Anda di halaman 1dari 36

Dampak Lingkungan Yang di Kelola

Jenis Dampak Yang Timbul Tolak Ukur dampak Sumber Dampak


Tahap Kontruksi
Pembersihan Lahan
Penurunan Kualitas Udara Kualitas udara ambient yang Pembersihan Lahan
mengacu pada Peraturan Non Tambang
Pemerintah No. 41 Tahun 1999
yaitu S0₂ sebesar 0.9 mg/I, NO₂
sebesar 0,4 mg/I, CO sebesar 30
mg/I dan Debu (TSP) sebesar
0,23 mg/l atau 230 Dg/m3.

Meningkatnya Debit Air Limpasan Meningkatnya debit air limpasan Pembersihan Lahan
tidak jauh melebihi debit Non Tambang
limpasan sesuai kondisi rona
awal

Meningkatnya Erosi Tanah • Terjadinya kenaikan laju Pembersihan Lahan


erosi tanah. Non Tambang
• Terbentuknya alur-alur dan
parit-parit di lokasi pembersihan
lahan.

Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembersihan Lahan
Permukaan settling pond mengacu pada Non Tambang
Perda Provinsi KalTim No.02
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.

Terganggunya Flora Darat Kelimpahan Keanekaragaman Pembersihan Lahan


flora Darat Non Tambang
Terganggunya Fauna Darat Kelimpahan Dan Pembersihan Lahan
Keanekaragaman Jenis Fauna Non Tambang
Darat

Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Pembersihan Lahan


Jenis dan Kelimpahan Biota Air Non Tambang

Terganggunya Kesehatan Jenis-jenis penyakit yang muncul Pembersihan Lahan


Masyarakat dan berkembang (ISPA, Non Tambang
pencernaan, dan jenis penyakit
lainnya)

Pembangunan Sarana Dan Prasarana Penunjang


Meningkatnya Erosi Tanah • Terjadinya kenaikan laju Kegiatan
erosi tanah. Pembangunan Sarana
Dan Prasarana
Penunjang

Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Kegiatan


Permukaan settling pond mengacu pada Pembangunan Sarana
Perda Provinsi KalTim No.02 Dan Prasarana
Tahun 2011 yaitu TSS = maks. Penunjang
300 mg/l.

Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Kegiatan


Jenis dan Kelimpahan Biota Air Pembangunan Sarana
Dan Prasarana
Penunjang
Meningkatnya Kesempatan Kerja Seberapa banyak jumlah Kegiatan
masyarakat lokal yang Pembangunan Sarana
terserap/bekerja pada kegiatan Dan Prasarana
perusahaan Penunjang

Meningkatnya Pendapatan Kondisi angkatan kerja yang Kegiatan


Masyarakat diterima bekerja pada kegiatan Pembangunan Sarana
perusahaan Dan Prasarana
Penunjang

Terganggunya Kesehatan Jenis-jenis penyakit yang muncul Kegiatan


Masyarakat dan berkembang (ISPA, Pembangunan Sarana
pencernaan, dan jenis penyakit Dan Prasarana
lainnya) Penunjang

Pembangunan Jalan Tambang


Penurunan Kualitas Udara Kualitas udara ambient yang Pembangunan Jalan
mengacu pada Peraturan Tambang
Pemerintah No. 41 Tahun 1999
yaitu S0₂ sebesar 0.9 mg/I, NO₂
sebesar 0,4 mg/I, CO sebesar 30
mg/I dan Debu (TSP) sebesar
0,23 mg/l atau 230 Dg/m3.
Meningkatnya Erosi Tanah • Terjadinya kenaikan laju Pembangunan Sarana
erosi tanah. Dan Prasarana
• Terbentuknya alur-alur dan Penunjang
parit-parit di lokasi pembersihan
lahan.

Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembangunan Sarana
Permukaan settling pond mengacu pada Dan Prasarana
Perda Provinsi KalTim No.02 Penunjang
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.

Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Pembangunan Sarana


Jenis dan Kelimpahan Biota Air Dan Prasarana
Penunjang

Terganggunya Kesehatan Jenis-jenis penyakit yang muncul Pembersihan Lahan


Masyarakat dan berkembang (ISPA, Non Tambang
pencernaan, dan jenis penyakit
lainnya)
Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

• Pengaturan jadwal mobilisasi peralatan disaat jalur jalan yang dilewati tidak dalam keadaan padat
lalulintas
• Tidak melakukan mobilisasi pada malam hari di jalur jalan yang berdekatan dengan pemukiman
penduduk.
• Mengatur kecepatan kendaraan tidak melebihi 40 km/jam.
• Mewajibkan karyawan/pekerja untuk menggunakan alat pelindung mata, mulut dan hidung.
• Dilakukan penyiraman apabila kondisi jalan berdebu.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Melakukan kegiatan pembersihan lahan non tambang secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan
• Membuat saluran drainase atau parit di sekeliling lokasi kegiatan
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan

• Melakukan kegiatan pembersihan lahan secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan.
• Menumpuk batang pohon dan cacahan tumbuhan (sisa pembersihan lahan) pada daerah yang rawan
erosi tanah untuk dapat menekan laju erosi tanah.
• Membuat saluran drainase atau parit di sekeliling lokasi kegiatan.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Pelaksanaan kegiatan secara terencana, selektif dan bertahap.


• Pembuatan saluran drainase/parit.
• Pada saat melakukan kegiatan land clearing juga disiapkan parit dan tanggul agar limpasan permukaan
dapat mengarah ke kolam pengendap.
• Pembuatan kolam pengendap lokasi bukaan lahan .
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Kegiatan pembersihan perencanaan tambang


• Mengenclave kawasan sempadan sungai dan area konservasi
• Menjadikan areal konservasi sebagai alternatif lokasi untuk migrasi fauna (koridor) dan atau kantong
satwa
• Mencegah perburuan terhadap hewan yang dilindungi Penanaman pohon di sekitar areal l yang telah
dibersikan
• Melakukan kegiatan perlindungan satwa, dengan memberikan ruang (Areal Konservasi)
pada areal yang tidak di tambang.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Mengenclave kawasan sempadan sungai dan area konservasi
• Kegiatan pembersihan lahan non tambang disesuaikan dengan perencanaan tambang.
• Pengelolaan flora agar terintegrasi dengan pengelolaan terhadap erosi tanah yaitu dengan reklamasi
dan revegetasi lahan bekas tambang.
• Mempertahankan vegetasi pada areal sebagai areal konservasi (green belt).
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Menjaga kestabilan ekosistem perairan/sungai.


• Melakukan kegiatan pembersihan lahan non tambang secara selektif,sesuai kebutuhan.
• Pada saat melakukan kegiatan land clearing juga disiapkan parit dan tanggul agar limpasan permukaan
dapat mengarah ke kolam pengendap.
• Pembuatan kolam pengendap di lokasi bukaan lahan non tambang.
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Melakukan Pengelolaan berbagai sumber dampak yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
yang terkait kegiatan.
• Ikut berpatisipasi dalam rangka memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat melalui bantuan pelayanan
kesehatan secara berkala dan memberikan sumbangan obat.
• Melakukan invenetarisasi kesehatan.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Melakukan kegiatan pernbangunan sarana dan prasarana penunjang secara bertahap sesuai dengan
rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan khususnya dalam pematangan lahan.
• Mengurangi resiko ersosi dengan membuat teras berjenjang pada lokasi dengan kemiringan lereng
yang besar.
• Mengefektifkan upaya-upaya pengendalian dampak erosi tanah akibat aktivitas pembangunan sarana
dan prasarana penunjang.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara terencana, selektif dan
bertahap.
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Melakukan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana secara selektif, sesuai kebutuhan.
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat (jumlah,
kualifikasi, proses seleksi)
• Memprioritaskan tenaga kerja lokal
• Memberi upah/gaji minimal sebesar upah minimum kerja Provinsi Kalimantan Timur yang berlaku;
• Mengikutsertakan semua pekerja dalam asuransi tenaga kerja dan memberikan hak-hak pekerja sesuai
peraturan tenaga kerja yang berlaku;
• Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, aparat Desa
dan Kecamatan

• Membantu Pemerintah Kabupaten dalam penyuluhan kewirausahaan


• Memberikan upah yang layak kepada karyawan minimal sesuai dengan upah minimum kerja Provinsi
Kalimantan Timur yang berlaku
• Memberikan upah/penghasilan kepada karyawan disesuaikan dengan tingkat pendidikan, keahlian,
resiko serta jabatannya, mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu UMSK Tambang Batubara Kabupaten
Malinau dan peraturan tentang pengupahan yang berlaku dan tidak ada kecemburuan penghasilan antar
karyawan
• Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, aparat Desa
dan Kecamatan
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan

• Melakukan pengelolaan berbagai sumber dampak yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
yang terkait dengan kegiatan PT. Bakara Group yaitu pengelolaan kualitas air.
• Ikut berpartisipasi dalam rangka memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat melalui bantuan
pelayanan kesehatan secara berkala (tiap tahun) dan atau memberikan sumbangan obat-obatan sesuai
dengan kondisi perusahaan.
• Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang imunisasi sebagai cara untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan pelindung dari kemungkinan terkena penyakit serta penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
yang meliputi penyehatan rumah, penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan air kotor, pembuangan
sampah, kebersihan makanan, kebiasaan mandi dan mencuci.
• Melakukan inventarisasi kesehatan
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Mengoperasikan peralatan operasional sesuai umur standarnya.


• Mewajibkan karyawan/pekerja untuk menggunakan alat pelindung mata, mulut dan hidung
• Melakukan preventive maintenance terhadap mesin / alat yang digunakan secara periodik
• Penanaman pohon-pohon cepat tumbuh dengan kanopi yang rapat yang dapat berfungsi untuk
pelindung dan sebagai wind break agar partikel debu dan gas-gas pencemar yang terbang dapat tertahan
dengan jarak tertentu di sekitar lokasi kegiatan. Jenis pohon yang dapat ditanam sebagai wind break
sekaligus fungsi konservasi adalah tanaman kehutanan diantaranya jenis Terminalia catapa (Katapang),
Tanjung, Ficus benyamina, Tamarindus indica, Antidesma bunius, Adenanthera pavonina, Lagerstromia sp
(bungur). Jarak tanam bisa 5 x 5 m, 3 x 3 m tergantung kecukupan lahan.
• Melakukan kegiatan pembangunan jalan tambang secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan khususnya dalam pematangan lahan
• Mengurangi resiko ersosi dengan membuat teras berjenjang pada lokasi dengan kemiringan lereng
yang besar
• Mengefektifkan upaya-upaya pengendalian dampak erosi tanah akibat aktivitas pembangunan jalan
tambang
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan

• Pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara terencana, selektif dan
bertahap.
• Melakukan pengelolaan aliran air di lokasi kolam mengendap sesuai SOP sesuai SOP.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengelolaan pengawasan lingkungan.

• Menjaga kestabilan ekosistem perairan/sungai.


• Melakukan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana secara selektif, sesuai kebutuhan.
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam mengendap sesuai SOP.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.

• Melakukan pengelolaan berbagai sumber dampak yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
yang terkait dengan kegiatan PT. Bakara Group, yaitu pengelolaan kualitas air.
• Ikut berpartisipasi dalam rangka memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat melalui bantuan
pelayanan kesehatan secara berkala (tiap tahun) dan atau memberikan sumbangan obat-obatan sesuai
dengan kondisi perusahaan.
• Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang Imunisasi sebagai cara untuk meningkatkan daya tahan
bersih, tubuh dan pelindung dari kemungkinan terkena penyakit serta penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan yang meliputi penyerahan rumah, penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan air kotor,
pembuangan sampah, kebersihan makanan, kebiasaan mandi dan mencuci.
• Melakukan inventarisasi kesehatan.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
up Institusi Pengelolaan Lingkung
Lokasi Pengelolaan Priode Pengelolaan Pelaksana

Pada lokasi kegiatan Selama Tahap Pra Kontruksi PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan (Pembersihan Lahan Non
dan semua kendaraan Tambang)
maupun peralatan
yang berpotensi
sebagai sumber
dampak pada
kegiatan ini

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group
Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Pada kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group
personalia Pembangunan Sarana Dan
perusahaan di desa Prasarana Penunjang dengan
Loreh Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


personalia Pembangunan Sarana Dan
perusahaan di desa Prasarana Penunjang dengan
Loreh Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


unit pelayanan pembersihan Lahan dengan
kesehatan terdekat Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Selama Kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Jalan Pembangunan Jalan
tambang dan semua
kendaraan maupun
peralatan yang
berpotensi sebagai
sumber dampak pada
kegiatan ini
Pada lokasi kegiatan Selama Kegiatan PT.Bakara Group
Pembangunan Jalan Pembangunan Jalan
tambangi

Pada Lokasi Selama Kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Jalan
Dan Prasarana
Penunjang

Pada Lokasi Selama Kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Jalan
Dan Prasarana
Penunjang

Pada lokasi kegiatan Selama Kegiatan PT.Bakara Group


unit pelayanan Pembangunan Jalan
kesehatan terdekat
Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengawas Penerima Laporan

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dampak Lingkungan Yang di Kelola
Jenis Dampak Yang Timbul Tolak Ukur dampak Sumber Dampak
Tahap Kontruksi
Pembersihan Lahan
Penurunan Kualitas Udara Kualitas udara ambient yang Pembersihan Lahan
mengacu pada Peraturan Non Tambang
Pemerintah No. 41 Tahun 1999
yaitu S0₂ sebesar 0.9 mg/I, NO₂
sebesar 0,4 mg/I, CO sebesar 30
mg/I dan Debu (TSP) sebesar
0,23 mg/l atau 230 Dg/m3.

Meningkatnya Debit Air Limpasan Meningkatnya debit air limpasan Pembersihan Lahan
tidak jauh melebihi debit Non Tambang
limpasan sesuai kondisi rona
awal

Meningkatnya Erosi Tanah • Terjadinya kenaikan laju Pembersihan Lahan


erosi tanah. Non Tambang
• Terbentuknya alur-alur dan
parit-parit di lokasi pembersihan
lahan.

Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembersihan Lahan
Permukaan settling pond mengacu pada Non Tambang
Perda Provinsi KalTim No.02
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.

Terganggunya Flora Darat Kelimpahan Keanekaragaman Pembersihan Lahan


flora Darat Non Tambang
Terganggunya Fauna Darat Kelimpahan Dan Pembersihan Lahan
Keanekaragaman Jenis Fauna Non Tambang
Darat

Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Pembersihan Lahan


Jenis dan Kelimpahan Biota Air Non Tambang

Terganggunya Kesehatan Jenis-jenis penyakit yang muncul Pembersihan Lahan


Masyarakat dan berkembang (ISPA, Non Tambang
pencernaan, dan jenis penyakit
lainnya)

Pembangunan Sarana Dan Prasarana Penunjang


Meningkatnya Erosi Tanah • Terjadinya kenaikan laju Kegiatan
erosi tanah. Pembangunan Sarana
Dan Prasarana
Penunjang
Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Kegiatan
Permukaan settling pond mengacu pada Pembangunan Sarana
Perda Provinsi KalTim No.02 Dan Prasarana
Tahun 2011 yaitu TSS = maks. Penunjang
300 mg/l.

Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Kegiatan


Jenis dan Kelimpahan Biota Air Pembangunan Sarana
Dan Prasarana
Penunjang

Meningkatnya Kesempatan Kerja Seberapa banyak jumlah Kegiatan


masyarakat lokal yang Pembangunan Sarana
terserap/bekerja pada kegiatan Dan Prasarana
perusahaan Penunjang

Meningkatnya Pendapatan Kondisi angkatan kerja yang Kegiatan


Masyarakat diterima bekerja pada kegiatan Pembangunan Sarana
perusahaan Dan Prasarana
Penunjang
Terganggunya Kesehatan Jenis-jenis penyakit yang muncul Kegiatan
Masyarakat dan berkembang (ISPA, Pembangunan Sarana
pencernaan, dan jenis penyakit Dan Prasarana
lainnya) Penunjang

Pembangunan Jalan Tambang


Penurunan Kualitas Udara Kualitas udara ambient yang Pembangunan Jalan
mengacu pada Peraturan Tambang
Pemerintah No. 41 Tahun 1999
yaitu S0₂ sebesar 0.9 mg/I, NO₂
sebesar 0,4 mg/I, CO sebesar 30
mg/I dan Debu (TSP) sebesar
0,23 mg/l atau 230 Dg/m3.

Meningkatnya Erosi Tanah • Terjadinya kenaikan laju Pembangunan Sarana


erosi tanah. Dan Prasarana
• Terbentuknya alur-alur dan Penunjang
parit-parit di lokasi pembersihan
lahan.

Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembangunan Sarana
Permukaan settling pond mengacu pada Dan Prasarana
Perda Provinsi KalTim No.02 Penunjang
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.
Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Pembangunan Sarana
Jenis dan Kelimpahan Biota Air Dan Prasarana
Penunjang

Terganggunya Kesehatan Jenis-jenis penyakit yang muncul Pembersihan Lahan


Masyarakat dan berkembang (ISPA, Non Tambang
pencernaan, dan jenis penyakit
lainnya)
Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
Metode pengumpulan & analisis data

Melakukan pengambilan sampling emisi gas amblen langsung di lapangan dengan alat gas sampel r dan
pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu) langsung di lapangan dengan alat Dust Collector
atau High Volume Sampel r Method. Dalam pengambilan sampel kualitas udara melibatkan laboratorium
pihak ketiga yang telah terkreditasi dalam kegiatan pengambilan sampling tersebut. Sebagal data
penunjang, diukur juga kecepatan angin sesaat dengan menggunakan hand anemometer (m/detik) dan arah
angin dengan alat wind vane pada ketinggian 2 meter. Besaran dampak berupa peningkatan kadar debu
diudara Data pengukuran dibandingkan dengan bakumutu lingkungan yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun tentang Pengendalian pencemaran udara

• Pengumulan data sub komponen limpasan Permukaan (run off) dilakukan dengan cara pengamatan
langsung dilapangan terhadap koofisien air larian dengan memperhatikan luas areal terganggu pada
kegiatan pembersihan lahan non tambang.
• Analisis data limpasan permukaan (run off) Hasil pemantauan langsung dilapangan dan penghitungan
kemudian dianalisis secara deskriptif kuantatif dengan analisa komparasi.

• Penggunaan tongkat penduga yang berskala (mm), yaitu berupa tongkat yang ditancapkan di areal
yang telah diketahul luasnya, kemudian diukur tingkat ketinggian tongkat tersebut dari permukaan tanah,
selang seberapa waktu kemudian ketinggian tongkat tersebut diukur kembali. Perbedaan ketinggian
tersebut (mm) kemudian dikalikan dengan luas daerah tersebut (m²) maka dapat diketahui besarnya erosi
yang terjadi pada daerah tersebut.
• Pengamatan langsung di lapangan, yaitu berupa terjadinya parit ataupun alur bekas erosi.
• Hasil pemantauan dari patok berskala deskriptif kemudian kuantatif dianalisis secara dengan
komparasi/membandingkan data series dari hasil pengukuran patok berskala.
• Data erosl yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi erosi yang terjadi pada rona lingkungan hidup
awal.

Melakukan pengambilan sampel kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) pada
outlet di jebakan sedimen/settling pond dan sebagal data pembanding diambil pula sampling kualitas air
permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi kegiatan, dengan menggunakan jerigen plastik atau botol
kaca (glass), kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati khususnya
adalah parameter kunci seperti padatan total tersuspensi (TSS). Analisis data dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) dari
outlet sediment/settling pond dengan menggacu baku mutu air limbah yang telah ditetapkan yang mengacu
pada Pada Perda Kal-Tim No.02 Tahun 2011 yaitu TSS maksimum 300 mg/l, Fe 7 mg/l, Mn -4 mg/l dan
pH-6-9

• Dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan terhadap kegiatan pembersihan lahan non
tambang yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan pengelolaan lingkungan.
• Data yang diperoleh dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dilakukan analisa komparasi.
• Kemudian data kondisi vegetasi yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi pada rone lingkungan
hidup awal.
• Dengan melakukan pengamatan secara dilapangan berkaitan dengan langsung migrasi satwa liar pada
saat kegiatan pembersihan lahan non tambang yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan pengelolaan
lingkungan.
• Data yang diperoleh dicatat dalam bentuktabel (tabulasi data) dan dilakukan analisa komparasi.

• Pengukuran blota plankton dilakukan dengan cara menyaring 50 liter air dengan jaring plankton nomor
25. Kemudian sampel air tersebut dipadatkan menjadi 50 ml dan diawetkan dengan larutan Lugo Asam
Asetat sebanyak 0,50 ml yang selanjutnya dildentifikasi di laboratorium yang bersertifikasi. Metode
pengukuran kellmpahan blota plankton dihitung dengan rumus APHA (1986) dan metode pengukuran
indeks keragaman (H) menurut Shanon-Wiener dalam Poole (1974).
• Pengambilan biota benthos dilakukan dengan alat Eckman Dredge untuk perairan yang dalam dan alat
Surber Square Foot untuk perairan yang dangkal. Biota benthos disisihkan dari air lumpur dengan alat
saring bertingkat (Sieve Set, kemudian dlawetkan dengan formalin 10% atau alkohol 70% yang
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium pihak ke tiga.
• Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat tentang keberadaan jenis-jenis nekton (lkan).
• Analisis biota plankton dan benthos dilakukan dengan melihat Indeks keragaman (H) Shanon-Wiener
dan kelimpahannya yang dibandingkan dengan nilal indeks keragaman (H) dan kelimpahannya saat rona
lingkungan hidup awal.
• Blota nekton (ikan) dilakukan dengan mengetahul Jenis Ikan yang ada dan memperhatikan keberadaan
nekton yang sudah langka dan dilindungi.

• Melakukan pengumpulan data di poliklinik dan/atau puskesmas yang digunakan oleh masyarakat
sekiktar secara rutin dan berkala.
• Data yang diperdah dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dianalisis secara deskriptif kuantatif
untuk mengetahul jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat selanjutnya akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif

• Penggunaan tongkat penduga yang berskala (mm), yaitu berupa tongkat yang ditancapkan di areal
yang telah diketahul luasnya, kemudian diukur tingkat ketinggian tongkat tersebut dari permukaan tanah,
selang seberapa waktu kemudian ketinggian tongkat tersebut diukur kembali. Perbedaan ketinggian
tersebut (mm) kemudian dikalikan dengan luas daerah tersebut (m²) maka dapat diketahui besarnya erosi
yang terjadi pada daerah tersebut.
• Pengamatan langsung di lapangan, yaitu berupa terjadinya parit ataupun alur bekas erosi.
• Hasil pemantauan dari patok berskala deskriptif kemudian kuantatif dianalisis secara dengan
komparasi/membandingkan data series dari hasil pengukuran patok berskala.
• Data erosl yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi erosi yang terjadi pada rona lingkungan hidup
awal.
Melakukan pengambilan sampel kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) pada
outlet di jebakan sedimen/settling pond dan sebagal data pembanding diambil pula sampling kualitas air
permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi kegiatan, dengan menggunakan jerigen plastik atau botol
kaca (glass), kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati khususnya
adalah parameter kunci seperti padatan total tersuspensi (TSS). Analisis data dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) dari
outlet sediment/settling pond dengan menggacu baku mutu air limbah yang telah ditetapkan yang mengacu
pada Pada Perda Kal-Tim No.02 Tahun 2011 yaitu TSS maksimum 300 mg/l, Fe 7 mg/l, Mn -4 mg/l dan
pH-6-9

• Pengukuran blota plankton dilakukan dengan cara menyaring 50 liter air dengan jaring plankton nomor
25. Kemudian sampel air tersebut dipadatkan menjadi 50 ml dan diawetkan dengan larutan Lugo Asam
Asetat sebanyak 0,50 ml yang selanjutnya dildentifikasi di laboratorium yang bersertifikasi. Metode
pengukuran kellmpahan blota plankton dihitung dengan rumus APHA (1986) dan metode pengukuran
indeks keragaman (H) menurut Shanon-Wiener dalam Poole (1974).
• Pengambilan biota benthos dilakukan dengan alat Eckman Dredge untuk perairan yang dalam dan alat
Surber Square Foot untuk perairan yang dangkal. Biota benthos disisihkan dari air lumpur dengan alat
saring bertingkat (Sieve Set, kemudian dlawetkan dengan formalin 10% atau alkohol 70% yang
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium pihak ke tiga.
• Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat tentang keberadaan jenis-jenis nekton (lkan).
• Analisis biota plankton dan benthos dilakukan dengan melihat Indeks keragaman (H) Shanon-Wiener
dan kelimpahannya yang dibandingkan dengan nilal indeks keragaman (H) dan kelimpahannya saat rona
lingkungan hidup awal.
• Blota nekton (ikan) dilakukan dengan mengetahul Jenis Ikan yang ada dan memperhatikan keberadaan
nekton yang sudah langka dan dilindungi.

• Pengamatan langsung di lapangan (wawancara)


• Melakukan pencatatan secara langsung pada saat penerimaan karyawan berapa banyak karyawan lokal
yang diterima bekerja di perusahaan.Data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif
dan komparas dengan melihat angka tingkat pengangguran (penduduk angkatan kerja produktif yang
belum bekerja) antara sebelum dengan sesudah adanya kegiatan penerimaan karyawan.
• Data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan komparas dengan melihat
angka tingkat pengangguran (penduduk angkatan kerja produktif yang belum bekerja) antara sebelum
dengan sesudah adanya kegiatan penerimaan karyawan

•Membantu pemerintah kabupaten Berau dalam penyuluhan kewirausahaan


•Memberikan upah yang layak kepada karyawan minimal sesual dengan upah minimum kerja Provinsi
Kalimantan Timur yang berlaku.
•Memberikan upah/penghasilan kepada karyawan disesuaikan dengan tingkat pendidikan, keahlian, resiko
serta jabatannya, mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu UMSK Tambang Batubara Kabupaten
Malinau dan peraturan tentang pengupahan yang berlaku dan tidak ada kecemburuan penghasilan antar
karyawan.
•Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, aparat Desa dan
Kecamatan Melibatkan instans! terkait dalam pengawasan Pemantauan lingkungan
• Melakukan pengumpulan data di poliklinik dan/atau puskesmas yang digunakan oleh masyarakat
sekiktar secara rutin dan berkala.
• Data yang diperdah dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dianalisis secara deskriptif kuantatif
untuk mengetahul jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat selanjutnya akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif

Melakukan pengambilan sampling emisi gas amblen langsung di lapangan dengan alat gas sampel r dan
pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu) langsung di lapangan dengan alat Dust Collector
atau High Volume Sampel r Method. Dalam pengambilan sampel kualitas udara melibatkan laboratorium
pihak ketiga yang telah terkreditasi dalam kegiatan pengambilan sampling tersebut. Sebagal data
penunjang, diukur juga kecepatan angin sesaat dengan menggunakan hand anemometer (m/detik) dan arah
angin dengan alat wind vane pada ketinggian 2 meter. Besaran dampak berupa peningkatan kadar debu
diudara Data pengukuran dibandingkan dengan bakumutu lingkungan yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun tentang Pengendalian pencemaran udara

• Penggunaan tongkat penduga yang berskala (mm), yaitu berupa tongkat yang ditancapkan di areal
yang telah diketahul luasnya, kemudian diukur tingkat ketinggian tongkat tersebut dari permukaan tanah,
selang seberapa waktu kemudian ketinggian tongkat tersebut diukur kembali. Perbedaan ketinggian
tersebut (mm) kemudian dikalikan dengan luas daerah tersebut (m²) maka dapat diketahui besarnya erosi
yang terjadi pada daerah tersebut.
• Pengamatan langsung di lapangan, yaitu berupa terjadinya parit ataupun alur bekas erosi.
• Hasil pemantauan dari patok berskala deskriptif kemudian kuantatif dianalisis secara dengan
komparasi/membandingkan data series dari hasil pengukuran patok berskala.
• Data erosl yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi erosi yang terjadi pada rona lingkungan hidup
awal.

Melakukan pengambilan sampel kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) pada
outlet di jebakan sedimen/settling pond dan sebagal data pembanding diambil pula sampling kualitas air
permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi kegiatan, dengan menggunakan jerigen plastik atau botol
kaca (glass), kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati khususnya
adalah parameter kunci seperti padatan total tersuspensi (TSS). Analisis data dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) dari
outlet sediment/settling pond dengan menggacu baku mutu air limbah yang telah ditetapkan yang mengacu
pada Pada Perda Kal-Tim No.02 Tahun 2011 yaitu TSS maksimum 300 mg/l, Fe 7 mg/l, Mn -4 mg/l dan
pH-6-9
• Pengukuran blota plankton dilakukan dengan cara menyaring 50 liter air dengan jaring plankton nomor
25. Kemudian sampel air tersebut dipadatkan menjadi 50 ml dan diawetkan dengan larutan Lugo Asam
Asetat sebanyak 0,50 ml yang selanjutnya dildentifikasi di laboratorium yang bersertifikasi. Metode
pengukuran kellmpahan blota plankton dihitung dengan rumus APHA (1986) dan metode pengukuran
indeks keragaman (H) menurut Shanon-Wiener dalam Poole (1974).
• Pengambilan biota benthos dilakukan dengan alat Eckman Dredge untuk perairan yang dalam dan alat
Surber Square Foot untuk perairan yang dangkal. Biota benthos disisihkan dari air lumpur dengan alat
saring bertingkat (Sieve Set, kemudian dlawetkan dengan formalin 10% atau alkohol 70% yang
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium pihak ke tiga.
• Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat tentang keberadaan jenis-jenis nekton (lkan).
• Analisis biota plankton dan benthos dilakukan dengan melihat Indeks keragaman (H) Shanon-Wiener
dan kelimpahannya yang dibandingkan dengan nilal indeks keragaman (H) dan kelimpahannya saat rona
lingkungan hidup awal.
• Blota nekton (ikan) dilakukan dengan mengetahul Jenis Ikan yang ada dan memperhatikan keberadaan
nekton yang sudah langka dan dilindungi.

• Melakukan pengumpulan data di poliklinik dan/atau puskesmas yang digunakan oleh masyarakat
sekiktar secara rutin dan berkala.
• Data yang diperdah dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dianalisis secara deskriptif kuantatif
untuk mengetahul jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat selanjutnya akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif
up Institusi Pengelolaan Lingkung
Lokasi Pantau Waktu & Frekuensi Pelaksana

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
dan semua kendaraan Frekuensi pemantauan setiap
maupun peralatan 3 (tiga) bulan sekali
yang berpotensi
sebagai sumber
dampak pada
kegiatan ini

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group
Pembersihan Lahan pembersihan Lahan dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembersihan Lahan ( pembersihan Lahan dengan
semua sungai yang Frekuensi pemantauan setiap
dilewati atau 3 (tiga) bulan sekali
tedampak )

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


unit pelayanan pembersihan Lahan dengan
kesehatan terdekat Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group
Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


personalia Pembangunan Sarana Dan
perusahaan di desa Prasarana Penunjang dengan
Loreh Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


personalia Pembangunan Sarana Dan
perusahaan di desa Prasarana Penunjang dengan
Loreh Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group
unit pelayanan pembersihan Lahan dengan
kesehatan terdekat Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Jalan pembersihan Lahan dengan
tambang dan semua Frekuensi pemantauan setiap
kendaraan maupun 3 (tiga) bulan sekali
peralatan yang
berpotensi sebagai
sumber dampak pada
kegiatan ini

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Jalan Pembangunan Sarana Dan
tambangi Prasarana Penunjang dengan
Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Pada Lokasi Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group
Pembangunan Sarana Pembangunan Sarana Dan
Dan Prasarana Prasarana Penunjang dengan
Penunjang Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Pada lokasi kegiatan Dilakukan selama kegiatan PT.Bakara Group


unit pelayanan pembersihan Lahan dengan
kesehatan terdekat Frekuensi pemantauan setiap
3 (tiga) bulan sekali
Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengawas Penerima Laporan

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim
Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,
Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Berau,


Kab.berau, Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Hidup Daerah Kecamatan Gn. Kab.Berau, Dinas Pertambangan Dan Energi
Tabur Kab.Berau Provinsi Kaltim Dan Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kaltim

Anda mungkin juga menyukai