Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MODUL-2
TARA MEKANIK-PANAS

Nama : Enang Saepuloh


NPM : 140310090006
Partner 1 : Luki M. Aziz
NPM : 140310090016
Partner 2 M. Khawirizmi
NPM : 140310090051
Hari : Senin
Waktu : 15.00-17.30 WIB
Asisten : Astuti

LABOLATORIUM FISIKA MENENGAH


PRAKTIKUM EKSPERIMEN I A
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL-2
TARA MEKANIK-PANAS

Nama : Enang Saepuloh


Hari : Senin
Waktu : 15.00-17.30 WIB
Asisten : Astuti

Lap. Awal Speaken Lap. Akhir

Jatinanor, 8 November 2010


Asisten

Astuti

Enang Saepuloh ( 140310090006)


Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran
8 November 2010

ABSTRAK

Sesuatu yang kita amati adalah sistem yang langsung sifatnya dipengaruhi
oleh lingkungan (environment). Jika benda A dan B masing-masing dalam
keadaan kesetimbangan termal dengan sebuah benda c (thermometer) maka benda
A dan B berada dalam kesetimbangan termal terhadap satu sama lainya. Suatu
konsatanta perbandingan antara banyaknya kalor yang diberikan kepada sebuah
benda untuk menaikan temperaturnya adalah kapasitas kalor C (heat capacity).
Kapasitas kalor persatuan massa sebuah benda, yang dinamakan kalor jenis
(specific heat) adalah cirri karakteristik panas dari bahan yang diberikan benda
tersebut. Sesuai perktaan Rumford bahwa kalor mempunyai suatu aspek mekanis,
maka ada hubungan antara kerja dan kalor tersebut, yang berprinsipkan bahwa
kalor dan kerja masing-masing merupakan bentuk tenaga dan harus ada suatu
hubungan yang dinamakan ekivalen mekanis dari kalor (mechanical equivalent of
heat).

Kata kuci: ekivalen mekanis kalor, kapasitas panas, kalor jenis

I. PENDAHULUAN

Panas adalah energi yang ditransfer dari benda satu ke benda lain., karena
perbedaan temperatur. Pada abad ke tujug belas Galileo, Newton dan ilmuwan
lainnya mendukung teori ahli atom yunani kuno, yang menganggap panas
merupakan wujud gerakan molekuler.

Menurut Helmholtz, semua tenaga adalah ekuivalen, dan suatu bentuk


tenaga tidak akan lenyap tanpa sejumlah bentuk tenaga yang sama dalam bentuk
yang lain. Hal ini dipertegas dengan adanya hokum kekelan energy, bahwa
energy tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat dirubah
dari bentuk satu ke bentuk yang lain.

Ketika kita memhami konsep transfer energi dari suatu system kesistem
lain, sebagai contoh perbahan energy yang terjadi pada pesawat schurholtz. Alat
ini mempunyai prinsip mekanik, yaitu terjadi gesekan antara tali dengan
kalorimeter. Kita bisa mengidentifikasikan dari gesekan tersebut bisa
menghasilkan panas. Panas yang ditumbulkan oleh suatu gaya mekanik, aka
tetapi secara kualitatif belum bisa disetarakan secara matematis Dalam hal
penyetaraan secara matematis kita memerlukan suatu konstanta pembanding.
Sehingga secara kualitatif bisa kita bisa pecahkan persamaan matematisnya.

II. TEORI DASAR

Bila dua system yang temperaturenya berbeda-beda dipersatukan bersama,


maka temperature akhinya yang dicapai oleh kedua system itu berada dalam
duasistem permulaan temperature tersebut. Hal ini merupakan suatu pengamatan
yang lazim, samapai abad kesembilan belas manusia mendalihkan bahwa suatu
zat bahan ( substance material) yakni kalorik (caloric), terdapat dalam setiap
benda. Pada saat itu manusia mempercayai bahwa kalor yang tetingi berada pada
suatu benda yang memunyai temperature tinggi. Akan tetapi teori kalor yang
secara zat tidak bisa dibuktikan secara eksperimen. Pada saat ini orang
mendefinisikan bahwa kalor adalah sesuatu yang dipindahkan dari suatu sistem
dan sekelilingnya sebagai akibat darii perbedaan temperatur. Akhirnya diketahui
bahwa kalor merupakan suatu bentuk tenaga bukan sebah zat. Orang pertamakali
menyampaikan hal ini adalah Benjamin Thompson (1753-1814) orang Amerika
yang kemudian dikenal sebgai count Rumford.

