Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI STATUS MENTAL

Teknik pemeriksaan ;
 Wawancara
 Observasi
 Pemeriksaan Fisik Diagnosis
 Test Psikologis
 Laboratorium
Untuk dapat melakukan wawancara dengan baik dibutuhkan syarat-syarat sebagai
berikut :
 Mempunyai keterampilan, pengetahuan dan sikap yang memadai
 Mampu membina hubungan dan memberi empati kepada pasien
 Menjadi pendengar yang terampil
 Mengenali resistensi dan bahasa non verbal dari pasien
 Tahu apa yang akan diperiksa

Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap pasien, hal yang dilakukan pertama sekali dan
merupakan hal yang penting serta tidak boleh dilupakan adalah melakukan identifikasi terhadap
pasien, agar kita mengetahui dengan benar siapa yang akan diperiksa. Identifikasi tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :
Identifikasi :
 Nama
 Umur
 Alamat
 No telp
 Jenis kelamin
 Pekerjaan
 Status perkawinan
 Suku
 Agama
I. Pemeriksaan
Terdiri dari fisik diagnostic, status mentalis, laboratorium, radiologik, evaluasi
psikologik, dan lainnya.
II.Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatri diagnosis dibagi kedalam lima aksis sebagai berikut :
1. Aksis I : a. Gangguan klinis
b. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
2. Aksis II : a. Gangguan kepribadian
b. Retardasi mental
3. Aksis III : Kondisi medik umum
4. Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
5. Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)
Setelah diagnosis ditegakkan, terapi dapat diberikan berupa farmakoterapi, psikoterapi,
terapi social, terapi okupasional, dan lainnya. Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III di Indonesia, gangguan jiwa dibagi menjadi :
1. Gangguan mental organic
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
3. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
4. Gangguan mood/afektif
5. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
6. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa
7. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan factor fisik
8. Retardasi mental
9. Gangguan perkembangan psikologis
10.Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan remaja

1. Penampakan Umum
Keadaan pasien yang terlihat secara kasat mata

2. Gangguan Kesadara :
 Normal : kompos mentis

 Somnolen : keadaan mengantuk, kesadaraan dapat pulih penuh bila dirangsang.


Somnolen disebut juga sebagai letargi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya
pasien dibangun kan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang
nyeri.

 Spoor (stupor) : kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat
mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang
nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak
konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak
motorik untuk merangkis rangsang nyeri masih baik

 Koma-ringan (semi-koma) : pada keadaan ini tidak respons terhadap rangsang verbal.
Reflex (kornea, pupil dsb) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon
terhadap rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.

 Koma (dalam atau komplit) : tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama
sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.

3. Afek

Afek adalah ekspresi alam perasaan yang dapat dinilai oleh orang lain
1) Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi iram emosional yang harmonis (sesuai
sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai : digambarkan
lebih lanjut sebagai yang afek yang luas atau penuh, dimana rentang emosional yang
lengkap diekspresikan secara sesuai.
2) Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidak harmonisan antara irama
perasaan emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya.
3) Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada affect yang dimanifestasikan oleh
penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar.
4) Afek yang tebatas (restricted or constricted affect) : penurunan intensitas irama
pertasaan yang kurang parah dari pada efek yang tumpul tetapi jelas menurun.
5) Afek yang datar (flat affect) tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi
afek : suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
6) Afek yang labil (labile affect) : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba,
yang tidak berhubungan dengan simulasi eksterna.

4. Emosi

Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan perilaku
yang berhubungan dengan efek dan mood
1) Kecemasan : perasaan kekhawatiran yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang
mungkin berasal dari dalam atau luar.
2) Kecemasan yang mengambang bebas (free floating anxiety) : rasa takut yang meresap
dan tidak dipusatkan dan tidak terikat pada suatu gagasan tertentu.
3) Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan
realitik.
4) Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik
5) Ketegangan (tension) : peningkatan aktifitas motorik dan psikologis yang tidak
menyenangkan
6) Panik : serangan kecemasan yang akut, episodik yang kuat disertai dengan perasaan
ketakutan yang melandan dan pelepasan otonomik.
7) Apatis : irama emosi yang tumpul yang disertai dengan pelepasan (detachment) atau
ketidakacuhan (indifference)
8) Ambivalensi : terdapat secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan terhadap
hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama
9) Abreaksional (abreaction) : pelepasan atau pelimpahan emosional setelah mengingat
pengalaman yang menakutkan
10) Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri
11) Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah

5. Mood
Mood adalah suatu emosi yang meresap yang dipertahankan. Yang dialami secara
subjektif yang diceritakan oleh pasien. Contohnya adalah depresi, elasi, kemarahan.

1) Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan


2) Mood eutimik : mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang
tertekan atau melambung.
3) Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang tanpa
pembatasan , seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau
makna seseorang
4) Mood yang iritabel (irritabel mood) : ekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau
dibuat marah.
5) pergeseran mood (labile mood) : osilasi antara euforia dan depresi atau dibuat marah
6) Mood yang meninggi (elevated mood) : suasana keyakinan dan kesenangan; suatu
mood yang lebih ceria dari biasanya.
7) Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
8) Kegembiraan yang luar biasa (ectasy): perasaan kegairahan yang kuat
9) Depresi : perasaan kesedihan yang psikopatologis
10) Anhedonia : hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua akivitas rutin dan
menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi.
11) Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan nyata
12) Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari
atau mood seseorang

Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Mood


Tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang,paling sering berhubungan dengan
depresi (juga menurun disebut tanda vegetatif).

1. Anoreksia : hilangnya atau menurunnya nafsu makan


2. Hiperfagia : meningkat nya nafsu makan dan asupan
3. Insomnia : hilangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidur

1. Awal : Kesulitan jatuh tertidur


2. Pertengahan : Kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesulitan
kembali tidur
3. Terminal : terbangun pada dini hari
4. Hipersomnia : tidur yang berlebihan
5. Variasi diurnal : mood yang secara teratur terburuk pada pagi hari, segera setelah
terbangun, dan membaik dengan semakin siangnya hari
6. Penurunan libido : penurunan minat, dorongan, dan daya seksual(peningkatan libido
sering disertai keadaan manik)
7. Konstipasi : ketidakmampuan atau kesulitan defekasi.

6. Sikap

 Suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk


menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap adalah
responyang terhadap stimuli yang terkondisikan
 Bagaimana pasien berkaitan dengan pemeriksa, pemarah, agresif,
menggairahkan,dijaga, defensif, apatis, koorperatif, dll

7.Tingkah Laku

 Adalah psikomotor seseorang

8.Pembicaraan

 Isi, arus, asosiasi


 Meminta pasien mengatakan “methodis episkopalian”, bicara kacau pada gangguan
kognitif

9.Proses Fikir

1. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada
pengertian, pengulangan kosong atau frasa yang tidak jelas
2. Gagasan yang berlebihan : keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan yang
dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham
3. Waham : keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak
dapat dikoreksi dengan suatu alasan apapun.
 Waham yang kacau dan aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai
contohnya: orang dari angkasa luar telah menanamkan suatu elektroda pada otak
pasien)
 Waham tersistematisasi : keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema
atau peristiwa tunggal (sabagai contohnya: pasien dimata-mata oleh agen rahasia,
mafia atau boss)
 Waham yang sejalan dengan mood (mood congruent delusion) : waham yang sesuai
dengan mood (sebagai contoh : seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggung
jawab untuk penghancuran dunia)
 Waham yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent delusion) : waham
dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood
netral (sebagai contohnya, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau
siar pikiran)
 Waham nibilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, dan orang lain dan dunia adalah
tidak ada atau berakhir.
 Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas
semua harta miliknya.
 Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai
contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair)
 Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham referensi, kontrol dan
kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari
bagian waham)
i. Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu
atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut yang
mempunyai kecendrungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena
penganiayaan yang dibayangkan.
ii. Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang
yang berlebihan.
iii. Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada
dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain, mempunyai
kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif,
diturunkan dari idea referensi, diman seseorang secara salah merasa bahwa ia
sedang dibicarakan oleh orang lain (sebagai contohnya, percaya bahwa orang
ditelivisi atau di radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya)
 Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang
dalam dan bersalah
 Waham pengendalian : perasaan palsu bahwa kemauan, atau perasaan pasien
dikendalikan oleh tenaga dari luar
i. Penarikan pikiran (though withdrawal): waham bahwa pikiran pasien
dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain
ii. Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa pikiran ditanam dalam
pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain
iii. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien dapat
didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan di udara.
iv. Pengendalian pikiran: (thought control): waham bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
 Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang didapatkan dari
kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur
 Erotomania : waham bahwa seseprang sangat mencintai dirinya;lebih sering pada
perempuan; juga dikenal dengan Kompleks Cleramnault-Kandinsky)
 Pseudologia phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana seseorang tampaknya
percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan , disertai dengan
sindrom Munchausen, berpura-pura sakit berulang
4. Kecendrungan atau preokupasi pikiran : pemusatan isi pikiran pada ide tertentu,
disertai dengan irama efektif yang kuat, seperti kecendrungan paranoid atau
preokupasi tentang bunuh diri atau membuniuh
5. Egomania : preokupasi dengan diri sendiri yang patologis
6. Monomania : preokupasi dengan suatu objek tunggal
7. Hipokondria : keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang
didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interpretasi yang
tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik sebagai suatu yang tak normal
8. Obsesi : pikiran kukuh (persisten) yang patologis, sekalipun tidak dikehendaki
pasien, pikiran mana yang tidak dapat dtentang dan tidak dapat dihilangkan dari
kesadaran oleh usaha logika; biasanya disertai dengan kecemasan.
9. Kompulsi : kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu tindakan yang jika
ditahan, menyebabkan kecemasan; perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi
atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya
10. Koprolalis : pengungkapan kompulsif dari kata kata yang cabul
11. Fobia : rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu
terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan
keinginan yang memaksa untuk menghindari stimualsi yang diikuti.
1. Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas
(sebagai contohnya, rasa takut terhadap laba-laba atau ular)
2. Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti rasa takut
berbicara dengan masyarakat, bekerja atau makan dalam masyarakat
3. Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi
4. Agorafobia : rasa takut terhadap tempat yang terbuka
5. Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri
6. Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing
7. Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah (merujuk terhadap rasa takut
terhadap darah)
8. Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu
9. Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup
10. Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing
11. Zoofobia : rasa takut terhadap binatang
12. Noesis : suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai
dengan perasaan bahwa pasien telah di pilih untuk memimpin dan memerintah
13. Unio mystic : suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan
kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran
jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural

10. Persepsi

1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa stimulasi eksternal yang
nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham sehubungan dengan
pengalaman halusinasi tersebut.
 Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tertidur
biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis
 Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur;
biasanya dianggap tidak patologis
 Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara tetapi juga
bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan halusinasi yang paling sering pada
gangguan psikiatrik
 Halusinasivisual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentk (sebagai
contohnya kilatan cahaya); paling sering pada gangguan organik
 Halusinasi penciuman (olfaktorius) : persepsi membau yang palsu; paling sering pada
gangguan organik
 Halusinasi pengecapan (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti
rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang; paling sering
pada gangguan organik
 Halusinasi perabaan (taktil; haptic) : persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb); sensasi adanya
gerakan pada atau dibawah kulit (kesemutan)
 Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi didalam atau
terhadap tubuh; paling sering berasal dari bagian viseral tubuh (juga dikenal sebagai
halusinasi kinestetik)
 Halusinasi liliput: persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil
ukurannya (juga dikenal sebagai mikropsia)
 Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination): halusinasi
dimana isi halusinasi adalah konsiten dengan mood yang tertekan atau manik
(sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang
mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat: serang pasien manik mendengar
suara yang mengetakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan dan pengetahuan
yang tinggi).
 Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination): halusinasi
di mana isinya tidak konsisten denga mood yang disertakan atau manik (sebagai
contohnya, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema tersebut seperti rasa
bersalah, penghukuman yang layak, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi
tidak mengandung tema-tema tersebut seperti harga diri atau kekuasaan yang tinggi).
 Halusinosis: halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar, yang berhubungan
dengan penyalahgunaan alkohol kronis yang terjadi dalam sensorium yang jernih,
berbeda dengan delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang terjadi dalam konteks
sensorim yang berkabut.
 Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain, (sebagai
contohnya, yaitu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi
visual; suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai di
dengar).
 Trailing phenonemon: kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat
halusinogenik dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang
terpisah dan tidak kontinu.

2. Ilusi: mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimulasi external yang nyata.

1.1. Daya Ingat

1. amnesia: ketidakmampuan sebagaian atau keseluruhan untuk mengimgat pengalaman masa


lalu; mungkin berasal dari organik atau emosional.

