Anda di halaman 1dari 14

Peningkatan Kemampuan Penggunaan...

(Eka Rida Agustin) 67

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN NILAI UANG MELALUI


METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI
RINGAN TINGKAT SMP DI SLB N 1 YOGYAKARTA
INCREASING SKILL USE OF MONEY VALUE THROUGH ROLE-PLAYING METHOD
FOR STUDENTS WITH INTELLECTUAL DISABILITIES OF THE MILD CATEGORY OF
JUNIOR HIGH LEVEL IN SLB N 1 YOGYAKARTA

Oleh: Eka Rida Agustin, Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta,
eka.rida@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan nilai uang pada peserta didik dengan
hambatan intelektual kategori ringan tingkat SMP. Penelitian ini dilakukan di SLB N 1 Yogyakarta.
Penelitian Tindakan Kelas menggunakan desain Kemmis Mc. Taggart yang terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada penelitian dilaksanakan
dengan tindakan dalam dua siklus. Subjek penelitian berjumlah 2 peserta didik perempuan dengan
hambatan intelektual kategori ringan. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif
dengan metode pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan proses pembelajaran ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan penggunaan nilai
uang berdasarkan hasil tes. Hasil tindakan siklus II masing-masing subjek mengalami peningkatan
dalam membedakan, menunjukkan, menyebutkan, menuliskan, dan mensimulasikan kegiatan
menabung, sehingga tindakan diberhentikan karena sudah mencapai indikator keberhasilan.
Peningkatan penggunaan nilai uang peserta didik dengan hambatan intelektual kategori ringan
ditunjukkan dengan subjek R meningkat 24,11% dan subjek H meningkat 22,33%.

Kata Kunci: penggunaan nilai uang, metode bermain peran, peserta didik dengan hambatan
intelektual.

Abstract
Research aims to increase the use of value of money for students with intellectual barriers of
the light category of junior high school. The research was carried in SLB Negeri 1 Yogyakarta.
Classroom Action Research uses Kemmis Mc design. Taggart which consists of 4 stages of
planning, implementation of action, observation, and reflection. The research was conducted by
action in two cycles. Research subjects amounted to 2 female students with light category
intellectual barriers. Technique of data analysis using quantitative descriptive with data collection
method using test and observation.The result of the research shows that the improvement of
improved skill use of money value based on the results of tests. The result of the second cycle action
of each subject has increased in differentiating, showing, mentioning, writing, and sorting currency
value, so action is dismissed because it has reached the indicator of success. Increased use of
students' money values with light category intellectual barriers is indicated by the subject R
increased by 24.11% and subject H increased by 22.33%.

Keywords: The use of money value, role-playing method, students with intellectual barriers.
68 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

PENDAHULUAN 137), pembelajaran keterampilan


fungsional memerlukan dukungan dari
Menurut Hallahan & Kauffman
bidang akademik, salah satunya adalah
(2009: 149), peserta didik dengan
mata pelajaran matematika. Melihat dari
hambatan intelektual kategori ringan
kemampuan dan kebutuhan peserta didik
adalah peserta didik yang memiliki
dengan hambatan intelektual kategori
Intelligence Quotient disingkat IQ berkisar
ringan, maka matematika lebih difokuskan
antara 50-70. Meskipun IQ peserta didik
pada penggunaan matematika pemecahan
dengan hambatan intelektual kategori
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
ringan dibawah rata-rata, namun mereka
Salah satu contoh penggunaan matematika
masih dipandang memiliki kemampuan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu
serta potensi untuk berkembang dibidang
pengenalan konsep uang.
akademik, penyesuaian sosial dan
Peneliti melakukan kegiatan
kemampuan bekerja. Sedangkan menurut
observasi di Sekolah Luar Biasa Negeri 1
Abdurrahman (1994: 26-27) menyatakan
Yogyakarta. Dalam melakukan kegiatan
bahwa peserta didik dengan hambatan
observasi tersebut, ditemukan beberapa
intelektual kategori ringan masih
fakta bahwa peserta didik dengan
dipandang memiliki potensi untuk
hambatan intelektual kategori ringan
menguasai mata pelajaran di tingkat
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah Dasar (SD). Peserta didik dengan
belum mampu menggunakan nilai uang
hambatan intelektual kategori ringan masih
dengan benar. Misalnya pada saat peserta
dapat belajar kemampuan akademik dasar
didik dengan hambatan intelektual kategori
seperti membaca, menulis, dan berhitung
ringan membeli makanan di kantin, peserta
sederhana. Dengan IQ dibawah rata-rata,
didik dengan hambatan intelektual kategori
diperlukan suatu pembelajaran yang
ringan hanya memberikan uang kepada
berbeda dibanding peserta didik dengan IQ
penjual tetapi tidak memahami nilai uang
normal. Selain itu, pemberian materi harus
tersebut. Ketika peneliti menunjukkan
disesuaikan dengan kebutuhan dan
beberapa uang logam dan uang kertas,
kemampuan peserta didik. Salah satu
mereka tidak mampu menyebutkan berapa
kemampuan yang masih dimiliki peserta
nilai mata uang tersebut. Selain itu, ketika
didik dengan hambatan intelektual yaitu
peneliti menginstruksikan untuk
kemampuan untuk berkembang dalam
mengambil uang dengan nilai tertentu,
bidang akademik terutama yang bersifat
mereka juga masih mengalami kesalahan
fungsional. Menurut Mumpuniarti (2007:
Peningkatan Kemampuan Penggunaan... (Eka Rida Agustin) 69

