Anda di halaman 1dari 31

Hasil kali kelarutan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana suatu
reaksi bolak balik berlangsung terus-menerus tetapi tadak ada
perubahan yang dapt diamati. Susunan kesetimbangan tidak berubah
terhadap waktu karena kecepatan terbentuk dan menghilangnya
masing-masing komponennya sama besar. Larutan jenuh didefinisikan
sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut
dan yang tak larut.  Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat
dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih. 
Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya
tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat
terlarut.  Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per
100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah
ditentukan (Brady, 1999).
Jumlah muatan ion-ion dari garam yang terionisasi harus bernilai
nol sehingga setiap garam yang berbeda memiliki jumlah ion-ion yang
berbeda. Konsep menurut McMurry dan Fay (2003:701) adalah larutan
lewat jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion produk lebih besar
darip/ada Ksp sedangkan larutan tidak jenuh terjadi jika hasil kali
konsentrasi ion-ion produk lebih kecil daripada Ksp. Dalam hal ini,
larutan jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion produknya sama
dengan nilai Ksp. Jika dilihat secara mikroskopik, maka jumlah ion-ion
pada larutan lewat jenuh lebih banyak daripada jumlah ion-ion pada
larutan jenuh sedangkan jumlah ion-ion pada larutan tidak jenuh lebih
sedikit daripada jumlah ion-ion pada larutan jenuh. Meskipun begitu,
hukum netralitas muatan dalam larutan harus tetap terpenuhi. Jumlah
muatan pada larutan harus bernilai nol sehingga larutan bermuatan

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

netral. Konsep menurut Jespersen, Brady dan Hyslop (2011:833)


bahwa kelarutan adalah jumlah mol garam yang larut pada satu liter
pelarut dan menghasilkan larutan jenuh. Jadi, nilai kelarutan dapat
dihitung dari molaritas garam pada kondisi tepat jenuh.
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat.
Zat yang lebih sedikit disebut zat terlarut. Zat yang jumlahnya lebih
banyak disebut zat pelarut. Titrasi adalah suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti (larutan standar) ditambahkan
secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui,
sampai reaksi kimia antar kedua larutan tersebut berlangsung
sempurna. Titik ekuivalen adalah titik dimana asam telah bereaksi
sempurna. Indikator adalah zat yg memiliki perbedaan warna yang
mencolok dalam medium asam dan basa.
Praktikum ini dilakukan agar kita dapat lebih memahami tentang
konsep hasil kali kelarutan dengan langsung melakukan praktikum itu
sendiri. Ada beberapa hal dapat mempengaruhi hasilkali kelarutan.
Dari percobaan ini kita akan mengetahui apa itu kelarutan dan cara
menentukan hasil kelarutan dari garam karbonat, didasari dari betapa
pentingnya mengetahui sistem kesetimbangan maka dilakukan
praktikum ini, dasar yang berisi materi hasil kali kelarutan yang dapat
membantu dalam hal ini, dan untuk melengkapi praktikum ini maka
disusunlah laporan yang berisi hasil praktikum dan beberapa literatur
yang menunjang.

1.2 MAKSUD PRAKTIKUM


Menentukan tetapan hasil kali kelarutan.

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Membuat larutan jenuh suatu garam karbonat.
2. Menentukan kelarutan garam karbonat.
3. Menentukan hasilkali kelarutan garam karbonat.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 TEORI UMUM
Reaksi kimia adalah perubahan spontan pereaksi menjadi hasil
reaksi menuju kesetimbangan. Suatu kesetimbangan kimia
mempunyai konstanta kesetimbangan yang nilainya bergantung pada
suhu dan jenis kesetimbangan. Keadaan setimbang sistem dengan
lingkungan yang ditandai kesamaan gaya, suhu, atau potensial listrik
disebut dengan kesetimbangan statis karena tidak terjadi perpindahan
materi antara sistem ke lingkungan. Sedangkan kesetimbangan yang
terjadi dalam sistem itu sendiri dan bukan sistem dengan lingkungan
disebut kesetimbangan dinamis, karena di dalam sistem terus
berlangsung perubahan.(Syukri,1999)
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik. Bila laju
reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan
produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka tercapailah
kesetimbangan kimia (chemical equilibrium). Kesetimbangan kimia
melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan dan produknya.
Kesetimbangan antara dua fasa dari zat yang sama dinamakan
kesetimbangan fisis (physical equilibrium) karena perubahan yang
terjadinhanyalahnprosesnfisis.
    Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kesetimbangan Homogen (homogeneus equilibrium), berlaku untuk
reaksi yang semua spesi bereaksinya berada
padanfasanyangmsama.
2. Kesetimbangan Heterogen (heterogeneus equilibrium), reaksi
reversibel yang melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda.
(Raymond Chang, 2001).   
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan
sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau
dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam


banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan
bagus disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam
air.(Oxtoby,2001)
Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu
larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis.
Kesetimbangan itu dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada
umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu
dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik.
Akan tetapi ada zat yang bersifat eksotermik dalam melarut.
Sedangkan pengaruh tekanan udara, tekanan udara di atas cairan
berpengaruh kecil sekali terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam
pelarut cair. Akan tetapi kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan
bila tekanan parsial gas tersebut di permukaan bertambah besar.
(Syukri, 1999)
Jumlah muatan ion-ion dari garam yang terionisasi harus bernilai
nol sehingga setiap garam yang berbeda memiliki jumlah ion-ion yang
berbeda. Larutan lewat jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion
produk lebih besar daripada Ksp sedangkan larutan tidak jenuh terjadi
jika hasil kali konsentrasi ion-ion produk lebih kecil daripada Ksp.
Dalam hal ini, larutan jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion
produknya sama dengan nilai Ksp. Jika dilihat secara mikroskopik,
maka jumlah ion-ion pada larutan lewat jenuh lebih banyak daripada
jumlah ion-ion pada larutan jenuh sedangkan jumlah ion-ion pada
larutan tidak jenuh lebih sedikit daripada jumlah ion-ion pada larutan
jenuh. Meskipun begitu, hukum netralitas muatan dalam larutan harus
tetap terpenuhi. McMurry dan Fay (2003:701). Jumlah muatan pada
larutan harus bernilai nol sehingga larutan bermuatan netral. Konsep
menurut Jespersen, Brady dan Hyslop (2011:833) bahwa kelarutan
adalah jumlah mol garam yang larut pada satu liter pelarut dan
menghasilkan larutan jenuh. Jadi, nilai kelarutan dapat dihitung dari

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

molaritas garam pada kondisi tepat jenuh.


Pada saat kesetimbangan, konsentrasi ion-ionnya dan
konsentrasi garam (kelarutan garam) dapat ditentukan dari
perbandingan mol pada system kesetimbangan. Dengan urutan
kelarutan pada garam yang memiliki jumlah ion sama berdasarkan
nilai Ksp yang diberikan. Konsep yang benar adalah bahwa pada
garam yang memiliki jumlah ion yang sama, semakin besar nilai Ksp
maka nilai kelarutannya semakin besar pula. Ksp merupakan hasil kali
konsentrasi ion-ion garam dipangkatkan dengan koefisiennya,
sedangkan kelarutan garam dapat diperoleh dari perbandingan mol
ion-ion garam tersebut. Jika nilai Ksp semakin besar maka konsentrasi
ion-ion garam tersebut semakin besar sehingga nilai kelarutan garam
juga besar. garam sukar larut memiliki nilai kelarutan kecil sedangkan
garam mudah larut memiliki nilai kelarutan besar (Hackling dan Garnet
dalam Quilez, 2004).
Kelarutan adalah banyaknya garam yang terlarut pada sejumlah
pelarut sehingga menghasilkan larutan tepat jenuh Semakin banyak
zat yang bisa larut (atau semakin mudah suatu garam untuk larut),
maka semakin besar nilai kelarutannya. Sebaliknya, jika semakin
sedikit zat yang bisa larut (atau semakin sukar suatu garam untuk
larut), maka semakin kecil nilai kelarutannya. Pada konsep kelarutan
yang telah dibahas semakin besar nilai kelarutan garam maka
semakin mudah garam tersebut untuk larut sedangkan semakin kecil
nilai kelarutan garam maka semakin sulit garam tersebut untuk larut
(Jespersen, Brady dan Hyslop, 2011:833). Nilai Ksp dan nilai
kelarutan kecil akan lebih sulit mengendap. Posisi kesetimbangan
akan bergeser untuk mengurangi reaktan atau produk yang
ditambahkan atau mengganti reaktan atau produk yang telah
dihilangkan. Jadi, jika pada sistem kesetimbangan ditambahkan
reaktan maka sistem akan bergeser ke arah sebaliknya (atau produk)
untuk mengurangi kelebihan reaktan, sedangkan jika pada sistem

