Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN ARUS JENUH PADA SIMPANG BERSINYAL DI

KOTA MALANG BAGIAN SELATAN

Hendi Bowoputro1, M. Zainul Arifin1, Ludfi Djakfar1, Rahayu Kusumaningrum1


1
Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur
Korespondensi : bowoputro@hotmail.com

ABSTRAK

Salah satu masalah transportasi di kota Malang terjadi pada simpang bersinyal. Permasalahan tersebut
ditunjukkan dalam hasil penelitian derajat kejenuhan (DS) pada simpang bersinyal di kota Malang yang
sebagian besar melampui nilai 1 bahkan mencapai 2, yang mana nilai derajat kejenuhan yang ditetapkan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)1997 yaitu 0,75. Di dalam MKJI 1997 nilai arus jenuh dasar per
meter (S0/m) pada suatu pendekat ditetapkan sebesar 600 smp/m. Penelitian ini mengkaji nilai arus jenuh
yang sesuai dengan keadaan sebenarnya di kota Malang bagian selatan. Penelitian arus jenuh di kota Malang
bagian meliputi 11 simpang bersinyal yang terdiri 34 kaki simpang menggunakan metode time slice dengan
interval 6 detik. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 32,3% kaki simpang pada wilayah peneltian memiki
nilai S0/m yang telah melewati standar yang ditetapkan MKJI 1997. Dari hasil tersebut dihasilkan dua buah
usulan desain kriteria alternatif formulasi nilai S0/m. Usulan pertama menghasilkan persamaan S0/m =
1159,407 – (83,523 x lebar pendekat efektif) + (246,169 x bahu jalan) - (9,938 x lebar keluar). Sedangkan
usulan kedua dengan menentukan faktor penyesuaian hambatan samping ideal (FSF ideal). Nilai FSF ideal
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: tingkat rendah dengan nilai 0,728 ; tingkat sedang dengan
nilai 1,017, tingkat tinggi dengan nilai 1,520, tingkat sangat tinggi dengan nilai 2,551.

Kata kunci: Simpang Bersinyal, Arus jenuh, Time slice, Hambatan samping

1. PENDAHULUAN terjadi pada sistem transportasi darat.


Transportasi mempunyai peranan Moda transportasi publik merupakan salah
penting dalam menunjang kegiatan satu alternatif dari permasalahan ini.
masyarakat di suatu negara berkembang. Namun ketidaktersediaan moda transportasi
Setiap aspek kegiatan masyarakat di negara publik yang memadai di negara
berkembang, yang berkaitan dengan berkembang, baik dari segi sarana dan
manusia, barang dan jasa, memerlukan prasarana, membuat masyarakat cenderung
moda transportasi yang efektif dan efisien menggunakan transportasi pribadi untuk
yang dapat menunjang mobilitas kegiatan. menunjang mobilitas kegiatan harian. Hal
Dari tahun ke tahun, kebutuhan moda ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan
transportasi yang efektif dan efisien di jumlah kendaraan darat pribadi yang sangat
negara berkembang meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun.
pesat seiring dengan meningkatnya Indonesia sebagai negara
populasi penduduk. Populasi penduduk berkembang tidak luput dari masalah
yang meningkat pesat mengakibatkan transportasi darat yang terjadi di negara-
peningkatan kegiatan masyarakat. negara berkembang lainnya. Di setiap kota
Sementara itu mobilitas masyarakat tetap besar di Indonesia, permasalahan sistem
dibatasi oleh ruang gerak yang terbatas. transportasi darat menjadi masalah yang
Hubungan permasalahan antara moda serius. Masalah utama sistem transportasi
transportasi, mobilitas masyarakat dan darat di daerah perkotaan adalah kemacetan
ruang gerak yang terbatas pada umumnya lalu lintas, yang mana salah satu

