Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI PRODUKSI DALAM ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro Islam


Dosen Pengampu : Hendri Hermawan Adinugraha, M.S.i

Oleh :
1. Rikko Aji Setiawan 4120066
2. Bahtiar Aji Prasojo 4120167
3. Amira Nurkhasani 4120190

Kelas E

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya
kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “Teori Produksi dalam Islam”
dengan baik.

Makalah ini telah selesai kami susun dengan semaksimal mungkin, berkat
bantuan dan partisipasi anggota kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu, untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa susunan makalah kami jauh dari
kata sempurna baik dari susunan kalimat atau tata bahasa. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima kritik dan saran dari pembaca, sehingga kami dapat memperbaikinya dan
menjadi lebih baik lagi. Terakhir, kami berharap makalah “Teori Produksi dalam Islam” yang
kami susun ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi bagi para pembaca

Pekalongan, 12 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Teori Produksi Islami ...................................................................... 3
B. Produksi yang Diharamkan Dalam Islam ....................................... 7
C. Produktivitas Dalam Islam .............................................................. 8
D. Fungsi Produksi ............................................................................... 9
E. Alternatif Tipe Fungsi Produksi ...................................................... 12

BAB III PENUTUP.........................................................................................


A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan


suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk
semula. Dalam memproduksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau
sarana untuk melakukan proses produksi. Kegiatan produksi merupakan mata rantai
dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan
jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan
ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa
kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi
menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan
dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan
tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan
keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam
mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk pemilikan alat
produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.1

Dari sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu:
apa yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang/ jasa
diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak
untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi konvensional
menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapt faktor produksi; tiga faktor
produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor
tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan. Paham ekonomi sosialalis misalnya
memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor penting. Namun paham ini
tidak memeberikan pengakuan dan penghargaan hak milik individu, sehingga faktor
tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi sekedar pekerja atau kelas
pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang saat ini menguasai dunia, memandang
modal atau kapital sebagai unsur yang  terpenting dan oleh sebab itu, para pemilik

1
Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2016), hal. 62-63.

1
modal atau para kapitalislah yang menduduki tempat yang sangat strategis dalam
ekonomi kapitalis.2

Ekonomi konvensional juga kadang melupakan kemana produksinya mengalir.


Sepanjang efesiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan yang memadai, umumnya
mereka sudah puas. Bahwa ternyata produknya hanya dikonsumsi kecil masyarakat
kaya, tidaklah menjadi kerisauan system ekonomi konvensional.3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori produksi islami?
2. Bagaimana produksi yang diharamkan dalam islam?
3. Bagaimana produktivitas dalam islam?
4. Apa fungsi produksi?
5. Bagaimana alternatif tipe fungsi produksi?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui teori produksi islami
2. Mengetahui produksi yang diharamkan dalam islam
3. Mengetahui produktivitas dalam islam
4. Mengetahui fungsi produksi
5. Mengetahui alternatif tipe fungsi produksi

2
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. (Jakarta: Kencana, 2007) ,hal. 101.
3
Ibid., hal. 103-104.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Produksi Islami

Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan


manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi
lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu
produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan
menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam (Mohamed Aslam Haneef,
2010).

Produksi tidak berarti hanya menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada,
melainkan yang dapat dilakukan oleh manusia adalah membuat barang-barang
menjadi berguna yang dihasilkan dari beberapa aktivitas produksi, karena tidak ada
seorang pun yang dapat menciptakan benda yang benar-benar baru. Membuat suatu
barang menjadi berguna berarti memproduksi suatu barang yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta memiliki daya jual yang yang tinggi (Ika Yunia Fauzia
dan Abdul Kadir Riyadi, 2014).

Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT


sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci
umat Islam, dalam ayat:

“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(Al-Jatsiyah: 13).4
4
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 104.

3
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah, bumi
adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang
terhampar di muka bumi untuk di maksimalkan fungsi dan kegunaannya. Tanggung
jawab manusia sebagai khalifah adalah pengelola resources  yang telah disediakan
oleh Allah secara efisien dan  optimal agar kesejahteraan dan keadilan ditegakkan. 5

Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang


banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti luas
ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan
demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang sangat penting
dalam Islam.6

Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi


sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas
pada fungsi ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi
harus pula mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin dalam QS. Al-hadid (57) ayat 7:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian


dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.[7]  Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.” (QS: Al-hadid (57) : 7).

Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta


isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22 :

5
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 102-
103.
6
Ibid., hal. 105.

4
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[8], padahal kamu Mengetahui” (QS: Al-
Baqarah : 22).

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi dalam Islam antara lain adalah:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat
serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam
prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya
akidah/ agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/ kehormatan, serta
untuk kemakmuran material.
4. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan
prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan
material.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual
maupun mental dan fisik.7

Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai
utama dalam ekonomi Islam, yatiu: khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci
nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:

1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.