Jolue adalah orang yang memperlihatkan dengan eksperimen bahwa jika


suatu kuantitas tenaga mekanis yang diberikan diubah menjadi kalor yang sama
selalu dikembangkan. Jadi kesetaraan kalor dan kerja mekanis sebagai dua buah
bentuk tenaga telah diperlihatkan secara pasti.

Helmholtz pertama kali menayatakan secara jelas pemikirannya bahwa


bukan hanya kalor dan tenaga meaknis melainkan semua bneruk tenaga tidak
bisa lenyap tanpa munculnya sejumlah tenaga yang sama dalam suatu bentuk
tenaga lain.

Kuantitas Kalor dan Kalor Jenis

Satuan kalor Q bisanya didefinisikan secara kuantitatif. Aklori merupakan


satuan dari kalor. Dalam system teknik mengenal satuan kalor adalah satuan
termal Inggris (British Thermal Unit) yang didefinisikan sebagai kalor yang
diperlukan untuk menaikan temperatur sat upon air dari 63-640 F.

Zat-zat berbeda dalam satu sama lain didalam kuantitas banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kenaikan temperature yang diberikan
di dalam sebuah massa yang diberikan. Perbandingan bnyaknya suatu massa
kalor ∆Q yang diberikan terhadap suatu benda untuk menaikan temperaturnya
sebanyak ∆T dinamakan kapasitas kalor C ( heat capacyti C) dari benda tersebut.
Yakni =∆Q∆T .

Kapasitas kalor persatuan massa sebuah benda , yang dinamakan kalor


jenis (specific heat) adalah cirri dari bahan yang membentuk dari benda
tersebut.c=∆Qm∆T .

Baik kapasitas kalor sebuah bahan maupun kapasitas kalor seuah benda
tidaklah kosntan tetapi tergantung tempat interval temperature tersebut.
Persamaan-persamaan diatas hanya memberikan nilai rata-rata untuk kuantitas-
kuantitas ini didalam jangkauan nilai temperatur sebesar ∆T. Didalam ∆Tlim0,
kita hanya mengenal kalor jenis pada suatu temperature T yang khas. Kalor yang
diberikan kepada sebuah benda yang massanya m, yang bahanya mempunyai
kapasitas panas c, untuk menaikan temperaturnya dari Ti menjadi Tf dengan
menganggap ∆T≪Ti-Tf adalah Q=∆Q= TfTimc∆T
Di dalam batas differensil maka persamaan ini menjadi =mTiTfc dT ,
dengan c adalah suatu fungsi dari temperatur. Pada temperature-tempertur biasa,
maka kalor jenis ini dapat dianggap sebagai kosntanta..
Joseph Black dengan percobaan kalorimeter-nya menemukan bahwa
banyknya kalor yang diserap benda yang dingin Q1 sama dengan banyaknya
kalor yang dilepas oleh benda yang panas Q2, Qlepas= Qterima. Persamaan
ini dikenal dengan Asas Black atau hukum kekekalan energi kalor yang
menyatakan bahwa kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepaskan.

Tara Mekanik-Kalor

Berdasarkan pengamatan Thompson menyimpulkan bahwa kalor


dihasilkan oleh usaha yang dilakukan oleh kerja mekanis (misalnya gesekan).
Satu kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menikkan suhu air sebesar 10C. Menindaklanjuti apa yang telah disimpulkan oleh
Thompson, James Prescot Joule melakukan percobaan untuk menghitung jumlah
energi mekanik yang ekivalen dengan kalor sebanyak 1 kalori. Berdasarkan teori
bahwa energi potensial yang hilang sama dengan energi kalor yang muncul,
diperoleh nilai tara mekanik kalor, yaitu ekivalensi energi mekanik dengan
energi kalor.

1 kalori = 4,184 joule

Untuk menunjukkan terjadinya fenomena pertukaran energi, dalam


percobaan ini digunakan pesawat schurholtz. Pesawat Schurholtz didasarkan
pada asas Black yang menyatakan bahwa kalor yang diberikan akan sama dengan
kalor yang diterima jika sistem tersebut dalam kondisi adiabatik prinsip kerja alat
ini adalah merubah energi mekanik hasil perputaran menjadi energi kalor yang
ditimbulkan oleh efek gesekan selama terjadinya perputaran.
Katrol,
beban
Pegas pada engkolnya
diisi termometer,

Dari gambar di atas kita dapat melihat bahwa pada lilitan pita tembaga
yang diberi beban diperoleh usaha sebesar :

W = F .s
= m.g.π .D.n

Karena satuan usaha dinyatakan dalam joule (J) untuk energi mekanik, dan
kalori (kal) untuk energi panas, maka diperlukan penyetara antara kedua besaran
energi tersebut yaitu tara mekanik kalor e (kal/J), sehingga untuk energi panas
yang dilepaskan menjadi :

Q ≅ e.W
= e.m.g .π .D.n

kalor yang diterima oleh air :


Q1 = ( ma .ca ).∆T

kalor yang diterima oleh pita tembaga dan kalori meter :

Q2 = mkal .ct .∆T

Menurut asas black kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima

sehingga :
Q = Q1 + Q2
e.m.g.π .D.n = ( ma .ca ).∆T + ( mkal .ct ).∆T
e.m.g.π .D.n = [ ( ma .ca ) + ( mkal .ct ) ].∆T

e=
[ ( ma .ca ) + ( mkal .ct ) ].∆T
m.g .π .D.n

Jadi tara antara energi mekanik dan energi panas dapat diketahui dengan
persamaan :

e=
(m c + (m
a a p + mkal )ct ) ∆T
nM gπDkal

Dimana :
W = usaha (joule)
F = gaya (newton)
s = jarak (meter)
e = tara mekanik panas (kal/j)
ma = massa air (kg)
ca = kalor jenis air (kal/kg.°C)
mkal = massa kalorimeter tembaga (kg)
∆T = perbedaan waktu selama n putaran (sekon)
n = banyak putaran
M = massa beban (kg)
g = percepatan grafitasi (m/s)
D = diameter kalori tembaga (m)
Karena adanya perputaran pada pesawat tersebut maka pita nilon akan
memberikan gesekan pada kalorimeter yang dipasang sehingga akan timbul kalor
pada kalorimeter tersebut yang diakibatkan gesekan tadi.
Oleh karena aksi = reaksi, maka dinding kalorimeter itu bekerja gaya yang
jumlahnya sama dengan berat beban G. Usaha yang dilakukan untuk satu putaran
sama dengan hasil kali berat G dengan keliling kalorimeter itu. Usaha mekanik ini
berubah menjadi panas yang akan menaikkan temperatur pita dan kalorimeter.

III. PERCOBAAN

III.1. Alat dan Bahan

Dalam praktikum menetukan tara mekanik kalor ini diperlukan alat dan
bahan sebagai berikut:

1. Pesawat Schurholz, terdiri dari bagian : Beban, engkol pemutar, pita


nilon, kalorimeter dan pegas pengait.
2. Thermometer
3. Neraca timbangan
Katrol,
beban
Pegas pada engkolnya
diisi termometer,
Pita Nilon

III.2. Metode Eksperimen

Pada Praktikum tara mekanik kalor ini, dengan menggunakan pesawat


schurhorltz, dengan melilitkan pita nilon terhubung pada pegas, lalu digantungkan
beban seberat 5 kg, dan calorimeter diputar di engkol, sehingga terjadi gesekan
yang menimbulkan panas.