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

kesetimbangan ditambahkan produk maka sistem akan bergeser ke


arah reaktan untuk mengurangi kelebihan produk. Bahwa
penambahan ion senama menyebabkan ion dari garam sukar larut
bertambah sehingga untuk mengurangi kelebihan ion kesetimbangan
harus bergeser ke arah pembentukan garam. Silberberg (2009:856)
juga menyatakan bahwa jika konsentrasi dari ion-ion garam sukat larut
bertambah maka sistem kesetimbangan harus bergeser ke arah
pembentukan garam untuk mengurangi kelebihan ion dan sistem tetap
pada keadaan setimbang (Raymond 2004).
Menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop (2011:838) bahwa jika
senyawa yang mengandung ion sama ditambahkan ke dalam
kesetimbangan garam sukar larut, maka akan menyebabkan
konsentrasi ion-ion garam sukar larut bertambah dan sistem bergeser
ke arah kiri (pembentukan garam). Hal ini menyebabkan garam lebih
sedikit larut pada larutan yang mengandung ion yang sama. lagi.
Pengendapan dapat terjadi pada sistem kesetimbangan apabila pada
kesetimbangan larutan jenuh garam sukar larut ditambah dengan
dengan larutan yang mengandung ion senama. Ion senama akan
menyebabkan konsentrasi ion garam bertambah. Jika konsentrasi ion
garam bertambah, maka sistem kesetimbangan bergeser ke arah
pembentukan garam untuk mengurangi kelebihan ion pada sistem
kesetimbangan. Oleh karena larutan jenuh telah memiliki batas
maksimum dalam melarut, maka penambahan garam karena
pergeseran kesetimbangan menyebabkan terbentuknya
endapan.nElektrolit-elektrolit mempunyai harga kelarutan (s) yang
berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, satu liter larutan dapat
menampung NaCl sebagai zat terlarut maksimum 357 gram. Harga
kelarutan dalam satuan molar adalah 357/58,5 atau 6,1 M. Kita
katakan bahwa kelarutan NaCl sangat besar atau mudah larut dalam
air. Sedangkan satu liter larutan hanya mampu melarutkan AgCl
sebanyak 1,45 mg. Harga kelarutan AgCl adalah 0,00145/143,5 atau

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

10-5 M. Kita katakan bahwa kelarutan AgCl sangat kecil atau sukar
larut dalam air. Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang
sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut
dan ion-ion zat itu yang larut.

Karena zat padat tidak mempunyai konsentrasi, maka tetapan


kesetimbangan reaksi ini adalah hasilkali konsentrasi ion-ion, dan
disebut hasilkali kelarutan, dengan lambang Ksp. Kelarutan (s) dan
hasilkali kelarutan (Ksp) sama-sama dihitung pada larutan jenuh,
maka antara keduanya terdapat hubungan yang erat.
AgCl → Ag+ + Cl−
Ksp AgCl = [Ag] . [Cl]
= s x s

=s

Ksp = (n-1)n-1sn

Keterangan: n = jumlah ion dari elektrolit

s = kelarutan elektrolit dalam molar (M)

Hubungan Ksp dengan pH harga pH sering digunakan untuk


meghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya harga Ksp
suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan.(Maria
Suharsini. Kimia dan kecakapan hidup. 2007:170). Factor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan kristalin, yaitu:

1. Suhu, kebanyakan garam organic akan bertambah kelarutannya


apabila suhu dinaikka.
2. Pelarut, kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air
daripada dalam pelarut organik. Air mempunyai momen dwikutub

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

besar dan tertarik ke kedua kation dan anion untuk


membentuk ion terhidrat.
3. Pengaruh ion sama, sebuah endapan biasanya lebih larut dalam
air murni daripada dalam sebuah larutan yang mengandung salah
satu ion dalam endapan.
4. Pengaruh Ion-Aneka Ragam, banyak endapan menunjukkan
peningkatan kelarutan apabila garam yang tidak
mengandung ion yang sama dengan endapan yang ada dalam
larutan.
5. Pengaruh pH, kelarutan garam dari asam lemah bergantung pada
pH larutan. Ion hidrogen bereaksi dengan anion garam untuk
membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan
kelarutan garam.
6. Pengaruh hidrolisa, kelarutan demikian rendah hingga pH air tidak
berubah secara nyata oleh hidrolisa dan kelarutan cukup besar
hingga sumbangan ion hidroksida dari air dapat diabaikan.
7. Pengaruh kompleks, kelarutan suatu garam yang sedikit larut
tergantung pada konsentrasi dari zat-zat yang membentuk
kompleks dengan kation garam. Banyak endapan membentuk
kompleks yang larut dengan ion dari pereaksi pengendapan
sendiri. Kelarutan mula-mula turun, karena efek ion sama,
melewati minimum dan kemudian naik karena pembentukan
kompleks menjadi nyata. (Day and Underwood, 2002).

3.2 URAIAN BAHAN


1. Asam Clorida (Ditjen POM, 1979 Hal. 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam Clorida
Rumus kimia : HCl
Berat molekul : 36,46

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau


merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
2. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 Hal. 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih; mudah
meleleh basa. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap kasbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan.
3. Magnesium Karbonat (Ditjen POM, 1979 hal. 351)
Nama Resmi : MAGNESII CARBONAS LEVIS
Nama Lain : Magnesium carbonat ringan
Rumus Molekul : MgCO3
Bentuk molekul : 84,32
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam asam encer, dan disertai
terjadinya buih kuat.
Penyimpanan : Dalam wada yang tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Laksativum.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