2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.
3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
7
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 111-
112.

5
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis.
5. Memuliakan prestasi atau produktivitas.
6. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.
7. Menghormati hak  milik induvidu.
8. Mengikuti syarat sah dan rukun akad atau transaksi.
9. Adil dalam bertransaksi.
10. Memiliki wawasan sosial.
11. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.8

Tujuan dari produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan maṣlaḥah yang
optimum bagi manusia secara keseluruhan. Dengan maṣlaḥah yang optimum ini,
maka akan dicapai falāh yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi
sekaligus tujuan hidup manusia. Falāh itu sendiri adalah kemuliaan hidup di dunia dan
akhirat yang akan memberikan kebahagiaan hakiki bagi manusia. Dengan memahami
alur tujuan kegiatan produksi ini, maka dapat diambil suatu substansi bahwa karakter
penting bagi produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah perhatiannya terhadap
kemuliaan harkat kemanusiaan, yaitu mengangkat kualitas dan derajat hidup serta
kualitas kemuliaan dari manusia. Kemuliaan harkat kemanusiaan harus mendapat
perhatian besar dan utama dalam keseluruhan aktifitas produksi. Segala aktivitas yang
bertentangan dengan pemuliaan harkat kemanusiaan dapat dikatakan bertentangan
dengan ajaran Islam.9

Konsep produksi yang sesuai dengan nilai Islam adalah konsep teknologi
berproduksi konstan, dalam arti bahwa teknologi yang digunakan adalah teknologi
yang memanfaatkan sumber daya manusia sedemikian rupa sehingga manusia
tersebut mampu meningkatkan harkat kemanusiaannya.

8
Pusat Pengkajian dan  Pengembangan Ekonomi Islam. Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali
Press,  2008).
9
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta kerjasama dengan Bank
Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 264.

6
B. Produksi yang Diharamkan dalam Islam
Produksi adalah kegiatan menambah nilai guna benda agar lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Pengertian produksi dalam perspekif Islam yang
dikemukakan Qutub Abdus Salam Duaib adalah usaha mengeksploitasi sumber-
sumber daya agar dapat menghasilkan manfaat ekonomi. 10 Produksi dalam ekonomi
Islam bertujuan untuk kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat secara
berimbang. Manfaat produksi dalam ekonomi Islam yaitu tidak mengandung unsur
mudharat bagi orang lain, dan melakukan ekonomi yang memiliki manfaat di dunia
dan akhirat.
Produksi yang diharamkan dalam Islam, apabila tidak memenuhi prinsip-
prinsip yang ada dalam ekonomi Islam. yang prinsip-prinsipnya antara lain:
1. Keadilan dan kesamaan dalam produksi Islami
Islam telah memberikan prinsip-prinsip produksi yang adil dan wajar
dalam sebuah bisnis di mana mereka dapat memperoleh kekayaan tanpa
mengeksploitasi individu-individu lainnya atau merusak kemaslahatan.
Sedangkan usaha yang tidak adil dan salah, sangat dicela. Usaha semacam
ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada masyarakat dan akhirnya
menyebabkan kehancuran. Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam bebas
dari kesewenang-wenangan dan tidak ada eksploitasi model kapitalisme dan
komunisme.11
2. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran
Dalam produksi, barang pun tidak hanya menghasilkan barang tetapi
harus sesuai dengan perbandingan antara harga barang yang ditawarkan
dengan kuantitas yang diberikan. Takaran tersebut harus mencapai tingkat
mashlahah produksi yang sesuai, tidak melebih-lebihkan atau
menguranginya. Karena hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain. Dalam Islam, hal tersebut harus ada pengawasan melalui kesadaran
diri sendiri dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan, bukan
hasrat untuk menginginkan sesuatu yang lebih.12
3. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam

10
C. E. Ferguson, Teori Ekonomi Mikro 2, (Bandung: Tarsito, 1983), hal. 1.
11
Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2016), hal. 63-64.
12
Ibid., hal. 64.

7
Tidak mendekati hal-hal yang dalam ketentuan islam sudah pasti
bahwa itu diharamkan baik pengelolaan, pembentukan, dan
pelaksanaannya. Pada konteks ini islam sudah memberi batasan-batasan
yang sesuai menyangkut berbagai hal, seperti pencampuran barang haram
ke dalam barang produksi dan menggantikan bahan produksi halal dengan
yang haram karena berbagai faktor pendukungnya. Semuanya itu dapat
terjadi apabila pelaku-pelaku produksi barang tidak menempatkan dengan
hati-hati.