 Anterograd: amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu
 Retrograd: amnesia sebelum suatu titik waktu

2. Paramnesia: pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan

 Fausse reconnaissaice: pengenalan yang palsu


 Pemalsuan restrokpektif: ingatan secara tidak diharapkan (tidak disadari) menjadi
terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan pengalaman pasien
sekarang.
 Konfabulasi: pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang
dibayangkan atau tidak nyata yang dipercayai pasien tetapi tidak mempunyai dasar
kenyataan paling sering berhubungan dengan patologi organik.
 Deja Vu: ilusi pengenalan visual dimana siatuasi yang baru secara keliru dianggap
sebagai suatu pengulangan ingatan sebelumnya.
 Deja entendu: ilusi pengenalan auditoris
 Deja pense: ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai pikiran yang sebelumnya
telah dirasakan atau di ekpresikan
 Jamais vu: perasaan palsu tentang ketidak kenalan terhadap situasi nyata yang telah
dialami oleh seseorang.

3. Hiperamnesia (daya ingat mninggi): peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan

4. Eidetic image: ingatan visual tentang kejelasan halusinasi

5. screen memory: ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutup ingatan yang
menyakitkan.

6. Represi: suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan secara tidak disadari
terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima.

7. letologika: ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau suatu kata benda
yang tepat.

Tingkat daya ingat:

1. Daya ingat yang segera (immediate memory): reproduksi atau pengingatan hal-hal yang
dirasakan dalam beberapa detik sampai menit
2. Daya ingat yang baru saja (recent memory): pengingatan peristiwa yang telah lewat
beberapa hari
3. Daya ingat yang agak lama (recent past memory): pengingat peristiwa yang telah lewat
selama beberapa bulan
4. Daya ingat yang jauh (remote memory): pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi

12. orientasi

Terdiri dari orientasi diri, waktu, dan tempat

13. intelektual

Kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan, dan meyatukan secara konstruktif


pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru

14. konsentrasi

Menyuruh pasien untuk menghitung

15. Insight

a. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya


b. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
c. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
d. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya
e. Tilikan derajat 5: menydari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
f. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan

16. penilaian realita

Dapat menggunakan pertanyaan “apa maksud pengertian lampu merah, kuning, dan hijau pada
persimpangan?”

17. Norma sosial

Dapat menggunakan pertanyaan, “bila terjadi kebakaran di sekitar perumahan anda, apa yang
anda lakukan?”
CHECK LIST
EVALUASI STATUS MENTAL

Skor
No. Aspek Penilaian
0 1 2 3
I. Membina hubungan baik.
 Berdiri, Menyapa dan mengucapkan salam serta
memperkenalkan diri
 Mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat (langsung pada
pasien atau keluarga)
1.
 Duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan keamanan,
kemungkinan adanya ancaman tindak kekerasan
 Mampu membina hubungan dan mampu memberi empati
kepada pasien dan mampu menjadi pendengar yang terampil.
II. Anamnesis Psikiatri
2. Data Umum pasien
3. Keluhan Utama
4. Sebab utama
5. Riwayat penyakit sekarang
6. Riwayat penyakit dahulu
7. Riwayat keluarga
Riwayat pribadi
8 a. Prenatal dan perinatal
b. Awal masa kanak-kanak
c. Masa kanak-kanak pertengahan
d. Terlambat masa kanak-kanak
e. Dewasa (riwayat pekerjaan, perkawinan, dan riwayat hubungan,
riwayat militer, riwayat sekolah, agama, aktifitas social, situasi
tempat tinggal, riwayat legal)
f. Riwayat sexual
g. Mimpi dan Fantasi
h. Nilai-nilai
III. Pemeriksaan Internus
a. Status present
b. Status Internus
IV. Status Psikiatri Khusus
a. Penampakan Umum
b. Kesadaran
c. Afek
d. Emosi
e. Mood
f. Sikap
g. Tingkah Laku
h. Pembicaraan
i. Proses Fikir
j. Persepsi
k. Ingatan
l. Orientasi
m. Intelektual
n. Daya Tilikan (Insight)
o. Pendapat (Judgement)
p. Pikiran Abstrak
q. Ide Kreatif
A. Resume disesuaikan dengan kriteria diagnostik yang ada dalam
PPDGJ
B. Dilakukan Differensial Diagnosis kemudian baru tegakkan
diagnosis
V. Penatalaksanaan, terdiri dari:
a. Terapi biologis
b. Terapi Psikologis
c. Terapi social
VI. Prognosis

Keterangan Skor Aceh Besar, ................2020


0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar ( kesalahan > 50 %)
2. Dilakukan tetapi kurang benar ( kesalahan < 50 %)
3. Dilakukan dengan benar

NILAI : Skor Total X 100 = ....... (..........................................)


120

Anda mungkin juga menyukai