dalam menunjukkan uang sesuai dengan metode pembelajaran di kelas sesuai


instruksi. dengan kondisi kelas dan kondisi peserta
Kemampuan penggunaan nilai uang didik yang berbeda-beda. Metode
pada peserta didik dengan hambatan pembelajaran diberikan untuk
intelektual kategori ringan sangat penting memudahkan guru dalam proses
diberikan karena uang merupakan sebuah penyampaian materi yang akan diajarkan.
barang atau benda yang setiap hari dibawa Suryosubroto (2002: 149) mengungkapkan
dan digunakan semua orang dalam bahwa metode adalah cara untuk mencapai
kehidupan sehari-hari. Apabila peserta tujuan. Tujuan yang akan dicapai pada
didik dengan hambatan intelektual kategori penelitian ini adalah penggunaan nilai uang
ringan tidak mampu menggunakan nilai melalui metode bermain peran.
uang, maka mereka tidak dapat hidup Metode bermain peran merupakan
secara mandiri. Penggunaan nilai uang model pengajaran yang membantu siswa
termasuk dalam akademik fungsional yang untuk menemukan makna pribadi dengan
diterapkan pada mata pelajaran bantuan kelompok sosial (Joyce, Weil &
matematika. Matematika merupakan Calhoun, 2009: 328). Metode bermain
sesuatu substansi yang sangat penting peran ini, menciptakan analogi yang asli
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dan sama dengan masalah kehidupan yang
terlihat secara nyata dalam sektor nyata. Melalui bermain peran, peserta didik
kehidupan seperti di rumah, di pekerjaan dapat meningkatkan kemampuan untuk
dan di masyarakat akan selalu mengenal perasaannya sendiri dan
menggunakan matematika. Menurut perasaan orang lain. Metode bermain peran
Polloway & Patton (dalam Mumpuniarti, dirasa cocok untuk peserta didik dengan
2007: 119) matematika difokuskan pada hambatan intelektual kategori ringan
penguasaan keterampilan menghitung dan karena metode tersebut akan mengenalkan
penghafalan berdasarkan fakta-fakta konsep yang kongkrit sehingga
dengan sedikit penekanan untuk memudahkan peserta didik dengan
penggunaannya. hambatan intelektual kategori ringan dapat
Penggunaan nilai uang bagi setiap menyerap informasi secara mudah dan
orang termasuk peserta didik dengan jelas.
hambatan intelektual kategori ringan tidak Pelaksanaan metode bermain peran
datang dengan sendirinya melainkan yang dipilih peneliti yaitu diaplikasikan
diperoleh dari proses belajar. Guru sangat dalam pembelajaran menabung di bank.
berperan penting dalam memberikan Simulasi yang akan diperankan peserta
70 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