Adapun langkahnya sebagai berikut:

1. Menimbang calorimeter
2. Mengukur diameter calorimeter
3. Memasang calorimeter pada engkol
4. Mellitkan pita nilon sebnyak 2 lilitan
5. Memasang beban 5 kg pada pita nilon bagian bawah
6. Memasukan ujung probe thermometer pada calorimeter
7. Mencatat perubahan suhu
8. Memutar calorimeter dengan perioda yang konstan
9. Mencatat kenaikan suhu setiap 20 putaran
10. Mengulang percobaan untuk calorimeter jenis logam lain
11.
I. DATA DAN ANALISA

1. Data kondisi Kalorimeter

Diameter (m) Average Suhu ©


Kalorimeter Massa (Kg)
1 2 3 2 Lilitan 3 Lilitan
Tembaga 0.8493 0.474 0.494 0.49 0.486 25.3 18.3
Aluminium 1 0.4395 0.49 0.49 0.471 0.484 22.1 21.3
Aluminium 2 0.2195 0.493 0.472 0.486 0.484 22.6 20

2. Data Perubahan Suhu terhadap banyak putaran


– Kalo
Putara Suhu
n 2 Lilitan 3 Lilitan rime
20 25.50 18.70 ter
40 25.90 19.30
60 26.30 19.70
80 26.70 20.20
100 27.10 20.80
120 27.50 21.40
140 28.00 21.90
160 28.40 22.50
180 28.80 23.00
200 29.20 23.50
220 29.60 24.00
240 30.00 24.60
260 30.40 25.10
280 30.80 25.60
300 31.20 26.10
320 31.60 26.70
340 31.90 27.00
360 32.30 27.60
380 32.70 28.10
400 33.00 28.60
420 33.50 29.10
440 33.90 29.50
460 34.70 30.10
480 35.10 30.50
500 34.60 30.90
Tembaga
– Kaloimeter Aluminium Suhu
Putara
n 2 3
Suhu
Putara Lilitan Lilitan
n 2 3
240 25.500 25.500
Lilitan Lilitan
260 25.800 25.900
20 22.100 21.600
280 26.200 26.300
40 22.300 22.000
300 26.500 26.300
60 22.500 22.400
320 26.800 26.600
80 22.900 22.800
340 27.200 26.800
100 23.200 23.100
360 27.500 27.200
120 23.500 23.500
380 27.800 27.600
140 23.900 23.800
400 28.100 27.900
160 24.200 24.200
420 28.400 28.200
180 24.500 24.500
440 28.700 28.500
200 24.900 24.900
460 29.000 29.100
220 25.200 25.200
480 29.400 29.400
500 29.700 29.700
besar
– KAlorimeter Aluminium
Putara Suhu kecil
n 2 Lilitan 3 Lilitan
20 23.00 21.2
40 23.70 21.8
60 24.40 22.5
80 25.1 23.3
100 25.2 24.1
I. 120 26.4 24.8 PENGOLAHAN DATA
140 27.1 25.6
160 27.7 26.3 1. Menghitung Tara Mekanik Panas
180 28.4 27.1
200 29 27.7
220 29.7 28.5
240 30.3 29.2 Suhu
Putara
n 2 3
Lilitan Lilitan
260 30.9 29.9
280 31.8 30.5
300 32.3 37.2
320 33 31.9
340 33.6 32.6
360 34.1 33.2
380 34.7 33.9
400 35.3 34.5
420 35.8 35.1
440 36.4 35.7
460 36.9 36.3
480 37.4 36.9
500 37.9 37.5
Putara Suhu Massa Suhu Awal Perubahan Diamete
n Suhu r
2 3 2 3 2 3
Lilita Lilita Lilita Lilita Lilita Lilita
n n n n n n
20 25.50 18.70 0.8493 25.3 18.3 0.20 0.40 0.486
40 25.90 19.30 0.8493 25.3 18.3 0.60 1.00 0.486
60 26.30 19.70 0.8493 25.3 18.3 1.00 1.40 0.486
80 26.70 20.20 0.8493 25.3 18.3 1.40 1.90 0.486
100 27.10 20.80 0.8493 25.3 18.3 1.80 2.50 0.486