Dalam Islam, akhlak juga merupakan hal yang paling penting untuk
melakukan produksi. Meskipun ruang lingkup yang halal itu sangat luas, akan tetapi
sebagian besar manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka
tidak merasa cukup dengan yang banyak karena mereka mementingkan kebutuhan
dan hawa nafsu tanpa melihat adanya suatu akibat yang akan merusak atau merugikan
orang lain. Seorang produsen muslim harus memproduksi yang halal dan tidak
merugikan diri sendiri maupun masyarakat dan tetap dalam akhlak yang mulia.13

C. Produktivitas dalam Islam


Produktivitas adalah kegiatan produksi sebagai perbandingan antara output
dengan input. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang
menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk
mencapai hasil yang optimal.14 Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur
keberhasilan suatu industri dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin
tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan.
Ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada output atau input yang
digunakan sebagai agregat dasar. Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan dan
dianggap sebagai ibadah, dan kemalasan dinilai sebagai keburukan. Bekerja mendapat
tempat yang terhormat di dalam Islam. Sebuah hadits menyebutkan bahwa bekerja
adalah jihad fi sabilillah. Sabda Nabi Saw, “Siapa yang bekerja keras untuk mencari
nafkah keluarganya, maka ia adalah mujahid fi Sabillah” (Ahmad) Dalam hadits
Riwayat Thabrani Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya, di antara perbuatan
dosa, ada yang tidak bisa terhapus oleh (pahala) shalat, Sedeqah ataupun haji, namun
13
Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2016), hal. 65.
14
Eddy Herjanto, Manajemen Operasi. (Jakarta: Grasindo, 2007), hal. 52.

8
hanya dapat ditebus dengan kesungguhan dalam mencari nafkah penghidupan”
(H.R.Thabrani).15
Kelayakan produktivitas tercermin pada besarnya produksi, kualitas produk,
efektivitas dan efesiensi serta realisasi kepuasan para pekerja pada tingkat maksimal.
Karena itu, sebaiknya masyarakat diarahkan pada perkembangan kepribadian yang
produktif sehingga kelayakan produksi dapat tercapai.16 ( Abdul Hamid Mursi, SDM
yang Produktif Pendekatan Al-Quran dan Sains, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997),
h. 44 )
Kelayakan produksi sangat tergantung pada profesionalisme kerja individu.
Professionalisme tidak tergantung hanya pada keahlian dan keterampilan kerja
individu atau situasi kerja yang kondusif tetapi juga pada fakor-faktor psikis.
Misalnya, minat individu terhadap pekerjaan dan rasa terlibat dengan profesi dan
lembaga. Hal itu tergantung pada pemahaman indiviu terhadap nilai kerja, urgensi dan
peranannya dalam produksi dan hubungannya dengan strategi umum produksi.17

D. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang dihasilkan
dalam satu periode atau suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam
memproduksi barang atau jasa. Fungsi produksi disederhanakan hanya tergantung
pada dua input yakni modal (K) dan tenaga kerja (L) sehingga dapat diformulasikan
menjadi Q = f (K, L). Pada gambar di bawah ini, simbol Q1, Q2, Q3 dinamakan
dengan kurva isoquant. Semakin kurva isoquant menjauhi titik 0, maka jumlah input
semakin besar, dan jumlah output semakin besar pula.18

15
Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2016), hal. 66.
16
Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif Pendekatan Al-Quran dan Sains, (Jakarta : Gema Insani
Press, 1997), hal. 44.
17
Ibid., hal. 55.
18
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 130.

9
1. Produk Total
Produk Total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga
kerja pada waktu tertentu. Perubahan produk total dapat berubah berdasarkan
banyak sedikitnya faktor produksi variabel yang digunakan. Misal, tenaga kerja
yang digunakan untuk memproduksi sepatu sebanyak 3 orang, maka hasil sepatu
yang didapat 810 pasang sepatu. Apabila tenaga kerja bertambah menjadi 8 orang
maka, maka hasil yang didapat pun juga akan bertambah menjadi 1520 pasang
sepatu. Jadi, jika tenaga kerja terus bertambah, produksi total tetap akan
bertambah.
2. Produk Marginal
Produk marginal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh
pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. ∆𝐿 adalah pertambahan tenaga
kerja, ∆𝑇𝑃 adalah pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP) dapat
dihitung dengan 𝑀𝑃 = ∆𝑇𝑃 ∆𝐿 .19 Misal, tenaga kerja bertambah dari 1 menjadi 2
orang, hasil produksi bertambah 150 menjadi 400, yaitu pertambahan sebanyak
250. Maka produksi marjinal 250/1=250. Jika, tenaga kerja 4 menjadi 5, hasil
produksi 1080 menjadi 1290, maka 210/1=210. Sehingga mengakibatkan produksi
marjinal semakin berkurang.
3. Produk Rata-rata
Produk rata-rata adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap
pekerja. Produksi total (TP), jumlah tenaga kerja (L), maka produk rata-rata (AP),
dan dapat dihitung dengan 𝐴𝑃 = 𝑇𝑃 𝐿 .20 Misal, ketika tenaga kerja yang digunakan
2 orang, produksi total adalah 400. Dengan demikian produksi rata-rata adalah
400/2=200. Jika, tenaga kerja yang digunakan 8 orang, produksi total adalah 1520.
Produksi rata-rata adalah 1520/8=190. Sehingga pertambahan tenaga kerja tidak
akan menambah produksi total, dan produksi rata-rata semakin lama semakin kecil
jumlahnya.

