Disusun Oleh:
SEMARANG
2022
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mediasi sebagai salah satu metode penyelesaian konflik pada lembaga peradilan
merupakan salah satu cara dalam menekan jumlah penumpukan perkara di pengadilan.
Mediasi tumbuh dan berkembang sejalan dengan tumbuhnya keinginan manusia dalam
menyelesaikan sengketa secara cepat, dan memuaskan bagi kedua belah pihak dan juga
berkeadilan.
Makna yang terkandung dari mediasi adalah bahwa pada dasarnya manusia secara
lahiriah tidak menghendaki dirinya bergelimang konflik dan persengketaan dalam jangka
waktu yang lama. Sebagai alternatif penyelesaian sengketa, mediasi menjadi salah satu
metode efektif penyelesaian sengketa yang memiliki banyak manfaat dan keuntungan.
Manfaat dan keuntungan menggunakan jalur mediasi antara lain adalah bahwa
sengketa dapat diselesaikan dengan win-win solution, waktu yang digunakan tidak
berkepanjangan, biaya lebih ringan, dan tetap terpeliharanya hubungan antara para pihak
secara baik dikarenakan telah menyepakati beberapa poin perdamaian yang telah
dirundingkan oleh para pihak yang bersengketa dalam proses mediasi, yang selanjutnya
diterbitkan dalam bentuk akta perdamaian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum mediasi di Peradilan Agama?
2. Bagaimana prosedur dan tahapan mediasi dilakukan?
3. Apa yang termasuk ke dalam hasil mediasi?
C. Tujuan
Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai dasar mediasi yang dilakukan
di Peradilan Agama, dan bagaimana tahapan serta proses mediasi yang benar, serta hasil
dari mediasi itu sendiri
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, maka rujuklah antara
dua saudaramu (yang berselisih), takutlah kepada Allah, dan kamu akan menemukan
berkah".
• Pancasila dan UUD 1945, disiratkan dalam filosofinya bahwa asas penyelesaian
sengketa adalah musyawarah untuk mufakat
• HIR Pasal 130 ( HIR= Pasal 154 RBg = Pasal 31 Rv ); telah mengatur lembaga
perdamaian. Hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang
berperkara sebelum perkaranya diperiksa
• UU Nomor. 1 Tahun 1974 jo Pasal 39 , UU Nomor.7 Tahun 1989 jo. UU nomor 3
Tahun 2006 jo. UU nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama Pasal 65 dan
82, PP Nomor. 9 Tahun 1975 Pasal 31 dan KHI Pasal 115, 131 ayat ( 2 ), 143 ayat
( 1 ) dan ( 2 ), dan 144.29
1 Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase)¸ Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 69
• Surat Edaran Mahkamah Agung ( SEMA ) Nomor.1 Tahun 2002 tentang
Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai ( Eks
Pasal 130 HIR/154 RBg)
• Peraturan Mahkamah Agung ( PERMA ) Nomor. 01 tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan
• PERMA Nomor 2 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan
• Mediasi atau APS di luar Pengadilan diatur dalam Pasal 6 UU Nomor. 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Dalam pasal - pasal tersebut, disebutkan bahwa hakim wajib mendamaikan para
pihak yang berperkara sebelum putusan diajukan. Usaha mendamaikan ini dapat
dilaksanakan pada setiap sidang pemeriksaan. Khusus perkara perceraian, dalam upaya
mendamaikan itu pula hakim wajib menghadirkan pihak keluarga atau orang - orang
terdekat dari pihak - pihak yang berperkara untuk didengar keterangannya dan meminta
bantuan mereka agar kedua pihak berperkara itu dapat rukun dan damai kembali. Apabila
upaya untuk mendamaikan ini tidak berhasil, maka barulah hakim menjatuhkan putusan
cerai, terhadap putusan ini dapat dimintakan upaya banding dan atau kasasi.
3. Pendalaman Masalah
Cara mediator mendalami permasalahan adalah dengan cara kaukus, mengolah data
dan mengembangkan informasi, melakukan eksplorasi kepentingan para pihak,
memberikan penilaian terhadap kepentingan-kepentingan yang telah diinventarisir, dan
akhirnya menggiring para pihak pada proses tawar menawar penyelesaian masalah.
7. Berakhirnya Mediasi.
Proses mediasi dinyatakan berakhir dengan 2 (dua) bentuk. Pertama, mediasi
berhasil dengan menghasilkan butir-butir kesepakatan di antara para pihak, proses
perdamaian tersebut akan ditindaklanjuti dengan pengukuhan kesepakatan damai menjadi
akta perdamaian yang mengandung kekuatan seperti layaknya Putusan Hakim yang telah
berkekuatan hukum tetap. Kedua,proses mediasi menemukan jalan buntu dan berakhir
dengan kegagalan. Proses mediasi di pengadilan yang gagal akan dilanjutkan di sidang
pengadilan.
3. Hasil Mediasi
Di lihat dari sifatnya yang konsensual atau mufakat dan kolaboratif, mediasi selalu
menghasilkan penyelesaian sengketa dengan yang seimbang bagi para pihak (win-win
solution), sehingga tidak merugikan para pihak yang berperkara. Mediasi termasuk di
dalam salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang relatif murah dan tidak memakan
waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan berperkara melalui proses litigasi. Di
samping itu hasil yang didapat selama menempuh proses mediasi yaitu kesepakatan
bersama oleh para pihak, sehingga para pihak yang bbersengketa tidak mengajukan
keberatan atas apa yang btelah disepakati.
Sesuai dengan Pasal 1858 ayat (1) dan (2) KUHPerdata dan Pasal 130 HIR/Pasal
154 RBg ayat (2) dan (3) yang mengatur mengenai perdamaian dan perjanjian perdamaian,
menerangkan bahwa adapun akta perdamaian mempunyai kekuatan hukum sebagai
berikut:3
Secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya mediasi adalah sebuah
proses partisipasi pihak ketiga menyelesaikan perselisihan konsultan. Di Indonesia, dasar hukum
mediasi sendiri yaitu:
• Mediasi atau APS di luar Pengadilan diatur dalam Pasal 6 UU Nomor. 30 Tahun
1999
Mediasi selalu menghasilkan penyelesaian sengketa dengan seimbang bagi para
pihak manapun, sehingga tidak menimbulkan kerugian baik dari pihak yang berperkara atau pihak
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Emirzon, Joni. 2001. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,
Konsiliasi, Arbitrase). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Mahkama Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, MA: 31 Juli 2008