didik adalah peserta didik akan mengacu dari teori ahli dari Kemmis dan
memerankan sebagai seorang nasabah dan Mc Taggart yang menggambarkan
teller. Dengan metode bermain yang penelitian tindakan dapat dipandang
diaplikasikan dalam pembelajaran sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
menabung, peserta didik lebih melibatkan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
kemampuan yang sudah terbentuk pengamatan (observasi), dan refleksi yang
sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan selanjutnya dapat diikuti dengan siklus
aplikasi teori belajar behavioristik yang spiral berikutnya.
diungkapkan oleh Sugiharto (2007: 103)
Waktu dan Tempat Penelitian
mengenai ciri mendasar teori behavioristik
Pelaksanaan penelitian dilakukan di
yang harus diperhatikan yaitu
SLB N 1 Yogyakarta yang beralamatkan
mementingkan pengaruh lingkungan,
Jalan Bintaran Tengah No. 3, Wirogunan,
mementingkan bagian-bagian,
Mergangsan, Kota Yogyakarta. Penelitian
mementingkan peranan reaksi,
ini dilakukan pada bulan Februari sampai
mengutamakan mekanisme terbentuknya
dengan bulan Maret 2018. Dalam
hasil belajar melalui prosedur stimulus
pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan
respon, mementingkan peranan
kegiatan di ruang kelas rombongan belajar
kemampuan yang sudah terbentuk
(rombel) meronce.
sebelumnya, mementingkan kebiasaan
melalui latihan dan pengulangan dan Subjek Penelitian
terakhir adalah hasil belajar yang dicapai Subjek yang dimaksud dalam
adalah munculnya perilaku yang penelitian ini adalah 2 peserta didik dengan
diinginkan. Dengan pembelajaran hambatan intelektual kategori ringan yang
menabung, peserta didik dengan hambatan tingkat SMP di SLB N 1 Yogyakarta.
intelektual diharapkan mendapatkan Pemilihan subyek menggunakan sampling
pengetahuan mulai dari pengenalan nilai purposive. Pemilihan subyek berdasarkan
uang sampai pada penggunaan nilai uang. pada pertimbangan kemampuan kedua
peserta didik yang hampir sama yaitu pada
METODE PENELITIAN
kesulitan dalam penggunaan nilai uang.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan Prosedur
pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dari Kemmis dan Mc
Peningkatan Kemampuan Penggunaan... (Eka Rida Agustin) 71

Taggart berupa suatu siklus spiral yang hasil belajar peserta didik. Data kuantitatif
meliputi siklus spiral yang meliputi dalam PTK umumnya berupa angka-angka
tahapan-tahapan rancangan pada setiap sederhana. Data kuantitatif dapat dianalisis
putarannya, yaitu: plan (perencanaan), act secara deskriptif antara lain dengan cara
(tindakan), observe (observasi) dan reflect menghitung jumlah, menghitung rata-rata,
(refleksi). menghitung nilai persentase dan membuat
grafik
Instrumen dan Teknik Pengumpulan
Data kuantitatif digunakan untuk
Data
menghitung presentase peningkatan
Teknik pengumpulan data yang
kemampuan peserta didik dalam
digunakan yaitu tes dan observasi. Tes
penggunaan nilai uang. Untuk mengetahui
penggunaan nilai uang menggunakan
besarnya peningkatan kemampuan
teknik tes lisan dan perbuatan. Tes lisan
tersebut, dilakukan dengan
menuntut jawaban dari peserta didik dalam
membandingkan hasil tes sebelum
bentuk lisan dengan mengucapkan jawaban
tindakan dan tes sesudah tindakan. Dari
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan
hasil perbandingan tersebut, diperoleh
pertanyaan atau perintah yang diberikan.
selisih sehingga dapat diketahui
Sedangkan tes perbuatan dapat digunakan
peningkatan kemampuan penggunaan nilai
untuk menilai kualitas suatu pekerjaan
uang pada peserta didik tunagrahita
yang telah selesai dikerjakan oleh peserta
kategori ringan.
didik termasuk juga keterampilan dan
ketepatan menyelesaikan pekerjaan.
HASIL PENELITIAN DAN
Instrumen tes penggunaan nilai uang
PEMBAHASAN
disusun berdasarkan validitas isi.
1. Deskripsi Pra Tindakan
Sedangkan teknik observasi digunakan
Kegiatan pra tindakan bertujuan
ketika dilaksanakannya tindakan. Lembar
untuk mengetahui kemampuan awal
panduan observasi terdiri dari partisipasi
peserta didik terkait penggunaan nilai
belajar peserta didik dan kinerja guru
uang. Untuk mengetahui hasil pra tindakan
dalam pembelajaran.
dilakukan dengan tes. Tes kemampuan
Teknik Analisis Data awal terdiri dari tes lisan. Adapun nilai
Teknik analisis data yang digunakan yang diperoleh peserta didik pada
dalam penelitian ini secara kuantitatif. kemampuan awal sebagai berikut:
Analisis data kuantitatif diperoleh dari
hasil tes untuk mengetahui peningkatan
72 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

