Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny.Susi Sudaryani
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Sawojaja rt 6/2 Takeran, Magetan
Nama Suami : Tn. Parmun
Usia : 46 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
MRS : 21-1-2017 pukul 07.15 WIB
No RM : 6695019

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama: Air ketuban pecah sejak tanggal 21-1-2017 pukul 05.30 disertai kenceng-
kenceng dan lendir darah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien rujukan BPM dengan keterangan ketuban pecah sejak tanggal 21-1-2017 pukul 05.30,
warna coklat kental disertai HIS dan lencir darah. Vulva teraba massa bulat sebesar kelereng.

Riwayat Kehamilan:

- HPHT : 4 – 04 – 2016 (lupa)


- HPL : 11 – 01 – 2017

Usia kehamilan  41/42 Minggu

Riwayat menikah : 1x, lamanya 12 th


Riwayat KB: -

Riwayat ANC: PKM 1x BPM 17x

Sp.OG 3x

Riwayat Persalinan:

No A/P/I/Ab/H BBL Cara Lahir Penolong L/P Umur H/M


.
1 A 3200 Spt B BPM L 8 th H
2 Ab - - - - - M
3 Hamil ini - - - - - -

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Umum:

 Kesadaran : 4-5-6 (Compos Mentis)


 Keadaan umum : Baik
 Vital sign :
- TD : 130/100 mmHg
- Temp(Rect) : 36,5º C
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20 x/menit
 BMI : 27,3
- TB : 160 cm
- BB : 70 kg
 Kepala / Leher : Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dispneu (-)
 Kardiovaskuler : S1 S2 Tunggal, Bising (-)
 Respirasi : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Muskuloskeletal : Edema (-/-)
Status Obstetri

TFU : 24 cm,

DJJ : (+) 12 13 12

Hi s : (+)

Letkep

VT : Pembukaan 1 cm/eff 25 %/ ketuban (+)/kepala/HI

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboraturium
Hb : 9.7 g/dl
Leukosit : 8.20 103 /µL
Trombosit : 188 103 /µL
Hematokrit : 29.2 %
2. USG (21/1/17)

K/T/DJJ (+)

BPD : 89,8 ~ 34/35 minggu


FL : 76,6 ~ 38/39 minggu
HC : 329,2 ~ 35 minggu
EFW : 2780 gram
3. NST (21/1/17)

180/6-8/variabel deselerasi 60 s/d 70 bpm

V. DIAGNOSIS
GIIIP1011 41/42 minggu THIU + letkep + KPP + plasenta previa parsialis + Ab. NST +
U≥ 35 th+ post date+ TBJ 2500 gram

VI. PLANNING/TERAPI
 Cek DL
 KIE & inform concent pro Cito + IUD
 Inj. Ceftriaxone 2 mg
 Lapor dr.Sp.OG disetujui
Pkl.08.45
Lahir bayi SC perempuan /3100g/51/AS 5-7
Insersi IUD pasca plasenta

FOLLOW UP
TGL/JAM S O A P
22/1/17 Nyeri luka STU : P2012 PP SC + IUD - Diet TKTP
07.00 jahitan KU baik, CM, AICD (-/-/-/-) hari 1 a/i KPP+ PP - Mobilisasi bertahap
operasi TD : 120/70 ; N: 80x ; RR: parsial+ u ≥ 35thn+ abn - Paracetamol 3x500 mg
20x ; T: 36,6 NST - SF 1x1 tab
c/p dbn - Cefadroxil 1x1
STO : - KIE ASI Eksklusif
TFU 2 jbpst - V/V hygiene
Kont. Ut (+) baik - Transfusi PRC 1 kolf –
v/v : flx (-), flr (-), lochia (+) cek DL post transfusi
Hb : 8.0 - Mx : kel/vs/kont.ut/flx
23/1/17 Nyeri luka KU baik, CM, AICD (-/-/-/-) P2012 PP SC + IUD - Diet TKTP
07.00 post operasi TD : 130/80 ; N: 80x ; RR: hari 2 a/i KPP+ PP - Mobilisasi bertahap
20x ; T: 36,6 parsial+ u ≥ 35thn+ abn - Paracetamol 3x500 mg
c/p dbn NST - SF 1x1 tab
STO : - KIE ASI Eksklusif
TFU 2 jbpst - V/V hygiene
Kont. Ut (+) baik - Mx : kel/vs/kont.ut/flx
v/v : flx (-), flr (-) - Besok pro rawat luka,
bila baik KRS
31/8/1 Keuhan (-) KU baik, CM, AICD (-/-/-/-) P2012 PP SC + IUD - Diet TKTP
12.00i TD : 120/80 ; N: 82x ; RR: hari 3 a/i KPP+ PP - Mobilisasi bertahap
20x ; T: 36,6 parsial+ u ≥ 35thn+ abn - Paracetamol 3x500 mg
c/p dbn NST - SF 1x1 tab
STO : - KIE ASI Eksklusif
TFU 2 jbpst - V/V hygiene
Kont. Ut (+) baik - Mx : kel/vs/kont.ut/flx
v/v : flx (-), flr (-) - Rawat luka, baik, KRS
Plasenta Previa

1. Pengertian
      Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di
sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum pada kehamilan 28 minggu atau lebih.

2. Klasifikasi Plasenta Previa


           Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk
klinis, yaitu:
a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm.
b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis servikalis.
c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum.
d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium
uteri internum.
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir :
a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan menutupi
sebagian ostium uteri internum.
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa
berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
a. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan plasenta previa
marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002). 

3. Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Etiologi masih belum diketahui,
insiden meningkat sesuai usia, paritas, riwayat seksio sesaria 1 kali 0.65%, 3 kali 2,2% dan 4 kali
10%. Dugaan mengarah kepada abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin
karena adanya parut karena trauma atau operasi/ infeksi. Menurut beberapa pendapat para ahli,
penyebab plasenta previa yaitu :
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim yang
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan
nutrisi pada janin, dan vili korealis. Endometrium keadaannya kurang baik minsal karena atrofi
endometrium. Keadaan ini terjadi pada multipara, terutama jarak antara kehamilan selanjutnya
pendek, pada myoma uteri, kuretase yang berulang. Mungkin juga disebabkan oleh implantasi
telur yang rendah.
b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat
pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan
leiomioma uteri.

4. Faktor Risiko Plasenta Previa


a. Faktor predisposisi
           Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun,
paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretase atau
manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan
malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas
persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun. 
         Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan
paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia, plasenta previa banyak
dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia
menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat
Endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan
berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan manual
plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda. 
b. Faktor pendukung 
        Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta previa
sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang
berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki
kelainan seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah
Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.. Sebab –
sebab terjadinya plasenta previa yang lainnya yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea,
bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001). 
5. Patofisiologi Plasenta Previa 
        Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih
awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami
pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu
bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar
dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab
itu, perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim
senantiasa terbentuk perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus
atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal (Mansjoer, 2001). 

6. Gambaran Klinik Plasenta Previa 


       Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar,
perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya, timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin
dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum
masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak plasenta
previa berada di bawah janin (Winkjosastro, 2002). 

7. Diagnosa Plasenta Previa 


      Menurut Mochtar (1998), diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
a. Anamnesa plasenta previa, antara lain : terjadinya perdarahan pada kehamilan 28 minggu
berlangsung tanpa nyeri , dapat berulang, tanpa alasan terutama pada multigravida.
b. Pada inspeksi dijumpai, antara lain : perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan
pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
c. Pemeriksaan fisik ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai
syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma. Pada pemeriksaan dapat
dijumpai tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan
pernafasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.
d. Pemeriksaan obstetri, yaitu pemeriksaan palpasi abdomen, antara lain : janin belum cukup
bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil, karena letak plasenta di segmen bawah
lahir, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
Denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosa pasti,
mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan, hasil pemeriksaan dalam teraba
plasenta sekitar ostium uteri internum. 

8. Komplikasi Plasenta Previa 


        Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba (2001),
adapun komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu :
a. Komplikasi pada ibu, antara lain : perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta
dengan inersio di depan., infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang
segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
b. Komplikasi pada janin, antara lain : prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi,
mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan
kematian. Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara
lain : 1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta
dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita
anemia dan syok. 2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan
mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan
menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta. 3) Servik dan segmen bawah
raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh
perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal. 
9. Penatalaksanaan Plasenta Previa 
           Terdapat 2 macam terapi, yaitu : 
    a. Terapi Ekspektatif 
           Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali.
Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu yang baik dan perdarahan sudah
berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah keadaan ibu masih baik (Hb-normal)
dan perdarahan tidak banyak, besarnya pembukaan, dan tingkat placenta previa. 
    b. Terapi Aktif 
        Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya: a) Cara Vaginal
untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup pembuluh – pembuluh
darah yang terbuka (tamponade plasenta). b) Cara sectio caesarea dengan maksud untuk
mengosongkan rahim sehingga dapat mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan dan
juga untuk mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan usaha persalinan
pervaginam pada placenta previa. Prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu, setiap ibu
dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh
dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya
masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi
perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak daripada sebelumnya, jangan sekali
– kali melakukan pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang
tenang dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak
akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup 36
minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulai, dapat
dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi
(Penanganan Pasif) sebaliknya, kalau perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan
berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36 minggu,
atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka
penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal ini pemeriksaan
dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi (Winkjosastro, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus. Jakarta.

Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai