Anda di halaman 1dari 14

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Kematian Ibu dan Bayi

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia.

a. Kematian Ibu.

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh
kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator
terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI
tahun 2007. AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan
dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh
menurun, namun masih jauh dari target MDGS 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.
Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut.
Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan komunitas terdepan,
mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.

b. Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1
tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup.
Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun
target AKB pada MDG's 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi:
Gangguan perinatal (34.7%), Sistim pemapasan (27,6 %). Diare (9,4%). Sistim pencernaan (4.3%) dan
Tetanus (3,4%)

c. Upaya menurunkan AKI dan AKB:

1. Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas 2 Pelaksanaan P4K yang berkualitas

3. Membangun kemitraan bidan dan dukun

4. Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan

5. Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa

6. Peningkatan fungsi PONED 7. Optimalisasi desa siaga

d. Peran bidan

1. Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta mengidentifikasi

penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat. 2. Bekerja sama
dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi
setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan. pengaturan biaya bagi
masyarakat yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu. bersalin pada ibu hamil
sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor darah
berjalan serta mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam
persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.

3. Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi "suami, bidan
dan desa SIAGA"

1.2. Kehamilan Remaja

a. Pengertian

Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil
survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita
usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Hal masa depan pun menjadi masalah
misalnya malu terhadap teman.lingkungan dan juga merasa remaja sudah musnah. Selain itu ketidak
stabilan emosi dan ekonomi juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga
yang kurang mampu. Maka akan terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.

b. Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain :

1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh
besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai
cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan
hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap orang tua.

2. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat Semakin
majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi informasi
mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka
dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku

3. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja Berdasarkan penelitian
yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450
responden dan dengan kisaran usia antara 15-24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan
kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi
tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi
tentang seks dari orang tua

C. yang timbul akibat kehamilan remaja

1. Masalah Kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk


mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi
orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehingga dapat menurunkan
generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus
kearah diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang
merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan
kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping
kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga
dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.
2. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja

Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut. kecewa.
menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan
dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila
dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki
yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan
keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak
mampu memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya.

3. Masalah sosial dan ekonomi keluarga

Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut
seperti:

1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan

2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar

3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial ekonomi

4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)

5) Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan

Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri, masyarakat belum siap menerima kelahiran
tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat
menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama

4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja

1) Keguguran

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Misalnya: karena terkejut, cemas,
stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum
siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi
saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi
rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu
cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan
memijat perutnya sendiri.

3) Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil
terlebih pada kala nifas.
3) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda
disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya. Gizi pada saat hamil di usia muda.karena
pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia, tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin
dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi
anemis.
4) Keracunan Kehamilan Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.
5) Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan
dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
a. Pencegahan Kehamilan Remaja
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah 2 Kegiatan positif
2. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
3. Jangan terjebak pada rayuan gombal 5. Hindari pergi dengan orang yang
tidak terkenal

6. Mendekatkan diri pada Tuhan

7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi,


kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.

8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat kegagalannya
rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.

b. Peran Bidan
1. Bersikap bersahabat jangan mencibir
2. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan
secara kekeluargaan, segera menikah
4. Periksa kehamilan sesuai standart
5. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG 6. Bila ingin
abortus maka berikan konseling resiko abortus.

1.3. UNSAFE ABORTION

Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan
banyak komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI).

Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien. (Behrman Kliegman, 2000:167).
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga
medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO. 1998).

Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya
disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.

Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan
aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi
yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab sera bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk
menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu
dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

1. Penyebab

Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang
memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :

a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.


b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi. E. Masalah
sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
e. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. G. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
2. Ciri-Ciri
a. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
b. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
c. Kurangnya fasilitas dan sarana
d. Status illegal
3. Dampak
a. Dampak sosial Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
b. Dampak kesehatan Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
c. Dampak psikologis Trauma

4. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman terhadap kehamilan yang
tidak diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum
jamu-jamuan, ramuan.

Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran kehamilan yang tidak
dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Perempuan
tersebut sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
sangat diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu
tindakan medis tersebut. Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko
infeksi, perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera.
Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk dan secara tidak
langsung mencerminkan kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko kematian
ibu. Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah satu syarat pembangunan sumber daya
manusia.

Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan menurunkan
demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu
menyediakan fasilitas keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling.

Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan
pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu
metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi
remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka
mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada,
sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman
tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand” perempuan terhadap aborsi tidak aman. 5.
Hukum menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang menggugurkan kandungan
seorang wanita, juga wanita yang digugurkan kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak
dihukum adalah dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan tujuan untuk
menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang bersangkutan.

Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita yang merupakan peninggalan masa
kolonialisasi Belanda melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur
dalam pasal 283, 299 serta pasal 346-349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana
penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang memberi harapan kepada seorang
perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

6. Peran Bidan
a. Sex education
b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
c. Peningkatan sumber daya manusia
d. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya 7. Kriteria Aborsi yang Aman
1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman
melakukan aborsi
2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak.
3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus
steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat
haid.

1.4. BBLR

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian
bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Beberapa penyebab
kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%. Asfiksia
27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%,
infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka
kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%.

a. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu
penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi
yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006).

BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1 jam setelah
lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999)

Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi 1. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
yaitu berat lahir 1500-2500 gram

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram 3. Bayi baru lahir ekstrem
rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram

Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya: Asfiksia,
Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI. Infeksi, Ikterus dan Masalah
perdarahan.

B. Ciri-ciri BBLR

1. Berat <2.500 gram


2. Panjang badan < 45 cm. 3. Lingkar dada <30 cm
3. Lingkar kepala <33 cm.
4. Usia kehamilan <37 minggu
5. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak 7
6. Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
7. Pernafasan tidak teratur, dll.
c. Penyebab BBLR
1. Faktor Ibu

Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:

a. Gizi ibu hamil yang kurang

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah
Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang
buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun


Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun.
Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita dewasa. Pada ibu yang tua. Meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia
ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat
pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.

C. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik. Persalinan
lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami
peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan
plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.

D. Paritas ibu anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim
biasanya sudah lemah..

2. Faktor Kehamilan

a.Hamil dengan polihidramnion

Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Polihidramnion
harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.

b. Hamil ganda

Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin
kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari
2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.

c. Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang
persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek.
Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin
bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat
diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia. d.
d. Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre eklampsia/Eklampsia pada
ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen
yang masuk ke janin berkurang.

e. Ketuban pecah dini


Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan
normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap,
apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan/kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital. umumnya akan
dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil
untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan
kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya.
b. Infeksi dalam Rahim.
c. Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan
fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme
tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau
berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita
hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk tterhada janin.
Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat
bawaan dan kematian janin.

c. Penanganan

1. Pengaturan suhu lingkungan


Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg: 35°C
BB 2 kg -2,5 kg: 34 °C.
suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada
suhu lingkungan (24-27 °C).
2. Makanan bayi
Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan
daya enzim pencernaan (lipase) masih kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.
ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan
dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan
terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007)
d. Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang berkualitas, segera
lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi masyarakat
3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4. Penyuluhan kesehatan
5. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.
e. Peran bidan
1. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan nutirsi selama
hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan membantu membuat keputusan
mengenai persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta
kesiapan keluarga untuk bayi baru lahir.
2. Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau menerima
pelayanan KIA sebagai upaya untuk mencegah kejadian BBLR dan penangananya.
3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang
meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan
kedaruratan. mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.

1.5 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis

a. Definisi

Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non
kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan masyarakat yang masih
memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada
masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab
terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.

b. Penyebab

Penyebab persalinan di tenaga non medis:

1. Disparitas antar wilayah (Jauh dari nakes)


2. Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3. Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar melakukan
persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran tinggi)
c. Penanganan

Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan
adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.

d. Peran bidan

Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan
transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya
bagi masyarakat yang tidak mampu.
1.7 PMS/IMS

a. Definisi

IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim (Jan
Tambayong 2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus,
bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang
berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Umumnya mata rantai penularan IMS
adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan
PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks,
HIV/AIDS. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi
pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah
akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya
untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007).

b. Gejala

Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu dengan mengecek apakah
ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan ini biasanya berupa lendir
dalam jumlah banyak, bau dan kental. Terasa pedih atau panas ketika buang air kecil atau saat
melakukan hubungan seksual, nyeri di perut bagian bawah (pada wanita) dan di buah zakar (pada
pria), serta bokong dan kaki. Gejala umum IMS yaitu:

1. Perubahan pada kulit disekitar kemaluan


2. Gatal pada alat kelamin.
3. Terasa nyeri saat buang air kecil.
4. Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal
5. Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil, ruam
atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.
6. Ada benjolan yang mencurigakan
7. Berdarah dan nyeri saat berhubungan

C. Pengobatan IMS

1. Yang terbaik adalah mencegah tertular: tidak berhubungan seks, berhubungan hanyal
dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu gunakan kondom.
Juga jangan bertukar alat suntik.
2. Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan. 3. Bila ada keluhan
segera periksa ke dokter.
3. Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter akan
sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
4. Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.

D. Bidan

Peran bidan dalam pemberantasan IMS ditegaskan dalam kompetensi kedua Permenkes No. 900
/MENKES/SK/VII/2002 yaitu:

1. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS. 2. Dalam kewenangan yang telah


ditetapkan ini, bidan dapat melakukan :
a) Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada
masyarakat.
b) Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan
suami istri tentang kesehatan reproduksi.
c) Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS
dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam
pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
d) Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya IMS

1.6 Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas

a. Pengertian

Budaya adalah suatu pola hidup yang menyeluruh. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem

Ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak. Beberapa perilaku dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan di komunitas antara lain :

1. Health believe

Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun temurun dalam pemberian makanan bayi.

Contohnya di daerah nusa tenggara barat ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi
pisang

2. Life style

Gaya hidup yang berpengaru terhadap kesehatan Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau
gaya hidup perokok

3. seeking behavior

Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apa bilah seseorang sakit tidak perlu
pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun

b. Perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas pada
ibu hamil dan ibu bersalin
1. Hamil.

Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yangh berkaitan dengan kehamilan antara lain :

a. Upacara-upacara yang di lakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin


dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni,
procotan,dan brokohan
b. Mengidam, dikotomi panas dingin C. Larangan masuk hutan.
c. Pantangan keluar waktu maghrib pantangan menjalin rambut karena bisa
menyebabkan lilitan tali pusat.
e. Tidak boleh duduk di depan pintu
f. Tidak boleh makn pisang dempet

2. Persalinan

Beberapa contoh perilaku sosial budaya dalam persalinan yang ada di masyarakat antara lain :

a. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik

c. Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan memasuki minyak ke


dalam vagina supaya bersalin lancar
d. Melahirkan di daerah terpencil hanya dengan dukun Minum minyak kelapa
memudahkan persalinan

E. Makan daun kemangi membuat jari-jari lengket sehinggga mempersulit persalinan

C. pera bidan komunitas terhadap perilaku selama persalinan Memberikan pendidikan pada
penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca
persalinan

c. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan
d. Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat

e. Contoh kasus perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang
positif selamatan 7 bulan (pada ibu hamil)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR,
PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh tenaga non medis, dan IMS. Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator. Derajat
kesehatan. Namun, masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah
besar.

Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil
survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita
usia 14-19 tahun baik melalui roses pranikah atau nikah.
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan..

Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur)
merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan
tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan
meningkatkan AKI dan AKB.

Anda mungkin juga menyukai