120 27.50 21.40 0.8493 25.3 18.3 2.20 3.10 0.486
140 28.00 21.90 0.8493 25.3 18.3 2.70 3.60 0.486
160 28.40 22.50 0.8493 25.3 18.3 3.10 4.20 0.486
180 28.80 23.00 0.8493 25.3 18.3 3.50 4.70 0.486
200 29.20 23.50 0.8493 25.3 18.3 3.90 5.20 0.486
220 29.60 24.00 0.8493 25.3 18.3 4.30 5.70 0.486
240 30.00 24.60 0.8493 25.3 18.3 4.70 6.30 0.486
260 30.40 25.10 0.8493 25.3 18.3 5.10 6.80 0.486
280 30.80 25.60 0.8493 25.3 18.3 5.50 7.30 0.486
300 31.20 26.10 0.8493 25.3 18.3 5.90 7.80 0.486
320 31.60 26.70 0.8493 25.3 18.3 6.30 8.40 0.486
340 31.90 27.00 0.8493 25.3 18.3 6.60 8.70 0.486
360 32.30 27.60 0.8493 25.3 18.3 7.00 9.30 0.486
380 32.70 28.10 0.8493 25.3 18.3 7.40 9.80 0.486
400 33.00 28.60 0.8493 25.3 18.3 7.70 10.30 0.486
420 33.50 29.10 0.8493 25.3 18.3 8.20 10.80 0.486
440 33.90 29.50 0.8493 25.3 18.3 8.60 11.20 0.486
460 34.70 30.10 0.8493 25.3 18.3 9.40 11.80 0.486
480 35.10 30.50 0.8493 25.3 18.3 9.80 12.20 0.486
500 34.60 30.90 0.8493 25.3 18.3 9.30 12.60 0.486
g M c 2 lilitn 3 lilitn
mct nMgpiD e mct nMgpiD e
10 5 92 15.62712 1526.04 0.010 1429.881 1526.04 0.936988
2 5 2
10 5 92 46.88136 3052.08 0.015 1429.881 3052.08 0.468494
4 5 1
10 5 92 78.1356 4578.12 0.017 1429.881 4578.12 0.312329
1 5 4
10 5 92 109.3898 6104.16 0.017 1429.881 6104.16 0.234247
4 9 5 1
10 5 92 140.6440 7630.2 0.018 1429.881 7630.2 0.187397
8 4 5 6
10 5 92 171.8983 9156.24 0.018 1429.881 9156.24 0.156164
2 8 5 7
10 5 92 210.9661 10682.2 0.019 1429.881 10682.28 0.133855
2 8 7 5 5
10 5 92 242.2203 12208.3 0.019 1429.881 12208.32 0.117123
6 2 8 5 5
10 5 92 273.4746 13734.3 0.019 1429.881 13734.36 0.104109
6 9 5 8
10 5 92 304.7288 15260.4 0.020 1429.881 15260.4 0.093698
4 0 5 8
10 5 92 335.9830 16786.4 0.020 1429.881 16786.44 0.085180
8 4 0 5 7
10 5 92 367.2373 18312.4 0.020 1429.881 18312.48 0.078082
2 8 1 5 4
10 5 92 398.4915 19838.5 0.020 1429.881 19838.52 0.072076
6 2 1 5
10 5 92 429.7458 21364.5 0.020 1429.881 21364.56 0.066927
6 1 5 7
10 5 92 461.0000 22890.6 0.020 1429.881 22890.6 0.062465
4 1 5 9
10 5 92 492.2542 24416.6 0.020 1429.881 24416.64 0.058561
8 4 2 5 8
10 5 92 515.6949 25942.6 0.019 1429.881 25942.68 0.055117
6 8 9 5
10 5 92 546.9492 27468.7 0.019 1429.881 27468.72 0.052054
2 9 5 9
10 5 92 578.2034 28994.7 0.019 1429.881 28994.76 0.049315
4 6 9 5 2
10 5 92 601.6441 30520.8 0.019 1429.881 30520.8 0.046849
2 7 5 4
10 5 92 640.7119 32046.8 0.020 1429.881 32046.84 0.044618
2 4 0 5 5
10 5 92 671.9661 33572.8 0.020 1429.881 33572.88 0.042590
6 8 0 5 4
10 5 92 734.4746 35098.9 0.020 1429.881 35098.92 0.040738
4 2 9 5 6
10 5 92 765.7288 36624.9 0.020 1429.881 36624.96 0.039041
8 6 9 5 2
10 5 92 726.6610 38151 0.019 1429.881 38151 0.037479
8 0 5 5