Tabel 1. Nilai Pra Tindakan bantuan guru berupa verbal dan non verbal.
Subjek Skor Skor Pra Nilai Pra Persentase Kriteria Sedangkan subjek H dapat menjawab 3
Maksimal Tindakan Tindakan
soal tanpa bantuan guru, 18 soal dengan
R 112 59 52,67 52,67 % Cukup
H 112 68 60,70 60,70 % Cukup bantuan guru berupa verbal atau non
verbal, dan 7 soal dengan bantuan guru
Berdasarkan hasil tes pra tindakan, berupa verbal dan non verbal. Data hasil
maka dapat disimpulkan kedua subjek tes penggunaan nilai uang pada peserta
belum mencapai kriteria ketuntasan didik dengan hambatan intelektual kategori
minimal yaitu 75 dan belum mencapai ringan adalah sebagai berikut:
kompetensi yang diharapkan. Kemampuan
awal subjek dalam penggunaan nilai uang Tabel 2. Data Hasil Tes Pasca Tindakan Siklus

sebelum diberikan tindakan dengan metode I


Subjek Skor Nilai Pasca Persentase Kriteria
bermain peran dapat divisualisasikan pada
Tindakan Siklus I
gambar 1 berikut: R 71 63,39 63,39 % Baik
H 80 71,42 71,42 % Baik
Nilai Pra Tindakan

Dari hasil tes pasca tindakan pada


62
60 siklus I dapat dilihat jika kedua subjek
58
56 belum mencapai angka Kriteria Ketuntasan
54 Nilai Pra
Tindakan Minimal (KKM). Hasil tes penggunaan
52
50 nilai uang pasca tindakan siklus I tersebut
48
dapat divisualisasikan pada gambar 2
R H
sebagai berikut:

Gambar 1. Histogram nilai pra tindakan


Pasca Tindakan Siklus I

2. Deskripsi Data Hasil Tes Penggunaan 74


72
Nilai Uang pada Siklus I 70
68
Hasil tes penggunaan nilai uang pada 66 Pasca
64 Tindakan
peserta didik dengan hambatan intelektual 62 Siklus I
60
kategori ringan diperoleh dari hasil tes 58
pasca tindakan siklus I. Dari 28 soal, R R H
dapat menjawab 3 soal tanpa bantuan guru,
Gambar 2. Histogram Nilai Pasca Tindakan
9 soal dengan bantuan guru berupa verbal
Siklus I
atau non verbal, dan 16 soal dengan
Peningkatan Kemampuan Penggunaan... (Eka Rida Agustin) 73

Berdasarkan observasi pada tindakan


Perbandingan Nilai Pra
siklus I R dapat berpartisipasi tanpa Tindakan dengan Nilai Pasca
bantuan guru sebanyak 3 aspek, Tindakan Siklus I
80
berpartisipasi dengan bantuan verbal atau
60 Pra
non verbal sebanyak 10 aspek dan Tindakan
40
partisipasi dengan bantuan verbal dan non
20 Pasca
verbal sebanyak 7 aspek. Sedangkan H
Tindakan
dapat berpartisipasi tanpa bantuan guru 0 Siklus I
R H
sebanyak 10 aspek, berpartisipasi dengan
bantuan verbal atau non verbal sebanyak 8 Gambar 3. Histogram Perbandingan Nilai Pra

aspek dan partisipasi dengan bantuan Tindakan dan Nilai Pasca Tindakan Siklus I

verbal dan non verbal sebanyak 2 aspek.


Perbandinagn penggunaan nilai uang pra 3. Deskripsi Data Hasil Tes Penggunaan

tindakan dengan pasca tindakan siklus I Nilai Uang pada Siklus II

dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Data hasil tes penggunaan nilai uang
pada peserta didik dengan hambatan
Tabel 3. Data Perbandingan Nilai Pra intelektual kategori ringan tingkat SMP di
Tindakan dan Pasca Tindakan Siklus I
SLB N 1 Yogyakarta diperoleh dari hasil
Nilai Pasca Pening-
Subjek Nilai Pra Tindakan
Tindakan Siklus I katan
tes pasca tindakan pada siklus II. Data
R 52,67 63,39 10,72% hasil tes penggunaan nilai uang pada
H 60,70 71,42 10,68% peserta didik dengan hambatan intelektual
kategori ringan SLB N 1 Yogyakarta
Hasil tes penggunaan nilai uang pada adalah sebagai berikut:
peserta didik dengan hambatan intelektual
Tabel 4. Hasil Pasca Tindakan Siklus II
pada pasca tindakan siklus I tersebut dapat
Subjek Skor Nilai Pasca Kriteria
divisualisasikan pada gambar 3 berikut ini:
Tindakan
R 86 76,78 Baik
H 93 83,03 Sangat
Baik
74 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

Hasil tes penggunaan nilai uang pada mencapai indikator keberhasilan tindakan
peserta didik dengan hambatan intelektual setelah digunakannya metode bermain
kategori ringan pada pasca tindakan siklus peran. Peningkatan penggunaan nilai uang
II tersebut dapat divisualisasikan pada tersebut meliputi kompetensi membedakan
gambar 4 berikut ini: uang yang terbuat dari kertas dan logam;
mampu menunjukkan nilai uang logam
Pasca Tindakan Siklus II
pecahan Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00
84
82 Rp1.000,00 dan nilai uang kertas pecahan
80 Rp1.000,00 Rp2.000,00 Rp5.000,00
78 Pasca
Tindakan Rp10.000,00 mampu menyebutkan nilai
76
Siklus II uang logam pecahan Rp100,00 Rp200,00
74
72 Rp500,00 Rp1.000,00 dan nilai uang kertas
R H pecahan Rp1.000,00 Rp2.000,00
Gambar 4. Histogram Nilai Pasca Tindakan
Rp5.000,00 Rp10.000,00 mampu
Siklus II
menuliskan nilai uang logam pecahan
Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 Rp1.000,00
Berdasarkan observasi pada tindakan
dan nilai uang kertas pecahan Rp1.000,00
siklus II R dapat berpartisipasi tanpa
Rp2.000,00 Rp5.000,00 Rp10.000,00 serta
bantuan guru sebanyak 9 aspek,
mampu mensimulasikan kegiatan
berpartisipasi dengan bantuan verbal atau
menabung di bank dengan peran nasabah
non verbal sebanyak 11 aspek. Sedangkan
dan teller.
H dapat berpartisipasi tanpa bantuan guru
sebanyak 16 aspek, berpartisipasi dengan Peningkatan penggunaan nilai uang
bantuan verbal atau non verbal sebanyak 4 dari kemampuan awal ke siklus II disajikan
aspek. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 5 dibawah ini:
kinerja guru yang telah dilakukan di siklus
Tabel 5. Nilai Pra Tindakan dan Pasca
II, guru telah melaksanakan pembelajaran
Tindakan Siklus II
sesuai dengan RPP. Guru juga sudah tidak
Subjek Nilai Pra Nilai Peningkatan
lupa untuk memberikan apresiasi atau
Tindakan Pasca
reward kepada peserta didik setiap setelah
Tindakan
melakukan kegiatan pembelajaran.
Siklus II
Berdasarkan refleksi antara peneliti
R 52,67 76,78 24,11
dan guru kelas, tindakan dihentikan pada
H 60,70 83,03 22,33
siklus II telah meningkat dan telah
Peningkatan Kemampuan Penggunaan... (Eka Rida Agustin) 75

Hasil tes penggunaan nilai uang pada Tabel 6. Data Hasil Nilai Pra Tindakan, Pasca
peserta didik dengan hambatan intelektual Tindakan Siklus I dan Pasca Tindakan Siklus

kategori ringan pada pasca tindakan siklus II

II tersebut dapat divisualisasikan pada Subjek Nilai Pra Nilai Nilai

gambar 5 berikut ini: Tindakan Pasca Pasca


Tindakan Tindakan
90
Siklus I Siklus II
80
70 Nilai Pra R 52,67 63,39 76,78
60 Tindakan
H 60,70 71,42 83,03
50
40
30 Nilai Hasil peningkatan penggunaan nilai
20 Pasca
Tindakan uang pada peserta didik dengan hambatan
10
0 Siklus II intelektual kategori ringan mulai dari
R H kemampuan awal, tes pasca tindakan siklus
Gambar 5. Histogram Nilai Pra Tindakan I dan tes pasca tindakan siklus II tersebut
dan Pasca Tindakan Siklus II dapat divisualisasikan pada gambar 6
berikut ini:
Berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan pada tindakan siklus II, dapat
diketahui bahwa penggunaan nilai uang
pada peserta didik dengan hambatan
intelektual kategori ringan mengalami
peningkatan dibandingkan kemampuan
awal dan tes pasca tindakan siklus I.
Peningkatan kedua subjek tersebut juga
telah mencapai KKM yang ditentukan
Gambar 6. Histogram Nilai Pra Tindakan,
yaitu 75 dan telah mencapai kompetensi
Nilai Pasca Tindakan Siklus I dan Nilai Pasca
yang diharapkan. Data tentang penggunaan
Tindakan Siklus II
nilai uang peserta didik dengan hambatan
intelektual kategori ringan tingkat SMP di Berdasarkan hasil data tersebut dapat
SLB N 1 Yogyakarta dapat dilihat pada disimpulkan bahwa tindakan siklus II
tabel berikut: penggunaan nilai uang peserta didik
dengan hambatan intelektual kategori
ringan tingkat SMP mengalami
76 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