4. Kalsium Karbonat (Ditjen POM, 1979 hal. 120)


Nama Resmi : CALCII CARBONAS
Nama Lain : Kalsium Karbonat
Rumus Molekul : CaCO3
Berat Molekul : 68,09
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau;
tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat
sukar larut dalam air yang mengandung
karbondioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Khasiat dan penggunaan antasidum.
5. Barium Karbonat (Ditjen POM, 1995 hal. 1137)
Nama Resmi : Barium Carbonat
Nama lain : Barium Karbonat
Rumus Molekul : BaCO3
Berat Molekul : 44,27
Pemerian : Serbuk warna putih.
Kelarutan : Sangat mudah larut.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
6. Fenol Merah (Ditjen POM, 1979 hal. 704)
Nama resmi : FENOL SULFAKTALEIN
Nama lain : 4,4(3 – 2,1- Bensik Satiol 3-1 liter)
Difenol
Rumus kimia : C6 H14 O3
Berat molekul : 318,32
Pemerian : Serbuk hablur bermacam-macam warna
merah tua sampai merah.
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam kloroform
eter

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

Kegunaan : Sebagai indikator.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2.3 PROSEDUR KERJA (Anonim, 2015 hal. 16)


A. Larutan jenuh MgCO3
1. Ambil larutan MgCO3 jenuh sebanyak 25 ml dengan pipet gondok,
masukkan ke dalam erlenmayer 100 ml tambah dengan 5 ml
larutan HCl 0,01 M, gunakan pipet gondok (volume) 5 ml.
2. Ke dalam larutan campuran (1) itu tambah 10 ml larutan NaOH
0,01 M dan kemudian tambah larutan penunjuk fenol merah.
3. Ambil larutan baku HCl 0,01 M masukkan ke dalam buret.
4. Larutan campuran hasil kerja (2) dititrasi dengan larutan HCl baku
yang telah anda siapkan di langkah (3). Pada saat titrasi,
erlenmayer digoyangkan agar terjadi resaksi sempurna dan
merata.
5. Hentikan penambahan larutan HCl dari buret, bila larutan telah
berubah warna dari merah ke jingga (antara merah dan kuning).
6. Catat volume HCl 0,01 M pada akhir titrasi.
B. Larutan jenuh CaCO3
1. Ambil larutan CaCO3 jenuh sebanyak 25 ml dengan pipet gondok,
masukkan ke dalam erlenmayer 100 ml tambah dengan 5 ml
larutan HCl 0,01 M, gunakan pipet gondok (volume) 5 ml.
2. Ke dalam larutan campuran (1) itu tambah 10 ml larutan NaOH
0,01 M dan kemudian tambah larutan penunjuk fenol merah.
3. Ambil larutan baku HCl 0,01 M masukkan ke dalam buret.
4. Larutan campuran hasil kerja (2) dititrasi dengan larutan HCl baku
yang telah anda siapkan di langkah (3). Pada saat titrasi,
erlenmayer digoyangkan agar terjadi resaksi sempurna dan
merata.
5. Hentikan penambahan larutan HCl dari buret, bila larutan telah
berubah warna dari merah ke jingga (antara merah dan kuning).

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

6. Catat volume HCl 0,01 M pada akhir titrasi.


C. Larutan jenuh BaCO3
1. Ambil larutan BaCO3 jenuh sebanyak 25 ml dengan pipet gondok,
masukkan ke dalam erlenmayer 100 ml tambah dengan 5 ml
larutan HCl 0,01 M, gunakan pipet gondok (volume) 5 ml.
2. Ke dalam larutan campuran (1) itu tambah 10 ml larutan NaOH
0,01 M dan kemudian tambah larutan penunjuk fenol merah.
3. Ambil larutan baku HCl 0,01 M masukkan ke dalam buret.
4. Larutan campuran hasil kerja (2) dititrasi dengan larutan HCl baku
yang telah anda siapkan di langkah (3). Pada saat titrasi,
erlenmayer digoyangkan agar terjadi resaksi sempurna dan
merata.
5. Hentikan penambahan larutan HCl dari buret, bila larutan telah
berubah warna dari merah ke jingga (antara merah dan kuning).
6. Catat volume HCl 0,01 M pada akhir titrasi.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

BAB 3

METODE KERJA

3.1 ALAT PRAKTIKUM

A. Erlenmayer 100 ml 3 buah


B. Statif dan klem 1 buah
C. Pipet volume 10 ml 1 buah
D. Corong 1 buah
E. Gelas kimia 1 buah
F. Pipet volume 5 ml 1 buah
G. Buret 50 ml 1 buah
3.2 BAHAN PRAKTIKUM
a. Larutan HCl 5 ml 0,01 M
b. Larutan NaOH 10 ml 0,01 M
c. Larutan MgCO3 25 ml
d. Larutan BaCO3 25 ml
e. Larutan CaCO3 25 ml
f. Indikator fenol merah
g. Larutan baku HCl 50 ml 0,1139 M
3.2 CARA KERJA
A. Larutan MgCO3
a. Disapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dan di
cuci sampai bersih.
b. Dipasang klem pada statif, kemudian dipasan buret pada klem
dan disejajarkan dengan statif dan dipastikan.
c. Dipipet larutan jenuh MgCO3 sebanyak 25 ml menggunakan
pipet volume, dimasukkan ke dalam erlenmayer 100 ml dan
dipipet 5 ml larutan HCl 0,01 M dimasukkan ke dalam
erlenmayer tersebut.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

d. Dipipet 10 ml larutan NaOH 0,01 M ke dalam larutan campuran


tersebut kemudian di tambahkan indikator fenol merah.
e. Diambil larutan baku HCl 0,1139 M dan dimasukkan ke dalam
buret menggunakan corong.
f. Larutan campuran (MgCO3, HCl, NaOH dan fenol merah)
dititrasi dengan larutan baku HCl yang telah disiapkan di dalam
buret. Pada saat titrasi erlenmayer digoyang-goyangkan agar
terjadi reaksi sempurna dan merata.
g. Penambahan larutan baku HCl dari buret dihentikan apabila
telah terjadi perubahan warna dari pink ke jingga.
B. Larutan CaCO3
a. Disapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dan di
cuci sampai bersih.
b. Dipasang klem pada statif, kemudian dipasan buret pada klem
dan disejajarkan dengan statif.
c. Dipipet larutan jenuh CaCO3 sebanyak 25 ml menggunakan
pipet volume, dimasukkan ke dalam erlenmayer 100 ml dan
dipipet 5 ml larutan HCl 0,01 M dimasukkan ke dalam
erlenmayer tersebut.
d. Dipipet 10 ml larutan NaOH 0,01 M ke dalam larutan campuran
tersebut kemudian di tambahkan indikator fenol merah.
e. Diambil larutan baku HCl 0,1139 M dan dimasukkan ke dalam
buret menggunakan corong.
f. Larutan campuran (CaCO3, HCl, NaOH dan fenol merah)
dititrasi dengan larutan baku HCl yang telah disiapkan di dalam
buret. Pada saat titrasi erlenmayer digoyang-goyangkan agar
terjadi reaksi sempurna dan merata.
g. Penambahan larutan baku HCl dari buret dihentikan apabila
telah terjadi perubahan warna dari pink ke jingga.
C. Larutan BaCO3

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

a. Disapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dan di


cuci sampai bersih.
b. Dipasang klem pada statif, kemudian dipasan buret pada klem
dan disejajarkan dengan statif.
c. Dipipet larutan jenuh BaCO3 sebanyak 25 ml menggunakan
pipet volume, dimasukkan ke dalam erlenmayer 100 ml dan
dipipet 5 ml larutan HCl 0,01 M dimasukkan ke dalam
erlenmayer tersebut.
d. Dipipet 10 ml larutan NaOH 0,01 M ke dalam larutan campuran
tersebut kemudian di tambahkan indikator fenol merah.
e. Diambil larutan baku HCl 0,1139 M dan dimasukkan ke dalam
buret menggunakan buret.
f. Larutan campuran (BaCO3, HCl, NaOH dan fenol merah)
dititrasi dengan larutan baku HCl yang telah disiapkan di dalam
buret. Pada saat titrasi erlenmayer digoyang-goyangkan agar
terjadi reaksi sempurna dan merata.
g. Penambahan larutan baku HCl dari buret dihentikan apabila
telah terjadi perubahan warna dari pink ke jingga.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

Larutan Penambahan Penambahan Larutan Warna Volume


jenuh HCl 0,01 M NaOH 0,01 Penunjuk Larutan HCl
yang M baku
diamati 0,1139
M
BaCO3 5 ml 10 ml Fenol Pink – 8,3
25 ml merah Kuning
0,01 M 3 tetes
MgCO3 5 ml 10 ml Fenol Pink – 8,1
25 ml merah Kuning
0,01 M 3 tetes
CaCO3 5 ml 10 ml Fenol Pink – 8,1
25 ml merah Kuning
0,01 3 tetes

Perhitungan 1
1. Perhitungan BaCO3 25 ml 0,01 M
Vol. titran x [HCl] digunakan
a. HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa=
103 ml
8,3 ml x 10-2 mol
=
103 ml
NaOH sisa = 8, 3 x 10-5 mol

Vol. NaOH x [NaOH]


b. NaOH yang ditambahkan =

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

103 ml
10 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 10 x 10-5 mol

c. NaOH yang bereaksi dengan HCl= NaOH yang ditambahkan – NaOH


sisa
= 10 x 10-5 mol – 8,3 x 10-5 mol
HCl sisa = 1,7 x 10-5 mol

Vol. HCl x [HCl]


d. HCl yang ditambahkan =
103 ml
5 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 5 x 10-5 mol

e. HCl yang bereaksi dengan BaCO3 = HCl yang ditambahkan – HCl


sisa
= 5 x 10-5 mol – 1,7 x 10-5 mol
= 3,3 x 10-5 mol
BaCO3 Ba2+ + CO32-
3,3 x 10-5 mol
f. Jumlah mol BaCO3=
2
= 1,65 x 10-5 mol
1,65 x 10-5 mol
g. Kepekatan BaCO3 =
25 x 10-3 dm

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

= 6,6 x 10-4mol/dm

Kelarutan (s) BaCO3 = 6,6 x 10-4mol/dm


h. Ksp BaCO3 = [Ba2+] x [CO32-]
= s x s
= [ 6,6 x 10-4] x [ 6,6 x 10-4]
= 4,356 x 10-7 M

Dasar teoritis, Ksp BaCO3 = 8,1 x 10-9 Lewat jenuh (terjadi


endapan)

2. Perhitungan MgCO3 25 ml 0,01 M


Vol. titran x [HCl] digunakan
a. HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa=
103 ml
8,1 ml x 10-2 mol
=
103 ml
NaOH sisa = 8,1 x 10-5 mol

Vol. NaOH x [NaOH]


b. NaOH yang ditambahkan =
103 ml
10 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 10 x 10-5 mol

c. NaOH yangbbereaksi dengan HCl = NaOH yang ditambahkan –


NaOH sisa
= 10 x 10-5 mol – 8,1 x 10-5 mol

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

HCl sisa = 1,9 x 10-5 mol

Vol. HCl x [HCl]


d. HCl yang ditambahkan =
103 ml
5 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 5 x 10-5 mol

e. HCl yang bereaksi dengan MgCO3 = HCl yang ditambahkan – HCl


sisa
= 5 x 10-5 mol – 1,9 x 10-5 mol
= 3,1 x 10-5 mol

MgCO3 Mg2+ + CO32-


3,1 x 10-5 mol
f. Jumlah mol MgCO3 =
2
= 1,55 x 10-5 mol

1,55 x 10-5 mol


g. Kepekatan MgCO3 =
25 x 10-3 dm
= 6,2 x 10-4mol/dm

Kelarutan (s) MgCO3 = 6,2 x 10-4mol/dm


h. Ksp MgCO3 = [Mg2+] x [CO32-]
= s x s
= [ 6,2 x 10-4] x [ 6,2 x 10-4]
= 3,844 x 10-7 M

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

Dasar teoritis, Ksp MgCO3 = 3 x 10-8 Lewat jenuh (terjadi


endapan)

3. Perhitungan CaCO3 25 ml 0,01 M


Vol. titran x [HCl] digunakan
a. HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa=
103 ml
8,1 ml x 10-2 mol
=
103 ml
NaOH sisa = 8,1 x 10-5 mol

Vol. NaOH x [NaOH]


b. NaOH yang ditambahkan =
103 ml
10 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 10 x 10-5 mol

c. NaOH yangbbereaksi dengan HCl = NaOH yang ditambahkan –


NaOH sisa
= 10 x 10-5 mol – 8,1 x 10-5 mol
HCl sisa = 1,9 x 10-5 mol

Vol. HCl x [HCl]


d. HCl yang ditambahkan =
103 ml
5 ml x 10-2 mol
=

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

103 ml
= 5 x 10-5 mol

e. HCl yang bereaksi dengan CaCO3 = HCl yang ditambahkan – HCl


sisa
= 5 x 10-5 mol – 1,9 x 10-5 mol
= 3,1 x 10-5 mol

CaCO3 Ca2+ + CO32-


3,1 x 10-5 mol
f. Jumlah mol CaCO3 =
2
= 1,55 x 10-5 mol

1,55 x 10-5 mol


g. Kepekatan CaCO3 =
25 x 10-3 dm
= 6,2 x 10-4mol/dm

Kelarutan (s) CaCO3 = 6,2 x 10-4mol/dm


h. Ksp CaCO3 = [Ca2+] x [CO32-]
= s x s
= [ 6,2 x 10-4] x [ 6,2 x 10-4]
= 3,844 x 10-7 M
Dasar teoritis, KspCaCO3 = 4,8 x 10-9 Lewat jenuh (terjadi
endapan)
Perhitungan 2( HCl baku )
1. Perhitungan BaCO3 25 ml 0,01 M
Vol. titran x [HCl] digunakan
a. HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa=
103 ml

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

8,3 ml x 11,39-2mol
=
103 ml
NaOH sisa = 94,537 x 10-5 mol

Vol. NaOH x [NaOH]


b. NaOH yang ditambahkan =
103 ml
10 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 10 x 10-5 mol

c. NaOH yangbbereaksi dengan HCl = NaOH yang ditambahkan –


NaOH sisa
=10x10-5 mol–94,537x 10-5 mol
HCl sisa = -84,537 x 10-5 mol

Vol. HCl x [HCl]


d. HCl yang ditambahkan =
103 ml
5 ml x 10-2 mol
= = 5 x 10-5 mol
103 ml
e. HCl yang bereaksi dengan BaCO3 = HCl yang ditambahkan – HCl
sisa
= 5 x 10-5 mol–(-84,537 x 10-5 mol)
= 89,537 x 10-5 mol

BaCO3 Ba2+ + CO32-

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

89,537 x 10-5 mol


f. Jumlah mol BaCO3 =
2
= 44,7685 x 10-5 mol

44,7685 x 10-5 mol


g. Kepekatan BaCO3 =
25 x 10-3 dm
= 1,79 x 10-2mol/dm

Kelarutan (s) BaCO3 = 1,79 x 10-2mol/dm


h. Ksp BaCO3 = [Ba2+] x [CO32-]
= s x s
= [ 1,79 x 10-2] x [ 1,79 x 10-2 ]
= 3,2 x 10-4 M