Berdasarkan tabel diatas kita bisa menghitung tara nekanik panas dengan
rumus:

Σe
e=
N

− Σ ei2 − N (e ) 2
∆e =
N -1

Tara mekanik-kalor terbaik tembaga dengan 2 lilitan:

mckalorimeter ∆T
e=
nMgπDka lim eter
0.8493* 92 * 25.3
e=
20 * 5 * 10 * 3.14

3.575507802
e=
25

kal/Jouole
e = 0.143020312

− 3.575507802 − 25 (0.143020312) 2
∆e = = 0.193473689
25 - 1

Dengan cara yang sama, maka didapat:

Tembaga
2 lilitan 3 lilitan

e( kal / J ) ∆ e(ka l/ J ) e(kal / J ) ∆e(kal / J )

0.01912 0.002212 0.1430203 0.1934736


67 12 89

Alumunium Besar
2 lilitan 3 lilitan

e( kal / J ) ∆ e(kal / J ) e(kal / J ) ∆ e(kal / J )

0.015894 0.202146
0.004666 0.273457
3 2

Alumunium kecil
2 lilitan 3 lilitan

e( kal / J ) ∆ e(kal / J ) e( kal / J ) ∆ e(kal / J )


0.0191738 0.094796
0.001699 0.128238
2 3

Membandingkan denga literatur

e literatur = 0,024

KSR = x 100 %
eliteratur − ehitung
eliteratur

KP = 100% − KSR

Membandingkan Tara mekanik-kalor tembaga

KP = 100% − 20.30532% = 79.69468%

Dengan cara yang sama, maka diperoleh:

Tembaga
2 liltan 3 lilitan
KSR KP KSR KP
20.30532 79.69468 21.30532 78.69468
Aluminium Besar
2 liltan 3 lilitan
KSR KP KSR KP
15.77243 84.22757 17.789 82.211
Aluminium Kecil
2 liltan 3 lilitan
KSR KP KSR KP
20.1090757 79.8909243 19.567 80.433
Grafik Kenaikan Suhu terhadap Banyak Putaran

A. 2 Lilitan
1. Kalorimeter Tembaga

2. Kalorimeter Aluminium Besar

3. Kalorimeter Aluminium Kecil

A. Tiga Lilitan

– Tembaga

– Aluminium Besar

– Aluminuim Kecil
Menghitung Tara Mekanik Berdasarkan Grafik

Y = at x + bt

T = n + bt
M .π .g .Dkal
e.
Mkal.Ckal

jadi ; at = dimana
M .π .g .Dkal NΣ(n.∆T ) − Σn.Σ ∆T
e. at =
Mkal.Ckal NΣn 2 − (Σn) 2

at( Mkal.Ckal )
e=
( M .π .g.Dkal)

at=24*20766-(6500*758.7)24*2210000-65002

e= 0.00486*0.8493*925*3.14*10*0.486

e= 1.158875 ka/Joule

Membandingkan dengan hasil no 1.

Tara meknik pana (e) pada percobaan satu 0.0191267 kal/Joule sedangkan
e pada grafik 1.158875 kal/Joule
terjadi KSR 598 sangat besar sekali. Jika dibandingkan dengan literature
KSR sebesar 382.

Analisa Terhadap Grafik

Berdasarkan Grafik di atas, kenaikan suhu berbanding lurus dengan


kenaikan jumlah putaran, sehingga terjadi hubungan linieritas antara perubahan
suhu dan banyaknya putaran. Semakin banyak putaran yang diberikan semakin
besar suhu yang diperoleh, dengan putaran yang konstan, kenaikan suhunya juga
konstan.

Menghitung kalor yang diserap oleh Pita Nilon

W.e = Qkalorimeter + Qpita


Q pita = e( M .g .n.π .D ) − ( m.c.∆T )

Kalor yang diserap pita nilon untuk tembaga dengan 2 lilitan:


Qpita = 0.24*(5*10*20*3.14*0.486)-( 0.8493*92* 25.3)

= 350.62248 kal

Jika banyak Lilitan ditambah maka kenaikan suhu akan bertambah pula. Karena
gaya gesekan yang diberikn semakin besar.

I. ANALISA

Dari data yang diperoleh dapat \kita lihat bahwa terjadi linieritas antara kenaikan
suhu dan putaran yang dibetrikan. Ini akibat gaya gesekan antara calorimeter
dengan pita nilon. Gaya gesekan yang diberikan senading dengan kerja yang kita
lakukan untuk memutar engkel. Usaha yang diberikan tersebut menyebabkan
panas. Tara kesetimbangan yang diperoleh dari hasil percobaan berkisar 0.20
kal/Jaoule sedangkan tara kesetimbngan mekanik pada literarur berkisar 0.24
kal/Jaole. Ada kesalahan relative sekitar 78 %, dan pada setiap calorimeter yang
diberikan nilai tara mekaniknya berbeda. Hal ini disebabkan karena nilai kalor
jenis ( specific heat ) berbeda pada setiap bahan. Pada tembaga nilai ekivalen
mekanis dari kalor lebih besar, karena massa jenis tembaga lebih besar dari massa
jenis aluminium sehingga kalor jenis tembaga lebih kecil. Sehingga tembaga lebih
lambat panasnya dari pada aluminium. Aluminium yang mempunyai kalor jenis
lebih besar dari pada tembaga lebih cepat menerima panas, sedangakan gaya atau
usaha mekanik yang diberikan kecil, sehngga perbandingan tara mekaniknya juga
kecil.

II. KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan suhu


tergantung pada byanyaknya putaran yang diberikan pada pita nilon dan
calorimeter. Akibat putaran yang diberikan oleh engkol, maka diperoleh suatu
kosntanta kesetimbangan yang dinamakan tara mekanik kalor. Tara mekanika
kalor ini merupakan konstanta pembanding antara kalor yang diperoleh dengan
usaha mekanik.
Dengan menggunkan pesawat schurholtz, maka kita bisa mendapatkan
perbandingan tara mekanik panas. Dan bisa mengambil definisi bahwa kalor
adalah tenaga yang mengalir dari sebuah benda ke benda lain, karena adanya
perbedaan temperature. Kalor bukanlah sebuah zat, melainkan sebuah tenaga.
Sesuai dengan hokum kekekalan energy bahwa energy tidak bisa diciptakan dan
tidak bisa dihilangkan. Konsepan ini sama dengan percobaan kali ini, bahwa
energy kalor yang dihasilkan adalah tansfre dari energy mekanik yang kita
berikan.
Semakin besar energy mekanik yang kita berikan semakin besar juga kalor
yang diterima. Kalor yang diterima sam besarnya dengan kalor yang dilepas,
ketika energy mekanik yang diberikan sudah selesai, ini sesuai dengan azas black
bahwa kalor lepas sama dengan kalor yang diterima.
Tara mekanik panas ini sangat bergantung pada jenis bahan itu senidir
Karena sangat mempengaruhi pada panas jenis dan kapasitas panasnya.

Daftar Pustaka

Giancoli, C Douglas. Fisika jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. 2001.


Resnick, Halliday. Fisika jilid Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. 1987.

Sears Zemansky, Mechanics, Heat, and Sound, Addison Wesley Publishing

Company, Massachusset, 1950.

Anda mungkin juga menyukai