peningkatan. Hasil tes pasca tindakan barang atau benda yang setiap hari dibawa
siklus II menunjukkan nilai dari kedua dan digunakan semua orang dalam
subjek mencapai KKM yaitu 75. Kedua kehidupan sehari-hari. Penggunaan nilai
subjek dapat mencapai kompetensi uang termasuk dalam akademik fungsional
pembelajaran yang diharapkan yaitu yang diterapkan pada mata pelajaran
kompetensi yaitu mampu membedakan matematika. Hal tersebut sesuai dengan
uang yang terbuat dari kertas dan logam; pendapat Mumpuniarti (2007: 137),
mampu menunjukkan nilai uang logam pembelajaran keterampilan fungsional
pecahan Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 memerlukan dukungan dari bidang
Rp1.000,00 dan nilai uang kertas pecahan akademik, salah satunya adalah mata
Rp1.000,00 Rp2.000,00 Rp5.000,00 pelajaran matematika. Pembelajaran
Rp10.000,00 mampu menyebutkan nilai matematika melalui materi penggunaan
uang logam pecahan Rp100,00 Rp200,00 nilai uang bertujuan agar peserta didik
Rp500,00 Rp1.000,00 dan nilai uang kertas dengan hambatan intelektual kategori
pecahan Rp1.000,00 Rp2.000,00 ringan dapat mengimplementasikan dalam
Rp5.000,00 Rp10.000,00 mampu kehidupan sehari-hari.
menuliskan nilai uang logam pecahan Penggunaan nilai uang yang
Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 Rp1.000,00 diimplementasikan pada penelitian ini
dan nilai uang kertas pecahan Rp1.000,00 adalah kegiatan menabung. Menabung
Rp2.000,00 Rp5.000,00 Rp10.000,00 serta merupakan salah salah satu kegunaan nilai
mampu mensimulasikan kegiatan uang dalam kehidupan sehari-hari. Hal
menabung di bank dengan peran nasabah tersebut sejalan dengan Polloway & Patton
dan teller. Maka dari itu, pemberian (dalam Mumpuniarti, 2007: 119)
tindakan lanjutan dapat dihentikan. matematika difokuskan pada penguasaan
keterampilan menghitung dan penghafalan
4. Pembahasan Hasil Penelitian
berdasarkan fakta-fakta dengan sedikit
Peningkatan Penggunaan Nilai Uang
penekanan untuk penggunaannya. Dengan
pada Peserta Didik dengan
menabung, peserta didik akan
Hambatan Intelektual Kategori
mendapatkan informasi mulai dari konsep
Ringan
uang sampai aplikasinya.
Kemampuan penggunaan nilai uang
Untuk menyampaikan materi
pada peserta didik dengan hambatan
pembelajaran tentang penggunaan nilai
intelektual kategori ringan sangat penting
uang tersebut, peneliti menggunakan
diberikan karena uang merupakan sebuah
metode bermain peran sebagai cara guru
Peningkatan Kemampuan Penggunaan... (Eka Rida Agustin) 77

menyampaikan pesan kepada peserta didik. secara aktif dan gembira untuk mencapai
Hal tersebut sependapat dengan tujuan suatu pembelajaran.
Suryosubroto (2002: 149) yang Proses pembelajaran dengan bermain
mengungkapkan bahwa metode adalah peran, harus diberi evaluasi atau debriefing
cara untuk mencapai tujuan. Metode untuk merefleksikan apa yang sudah
bermain peran, dipilih untuk dicapai pada proses pembelajaran dan apa
menyampaikan informasi tentang yang harus dicapai pada pembelajaran
penggunaan nilai uang. Dengan metode selanjutnya. Pada saat peneliti melakukan
bermain peran tersebut, peserta didik penelitian, guru juga sudah memberikan
dengan hambatan intelektual kategori evaluasi atau debreifing pada peserta didik
ringan akan berperan sebagai nasabah dan dengan hambatan intelektual. Hal tersebut
teller dalam pembelajaran menabung di sejalan dengan pernyataan Ruth dan David
bank. Hal tersebut sependapat dengan (2007: 115) menjelaskan bahwa setelah
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 328), proses bermain peran selesai, para peserta
metode bermain peran merupakan model diberikan waktu jeda untuk melakukan
pengajaran yang membantu siswa untuk evaluasi (debriefing) yang mendorong
menemukan makna pribadi dengan mereka untuk berbagi emosi saat
kelompok sosial. Pada penelitian ini, melakukan bermain peran. Jika peserta
peserta didik dengan hambatan intelektual belum memperlihatkan emosinya, maka
kategori ringan dapat menemukan makna peneliti bisa membantu peserta agar
pribadi yaitu saat peserta didik dapat memiliki gambaran singkat tentang
bermain peran sebagai nasabah dan teller kejadian selama bermain peran. Peserta
sesuai dengan tugas masing-masing. dapat berbagi tentang apa yang mereka
Dengan mengetahui perannya sebagai pelajari dan apa yang ingin dilakukan pada
nasabah dan teller, informasi atau pesan waktu berikutnya. Sedangkan pengamat,
tentang penggunaan nilai uang akan dapat membagikan evaluasi kepada peserta
dipahami oleh peserta didik dengan tentang apa yang sudah dilakukan, apa
hambatan intelektual kategori ringan. yang sudah dijalankan dengan baik, apa
Metode bermain peran ini, menciptakan yang perlu diperbaiki dan apa yang dapat
analogi yang asli dan sama dengan dirasakan peserta didik selama bermain
masalah kehidupan yang nyata. Jadi, peran.
bermain peran adalah metode Hasil pencapaian nilai subjek pada
pembelajaran dalam penyampaian penelitian ini menunjukkan kemampuan
pesannya melalui peran berpura-pura penggunaan nilai uang mengalami
78 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

peningkatan dan memenuhi KKM setelah untuk mengidentifikasi situasi-situasi dunia


pelaksanaan tindakan pada siklus I dan nyata dan ide-ide orang lain.
siklus II dengan menggunakan metode Melalui metode bermain peran,
bermain peran. Kedua subjek dapat peserta didik dengan hambatan intelektual
mencapai kompetensi pembelajaran yang akan mencapai aspek afektif dan kognif.
diharapkan yaitu kompetensi yaitu mampu Selain itu, dengan metode bermain peran
membedakan uang yang terbuat dari kertas peserta didik lebih melibatkan kemampuan
dan logam; mampu menunjukkan nilai yang sudah terbentuk sebelumnya. Aspek
uang logam pecahan Rp100,00 Rp200,00 afektif peserta didik dengan hambatan
Rp500,00 Rp1.000,00 dan nilai uang kertas intelektual kategori ringan yang terbentuk
pecahan Rp1.000,00 Rp2.000,00 dalam proses pembelajaran yakni peserta
Rp5.000,00 Rp10.000,00 mampu didik dapat mengungkapkan perasaannya
menyebutkan nilai uang logam pecahan ketika pembelajaran dengan metode
Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 Rp1.000,00 bermain peran. Peserta didik juga lebih
dan nilai uang kertas pecahan Rp1.000,00 bersemangat untuk melakukan proses
Rp2.000,00 Rp5.000,00 Rp10.000,00 pembelajaran penggunaan nilai uang.
mampu menuliskan nilai uang logam Dengan perasaan senang dan semangat
pecahan Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 tersebut, dapat memancing peserta didik
Rp1.000,00 dan nilai uang kertas pecahan mengetahui tugas setiap perannya sebagai
Rp1.000,00 Rp2.000,00 Rp5.000,00 nasabah maupun teller. Dengan
Rp10.000,00 serta mampu mensimulasikan mengetahui tugas perannya sebagai
kegiatan menabung di bank dengan peran nasabah dan teller, aspek kognitif
nasabah dan teller. Peningkatan penggunaan nilai uang peserta didik
kemampuan tersebut terjadi karena metode dengan hambatan intelektual kategori
bermain peran merupakan cara ringan akan muncul. Hal tersebut sesuai
penyampaian informasi materi dengan aplikasi teori belajar behavioristik
pembelajaran yang membuat peserta didik yang diungkapkan oleh Sugiharto (2007:
mendapatkan pengalaman nyata. Hal ini 103) mengenai ciri mendasar teori
sejalan dengan pendapat dengan Oemar behavioristik yang harus diperhatikan yaitu
Hamalik (2001: 214) kelebihan dari mementingkan pengaruh lingkungan,
bermain peran adalah peserta didik dapat mementingkan bagian-bagian,
mengekspresikan perasaannya, dapat mementingkan peranan reaksi,
berpendapat tanpa takut mendapatkan mengutamakan mekanisme terbentuknya
sanksi dan dapat digunakan peserta didik hasil belajar melalui prosedur stimulus
Peningkatan Kemampuan Penggunaan... (Eka Rida Agustin) 79

