Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
mendefinisikan penduduk lanjut usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Seiring
meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, akan berpengaruh
pada peningkatan umur harapan hidup di Indonesia (Kemenkes, 2013).
Menurut Badan Pusat Statistik (2021), proporsi lanjut usia mencapai 10,82
persen atau sekitar 29,3 juta orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia sudah memasuki fase struktur penduduk menua, yang ditandai dengan
proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas di Indonesia sudah melebihi 10 persen
dari total penduduk. Hal ini menjadi tantangan pembangunan Kesehatan agar
dengan peningkatan jumlah lansia juga diiringi dengan meningkatnya kesehatan
dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan bagi lansia serta pemberdayaan masyarakat dan lansia, untuk
mewujudkan lansia yang sehat, tetap aktif, mandiri dan produktif (Badan Pusat
Statistik, 2021).
Pada lanjut usia akan terjadi masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor risiko terhadap penyakitpun meningkat (Kholifah, 2016). Pada umumnya
penyakit yang dialami lansia merupakan Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
bersifat degeneratif atau disebabkan oleh faktor usia, misalnya penyakit jantung,
diabetes mellitus, stroke, rematik dan cidera. Inilah yang menjadi salah satu
tantangan lansia, dimana seiring dengan bertambahnya usia, terjadi penurunan
kapasitas intinsik dan fungsional tubuh yang berdampak terhadap sistem imun
tubuh. Kondisi kesehatan yang menurun menyebabkan lansia sering sakit dan
memiliki banyak keluhan kesehatan.
Fenomena demografi ini dapat membawa dampak positif, namun dapat jua
menjadi penghambat dalam pembangunan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi
dan kebijakan yang tepat sehigga dapat menciptakan lansia yang sejahtera. Lansia
tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan,
pengalaman, usia dan kondisi fisik, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial lanjut (Badan Pusat Statistik, 2021).
Untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia, Kementerian Kesehatan RI
menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lanjut Usia, pertama kali
untuk periode 2016-2019. Hasil evaluasi pelaksanaan RAN tersebut, diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar target yang dicanangkan belum sepenuhnya
tercapai. Kendala yang dihadapi antara lain belum optimalnya komitmen
pemangku kebijakan dan pemanfaatan jejaring kemitraan. Hal ini dapat dilihat
dari belum semua daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memiliki kebijakan terkait
kesehatan lanjut usia. Penguatan dasar hukum ini sangat dibutuhkan sebagai
landasan mendapatkan dukungan kegiatan dan anggaran yang memadai dari
APBD provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, jejaring kemitraan pelayanan
kesehatan lanjut usia belum terbentuk di semua kabupaten/kota, dan belum
seluruhnya berfungsi dengan baik (Kemenkes RI, 2021).
Sehubungan dengan belum tercapainya target RAN 2016-2019, maka
Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Kesehatan Keluarga menyusun
RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024. Dalam penyusunan RAN ini diupayakan
bersinergi dengan komitmen global (SDGs , Strategi global, Decade of Healthy
Ageing ), dan juga nasional (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/RPJMN, Strategi Nasional (Stranas) Kelanjutusiaan, Rencana Strategis
(Renstra) Kesehatan 2020-2024, dan perlunya menjaga kesinambungan program
program kesehatan kesehatan lanjut usia. Melalui Melalui RAN ini, diharapkan
diharapkan pembinaan pembinaan kesehatan lanjut usia dapat lebih terarah,
sinergis dan komprehensif, sehingga dapat mewujudkan lanjut usia Indonesia
yang Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif (SMART) (Kemenkes RI, 2021).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini membahas mengenai
Strategi Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia 2020-2021.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kesehatan lanjut usia?
2. Apa saja kebijakan global dan nasional terkait pengembangan program
kesehatan lanjut usia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Bagaimana konsep kesehatan lanjut usia?
2. Apa saja kebijakan global dan nasional terkait pengembangan program
kesehatan lanjut usia?

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yakni:
1. Bagi Penulis
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai “Strategi Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia
2020-2024” dan meningkatkan kemampuan tentang menulis sebuah
makalah.
2. Bagi Akademis
Tulisan ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan masukan dalam
penulisan mengenai “Strategi Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia
2020-2024”
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi atau penyuluhan
mengenai “Strategi Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia 2020-2024”.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Kemenkes RI. (2021). Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2020-2024. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai