin.
e. Sedangkan untuk obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan dalam
lemari khusus.
3.7.5 Distribusi
Pendistribusian yang dilaksanakan pada Puskesmas Bilalang meliputi
pendistribusian bahan obat ke masing-masing Puskesmas pembantu dan juga
pelayanan resep dokter di Apotek.
Pelayanan resep dokter di Apotek meliputi:
a. Resep Racikan
1. Penerimaan resep
Penerimaan resep adalah awal pelayanan kepada pasien di apotek,
pasien datang keapotek dengan membawa resep dari dokter. Pasien
diberi nomor antrian dan menunggu di ruang tunggu.
2. Penyiapan Obat
Penyiapan obat kurang dari 60 menit, yang meliputi:
a) Peracikan
Dilakukan di Apotek meliputi peracikan kapsul, puyer dan
pencampuran sirup kering.
b) Etiket

2
Etiket ditulis secara jelas dan dapat dibaca. Etiket putih untuk obat
oral dan etiket biru untuk obat topikal.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat dikemas dengan rapi dalam kemasan plastic obat yang cocok
sehingga terjaga kwalitasnya.
3. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien maka dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep penyerahan obat
dilakukan oleh petugas apotek. Pasien dipanggil sesuai dengan nomor
urut antrian, dicek kembali nama, umur, dan alamat pasien. Serta
diberikan informasi obat berupa jenis dan aturan pakai.
b. Resep Non Racik (<30 Menit)
1. Penerimaan resep
Penerimaan resep adalah awal pelayanan kepada pasien di apotek,
pasien datang keapotek dengan membawa resep dari dokter. Pasien
diberi nomor antrian dan menunggu di ruang tunggu.
2. Penyiapan Obat
Penyiapan obat kurang dari 30 menit, yang meliputi:
a) Pengambilan obat sesuai dengan yang ada pada resep.
b) Etiket
Etiket ditulis secara jelas dan dapat dibaca. Etiket putih untuk obat
oral dan etiket biru untuk obat topikal.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat dikemas dengan rapi dalam kemasan plastic obat yang cocok
sehingga terjaga kwalitasnya.
3. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien maka dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep penyerahan obat
dilakukan oleh petugas apotek. Pasien dipanggil sesuai dengan nomor
urut antrian, dicek kembali nama, umur, dan alamat pasien. Serta
diberikan informasi obat berupa jenis dan aturan pakai.

2
3.7.6 Stok opname
Proses stok opname apotek dilakukan setiap akhir bulan. Namun untuk
melakukan pengendalian stok obat setiap pengambilan obat berdasarkan resep
dilakukan pencatatan pada kartu stok.. Penyesuaian jumlah fisik barang dengan
kartu stok dan jumlah pengeluaran obat berdasarkan laporan pengeluaran
perbulan.

3
BAB IV
PEMBAHASAN
Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas Bilalang Kotamobagu Utara. Puskesmas
Bilalang memiliki 4 tenaga farmasi terdiri dari 2 orang Apoteker dan 2 orang
tenaga tehnik kefarmasian atau asisten apoteker. Menurut Permenkes No.74
Tahun 2016 sarana dan prasarana di puskesmas yang baik harus meliputi tempat
penerimaan resep, satu set meja dan kursi, serta satu komputer jika
memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan
dan mudah terlihat oleh pasien. Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan di
Puskesmas Bilalang dapat dilihat fasilitas yang dimiliki oleh ruang farmasi
puskesmas dikatakan cukup memadai dan selain memiliki ruangan yang cukup
luas, ruang farmasi memiliki fasilitas yang cukup lengkap, terdapat meja serta
kursi guna ungtuk menyiapkan serta meracik obat-obatan, ruangan farmasi
memiliki komputer dan wifi, selain itu juga dilengkapi dengan pendingin ruangan
yang suhunya terjaga. Ruang farmasi di Puskesmas Bilalang juga memiliki lemari
penyimpanan khusus obat-obatan golongan narkotika dan psikotripika yang sesuai
dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 3 tahun 2015
tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika,
psikotropika, dan precursor farmasi pasal 24 ayat 1 yaitu tempat penyimpanan
Narkotik, Psikotropika, dam Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan
atau lemari khusus.
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Puskesmas Bilalang meliputi
proses penataan obat-obatan, pelayanan resep, penyediaan obat serta pemberian
informasi terkait obat. Pada penataan obat di Puskesmas Bilalang terbilang sangat
baik karena obat-obatan disusun berdasarkan jenis sediaan, seperti obat dengan
bentuk sediaan tablet diletakkan pada rak obat, sediaan salep dan krim diletakkan
dalam dos terpisah sedangkan sirup, suspensi dan emulsi di letakan di rak
tersendiri, begitupula dengan obat – obatan suppositoria di simpan di dalam
lemari es sesuai dengan suhu penyimpanan obat tersebut. Obat – obatan tersebut