respon, mementingkan peranan pecahan Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00


kemampuan yang sudah terbentuk Rp1.000,00 dan nilai uang kertas pecahan
sebelumnya, mementingkan kebiasaan Rp1.000,00 Rp2.000,00 Rp5.000,00
melalui latihan dan pengulangan dan Rp10.000,00 serta mampu mensimulasikan
terakhir adalah hasil belajar yang dicapai kegiatan menabung di bank dengan peran
adalah munculnya perilaku yang nasabah dan teller. Peningkatan
diinginkan. kemampuan didukung dengan adanya
metode bermain peran sehingga peserta
KESIMPULAN DAN SARAN didik belajar kongkrit dan berdasarkan
Kesimpulan pengalaman langsung.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
Saran
kelas yang telah dilakukan secara
Berdasarkan kesimpulan penelitian
kolaboratif antara peneliti dan guru kelas
ini, peneliti menyampaikan saran sebagai
dapat disimpulkan bahwa metode bermain
berikut:
peran dapat meningkatkan penggunaan
1. Bagi Guru
nilai uang pada peserta didik dengan
Hendaknya dapat menggunakan metode
hambatan intelektual kategori ringan
bermain peran pada materi lain yang sulit
tingkat SMP di SLB N 1 Yogyakarta. Hasil
dipelajari oleh peserta didik selain pada
kinerja guru juga menunjukkan skor dalam
materi penggunaan nilai uang.
kategori sangat baik. Sedangkan pada hasil
2. Bagi Kepala Sekolah
tes lisan dan perbuatan menunjukkan
Kepala sekolah hendaknya
peserta didik mampu mencapai kompetensi
berkoordinasi dengan guru-guru disekolah
sesuai dengan indikator yaitu mampu
untuk mengembangkan metode
membedakan uang yang terbuat dari kertas
pembelajaran yang digunakan pada
dan logam; mampu menunjukkan nilai
berbagai mata pelajaran sehingga
uang logam pecahan Rp100,00 Rp200,00
memudahkan peserta didik dalam
Rp500,00 Rp1.000,00 dan nilai uang kertas
mengolah informasi pembelajaran.
pecahan Rp1.000,00 Rp2.000,00
3. Bagi peneliti selanjutnya
Rp5.000,00 Rp10.000,00 mampu
Diharapkan dapat meneliti penggunaan
menyebutkan nilai uang logam pecahan
nilai uang dengan menggunakan metode
Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 Rp1.000,00
pembelajaran salah satunya dengan
dan nilai uang kertas pecahan Rp1.000,00
menggunakan metode bermain peran.
Rp2.000,00 Rp5.000,00 Rp10.000,00
mampu menuliskan nilai uang logam
80 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 1 Tahun 2019

DAFTAR PUSTAKA

Hallahan, D.P., Kauffman. J.M. & Pullen.


P.C. (2009). Exceptional Learners:
An Introduction to Special
Education. USA: Pearson Education
Inc.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar


Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Joyce, B., Weil .M., & Calhoun E. (2009).


Models of Teaching. Model-model
Pengajaran. (Terjemahan Achmad
Fawaid dan Ateilla Mirza).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyono, Abdurrahman. (1994).


Pendidikan Bagi Peserta didik
Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Mumpuniarti. (2007). Pembelajaran


Akademik Bagi Tunagrahita.
Yogyakarta: FIP UNY.

Mumpuniarti. (2007). Pendekatan


Pembelajaran bagi Peserta didik
Hambatan Mental. Yogyakarta:
Kanwa Publisher.

Ruth, Fanning dan David M. Gaba. (2007).


The Role of Debriefing in Simulation
Based Learning. Journal of
Education, 2, 115-125.

Sugiharto, dkk. (2007). Psikologi


Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar


Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai