A. Pendahuluan
Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh faktor – faktor sebagai berikut :
pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, kapang, khamir, aktivitas enzim – enzim di
dalam bahan pangan, serangga, parasit dan tikus, suhu termasuk oksigen, sinar dan waktu.
Mikroba terutama bakteri, kapang dan khamir penyebab kerusakan pangan yang dapat ditemukan
dimana saja baik di tanah, air, udara, diatas bulu ternak dan di dalam usus.
Sifat – sifat fisik, kimia, dan struktur makanan yang mempengaruhi populasi dan
pertumbuhan mikroorganisme adalah faktor intrinsik. Faktor – faktor tersebut adalah pH, air,
potensi oksidasi – reduksi, kandungan nutrisi senyawa mikroba dan struktuk biologi.
Salah satu upaya untuk mencegah kerusakan bahan pangan dilakukan proses pengawetan
misalkan penggaraman, pengeringan, pengasapan, pembekuan. Pada umumnya proses
penggaraman menggunakan larutan garam tetapi dalam hal lain juga menggunakan tawas
( Al2(SO4)3.14H2O), karena pada prinsipnya sifat yang dimiliki oleh garam juga dimiliki oleh
tawas. Ini terbukti bahwa garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan membentuk
larutan isotonik.
Kerusakan bahan pangan juga dapat dicegah dengan penambahan senyawa antioksidan dan
antimikroba. Senyawa antimikroba didefinisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Zat aktif dalam yang terkandung dalam
beberapa ekstrak tumbuhan diketahui dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun
perusak makanan, sehingga zat aktif yang terkandung dapat dijadikan sebagai komponen
pengawet alami.
Daging sapi merupakan bahan pangan yang mudah rusak oleh mikroorganisme. Daging
memiliki nilai gizi yang tinggi salah satunya ialah protein. Nilai gizi daging yang tinggi
disebabkan karena daging mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dan seimbang.
Selain protein, daging mengandung air, lemak, karbohidrat dan komponen anorganik. Nilai gizi
tersebut menyebabkan daging disukai oleh mikroorganisme sehingga mudah rusak.
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat
berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan
kapri serta daging, sangat peka terhadap suhu tinggi karena dapat merusak warna
maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat
menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada
umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang
mati. Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh
mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng
tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan
di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan
sebagian besar mikroba yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat
pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain misalnya
dengan bahan pengawet. Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu:
pasteurisasi, pemanasan pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.
b. Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan
yaitu -2 sampai 10oC. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan.
Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu
12 sampai -24oC. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -
40oC. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari
atau minggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat
mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun.
Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya
terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah
dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan
beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali
(thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali.
Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa,
tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada
suhu penyimpangan yang terlalu rendah. Pendinginan tidak bersifat membunuh
mikroorganisme sama sekali, setelah dilakukan thawing maka akan tumbuh kembali.
c. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui
penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai
batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan
pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil
sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat
bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di
harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang
hanya dapat di pakai apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-
bijian. Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa
kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya
bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian
yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum
dipakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar
pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di
keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk
keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini dapat juga di lakukan secara
vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap
tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan
bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu
pengeringan. Kadar air bahan pangan > 90%, sedangkan kadar air bakteri ±80% . Jika
bahan pangan dikeringkan, bakteri juga akan mengalami dehidrasi sehingga tidak dapat
berkembang biak. Kebutuhan air bakteri dan khamir lebih besar dibanding kapang,
sehingga pada keadaan kering kapang dapat lebih mudah untuk tumbuh. Kebutuhan
mikroorganisme terhadap air dinyatakan dalam nilai Aw yang sebanding dengan
kelembaban relative.
d. Pengasapan
Proses pengasapan yang dibantu dengan pemanasan selain memiliki efek
pengawetan juga memberikan citarasa yang khas. Pengasapan akan menghambat
proses oksidasi lemak. Dalam pengasapan, dapat digunakan kayu keras yang
mengandung bahan kimia seperti formaldehid, asetaldehid, fenol yang bersifat
bakteriostatik. Asap buatan dengan cara pengolesan tidak/sedikit berperan dalam
pengawetan.
