Anda di halaman 1dari 4

REVIEW SUB BAB 1.

1:

Sub Bab Isu strategis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam pembangunan
menjelaskan tentang berbagai permasalahan terkait peranan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dalam suatu pembangunan, mengingat daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sendiri erat kaitannya dengan parameter penduduk dan lingkungan.
Lingkungan sebagai ekosistem tempat manusia dan makhluk hidup lain berkehidupan, yang
keberadaannya relatif konstan dan penduduk yang selalu berkembang dinamis. Seperti yg
diungkapkan Thomas Robert Malthus dalam tesisnya yakni apabila pertumbuhan penduduk tidak
dapat dikendalikan serta laju pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipacu, maka akan terjadi
kekurangan persediaan pangan. Selain itu, manusia sering tidak dapat mengekang diri dalam
memanfaatkan sumberdaya alam tersebut, sehingga kualitas lingkungan menjadi menurun.

Pada Sub Bab ini dijelaskan hubungan antara manusia dan makhluk hidup dengan lingkungan yg
terkandung dalam dimensi pembangunan, dan pada hakekatnya merupakan upaya pemanfaatan
lingkungan dan sumberdaya yang dimiliki untuk maksud dan tujuan memenuhi kebutuhan
manusia dan makhluk hidup di dalamnya. Pada kenyataannya pembangunan selalu
memunculkan paradoks, tentang ketersediaan lingkungan dan sumberdaya alam yang terbatas,
dan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan yang terus meningkat. Teori inilah yang disebut
sebagai the limits to growth yang diperkenalkan oleh Meadows (dalam Berry, al., 1993). Bahkan,
Meadows juga memperkirakan akan terjadinya kondisi gawat bagi penduduk dunia jika
pertumbuhan ekonomi dunia dan pertumbuhan penduduk tidak segera dibatasi secara ketat. Hal
ini disebabkan seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan tingkat polusi kegiatan
industri, maka kualitas dan daya dukung (carrying capacity) lingkungan menjadi demikian
merosot hingga pada akhirnya keseimbangan menjadi goyah dan kurva sumberdaya alam tidak
mampu lagi mendukung aktivitas kemanusiaan (overshoot). Secara kelembagaan, peran strategis
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam pembangunan tersurat dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup secara
tegas mengamanatkan bahwa setiap penyusunan rencana memperhatikan daya dukung
lingkungan hidup, yaitu kemampuan lingkungan makhluk hidup lain. Perhatian terhadap daya
dukung dan daya tampung lingkungan dalam perencanaan pembangunan di daerah dimaksudkan
agar pembangunan dan pemanfaatan ruang nantinya tidak sampai melampaui batas-batas
kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung dan menampung aktivitas manusia tanpa
mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Pada sub bab ini disajikan gambar yg mengisyaratkan berlakunya trade-off antara daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup. Kemampuan lingkungan yang terus ditekan dalam bentuk
pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendukung kehidupan manusia (daya dukung), akan
diikuti dengan penurunan kemampuannya dalam menampung limbah dan bahan pencemar serta
akibat negatif lainnya dan pada akhirnya akan menyebabkan distabilitas lingkungan yang
merugikan bahkan mengancam kehidupan manusia. Wilayah sebagai "living systems"
merefleksikan adanya keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan. Perubahan dalam ruang
wilayah akan menyebabkan perubahan pada kualitas lingkungan baik positif maupun negatif.
Untuk menunjang keberhasilan program pembangunan diperlukan suatu kajian awal mengenai
daya dukung lingkungan. Hal ini didukung pernyataan Catenése dan Synder (1990): "Setiap
sistem alami (wilayah) mempunyai kemampuan untuk mendukung populasi yang seimbang
tanpa mengalami kehancuran. Dengan demikian untuk membuat perencanaan wilayah,
perencana harus mampu melakukan penilaian mengenai kapasitas sistem alami dan batas-batas
pemanfaatan (daya dukung wilayah)." pembangunan harus memperhatikan daya dukung wilayah
sebagai basis perumusan kebijakan yang mampu menjaga kestabilan lingkungan dan wilayah.