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 8 , No.2 – 2014 ISSN 1978 - 5658 152
penyebabnya adalah arus kendaraan 2. METODOLOGI PENELITIAN
melintas yang melebihi kapasitas jalan. Penelitian ini menggunakan data
Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di primer dan data sekunder. Data primer
Jawa Timur mulai mengalami merupakan data yang diperoleh dari hasil
permasalahan ini sejak dicanangkannya survei yang dilakukan secara langsung di
kota Malang sebagai kota pendidikan dan tiap lokasi kaki simpang yang berupa data
pintu gerbang pariwisata di area Malang geometrik jalan (lebar pendekat, lebar
Raya. masuk dan lebar keluar), data durasi sinyal
Salah satu masalah transportasi di lalu lintas, data arah pergerakan lalu lintas,
kota Malang terjadi pada simpang data arus lalu lintas, dan data kondisi
bersinyal. Permasalahan tersebut lingkungan jalan. Sedangkan data sekunder
ditunjukkan dalam hasil penelitian derajat merupakan data yang berasal dari instansi-
kejenuhan (DS) pada simpang bersinyal di instansi terkait, baik milik pemerintah
kota Malang yang sebagian besar melampui maupun swasta, yang berkaitan dengan
nilai 1 bahkan mencapai nilai 2, yang mana penelitian berupa data kependudukan kota
nilai derajat kejenuhan yang ditetapkan Malang dan peta jaringan jalan kota
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Malang.
adalah 0,75 (Laboratorium Transportasi Untuk pengumpulan data dan
dan Jalan Raya , 2011). Salah satu upaya informasi pada penelitian ini dilakukan
dalam tahapan penyelesaian masalah pada persiapan yang matang agar dapat
simpang bersinyal adalah penelitian memperlancar proses pengambilan data.
mengenai nilai arus jenuh pada setiap Pengumpulan data lapangan diawali denga
pendekat (kaki simpang). Arus jenuh survey pendahuluan sehingga dapat
merupakan besarnya keberangkatan antrian mentukan lokasi simpang yang akan
di dalam suatu pendekat selama kondisi diambil data lapangannya. Pengukuran data
yang ditentukan (smp/hijau). Tingginya lapangan meliputi pengukuran geometrik
nilai arus jenuh pada sebuah kaki simpang simpang, pencatatan durasi sinyal lalu
bersinyal menyebabkan penurunan kualitas lintas dan observasi keadaan lingkungan
pelayanan dari simpang bersinyal. jalan, pencatatan arah pergerakan arus lalu
Manual Kapasitas Jalan Indonesia video arus lalu lintas simpang bersinyal.
1997 (Direktorat Jenderal Bina Marga, Selain itu juga dilakukan studi kepustaakan
1997) yang merupakan pedoman yang berupa buku, jurnal ilmiah dan peraturan
digunakan untuk menghitung kapasitas dan perundangan yang berkaitan dengan
perilaku lalu lintas di Indonesia telah penelitian ini.
memuat kajian mengenai arus jenuh. Dari hasil survey pendahuluan
Manual tersebut dibuat berdasarkan digunakan untuk menentukan waktu dan
penelitian empiris yang dilaksanakan di lokasi pengambilan data arus lalu lintas
lima kota besar Indonesia, yaitu Jakarta, yang meliputi 11 lokasi simpang bersinyal
Bandung, Medan, Surabaya dan Semarang yang mencakup 40 kaki simpang bersinyal.
pada periode tahun 1994 hingga tahun Penentuan waktu jenuh didasarkan dari
1997. Penelitian yang dilakukan telah kepadatan arus lalu lintas pada waktu sibuk
berusia kurang lebih enam belas tahun, bagi pengguna lalu lintas. Waktu sibuk bagi
sehingga diperlukan kajian lanjutan tentang pengguna lalu lintas pada umumnya adalah
formulasi perhitungan arus jenuh yang pada saat pagi hari (jam berangkat ke
sesuai dengan karakteristik suatu daerah kantor atau sekolah), siang hari (jam
pada saat sekarang. Dengan adanya kajian istirahat siang dan pulang sekolah) dan sore
mengenai arus jenuh maka dapat membantu hari (jam pulang kantor dan sekolah).
evaluasi kemacetan yang terjadi di simpang Parameter observasi kondisi kejenuhan arus
bersinyal di kota Malang. berdasarkan tersisanya kendaaran dari

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 8 , No.2 – 2014 ISSN 1978 - 5658 153
suatu antrian lalu lintas dalam suatu siklus diperoleh kehilangan awal sebesar -2,013
sinyal pada suatu kaki simpang. Kaki detik dan kehilangan akhir -1.352 detik.
simpang bersinyal yang mengalami Hasil analisis nilai arus jenuh interval
kejenuhan arus pada umumnya menyisakan rata-rata (Srata-rata) pada seluruh kaki
arus kendaraan setelah sinyal hijau berakhir simpang di wilayah studi terangkum pada
dari suatu antrian dalam sebuah siklus. Tabel 3.
Kaki simpang bersinyal yang mengalami
kejenuhan arus selanjutnya akan diambil 3.2 Kajian Arus Jenuh Dasar
data arus lalu lintasnya. Dalam hasil perhitungan nilai arus
Tabel 1. Daftar lokasi kaki simpang dan jenuh dasar pada penelitian di wilayah studi
waktu penelitian pada penelitian didapatkan bahwa di beberapa kaki
arus jenuh di kota Malang bagian simpang bersinyal memiliki nilai arus jenuh
selatan dasar per meter (S0/m) yang sudah tidak
sesuai dengan formulasi arus jenuh dasar
per meter (S0/m) yang ditetapkan MKJI
1997 yaitu maksimal sebesar 600 smp/m.
Tabel 2. Arus lalu lintas kendaraan bermotor
kaki simpang kode A2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Metode Time Slice Gambar 1. Grafik arus jenuh interval kaki
Pada proses analisis arus jenuh simpang kode A2
interval dengan metode time slice, data arus
lalu lintas dikompilasikan dengan beberapa
data primer untuk mendapatkan nilai arus
jenuh. Analisis arus jenuh dilakukan
terhadap masing kaki simpang yang
mengalami kejenuhan arus yang tinggi
berdasarkan data survei pendahuluan dan
video arus lalu lintas. Berikut ini
ditampilkan analisis arus jenuh pada suatu
kaki simpang Jl. Jendral Basuki Rahmat
(Kode A-2) .
Dikarenakan pada kaki simpang
Gambar 2. Grafik model arus jenuh dasar kaki
terdapat kehilangan awal dan kehilangan simpang kode A2
akhir, maka perlu diperhitungkan dan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 8 , No.2 – 2014 ISSN 1978 - 5658 154
Tabel 3. Hasil analisis arus jenuh interval  Jl. Jend. Basuki Rahmat (Simpang
rata-rata PLN)
 Jl. Janti Barat (Simpang Janti)
 Simpang 4 kaki
 Jl. Bend. Sutami (Simpang
Galunggung)
 Jl. Bondowoso (Simpang
Galunggung)
 Jl. Tidar Raya (Simpang Galunggung)
 Jl. Kawi (Simpang BRI Klojen)
 Jl. Kawi Atas (Simpang BRI Klojen)
 Jl. Jend. Basuki Rahmat (Simpang
Alun-alun)
 Jl. Jend. Basuki Rahmat – dari arah
selatan ke utara (Simpang BCA
Semeru)
 Jl. Jend. Basuki Rahmat – dari arah
utara ke selatan (Simpang BCA
Semeru)
 Jl. Semeru (Simpang BCA Semeru)
 Jl. Gadang Bumiayu (Simpang
Terminal Gadang)

3.3 Usulan Desain Kriteria Alternatif


Pada pengklasifikasian kaki simpang Arus Jenuh
Pada penelitian arus jenuh di kota
menurut nilai S0/m terdapat 21 kaki
Malang bagian selatan didapatkan indikasi
simpang yang memiliki nilai S0/m lebih
bahwa nilai arus jenuh per meter (S0/m)
besar daripada yang ditetapkan MKJI 1997
dipengaruhi oleh faktor geometrik kaki
dengan nilai S0/m yang berkisar 603 smp/m
simpang dan ketidaksesuaian nilai faktor
hingga 1611 smp/m. Ketidaksesuaian
hambatan samping yang ditentukan oleh
tersebut diindikasikan berhubungan oleh
MKJI 1997. Faktor geometrik yang
faktor geometrik jalan dan faktor hambatan
dimaksud adalah lebar pendekat efektif
samping yang tidak sesuai dengan kondisi
(We), lebar keluar (Wkeluar) dan lebar bahu
arus lalu lintas pada wilayah studi.
jalan masuk yang dipakai kendaraan
Pada kaki simpang yang memiliki
(BJMD).
nilai arus jenuh dasar per meter yang masih
Analisis mengenai hubungan nilai
sesuai dengan MKJI 1997, pada
arus jenuh per meter (S0/m) dengan faktor
kenyataannya berpotensi mengalami
geometrik kaki simpang akan dianalisis
peningkatan nilai arus jenuh dasar per
menggunakan analisis statistik regresi
meter. Hal ini disebabkan seiring
linear berganda. Sedangkan analisis
bertambahnya jumlah penduduk dan
mengenai faktor hambatan samping yang
jumlah kendaran bermotor. Adapun daftar
ideal dilakukan dengan membagi nilai arus
kaki simpang yang nilai arus jenuh dasar
jenuh dasar per meter (S0/m) dengan
per meter yang masih sesuai dengan MKJI
koefisien arus jenuh dasar MKJI 1997.
1997 adalah sebagai berikut:
Usulan desain kriteria yang pertama
 Simpang 3 kaki
yaitu formulasi nilai arus jenuh dasar per
 Jl. Brig. Slamet Riyadi (Simpang meter (S0/m) berdasarkan pengaruh lebar
PLN)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 8 , No.2 – 2014 ISSN 1978 - 5658 155
efektif jalan, bahu jalan masuk yang lingkungan di sekitar lokasi simpang
dipakai pengendara dan lebar keluar. yang menghambat pergerakan lalu lintas
Formulasi yang dihasilkan adalah S0/m = dan arus lalu lintas yang tinggi.
1159,407 – (83,523 x lebar pendekat 3. Berdasarkan hasil penelitian arus jenuh
efektif) + (246,169 x bahu jalan) - (9,938 x pada simpang bersinyal di kota Malang
lebar keluar). Sedangkan untuk usulan bagian selatan, diusulkan 2 desain
desain kriteria yang kedua adalah kriteria alternatif formulasi arus jenuh
penentuan nilai faktor penyesuaian yaitu :
hambatan samping ideal (FSF ideal) untuk • Usulan pertama yaitu formulasi nilai
menggantikan nilai faktor penyesuaian arus jenuh dasar per meter (S0/m)
hambatan samping (FSF) yang sebelumnya berdasarkan pengaruh lebar efektif
ditentukan berdasarkan MKJI 1997, yang jalan, bahu jalan masuk yang dipakai
mana nilai FSF berdasarkan MKJI 1997 pengendara dan lebar keluar.
dianggap kurang sesuai dengan kondisi lalu Formulasi yang dihasilkan adalah
lintas saat ini. Dari analisis nilai rata-rata S0/m = 1159,407 – (83,523 x lebar
untuk setiap kategori hambatan samping pendekat efektif) + (246,169 x bahu
didapatkan nilai FSF ideal tingkat rendah jalan) - (9,938 x lebar keluar).
adalah 0,728, nilai FSF ideal tingkat sedang • Usulan kedua adalah penentuan nilai
adalah 1,017, nilai FSF ideal tingkat tinggi faktor penyesuaian hambatan
adalah 1,520 dan nilai FSF ideal tingkat samping ideal (FSF ideal) untuk
sangat tinggi adalah 2,551. menggantikan nilai faktor
penyesuaian hambatan samping
4. KESIMPULAN (FSF) yang sebelumnya ditentukan
Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan MKJI 1997, yang mana
mengenai arus jenuh pada simpang nilai FSF berdasarkan MKJI 1997
bersinyal di kota Malang bagian selatan dianggap kurang sesuai dengan
yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kondisi lalu lintas saat ini. Dari
kesimpulan sebagai berikut: analisis nilai rata-rata untuk setiap
1. Nilai arus jenuh dasar per meter (S0/m) kategori hambatan samping
pada 11 simpang bersinyal di kota didapatkan nilai FSF ideal tingkat
Malang bagian selatan berkisar antara rendah adalah 0,728, nilai FSF ideal
211,31 smp/m hingga 1611,454 smp/m. tingkat sedang adalah 1,017, nilai
Pada simpang 3 kaki nilai S0/m terendah FSF ideal tingkat tinggi adalah 1,520
adalah 282,048 smp/m dan yang dan nilai FSF ideal tingkat sangat
tertinggi adalah 937,513 smp/m. tinggi adalah 2,551.
Sedangkan pada simpang 4 kaki nilai
S0/m terendah adalah 211,31 smp/m dan 5. DAFTAR PUSTAKA
tertinggi adalah 1611,454 smp/m. Alamsyah, A. A. (2008). Rekayasa Lalu Lintas.
2. Pada simpang bersinyal di kota Malang Malang: UMM Press.
Badan Statistik Kota Malang. (2012). Malang
bagian selatan 32,3% kaki simpang Dalam Angka 2012. Malang: BPS.
memiliki arus S0/m yang telah melampui Budiarnaya, P. (2001). Analisis Nilai Arus Jenuh
standar yang ditetapkan MKJI 1997 (Saturation Flow) Pada Persimpangan Kota
(600 smp/m), 50% kaki simpang lainnya Denpasar. Malang: Universitas Brawijaya.
masih di dalam standar MKJI 1997 Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual
Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Dirjen
sedangkan 17,7% berada di bawah Bina Marga.
standar MKJI 1997. Hal tersebut Direktorat Jenderal Bina Marga. (1997). Manual
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Jakarta:
kondisi geometrik jalan yang tidak Departemen Pekerjaan Umum.
memadai bagi kendaraan, keadaan Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya , U.
(2011). Kajian Tingkat Pelayanan Simpang

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 8 , No.2 – 2014 ISSN 1978 - 5658 156
Bersinyal di Kota Malang. Malang: Jalan Dr. Sutomo-Suryopranoto, Yogyakarta.
Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, XII (1): 99-
Mashuri. (2007). Model Hubungan Nilai Arus Jenuh 108.
Dengan Kecepatan Kendaraan Di Rakhmad, N., & Vahrial, A. (2013). Kajian Arus
Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Mesjid Raya Jenuh Pada Simpang Bersinyal di Kota
– Jl. Veteran – Jl. Bandang Makassar). Malang Bagian Utara. Malang: Universitas
Jurnal SMARTEK, V (1). Brawijaya.
Rahayu, G., Rosyidi, S., & Munawar, A. (2009). Trihendradi, C. (2012). Step By Step SPSS 20.
Analisis Arus Jenuh dan Panjang Antrian Yogyakarta: Penerbit ANDI.
pada Simpang Bersinyal: Studi Kasus di

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 8 , No.2 – 2014 ISSN 1978 - 5658 157

Anda mungkin juga menyukai