e. Radiasi
Radiasi dilakukan dengan sinar UV atau radiasi pengion. Radiasi pengion
berperan untuk sterilisasi dan inaktivasi enzim. Untuk pengawetan bahan pangan
digunakan radiasi pengion yang dihasilkan dari isotop radioaktif Cobalt60. Radiasi ini
disebut sterilisasi dingin (cold sterilization) karena tidak terdapat kenaikan suhu yang
nyata. Bila dosis berlebihan akan mengakibatkan perubahan citarasa, warna, tekstur,
dan berbahaya terhadap kesehatan.
f. Bahan Kimia
Pemakaian bahan kimia harus memenuhi standar food grade yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan. Contoh bahan kimia untuk pengawetan makanan yang
diperbolehkan: Na. Benzoat, as. Sorbat, Na/K propionat, etil format, sulfur oksida.
Antibiotika tidak diperkenankan.
g. Gula dan Garam
Penambahan gula dan garam pada bahan pangan akan menyebabkan tekanan
osmosis tinggi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya plasmolisis pada
mikroorganisme. Khamir dan kapang lebih tahan dibanding bakteri sehingga dapat
tumbuh pada manisan, ikan asin, dll.
h. Asam
Dapat diperoleh dengan cara fermentasi yaitu dengan penambahan kultur sehingga
pH turun. Berdasarkan daya hambatnya terhadap mikroorganisme pembusuk, tingkat
keasaman dibagi :
1. Makanan berasam rendah (pH tinggi, pH>4.5)
2. Makanan berasam sedang (pH 4.0 – 4.5)
3. Makanan berasam tinggi (pH < 4.0)
Mikroorganisme berspora tidak dapat tumbuh pada pH < 4.0 (< pH 4.6).
Dafpus:
Muchtadi., Tien R., (1989), Teknologi Proses Pengolahan Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Winarno, F.G.I. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan konsumsi. Jakarta; Gramedia Pustaka.
Bab 7
Pascapanen Biji dan Kacang
A. Pendahuluan
Pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil
pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen.
Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction), dibagi
dalam dua bagian atau tahapan :
1. Pasca panen (post harvest)
2. Pengolahan ( processing).
B. Pascapanen Biji-bijian
a. Padi (Oryzae sativa)
Jenis padi :
Indica (padi cere)
Jenis ini dikenal dikalangan para petani kita sebagai jenis cere, sekam gabahnya
tidak berbulu ataupun kalau ada yang berbulu maka bulunya itu sangat pendek dan
hampir tidak tampak, butir-butir gabah jenis cere ini biasanya mudah lepas/terpisah
dari tangkainya, hasilnya lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil jenis bulu
(japonica).
Japonica (padi bulu)
Jenis ini lebih dikenal dengan jenis bulu karena memang pada sekam gabahnya
terdapat banyak buku, panjang-panjang, butir gabah agak sulit terlepas/terpisah dari
tangkainya, hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil jenis cere.
Ciri-ciri padi unggul:
Berumur pendek
Kemampuan produksi tinggi
Resiten terhadap hama dan penyakit
Tahan rebah
Kemampuan pemanfaatan pupuk yang diberikan cukup tinggi.
Penyusutan hasil panen padi dikarenakan:
Kuantitatif: gabah terbuang saat panen dan perontokan, hilang saat pengangkutan
dan penjemuran
Kualitatif: rusak kimiawi/fisik (berkecambah, retak menguning).
Dibandingkan dengan makanan berserat yang dewasa ini tersedia dalam bentuk
makanan suplemen dengan berbagai merek dagang, sebenarnya kacang-kacangan juga
dapat dijadikan sumber serat yang tidak kalah mutunya. Juga dibandingkan dengan serat
makanan dalam buah-buahan dan sayuran yang dikenal dapat mencegah timbulnya
kanker, mutu serat makanan dalam kacang-kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-
kacangan mempunyai keistimewaan lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi,
kandungan lemaknya pada umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai
mineral dalam jumlah yang cukup banyak.