Tak hanya itu, peranan daya dukung lingkungan dalam pembangunan juga dikemukakan oleh
Martopo (1991) yang menyatakan bahwa banyak perencanaan pengembangan wilayah yang
kurang memperhatikan kemampuan daya dukung wilayah sehingga berakibat pada penurunan
kemampuan daya dukung wilayah. Sugandhy (1994) juga menambahkan bahwasanya daya
dukung wilayah belum banyak dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan. Pendapat
tersebut didukung oleh Ikatan Ahli Perencanaan IAP (2010), yang menyatakan bahwa
perencanaan yang ideal seharusnya disesuaikan dengan kondisi eksisting serta daya dukung
lingkungannya, sehingga indikasi penurunan daya dukung lingkungan dan potensi terjadinya
bencana dapat diantisipasi dan diminimalisir. Namun dalam kenyataannya banyak rencana tata
ruang yang ada saat ini sebagian besar belum mengakomodasi atau mendasarkan pada
kemampuan daya dukung lingkungan. Kelangkaan informasi mengenai variasi daya dukung
lingkungan yang terintegrasi dengan tata ruang wilayah memang menjadi kendala bagi
terwujudnya rencana tata ruang yang ideal. Oleh karena itu, daya dukung lingkungan dalam
perspektif keruangan sangat perlu dikaji dan digali berbagai informasi terkait hal itu dalam
kaitannya dengan pengembangan wilayah dan perencanaan tata ruang.

Peran strategis daya dukung lingkungan hidup pada akhir- akhir ini semakin penting dengan
munculnya paradigma pembangunan global yaitu paradigma Sustainable Development Goals
(SDGS) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang hadir untuk memperbaiki arus utama
pembangunan yg menghasilkan kerusakan lingkungan,marginalisasi social dan ketidakadilan
ekonomi. Berdasarkan PP 59/2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan dan Permendagri 7/2018 bermaksud mengintegrasikan TPB kedalam Rencana
Pembangunan, maka dapat dipastikan akan memasukkan aspek lingkungan hidup kedalam
dokumen perencanaan daerah. Mengingat Kondisi lingkungan yang baik adalah prasyarat bagi
tercapainya seluruh tujuan TPB.

Pada intinya, pembangunan daerah yang berbasis daya dukung dan daya tampung lingkungan
berarti mempertimbangkan kondisi sumber daya yang dimiliki, kebutuhan akan generasi akan
datang, kepentingan multi-urusan pembangunan itu sendiri. Pertimbangan normatif tentang
pentingnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam pembangunan
membutuhkan dukungan konsep dan metodologis oprasional serta realistis sehingga mudah
untuk diaplikasikan. Ďaya dukung dan daya tampung lingkung hidup berbasis jasa ekosistem
diharapkan mampu menjawa tantangan tersebut.
REVIEW SUB BAB 1.2:

Pada sub bab 1.2 terkait dasar hokum daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup
memaparkan konsep dan implementasi serta legalitas Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan, baik secara langsung maupun
tidak langsung diantaranya:

1. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
2. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
4. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
5. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahin 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
7. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
8. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau
Kecil;
9. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral Energi dan Batubara;
10. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
11. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian
12. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
13. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LP2B
14. Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;
15. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian;
16. Undang-Undang 16. RI Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
17. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;
21. Permen PU Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
22. Permen LH Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
23. Permen LH Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Danau/Waduk
24. Permen LH No. 24. 1/2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air;
25. Permendagri Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS dalam
Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah;
26. Permen LHK Nomor P.52/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Norma, Standar, Prosedur
Pengendalian Pembangunan Ekoregion Pada Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion
27. Permen LHK Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
28. Keputusan Menteri LHK Nomor SK.8/MenLHK/Setjen/Pla.3/1/2018 tentang Penetapan
Wilayah Ekoregion Indonesia

Anda mungkin juga menyukai