3
disusun berdasarkan sistem FIFO dan FEFO. Dimana menurut Depkes RI (2007),
sistem FEFO (First Expired First OutI) dan FIFO (Fisrt In Firs Out) yaitu obat
yang masa kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih awal biasanya juga
diproduksi lebih awal dan umurnya relative lebih tua dan masa kadaluwarsanya
mungkin lebih awal.
Unit farmasi di Puskesmas Bilalang memiliki gudang penyimpanan obat.
Gudang obat puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan
semua perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di Puskesnas. Ruangan
gudang obat di puskesmas Bilalang sudah memenuhi persyaratan Departemen
kesehatan RI tahun 2003 yaitu ruangan cukup luas minimal 3x4 meter, ruangan
kering dan lembab, ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau
panas, perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai perlindungan
untuk menghindarkan adanya cahaya langsung, lantai dibuat dari semen, dinding
dibuat licin, hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam, dan
digunakan khusus untuk penyimpanan obat (Depkes RI, 2003).
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan, dapat dilihat juga
terdapat beberapa obat yang di beri label yang bertuliskan LASA (look alike
sound alike) karena sesuai dengan Permenkes No.58 tahun 2014 obat-obat LASA
termasuk kedalam obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication)
karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan – kesalahan serius dan obat yang
beresiko tinggi menyebabkan Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD).
Pada pelayanan farmasi dimulai dengan penerimaan resep dari pasien.
Resep yang telah diterima oleh tenaga farmasi dilakukan skrining terkait
kelengkapan resep yang meliputi tanggal dan penulisan resep, nama dokter, nama
dan umur pasien, nama obat, dosis dan aturan pakai, karena menurut WHO
(2010), beberapa unsur dalam penulisan resep dokter yaitu inscripto (identitas
dokter) berupa nama, alamat, dan nomor izin praktek, superscription yaitu tanda
R/, Prescripto yaitu inti resep berupa nama setiap jenis bahan obat dan jumlah
obat, Subscripto yaitu perintah pembuatan sediaan obat yang dikehendaki,
signature yaitu aturan pakai, tanda tangan atau paraf dokter dan identitas pasien.

3
Resep yang telah diperiksa kemudian disiapkan obat-obatannya untuk diberikan
kepada pasien. Untuk resep non racikan obat langsung diambil dan dikemas
kedalam plastik obat dan diberi etiket. Menurut Permenkes RI, 2018 waktu
tunggu obat sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 30 menit untuk obat non
racikan dan 60 menit untuk obat racikan.
Obat – obatan yang telah disiapkan kemudian diberikan kepada pasien
oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian melalui loket penyerahan dengan
mengecek kembali ketepatan obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
yang ada di resep. Apoteker atau tenaga teknis farmasi juga memastikan bahwa
obat yang diterima oleh pasien sesuai dengan nama dan umur penerima obat, serta
memberikan keterangan mengenai waktu penggunaan dan cara menggunakan
obat. Selain itu, puskesmas Bilalang juga aktif dalam menyelengarakan upaya-
upaya kesehatan, seperti yang dilakukan di tengah wadah virus covid-19 yakni
dengan memberikan arahan untuk selalu menjaga kebersihan, sering cuci tangan
dan menjahui keramaian.

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Bilalang


keterampilan mahasiwa dapat dikembangkan dalam pelayanan resep, diberikan
kesempatan untuk melayani resep mulai dari penerimaan sampai penyerahan
sesuai dengan prosedur alur palayanan resep, namun tetap dalam pengawasan
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan perlu dilakukan
selain untuk meningkatkan mutu mahasiswa itu sendiri juga untuk
mengembangkan pengetahuan mahasiswa, karena terdapat beberapa perbedaan
antara teori dan praktek langsung di lapangan, teori yang didapat tidak secara
langsung dapat diaplikasikan secara sempurna bukan karena keterbatasan tenaga
kefarmasian dan waktu pelayanan, melainkan disesuaikan dengan situasi dengan
kondisi yang ada. Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Bilalang
sedikitnya tidak terdapat kendala dikarenakan kenyamanan tempat serta
karakteristik dari tenaga farmasi yang sangat ramah membuat mahasiswa sangat
nyaman dalam melaksanakan kegiatan Praktek.

3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari mahasiswa magang D3 farmasi Universitas Negeri Gorontalo di


UPTD Puskesmas Bilalang, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
Kegiatan magang sangat bermanfaat bagi mahasiswa D3 Farmasi, karena
dapat menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan para mahasiswa
dibidang pelayanan instalasi farmasi di puskesmas
UPTD Puskesmas Bilalang merupakan satu-satunya puskesmas yang ada
di kawasan bilalang dan lokasinya cukup strategis untuk dijangkau oleh
masyarakat.
Sistem organisasi, administrasi keuangan dan kepegawaian di UPTD
Puskesmas Bilalang telah berjalan dengan cukup profesional
5.2 Saran
Bagi Instalasi Farmasi di UPTD Puskesmas, kami sebagai mahasiswa D3
Farmasi dapat menyarankan agar :
5.2.1 Penggunaan computer hanya di khususkan untuk keperluan apotik/ bidang
kefarmasian
5.2.2 Obat- obat high alert seharusnya disimpan dan di tata rapih di dalam
lemari untuk memudahkan tenaga teknis kefarmasian agar tidak salah mengambil
obat.
5.2.3 Menunjang ketersediaan etiket obat

34
Lampiran

Gambar 1. UPTD Puskesmas Bilalang.

Gambar 2. UPTD Tempat pelayanan pasien di Puskesmas Bilalang.


Gambar 3. Visi Misi UPTD Puskesmas Bilalang.
Gambar 4. Struktur Organisasi Ruang Farmasi UPTD Puskesmas Bilalang.
Gambar 5. Alur pelayanan Ruang Farmasi UPTD Puskesmas Bilalang.

Gambar 6. Tempat Penyimpanan Obat Apotik Puskesmas Bilalang.


Gambar 7. Tempat penyimpanan Obat High Alert di Puskesmas Bilalang .
Gambar 8. Tempat pelayanan Resep Obat di Puskesmas Bilalang.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Azwar, AH. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar

Departemen Kesehatan RI. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/III/2001 tentang Registrasi dan

Praktik Perawat. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Efendi. (2009). Manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba

Medika.

Fowler, S.B., Sohler,Patricia., & Zarillo,D.F., et al. 2009. Bar Code Technology

for Medication Administration: Medication Errors and Nurse Satisfaction.


MEDSURG Nursing—March/April 2009: Vol. 18 (2). Proquest Database.

Hodgetts, RM & Cassio, DM, 1983. Modern Health Care Administration.

Academic Press. New York.

Kementerian Kesehatan RI; 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2015-2019 : Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan

Levey, Samuel, N. Paul Loomba. 1973. Health Care Administration : “A

Managerial perspective”. Dalam: Azwar, Asrul. 1996. Pengantar Ilmu

Kesehatan Masyarakat . Jakarta : FKUI.

Menkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat.

Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72

Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah

sakit.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Rutami & Setiawan. (2012). Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan di

Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan.Jurnal Keperawatan

Holistik. Medan: Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.


Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.

Satrianegara, M. Fais., 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit.


Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai