0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang kasus PT Kereta Api Indonesia yang melanggar prinsip-prinsip etika bisnis dan profesi akuntan. Dokumen ini memberikan saran untuk memperbaiki sistem pengendalian internal, menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, dan memperbaiki komunikasi antara auditor dan pihak terkait.
Dokumen ini membahas tentang kasus PT Kereta Api Indonesia yang melanggar prinsip-prinsip etika bisnis dan profesi akuntan. Dokumen ini memberikan saran untuk memperbaiki sistem pengendalian internal, menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, dan memperbaiki komunikasi antara auditor dan pihak terkait.
Dokumen ini membahas tentang kasus PT Kereta Api Indonesia yang melanggar prinsip-prinsip etika bisnis dan profesi akuntan. Dokumen ini memberikan saran untuk memperbaiki sistem pengendalian internal, menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, dan memperbaiki komunikasi antara auditor dan pihak terkait.
TUGAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI AKUNTAN MENANGGAPI KASUS PT
KERETA API INDONESIA (KAI)
Prinsip Dasar yang di langgar dalam kasus PT. KAI :
1. Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin . 2. Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 3. Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 4. Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. 6. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. 7. Kerahasiaan Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. 8. Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Saran
1. Memperbaiki sistem pengendalian internal perusahaan
2. Corporate Governance harus dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Penerapan GCG bertujuan untuk mendorog pengelolaan perusahaan secara profesional, efisien dan efektif. Selain itu juga mendorong agar perusahaan menjalankan tindakan dengan dilandasi nilai moral yang tinggi dan patuh terhadap peraturan dan perundang- undangan. Dengan diterapkannya GCG maka para pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung jawab, akuntabilitas, adil dan transparan. 3. Memperbaiki komunikasi antara auditor dengan pihak-pihak yang berinteraksi, yaitu manajemen, Komite Audit, dan auditor intern. Dengan komunikasi yang efektif, maka data dan bukti yang terkumpul akan semakin akurat dan memadai, juga menghindari perselisihan dengan Komite Audit