Pengembangan SIGDesa dalam Kerangka Satu Data Indonesia
Oleh : Sutaryono Wahyuni Asih Retno Dewi Ardhi Arnanto
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL YOGYAKARTA 2021 A. Latar Belakang Konsep perencanaan pembangunan desa yang diatur dalam Undang- undang Nomor 6, Tahun 2014 tentang Desa mengalami kemajuan dan perubahan dibandingkan dengan substansi yang diatur dalam PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa. Perencanaan desa yang sebelumnya merupakan bagian dari perencanaan pembangunan kabupaten/kota, sekarang berubah perencanaan pembangunan desa mandiri atau village self planning. Konsep pembangunan desa ini didekati dengan 2 (dua) model yaitu “membangun desa” dan “desa membangun”. Membangun desa dilakukan oleh otoritas diluar desa, baik yang secara hirarki mempunyai kewenangan di atas desa, atau desa yang lain, sedangkan desa membangun bermakna bahwa membangun desa merupakan kerja bersama antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan masyarakat Desa. Konsekuensi dari konsep desa membangun adalah perencanaan pembangunan tingkat desa harus dilaksanakan dan diputuskan sendiri oleh desa. Kebutuhan data dan informasi spasial sebagai basis perencanaan pembangunan tingkat desa juga harus mampu dipenuhi dan disediakan oleh masyarakat desa secara mandiri. Namun demikian terdapat keterbatasan pada pihak Pemerintah Desa maupun masyarakat desa untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi spasial secara mandiri. Manusia dipandang bukan lagi menjadi sumberdaya, namun menjadi capital atau modal pembangunan, sehingga harus terus disupport pengembangannya. STPN sebagai pusat pengembangan human capital di bidang pertanahan harus menjadi bagian dari pengembangan human capital Indonesia termasuk human capital yang ada di desa. Desa Bangunjiwo, merupakan Desa yang tepat menjadi lokasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengingat Desa Bangunjiwo yang merupakan salah satu Laboratorium Desa STPN telah menjadi lokasi pelaksanaan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) sejak tahun 2014. PKL yang pernah dilaksanakan antara lain :
1. PKL Penatagunaan Tanah yang dilaksanakan pada tahun 2014
menghasilkan 11 peta tematik pertanahan 2. PKL Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) dilaksanakan pada tahun 2015 dan 2016 dengan menghasilkann data P4T dari 6 Dusun yaitu Dusun Gendeng, Sribitan, Kalirandu, Lemahdadi, Ngentak, dan Salakan dengan jumlah bidang sebanyak
Keberadaan data-data hasil PKL ini dapat digunakan sebagai stimulus
kepada desa untuk dapat melengkapi dan mengelola sendiri data-data geospasial sebagai bahan pembentuk big data yang dapat dimanfaatkan unuk berbagai keperluan. Salah satu cara untuk memanfaatkan peta-peta hasil PKL adalah dengan membuat webgis kewilayahan yang berisi peta-peta tematik hasil PKl Penatagunaan Tanah yang terdiri dari Peta Administrasi, Jaringan Jalan, Peta Sungai dan Perairan, Peta Kemampuan Tanah, Peta Kelereengan, dan Peta Fungsi Lahan yang sudah dilaksanakan tahun 2019, serta informasi pertanahan yang terdiri dari Data P4T 6 Dusun yang sudah dilaksanakan pada tahun 2020. Tahun 2020 sebenarnya telah direncanakan untuk melengkapi data P4T pada 13 Dusun dengan melaksanakan pemetaan P4T kolaborasi antara STPN melalui program PKL IP4T dengan Karang Taruna masing-masing Dusun, namun rencana ini tidak terlaksana mengingat situasi pandemic yang tidak kondusif. Mengingat kebutuhan terhadap ketersediaan data geospasial tingkat desa baik, data kewilayahan maupun berbasis bidang (pertanahan yang demikian tinggi maka perlu dikembangkan kemampuan desa untuk dapat mengelola data geospasial desa mulai dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, maupun updating nya terhadap perubahan. B. Tujuan Tujuan Pengabdan Kepada Masyarakat Desa Bangunjiwo yang ke 3 adalah membangun kerangka pengembangan SIGDesa untuk Satu Data Indonesia
C. Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dengan Membangun
Masyarakat Sadar Spasial Tahap III Tahun 2021 dilaksanakan dalam tahapan sebagai berikut : 1. Koordinasi awal dengan Pemerintah Desa dilaksanakan pada tanggal .. September 2021, di Desa Bangunjiwo, Kacamatan Kasihan, Kabupaten Bantul 2. FGD SIGDesa untuk Satu Data Indonesia dilaksanakan selama (2 hari) dengan materi SIG Desa dalam Satu Data Indonesia . a. Satu Data Indonesia Satu Data Indonesia merupaka kelanjutan dari pembangunan Infrastruktur Data Spasial dan Kebijakan Satu Peta. Berangkat dari pemikiran bahwa setiap kegiatan pembangunan akan lebih terukur dan dapat dipertanggungjawabkan apabila setiap keputusannya berbasis data, maka melalui Perpres Nomor 39 Tahun 2019 dibentuklah platform Satu Data Indonesia. Kesulitan akses dan pengumpulan data geospasial yang digunakan dalam berbagai kepentingan ini mendorong pembangunan data geospasial yang dimulai dari Desa. Memperhatikan perkembangan ini maka peningkatan kapasitas semua elemen pemerintahan desa menjadi hal utama. b. Pembentukan Satgas Pemetaan Desa Pembentukan satgas pemetaan ini diperlukan agar Desa dapat mengembangkan sendiri SIG Desa yang nantinya akan mendukung kegiatan pembangunan desa dalam banyak aspek. Kemandirian pemetaan diperlukan mengingat keterbatasan jangkauan dari BIG, Kemanterian ATR/BPN dalam hal memetakan wilayah Desa Bangunjiwo dari pemetaan bentang lahan sampai dengan pemetaan bidang-bidang tanah, yang terus berubah secara dinamis, sehingga tidak memungkinkan untuk terus meminta bantuan pihak lain.
3. Pelatihan pengelolaan SIG Desa, dilaksanakan dengan 4 peserta terdiri dari
para admin desa dan satgas pemetaan desa Desa Bangunjiwo a. Admin desa yaitu Bapak Hermawan dan Bapak Mugi b. Beberapa perangkat Desa
Matriks Rencana kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Kelurahan Bangunjiwo
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan 10/09/2021 29/09/2021 30/09/2021 1 Koordinasi Tim 2 FGD Pengembangan SIG Desa 3 Pelatihan pengelolaan data geospasial desa (SIG Desa)
D. Hasil Kegiatan (Output) yang diharapkan
Hasil kegiatan (Output) yang diharapkan dari Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Kelurahan Bangunjiwo yang ke 3 ini, secara garis besar mencakup beberapa komponen sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemandirian desa dalam hal pengelolaan data geospasial desa mulai dari pengumpulan, pengolahan sampai dengan penyajian sebagai bentuk layanan publik desa kepada masyarakat 2. Meningkatnya kemampuan berfikir secara spasial (spatial thinking ) stake holder Desa Bangunjiwo 3. Terbangunnya system informasi pertanahan desa yang merupakan bagian dari Sistem Informasi Desa (SID)