19
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hal.197.
20
Ibid., hal. 198.

10
Dari hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi dapat dibuat kurva
yang menghubungan ketiga fungsi produksi, yaitu produksi total, produksi marjinal,
dan produksi rata-rata.

E. Alternatif Tipe Fungsi Produksi


1. Constant Return to Variable Input
Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan sama dengan
tambahan inputnya (output = input). Hubungan input dan output dalam kondisi
semacam ini dapat dirumuskan dengan Q = a + bX. Dimana Q = jumlah output, X

11
= jumlah input, a dan b adalah konstanta. Karena fungsi produksi dimulai dari titik
origin sehingga nilai konstanta a adalah nol. Oleh karena itu, faktor produksi dapat
ditulis Q = bX. Dalam constant return to variable input, AP dan MP membentuk
satu garis lurus yang konstan (b). Karena AP = MP = b. 70

2. Decreasing Return to Variable Input


Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan tambahan inputnya (output < input).21 Hubungan input dan output
dalam kondisi semacam ini dapat dirumuskan Q = a + bX – cX2 . Karena a adalah
nol, maka Q = bX – cX2 . Dimana b adalah konstanta dan c adalah nilai yang
negatif karena bX < cX2 . Pada kondisi ini, kurva MP berada di bawah AP, karena
𝐴𝑃 = 𝑄 𝑋 = 𝑏𝑋−𝑐𝑋 2 𝑋 = 𝑏 − 𝑐𝑋. Sedangkan, 𝑀𝑃 = 𝑑𝑄 𝑑𝑋 = 𝑏 − 2𝑐𝑋. Dari rumus
tersebut, slope kedua kurva berbeda, AP (-c) sedang MP (-2c).22

21
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Grasindo,
2006), hal.159.
22
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 136.

12
3. Increasing Return to Variable Input
Kondisi ini terjadi bila tambahan output yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan tambahan inputnya (output > input). Hubungan output dan input
dalam kondisi semacam ini dapat dirumuskan Q = a + bX + cX2 . Karena a adalah
nol, maka Q = bX + cX2 . Pada kondisi ini kurva MP berada di atas Kurva AP.
Karena 𝐴𝑃 = 𝑄 𝑋 = 𝑏𝑋−𝑐𝑋 2 𝑋 = 𝑏 + 𝑐𝑋, sedangkan 𝑀𝑃 = 𝑑𝑄 𝑑𝑋 = 𝑏 + 2𝑐𝑋. dari
rumus tersebut, slope kedua kurva tentu berbeda, slope untuk kurva AP adalah (+c)
sedang slope untuk kurva MP adalah (+2c).23

BAB III

23
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 137.

13
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi
lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu
produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan
menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam (Mohamed Aslam Haneef,
2010).
Tujuan dari produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan maṣlaḥah yang
optimum bagi manusia secara keseluruhan. Dengan maṣlaḥah yang optimum ini,
maka akan dicapai falāh yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi
sekaligus tujuan hidup manusia. Falāh itu sendiri adalah kemuliaan hidup di dunia dan
akhirat yang akan memberikan kebahagiaan hakiki bagi manusia.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan lainnya. Oleh karen itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Atas sarannya
kami ucapkan terimakasih penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,
baik bagi penulis maupun pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

A. Karim, Adiwarman. 2015. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

C. E., Ferguson. 1983. Teori Ekonomi Mikro 2. Bandung: Tarsito.

Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir R. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam: Perspktif

Maqashid al-Syari’ah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Haneef, Mohammed Aslam. 2010. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. terj. Suhrman

Rosyidi. Jakarta: Rajawali.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

Mursi, Abdul Hamid. 1997. SDM yang Produktif Pendekatan Al-Quran dan Sains. Jakarta :

Gema Insani Press.

Nasution, M. Edwin. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.

Pracoyo, T. Kunawangsih dan Antyo P. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT.

Grasindo.

Pusat Pengkajian dan  P3EI. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta kerjasama

dengan Bank Indonesia. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Subagiyo, Rokhmat. 2016. Ekonomi Mikro Islam,. Jakarta: Alim’s Publishing.

Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai