Meningkatnya Debit Air Limpasan Meningkatnya debit air limpasan Pembersihan Lahan
tidak jauh melebihi debit Non Tambang
limpasan sesuai kondisi rona
awal
Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembersihan Lahan
Permukaan settling pond mengacu pada Non Tambang
Perda Provinsi KalTim No.02
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.
Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembangunan Sarana
Permukaan settling pond mengacu pada Dan Prasarana
Perda Provinsi KalTim No.02 Penunjang
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.
• Pengaturan jadwal mobilisasi peralatan disaat jalur jalan yang dilewati tidak dalam keadaan padat
lalulintas
• Tidak melakukan mobilisasi pada malam hari di jalur jalan yang berdekatan dengan pemukiman
penduduk.
• Mengatur kecepatan kendaraan tidak melebihi 40 km/jam.
• Mewajibkan karyawan/pekerja untuk menggunakan alat pelindung mata, mulut dan hidung.
• Dilakukan penyiraman apabila kondisi jalan berdebu.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Melakukan kegiatan pembersihan lahan non tambang secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan
• Membuat saluran drainase atau parit di sekeliling lokasi kegiatan
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan
• Melakukan kegiatan pembersihan lahan secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan.
• Menumpuk batang pohon dan cacahan tumbuhan (sisa pembersihan lahan) pada daerah yang rawan
erosi tanah untuk dapat menekan laju erosi tanah.
• Membuat saluran drainase atau parit di sekeliling lokasi kegiatan.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Melakukan Pengelolaan berbagai sumber dampak yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
yang terkait kegiatan.
• Ikut berpatisipasi dalam rangka memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat melalui bantuan pelayanan
kesehatan secara berkala dan memberikan sumbangan obat.
• Melakukan invenetarisasi kesehatan.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Melakukan kegiatan pernbangunan sarana dan prasarana penunjang secara bertahap sesuai dengan
rencana kegiatan
• Melakukan kegiatan pada saat hari tidak hujan khususnya dalam pematangan lahan.
• Mengurangi resiko ersosi dengan membuat teras berjenjang pada lokasi dengan kemiringan lereng
yang besar.
• Mengefektifkan upaya-upaya pengendalian dampak erosi tanah akibat aktivitas pembangunan sarana
dan prasarana penunjang.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara terencana, selektif dan
bertahap.
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Melakukan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana secara selektif, sesuai kebutuhan.
• Melakukan pengelolaan air di lokasi kolam pengendap sesuai SOP
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat (jumlah,
kualifikasi, proses seleksi)
• Memprioritaskan tenaga kerja lokal
• Memberi upah/gaji minimal sebesar upah minimum kerja Provinsi Kalimantan Timur yang berlaku;
• Mengikutsertakan semua pekerja dalam asuransi tenaga kerja dan memberikan hak-hak pekerja sesuai
peraturan tenaga kerja yang berlaku;
• Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, aparat Desa
dan Kecamatan
• Melakukan pengelolaan berbagai sumber dampak yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
yang terkait dengan kegiatan PT. Bakara Group yaitu pengelolaan kualitas air.
• Ikut berpartisipasi dalam rangka memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat melalui bantuan
pelayanan kesehatan secara berkala (tiap tahun) dan atau memberikan sumbangan obat-obatan sesuai
dengan kondisi perusahaan.
• Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang imunisasi sebagai cara untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan pelindung dari kemungkinan terkena penyakit serta penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
yang meliputi penyehatan rumah, penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan air kotor, pembuangan
sampah, kebersihan makanan, kebiasaan mandi dan mencuci.
• Melakukan inventarisasi kesehatan
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
• Pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara terencana, selektif dan
bertahap.
• Melakukan pengelolaan aliran air di lokasi kolam mengendap sesuai SOP sesuai SOP.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengelolaan pengawasan lingkungan.
• Melakukan pengelolaan berbagai sumber dampak yang mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
yang terkait dengan kegiatan PT. Bakara Group, yaitu pengelolaan kualitas air.
• Ikut berpartisipasi dalam rangka memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat melalui bantuan
pelayanan kesehatan secara berkala (tiap tahun) dan atau memberikan sumbangan obat-obatan sesuai
dengan kondisi perusahaan.
• Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang Imunisasi sebagai cara untuk meningkatkan daya tahan
bersih, tubuh dan pelindung dari kemungkinan terkena penyakit serta penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan yang meliputi penyerahan rumah, penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan air kotor,
pembuangan sampah, kebersihan makanan, kebiasaan mandi dan mencuci.
• Melakukan inventarisasi kesehatan.
• Melibatkan instansi terkait dalam pengawasan pengelolaan lingkungan.
up Institusi Pengelolaan Lingkung
Lokasi Pengelolaan Priode Pengelolaan Pelaksana
Meningkatnya Debit Air Limpasan Meningkatnya debit air limpasan Pembersihan Lahan
tidak jauh melebihi debit Non Tambang
limpasan sesuai kondisi rona
awal
Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembersihan Lahan
Permukaan settling pond mengacu pada Non Tambang
Perda Provinsi KalTim No.02
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.
Penurunan Kualitas Air Untuk air buangan di out let Pembangunan Sarana
Permukaan settling pond mengacu pada Dan Prasarana
Perda Provinsi KalTim No.02 Penunjang
Tahun 2011 yaitu TSS = maks.
300 mg/l.
Terganggunya Biota Air Penurunan Keanekaragaman Pembangunan Sarana
Jenis dan Kelimpahan Biota Air Dan Prasarana
Penunjang
Melakukan pengambilan sampling emisi gas amblen langsung di lapangan dengan alat gas sampel r dan
pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu) langsung di lapangan dengan alat Dust Collector
atau High Volume Sampel r Method. Dalam pengambilan sampel kualitas udara melibatkan laboratorium
pihak ketiga yang telah terkreditasi dalam kegiatan pengambilan sampling tersebut. Sebagal data
penunjang, diukur juga kecepatan angin sesaat dengan menggunakan hand anemometer (m/detik) dan arah
angin dengan alat wind vane pada ketinggian 2 meter. Besaran dampak berupa peningkatan kadar debu
diudara Data pengukuran dibandingkan dengan bakumutu lingkungan yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun tentang Pengendalian pencemaran udara
• Pengumulan data sub komponen limpasan Permukaan (run off) dilakukan dengan cara pengamatan
langsung dilapangan terhadap koofisien air larian dengan memperhatikan luas areal terganggu pada
kegiatan pembersihan lahan non tambang.
• Analisis data limpasan permukaan (run off) Hasil pemantauan langsung dilapangan dan penghitungan
kemudian dianalisis secara deskriptif kuantatif dengan analisa komparasi.
• Penggunaan tongkat penduga yang berskala (mm), yaitu berupa tongkat yang ditancapkan di areal
yang telah diketahul luasnya, kemudian diukur tingkat ketinggian tongkat tersebut dari permukaan tanah,
selang seberapa waktu kemudian ketinggian tongkat tersebut diukur kembali. Perbedaan ketinggian
tersebut (mm) kemudian dikalikan dengan luas daerah tersebut (m²) maka dapat diketahui besarnya erosi
yang terjadi pada daerah tersebut.
• Pengamatan langsung di lapangan, yaitu berupa terjadinya parit ataupun alur bekas erosi.
• Hasil pemantauan dari patok berskala deskriptif kemudian kuantatif dianalisis secara dengan
komparasi/membandingkan data series dari hasil pengukuran patok berskala.
• Data erosl yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi erosi yang terjadi pada rona lingkungan hidup
awal.
Melakukan pengambilan sampel kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) pada
outlet di jebakan sedimen/settling pond dan sebagal data pembanding diambil pula sampling kualitas air
permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi kegiatan, dengan menggunakan jerigen plastik atau botol
kaca (glass), kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati khususnya
adalah parameter kunci seperti padatan total tersuspensi (TSS). Analisis data dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) dari
outlet sediment/settling pond dengan menggacu baku mutu air limbah yang telah ditetapkan yang mengacu
pada Pada Perda Kal-Tim No.02 Tahun 2011 yaitu TSS maksimum 300 mg/l, Fe 7 mg/l, Mn -4 mg/l dan
pH-6-9
• Dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan terhadap kegiatan pembersihan lahan non
tambang yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan pengelolaan lingkungan.
• Data yang diperoleh dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dilakukan analisa komparasi.
• Kemudian data kondisi vegetasi yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi pada rone lingkungan
hidup awal.
• Dengan melakukan pengamatan secara dilapangan berkaitan dengan langsung migrasi satwa liar pada
saat kegiatan pembersihan lahan non tambang yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan pengelolaan
lingkungan.
• Data yang diperoleh dicatat dalam bentuktabel (tabulasi data) dan dilakukan analisa komparasi.
• Pengukuran blota plankton dilakukan dengan cara menyaring 50 liter air dengan jaring plankton nomor
25. Kemudian sampel air tersebut dipadatkan menjadi 50 ml dan diawetkan dengan larutan Lugo Asam
Asetat sebanyak 0,50 ml yang selanjutnya dildentifikasi di laboratorium yang bersertifikasi. Metode
pengukuran kellmpahan blota plankton dihitung dengan rumus APHA (1986) dan metode pengukuran
indeks keragaman (H) menurut Shanon-Wiener dalam Poole (1974).
• Pengambilan biota benthos dilakukan dengan alat Eckman Dredge untuk perairan yang dalam dan alat
Surber Square Foot untuk perairan yang dangkal. Biota benthos disisihkan dari air lumpur dengan alat
saring bertingkat (Sieve Set, kemudian dlawetkan dengan formalin 10% atau alkohol 70% yang
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium pihak ke tiga.
• Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat tentang keberadaan jenis-jenis nekton (lkan).
• Analisis biota plankton dan benthos dilakukan dengan melihat Indeks keragaman (H) Shanon-Wiener
dan kelimpahannya yang dibandingkan dengan nilal indeks keragaman (H) dan kelimpahannya saat rona
lingkungan hidup awal.
• Blota nekton (ikan) dilakukan dengan mengetahul Jenis Ikan yang ada dan memperhatikan keberadaan
nekton yang sudah langka dan dilindungi.
• Melakukan pengumpulan data di poliklinik dan/atau puskesmas yang digunakan oleh masyarakat
sekiktar secara rutin dan berkala.
• Data yang diperdah dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dianalisis secara deskriptif kuantatif
untuk mengetahul jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat selanjutnya akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif
• Penggunaan tongkat penduga yang berskala (mm), yaitu berupa tongkat yang ditancapkan di areal
yang telah diketahul luasnya, kemudian diukur tingkat ketinggian tongkat tersebut dari permukaan tanah,
selang seberapa waktu kemudian ketinggian tongkat tersebut diukur kembali. Perbedaan ketinggian
tersebut (mm) kemudian dikalikan dengan luas daerah tersebut (m²) maka dapat diketahui besarnya erosi
yang terjadi pada daerah tersebut.
• Pengamatan langsung di lapangan, yaitu berupa terjadinya parit ataupun alur bekas erosi.
• Hasil pemantauan dari patok berskala deskriptif kemudian kuantatif dianalisis secara dengan
komparasi/membandingkan data series dari hasil pengukuran patok berskala.
• Data erosl yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi erosi yang terjadi pada rona lingkungan hidup
awal.
Melakukan pengambilan sampel kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) pada
outlet di jebakan sedimen/settling pond dan sebagal data pembanding diambil pula sampling kualitas air
permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi kegiatan, dengan menggunakan jerigen plastik atau botol
kaca (glass), kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati khususnya
adalah parameter kunci seperti padatan total tersuspensi (TSS). Analisis data dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) dari
outlet sediment/settling pond dengan menggacu baku mutu air limbah yang telah ditetapkan yang mengacu
pada Pada Perda Kal-Tim No.02 Tahun 2011 yaitu TSS maksimum 300 mg/l, Fe 7 mg/l, Mn -4 mg/l dan
pH-6-9
• Pengukuran blota plankton dilakukan dengan cara menyaring 50 liter air dengan jaring plankton nomor
25. Kemudian sampel air tersebut dipadatkan menjadi 50 ml dan diawetkan dengan larutan Lugo Asam
Asetat sebanyak 0,50 ml yang selanjutnya dildentifikasi di laboratorium yang bersertifikasi. Metode
pengukuran kellmpahan blota plankton dihitung dengan rumus APHA (1986) dan metode pengukuran
indeks keragaman (H) menurut Shanon-Wiener dalam Poole (1974).
• Pengambilan biota benthos dilakukan dengan alat Eckman Dredge untuk perairan yang dalam dan alat
Surber Square Foot untuk perairan yang dangkal. Biota benthos disisihkan dari air lumpur dengan alat
saring bertingkat (Sieve Set, kemudian dlawetkan dengan formalin 10% atau alkohol 70% yang
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium pihak ke tiga.
• Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat tentang keberadaan jenis-jenis nekton (lkan).
• Analisis biota plankton dan benthos dilakukan dengan melihat Indeks keragaman (H) Shanon-Wiener
dan kelimpahannya yang dibandingkan dengan nilal indeks keragaman (H) dan kelimpahannya saat rona
lingkungan hidup awal.
• Blota nekton (ikan) dilakukan dengan mengetahul Jenis Ikan yang ada dan memperhatikan keberadaan
nekton yang sudah langka dan dilindungi.
Melakukan pengambilan sampling emisi gas amblen langsung di lapangan dengan alat gas sampel r dan
pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu) langsung di lapangan dengan alat Dust Collector
atau High Volume Sampel r Method. Dalam pengambilan sampel kualitas udara melibatkan laboratorium
pihak ketiga yang telah terkreditasi dalam kegiatan pengambilan sampling tersebut. Sebagal data
penunjang, diukur juga kecepatan angin sesaat dengan menggunakan hand anemometer (m/detik) dan arah
angin dengan alat wind vane pada ketinggian 2 meter. Besaran dampak berupa peningkatan kadar debu
diudara Data pengukuran dibandingkan dengan bakumutu lingkungan yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun tentang Pengendalian pencemaran udara
• Penggunaan tongkat penduga yang berskala (mm), yaitu berupa tongkat yang ditancapkan di areal
yang telah diketahul luasnya, kemudian diukur tingkat ketinggian tongkat tersebut dari permukaan tanah,
selang seberapa waktu kemudian ketinggian tongkat tersebut diukur kembali. Perbedaan ketinggian
tersebut (mm) kemudian dikalikan dengan luas daerah tersebut (m²) maka dapat diketahui besarnya erosi
yang terjadi pada daerah tersebut.
• Pengamatan langsung di lapangan, yaitu berupa terjadinya parit ataupun alur bekas erosi.
• Hasil pemantauan dari patok berskala deskriptif kemudian kuantatif dianalisis secara dengan
komparasi/membandingkan data series dari hasil pengukuran patok berskala.
• Data erosl yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi erosi yang terjadi pada rona lingkungan hidup
awal.
Melakukan pengambilan sampel kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) pada
outlet di jebakan sedimen/settling pond dan sebagal data pembanding diambil pula sampling kualitas air
permukaan pada badan perairan di sekitar lokasi kegiatan, dengan menggunakan jerigen plastik atau botol
kaca (glass), kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati khususnya
adalah parameter kunci seperti padatan total tersuspensi (TSS). Analisis data dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari kualitas air limpasan permukaan (limbah cair dari surface run off) dari
outlet sediment/settling pond dengan menggacu baku mutu air limbah yang telah ditetapkan yang mengacu
pada Pada Perda Kal-Tim No.02 Tahun 2011 yaitu TSS maksimum 300 mg/l, Fe 7 mg/l, Mn -4 mg/l dan
pH-6-9
• Pengukuran blota plankton dilakukan dengan cara menyaring 50 liter air dengan jaring plankton nomor
25. Kemudian sampel air tersebut dipadatkan menjadi 50 ml dan diawetkan dengan larutan Lugo Asam
Asetat sebanyak 0,50 ml yang selanjutnya dildentifikasi di laboratorium yang bersertifikasi. Metode
pengukuran kellmpahan blota plankton dihitung dengan rumus APHA (1986) dan metode pengukuran
indeks keragaman (H) menurut Shanon-Wiener dalam Poole (1974).
• Pengambilan biota benthos dilakukan dengan alat Eckman Dredge untuk perairan yang dalam dan alat
Surber Square Foot untuk perairan yang dangkal. Biota benthos disisihkan dari air lumpur dengan alat
saring bertingkat (Sieve Set, kemudian dlawetkan dengan formalin 10% atau alkohol 70% yang
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium pihak ke tiga.
• Melakukan wawancara dengan masyarakat setempat tentang keberadaan jenis-jenis nekton (lkan).
• Analisis biota plankton dan benthos dilakukan dengan melihat Indeks keragaman (H) Shanon-Wiener
dan kelimpahannya yang dibandingkan dengan nilal indeks keragaman (H) dan kelimpahannya saat rona
lingkungan hidup awal.
• Blota nekton (ikan) dilakukan dengan mengetahul Jenis Ikan yang ada dan memperhatikan keberadaan
nekton yang sudah langka dan dilindungi.
• Melakukan pengumpulan data di poliklinik dan/atau puskesmas yang digunakan oleh masyarakat
sekiktar secara rutin dan berkala.
• Data yang diperdah dicatat dalam bentuk tabel (tabulasi data) dan dianalisis secara deskriptif kuantatif
untuk mengetahul jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat selanjutnya akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif
up Institusi Pengelolaan Lingkung
Lokasi Pantau Waktu & Frekuensi Pelaksana