Dasar teoritis, KspBaCO3 = 8,1 x 10-9 Lewat jenuh (terjadi


endapan)

2. Perhitungan MgCO3 25 ml 0,01 M


Vol. titran x [HCl] digunakan
a. HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa=
103 ml
8,1 ml x 11,39-2 mol
=
103 ml
NaOH sisa = 92,259 x 10-5 mol

Vol. NaOH x [NaOH]


b. NaOH yang ditambahkan =
103 ml

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

10 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 10 x 10-5 mol

c. NaOH yangbbereaksi dengan HCl = NaOH yang ditambahkan –


NaOH sisa
=10x10-5mol–92,259 x 10-5 mol
HCl sisa = -82,259 x 10-5 mol

Vol. HCl x [HCl]


d. HCl yang ditambahkan =
103 ml

5 ml x 10-2 mol
= = 5 x 10-5 mol
103 ml
e. HCl yang bereaksi dengan MgCO3 = HCl yang ditambahkan – HCl
sisa
= 5 x 10-5 mol–(-82,259 x 10-5 mol)
= 87,259 x 10-5 mol

MgCO3 Mg2+ + CO32-


87,259 x 10-5 mol
f. Jumlah mol MgCO3 =
2
= 43,6295 x 10-5 mol

43,6295 x 10-5 mol


g. Kepekatan MgCO3 =
25 x 10-3 dm

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

= 1,745 x 10-2mol/dm

Kelarutan (s) MgCO3 = 1,745 x 10-2mol/dm

h. Ksp MgCO3 = [Mg2+] x [CO32-]


= s x s
= [1,745 x 10-2 ] x[1,745 x 10-2 ]
= 3,045 x 10-4 M

Dasar teoritis, KspMgCO3 = 3 x 10-8 Lewat jenuh (terjadi


endapan)

3. Perhitungan CaCO3 25 ml 0,01 M


Vol. titran x [HCl] digunakan
a. HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa=
103 ml
8,1 ml x 11,39-2 mol
=
103 ml
NaOH sisa = 92,259 x 10-5 mol

Vol. NaOH x [NaOH]


b. NaOH yang ditambahkan =
103 ml
10 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 10 x 10-5 mol

c. NaOH yangbbereaksi dengan HCl = NaOH yang ditambahkan –


NaOH sisa

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

=10x10-5mol–92,259 x 10-5 mol


HCl sisa = -82,259 x 10-5 mol

Vol. HCl x [HCl]


d. HCl yang ditambahkan =
103 ml
5 ml x 10-2 mol
=
103 ml
= 5 x 10-5 mol

e. HCl yang bereaksi dengan CaCO3 = HCl yang ditambahkan – HCl


sisa
= 5 x 10-5 mol–(-82,259 x 10-5 mol)
= 87,259 x 10-5 mol

CaCO3 Ca2+ + CO32-


87,259 x 10-5 mol
f. Jumlah mol CaCO3 =
2
= 43,6295 x 10-5 mol

43,6295 x 10-5 mol


g. Kepekatan CaCO3 =
25 x 10-3 dm
= 1,745 x 10-2mol/dm

Kelarutan (s) CaCO3 = 1,745 x 10-2mol/dm


h. Ksp CaCO3 = [Ca2+] x [CO32-]
= s x s
= [1,745 x 10-2 ] x [1,745 x 10-2 ]

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

= 3,045 x 10-4 M

Dasar teoritis, KspCaCO3 = 4,8 x 10-9 Lewat jenuh (terjadi


endapan)

4.2 PEMBAHASAN
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan
jenuh. Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut
padatnya. Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion =
Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk
larutan jenuh. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan suatu zat
terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Manfaat Larutan
baku sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan
berubah warnanya pada titik akhir titrasi.
Factor-faktor yang mempengaruhi hasilkali kelarutan yaitu :
1. Suhu
Kebanyakan garam anorganik bertambah kelarutannya apabila
suhu dinaikkan. Biasanya menguntungkan untuk melakukan

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

proses pengendapan titrasi, dan pencucian endapan dengan


larutan panas.
2. Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih mudah larut dalam air
daripada dalam pelarut organik. Ion di dalam sebuah Kristal tidak
mempunyai tarikan demikian besar untuk pelarut organik dan
karenanya kelarutannya biasanya lebih kecil daripada dalam air.
3. Pengaruh ion sama
Sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni daripada
sebuah larutan yang mengandung salah satu ion dari endapan.
Dengan adanya ion sama yang sangat berlebihan, kelarutan suatu
endapan mungkin sangat lebih besar daripada harga yang diramal
oleh tetapan Ksp.
4. Pengaruh ion aneka ragam
Telah diketahui bahwa banyak endapan menunjukkan
peningkatan kelarutan apabila garam yang tidak mengandung ion
yang sama dengan endapan ada di dalam larutan.
5. Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
Hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion
endapannya.
6. Pengaruh Hidrolisis
Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kelarutan demikian
rendah hingga pH air tidak berubah secara nyata oleh hidrolisa
serta kelarutan cukup besar hingga sumbangan ion hidroksida dari
air dapat diabaikan.
7. Pengaruh Kompleks
Kelarutan suatu garam yang sedikit larut juga tergantung pada
konsentrasi dari zat lain yang membentuk kompleks dengan kation
garam.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

Factor-faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum


sehingga nilai kadar yang didapat tidak sesuai dengan nilai teoritisnya
yaitu:
1. Praktikan kurang cermat dalam mengukur volume bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum.
2. Cara mengamati volume HCl titran dari buret tidak cermat.
3. Pengamatan perubahan warna larutan pada saat akhir titrasi tidak
tepat.
4. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum belum steril atau masih
perlu dibersikan lagi.
5. Garam yang dilarutkan tidak murni, sehingga HCl yang
ditambahkan tidak hanya bereaksi dengan MgCO 3 tetapi bereaksi
dengan garam lain yang ada dalam larutan.
Pada praktikum larutan jenuh MgCO 3, CaCO3, BaCO3
sebanyak 25 ml ditambahkan dengan larutan 5 ml HCl 0,01 M, 10 ml
NaOH 0,01 M dan setelah ditambahkan fenol merah warna larutan
berubah menjadi pink. Pada saat larutan tersebut dititrasi dengan
larutan baku HCl lama kelamaan warna dari larutan yang awalnya
berwarna pink berubah menjadi warna jingga. Volume larutan baku
HCl setelah dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna yaitu
MgCO3 8,1 ml, CaCO3 8,1 ml, BaCO3 8,3 ml. Nlai Ksp yang didapat
percobaan pertama MgCO3 3,844 x 10-7 M, CaCO3 3,844 x 10-7 M,
BaCO3 4,356 x 10-7 M (dengan konsentrasi HCl 0,01 M). Nilai Ksp
percobaan kedua yang di dapat MgCO 3 3,045 x 10-4 M, CaCO3 3,045
x 10-4 M, BaCO3 3,2 x 10-4 M (dengan konsentrasi HCl 11,39 x 10-2).
Perbedaan nilai Ksp yang didapat dengan nilai Ksp toritis
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor saat titrasi, seperti
pengukuran volume bahan, suhu ruangan yang tidak dalam keadaan
standar (25oC), dan juga kebersihan dari alat yang digunakan
sehinggat data yang diperoleh tidak akurat.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Cara menetukan larutan jenuh suatu garam karbonat yaitu dengan
proses titrasi larutan. Titrasi adalah suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti (larutan standar)
ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya
tidak diketahui, sampai reaksi kimia antar kedua larutan tersebut
berlangsung sempurna.larutan yang dipakai untuk mentitrasi adal
HCl
2. Cara menentukan kelarutan garam karbonat yaitu cara
menambahkan garam yang mengandung ion senama. Pengaruh
ion senama dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan kesadahan
air.
3. Hasilkali kelarutan adalah hasil kali ion-ion dalam larutan jenuh
yang berpangkatkan koefisiennya masing-masing reaksi.
Konsentrasi HCl 0,01 M Ksp dari larutan MgCO 3 = 3,844.10-7, larutan
BaCO3 = 4,356.10-7, larutan CaCO3 = 3,844.10-7. Konsentrasi HCl
11,39 x 10-2 Ksp dari larutan MgCO3 = 3,045 x 10-4 M, larutan BaCO3
= 3,2 x 10-4 M, larutan CaCO3 = 3,045 x 10-4 M. Ketiga larutan
larutan merupakan lewat jenuh.

5.2 SARAN
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan harus
lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan alat yang dikapai sehingga
terjadi lagi gelas kimia yang pecah.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129
Hasil kali kelarutan

DAFTAR PUSTAKA
Anonym., 2015., Penuntun Praktikum Kimia Umum., Makassar:
Universitas Muslim Indonesia
Ditjen POM., 1979., Farmakope Indonesia edisi III., Jakarta: Departemen
Republik Indonesia
Chang, Raymond., 2005., Kimia Dasar-Konsep Dasar Inti., Jakarta:
Erlangga
Day,R.A.Jr and AL. Underwood., 2002., Analisa Kimia Kuantitatif edisi
IV., Jakarta: Erlangga
Oxtoby., 2001., Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi IV., Jakarta:
Erlangga
Svehla,G., 1990., Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semimikro edisi V., Jakarta: Penerbit Kalman Media
Pustaka
Syukri,S., 1999., Kimia Dasar jilid II., Bandung: Penerbit Erlangga
Barke, H-D., dkk., 2009., Misconception in Chemistry. Adressing
Perception in Chemical Education., Germany: Springer.
Jespersen, N. D., dkk., 2011., Chemistry: The Molecular Nature of Matter
(sixth edition)., USA: Courier Kendallville.

Nurmiati Mamat Pratama, S.farm, M.Si, Apt


15020150129

Anda mungkin juga menyukai